Bencana alam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kusyadi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(387 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{multiple image
[[Image:Klaten collapsed houses.jpg|thumb|Rumah roboh akibat Bencana alam di [[Klaten]]]]
| align = right
'''Bencana alam''' adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan [[gunung]], [[gempa bumi]], [[tanah longsor]]) dan aktivitas [[manusia]]. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka<ref>{{cite book
| total_width = 950
| author=G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (''eds.'')
| image1 = VOA A car tries to drive through Jakarta's flooded streets.jpg
| date=2003
| image2= Petobo portrait after Sulawesi earthquake 2.jpg
| title=Mapping Vulnerability: Disasters, Development and People
| image3 = Ratusan rumah tertimbun abu vulkanik erupsi gunung Semeru.jpg
| isbn= ISBN 1-85383-964-7
| image4 = Serasan landslide aftermath.jpg
}}</ref>.
| caption1 = [[Banjir Jakarta 2013]]
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
| caption2= [[Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018]]
|caption3= [[Letusan Gunung Semeru 2021]]
|caption4= [[Tanah longsor Natuna 2023]]
}}
'''Bencana alam''' ({{lang-en|Natural disaster}}), adalah suatu peristiwa yang sangat merugikan terhadap masyarakat. Bencana alam dapat mengakibatkan hilangnya nyawa atau kerusakan harta benda, dan biasanya mengakibatkan kerugian ekonomi. Contoh kejadian bencana alam meliputi [[banjir]], [[letusan gunung berapi]], [[gempa bumi]], [[tsunami]], [[tanah longsor]], [[badai salju]], [[kekeringan]], [[hujan es]], [[gelombang panas]], [[hurikan]], [[badai tropis]], [[taifun]], [[tornado]], [[kebakaran liar]] dan [[wabah penyakit]].<ref name="wisegeek">{{en}}[http://www.wisegeek.com/what-is-a-natural-disaster.htm What is a Natural Disaster?], ''wisegeek''. Akses: 10-08-2011</ref> Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.<ref name="wisegeek" /> Contohnya adalah [[kelaparan]], yaitu kekurangan bahan [[pangan]] dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.<ref name="wisegeek" /> Dua jenis bencana alam yang diakibatkan oleh peristiwa di [[luar angkasa]] jarang mempengaruhi manusia, seperti [[asteroid]] dan [[badai matahari]].<ref name="wisegeek" />
 
Di zaman modern, sulit untuk membedakan antara bencana alam atau bencana akibat ulah manusia. [[Perubahan iklim]] juga berdampak pada frekuensi bencana yang disebabkan oleh bahaya cuaca ekstrem (atau “bahaya iklim”), seperti [[banjir]], [[gelombang panas]], [[kebakaran hutan]], dan [[siklon tropis]].
== Catatan kaki ==
 
Bencana alam dapat diperparah misalnya dengan tidak memadainya standar bangunan, kurangnya persiapan masyarakat dan pendidikan menghadapi bencana alam, dan pilihan yang buruk dalam perencanaan penggunaan lahan bangunan.
 
Banyak [[negara berkembang]] tidak memiliki sistem pengurangan risiko bencana yang efektif. Hal ini membuat negara-negara tersebut lebih rentan terhadap bencana alam dibandingkan negara-negara berpendapatan tinggi. Suatu kejadian buruk hanya akan menjadi bencana jika terjadi di wilayah yang penduduknya rentan.
 
==Terminologi==
[[File:Global Multihazard Proportional Economic Loss Risk Deciles (5457317101).jpg|thumb|right|300x300px|Risiko kerugian ekonomi akibat bencana alam: [[badai tropis]], [[kekeringan]], [[gempa bumi]], [[banjir]], [[tanah longsor]], dan [[letusan gunung berapi]]]]
[[Berkas:GISS temperature 2000-09 lrg.png|jmpl|ka|[[Pemanasan Global]] karena suhu yang meningkat drastis selama tahun 2000-2009.]]
Pada abad ke-20, beberapa bencana alam yang paling umum adalah [[kelaparan]] dan [[wabah]].<ref name="wisegeek"/> Sejak awal abad ke-20, lebih dari 70 juta orang tewas akibat kelaparan, dengan korban 30 juta orang tewas selama masa kelaparan di [[Cina]] pada periode tahun 1958-1961.<ref name="wisegeek"/> Di [[Uni Soviet]], beberapa kali terjadi kelaparan yang diakibatkan kebijakan [[kolektifisme|kolektif]] [[Stalin]] yang membunuh jutaan orang.<ref name="wisegeek"/> Dalam sejarah, kelaparan telah mengakibatkan munculnya sifat buruk manusia seperti kekejaman dan [[kanibalisme]].<ref name="wisegeek"/> Bencana alam terburuk lainnya pada abad ke-20 adalah [[wabah]].<ref name="wisegeek"/> Pandemi terburuk terutama adalah menularnya [[Flu Spanyol]] di seluruh dunia pada periode tahun 1918-1919 yang membunuh 50 juta orang, lebih banyak daripada korban [[Perang Dunia I]] yang terjadi sebelumnya.<ref name="wisegeek"/>
 
Pada abad ke-21, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana terkait [[iklim]] yang disebabkan meningkatnya [[suhu]] bumi ([[pemanasan global]]).<ref name="Climate Alarm">{{en}}[http://www.oxfam.org.uk/resources/policy/climate_change/bp108_weather_alert.html Disasters increase as climate change bites]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''oxfam''. Akses: 10-08-2011</ref> Pemanasan global menimbulkan dampak [[banjir]], [[kekeringan]], cuaca ekstrem dan [[musim]] yang tak bisa diramal.<ref name="Climate Alarm"/> Perubahan iklim berpotensi meningkatkan [[kemiskinan]] dan kerentanan dalam jumlah besar.<ref name="Climate Alarm"/> Pada saat yang sama bencana iklim semakin meningkat, lebih banyak manusia yang terkena dampaknya dikarenakan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.<ref name="Climate Alarm"/>
 
== Jenis bencana alam ==
[[Berkas:Hurricane Katrina August 28 2005 NASA.jpg|jmpl|ka|[[Hurikan Katrina]], 2005.]]
Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat [[meteorologi]]s, bencana alam yang bersifat [[geologi]]s, [[wabah]] dan bencana dari [[ruang angkasa]].<ref name="wisegeek"/>
=== Bencana alam klimatologi ===
====Gelombang panas====
{{Artikel|Gelombang panas}}
[[Gelombang panas]] adalah periode cuaca panas yang luar biasa dan berlebihan. Gelombang panas jarang terjadi dan memerlukan kombinasi peristiwa cuaca tertentu, dan mungkin termasuk inversi suhu, angin katabatic, atau fenomena lainnya.
 
Gelombang panas terburuk dalam sejarah baru-baru ini adalah [[Gelombang panas Eropa 2003]] membunuh sekitar 50.000 jiwa. Musim panas di Belahan Bumi Utara tahun 2010 mengakibatkan gelombang panas parah yang menewaskan lebih dari 2.000 orang. Panasnya menyebabkan ratusan kebakaran hutan yang menyebabkan polusi udara meluas dan membakar ribuan kilometer persegi hutan.
 
====Kekeringan====
{{Artikel|Kekeringan}}
[[File:Corn shows the affect of drought.jpg|thumb|240px|Dampak kekeringan di [[Texas]]]]
[[Kekeringan]] adalah periode kondisi tanah yang lebih kering dari biasanya. Kekeringan dapat berlangsung selama berhari-hari, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Kekeringan sering kali berdampak besar pada ekosistem dan pertanian di wilayah yang terkena dampak, dan merugikan perekonomian lokal.
 
[[Musim kemarau]] tahunan di daerah tropis secara signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya kekeringan, yang selanjutnya meningkatkan risiko kebakaran hutan. Gelombang panas dapat memperburuk kondisi kekeringan secara signifikan dengan meningkatkan evapotranspirasi.[m Hal ini mengeringkan hutan dan vegetasi lainnya, serta meningkatkan jumlah bahan bakar kebakaran hutan.
 
====Badai api====
{{Artikel|Badai api}}
[[File:Carr Fire tornado 1.jpg|thumb|240px|Badai api di [[California]] pada tahun 2018]]
[[Badai api]] adalah kebakaran besar yang mencapai intensitas sedemikian rupa sehingga menciptakan dan menopang sistem anginnya sendiri. Hal ini umumnya merupakan fenomena alam, yang terjadi pada saat terjadi kebakaran hutan dan kebakaran hutan terbesar. Meskipun istilah ini telah digunakan untuk menggambarkan kebakaran besar tertentu, karakteristik yang menentukan dari fenomena ini adalah kebakaran dengan kekuatan badai anginnya sendiri dari setiap titik kompas menuju pusat badai, di mana udara memanas dan kemudian naik.
 
====Kebakaran hutan====
{{Artikel|Kebakaran hutan dan lahan}}
[[Berkas:Kebakaran Hutan Ambon.jpg|thumb|240px|Kebakaran hutan di [[Ambon]] pada tahun 2016]]
[[Kebakaran hutan]] adalah kebakaran besar yang sering terjadi di kawasan hutan belantara. Penyebab umumnya adalah petir dan kekeringan, namun kebakaran hutan juga bisa disebabkan oleh kelalaian manusia atau pembakaran. Mereka dapat menyebar ke wilayah berpenduduk dan dengan demikian menjadi ancaman bagi manusia dan harta benda, serta satwa liar. Salah satu contoh kebakaran hutan yang mematikan adalah Kebakaran Peshtigo tahun 1871 di [[Amerika Serikat]], yang menewaskan sedikitnya 1.700 orang. Bencana lainnya adalah kebakaran hutan di [[Australia]] pada tahun 2009 di [[Victoria]] (yang secara kolektif dikenal sebagai "kebakaran hutan Sabtu Hitam").
 
=== Bencana alam meteorologi ===
====Banjir====
{{Artikel|Banjir}}
[[File:US Navy 111022-N-WW409-445 An SH-60F Sea Hawk helicopter assigned to Helicopter Anti-Submarine Squadron (HS) 14, flies around the Bangkok area with.jpg|thumb|240px|[[Banjir Thailand 2011]] menewaskan setidaknya 800 jiwa]]
[[Banjir]] adalah luapan air yang 'merendam' daratan. Petunjuk Banjir Uni Eropa mendefinisikan banjir sebagai penimbunan sementara tanah yang biasanya kering karena air. Dalam arti 'air yang mengalir', kata tersebut juga dapat diterapkan pada masuknya air pasang. Banjir bisa terjadi karena volume air, misalnya sungai atau danau, menjadi lebih tinggi dari biasanya, sehingga menyebabkan sebagian air keluar dari batas normalnya. Meskipun ukuran danau atau perairan lainnya akan bervariasi seiring dengan perubahan musiman curah hujan dan pencairan salju, banjir tidak dianggap signifikan kecuali air tersebut menutupi lahan yang digunakan oleh manusia, seperti desa, kota atau kawasan berpenghuni lainnya, jalan atau hamparan lahan pertanian.
 
====Badai pasir====
{{Artikel|Badai pasir}}
[[File:Sandstorm - Flickr - bzo.jpg|thumb|240px|Badai pasir di [[Irak]], pada tahun 2005]]
[[Badai pasir]], adalah fenomena meteorologi yang umum terjadi di wilayah kering dan semi-kering. Badai pasir muncul ketika hembusan angin kencang atau angin kencang lainnya meniupkan pasir dan kotoran dari permukaan yang kering. Partikel halus diangkut melalui garam dan suspensi, suatu proses yang memindahkan tanah dari satu tempat dan menyimpannya di tempat lain.
 
====Badai petir====
{{Artikel|Badai petir}}
[[File:Cumulonimbus NOAA gov.jpg|thumb|240px|Badai petir pada [[Awan cumulonimbus]]]]
Badai, awan debu, dan letusan gunung berapi dapat menimbulkan sebuah petir. Selain kerusakan yang biasanya disebabkan oleh badai, seperti angin, hujan es, dan banjir, petir itu sendiri dapat merusak bangunan, memicu kebakaran, dan membunuh jika terjadi kontak langsung. Sebagian besar kematian akibat sambaran petir terjadi di negara-negara miskin di Amerika dan Asia, dimana sambaran petir merupakan hal biasa dan perumahan yang terbuat dari batu bata lumpur hanya memberikan sedikit perlindungan.
 
====Siklon tropis====
{{Artikel|Siklon tropis}}
[[Berkas:Global tropical cyclone tracks-edit2.jpg|thumb|240px|Jalur Badai Siklon tropis dari tahun 1900-2016]]
[[File:Haiyan 2013-11-07 0630Z cropped.png|thumb|240px|[[Topan Haiyan]] di Filipina pada tahun 2013, membunuh sekitar 6.300 jiwa]]
Topan, badai, atau [[siklon tropis]] terbentuk di atas lautan. Hal ini disebabkan oleh penguapan air yang keluar dari laut dan menjadi badai. Hal ini ditandai dengan angin kencang, hujan deras, dan badai petir. Faktor penentu istilah yang digunakan didasarkan pada dari mana badai itu berasal. Di [[Atlantik]] dan [[Pasifik]] Timur Laut, istilah "badai" digunakan; di Pasifik Barat Laut, hal ini disebut sebagai "topan"; sebuah "siklon" terjadi di Pasifik Selatan dan [[Samudera Hindia]].
 
Badai paling mematikan yang pernah terjadi adalah [[Siklon Bhola 1970]]; membunuh sekitar 500.000 jiwa. Badai mematikan lainnya adalah [[Badai Katrina]], yang melanda Pantai Teluk [[Amerika Serikat]] pada tahun 2005, membunuh 1.500 jiwa. Badai dapat menjadi lebih hebat dan menghasilkan curah hujan yang lebih deras sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
 
[[Siklon tropis]] sendiri jarang terjadi di [[Indonesia]], karena letak Indonesia berada di [[garis khatulistiwa]], dimana badai tropis menjauhi Indonesia. Badai tropis satu satunya yang melanda Indonesia adalah [[Siklon Flores 1973]] membunuh sekitar 1.600 jiwa, dan [[Siklon Seroja]] yang melanda Nusa Tenggara Timur.
 
====Angin puting beliung====
{{Artikel|Angin puting beliung}}
[[File:Waurika Oklahoma Tornado Back and Front.jpg|thumb|240px|Angin puting beliung di [[Oklahoma]] pada tanggal 30 Mei, 1971]]
[[Tornado]] atau Angin puting beliung adalah kolom udara berputar yang dahsyat dan berbahaya yang bersentuhan dengan permukaan bumi dan [[awan kumulonimbus]], atau, dalam kasus yang jarang terjadi, dasar awan kumulus. Hal ini juga disebut sebagai angin puting beliung atau siklon, meskipun kata siklon digunakan dalam meteorologi dalam arti yang lebih luas untuk merujuk pada sirkulasi tertutup bertekanan rendah. Tornado datang dalam berbagai bentuk dan ukuran tetapi biasanya berbentuk corong kondensasi yang terlihat, ujung sempitnya menyentuh bumi dan sering kali dikelilingi oleh awan puing dan debu. Tornado dapat terjadi satu per satu, atau dapat terjadi dalam wabah tornado besar yang terkait dengan supercell atau di wilayah luas lainnya yang mengalami badai petir.
 
Kebanyakan tornado memiliki kecepatan angin kurang dari 180 km/jam (110 mph), lebarnya kira-kira 75 m (250 kaki), dan bergerak beberapa kilometer sebelum menghilang. Tornado yang paling ekstrem dapat mencapai kecepatan angin lebih dari 480 km/jam (300 mph), membentang lebih dari 3 km (2 mil), dan bertahan di tanah mungkin lebih dari 100 km (60 mil).
 
====Badai salju====
{{Artikel|Badai salju}}
[[File:Elkton, Maryland 2009 Blizzard.jpg|thumb|240px|Badai salju di [[Maryland]], Amerika Serikat]]
[[Badai salju]] adalah badai [[musim dingin]] yang parah yang ditandai dengan salju lebat dan angin kencang. Ketika angin kencang menimbulkan salju yang sudah turun, hal ini dikenal sebagai badai salju tanah. Badai salju dapat berdampak pada aktivitas ekonomi lokal, terutama di wilayah yang jarang turun salju.
 
Badai Salju Besar tahun 1888 melanda Amerika Serikat, ketika banyak ton tanaman gandum hancur. Di Asia, badai salju di [[Iran]] tahun 1972 dan badai salju di Afghanistan tahun 2008, merupakan badai salju yang paling mematikan dalam sejarah; di wilayah pertama, wilayah seluas [[Wisconsin]] seluruhnya terkubur salju. Superstorm tahun 1993 berasal dari [[Teluk Meksiko]] dan bergerak ke utara, menyebabkan kerusakan di 26 negara bagian Amerika serta [[Kanada]] dan menyebabkan lebih dari 300 korban jiwa.
 
====Hujan es====
{{Artikel|Hujan es}}
[[File:Granizo.jpg|thumb|240px|Hujan es besar berukuran 6 cm]]
[[Hujan es]] merupakan presipitasi berupa es yang tidak mencair sebelum menyentuh tanah. Hujan es dihasilkan oleh badai petir. Hujan es biasanya berukuran diameter antara 5 dan 150 mm (1⁄4 dan 6 inci). Ini dapat merusak lokasi jatuhnya. Hujan es bisa sangat merusak lahan pertanian, merusak tanaman, dan merusak perabotan. Badai es yang sangat merusak melanda [[Munich]], Jerman, pada tanggal 12 Juli 1984, menyebabkan kerusakan sekitar $2 miliar [[USD]].
 
===Bencana alam geofisika===
====Tanah longsor====
{{Artikel|Tanah longsor}}
[[Berkas:Nganjuk landslide.jpg|thumb|240px|[[Tanah longsor Nganjuk 2021|Tanah longsor di Nganjuk]] (15 Februari
2021), menewaskan 23 orang]]
[[Tanah longsor]], adalah beberapa bentuk pemborosan massal yang dapat mencakup berbagai pergerakan tanah, seperti longsoran batu, aliran lumpur, keruntuhan lereng yang dangkal atau dalam, dan aliran puing. Tanah longsor terjadi di berbagai lingkungan, ditandai dengan kemiringan lereng yang curam atau landai, mulai dari pegunungan hingga tebing pantai atau bahkan di bawah air, yang dalam hal ini disebut tanah longsor bawah laut.
 
Gravitasi adalah kekuatan pendorong utama terjadinya tanah longsor, namun ada faktor lain yang mempengaruhi stabilitas lereng yang menghasilkan kondisi tertentu yang membuat lereng rentan terhadap keruntuhan. Dalam banyak kasus, tanah longsor dipicu oleh peristiwa tertentu (misalnya hujan deras, gempa bumi, kemiringan lereng untuk membangun jalan, dan banyak lagi), meskipun hal ini tidak selalu dapat diidentifikasi.
 
====Longsor salju====
{{Artikel|Longsor salju}}
[[File:Avalanche on Everest.jpg|thumb|240px|Longsor salju di [[Gunung Everest]]]]
[[Longsor salju]] adalah aliran salju yang deras menuruni lereng, seperti [[bukit]] atau gunung. Longsor salju dapat dipicu secara spontan, oleh faktor-faktor seperti peningkatan curah hujan atau melemahnya tumpukan salju, atau oleh faktor eksternal seperti manusia, hewan lain, dan [[gempa bumi]]. Terutama terdiri dari aliran salju dan udara, longsoran besar memiliki kemampuan untuk menangkap dan memindahkan es, batu, dan pepohonan.
 
Longsor salju terjadi dalam dua bentuk umum, atau kombinasi keduanya: longsoran lempengan yang terbuat dari salju yang padat, dipicu oleh runtuhnya lapisan salju lemah di bawahnya, dan longsoran salju lepas yang terbuat dari salju yang lebih lepas. Setelah terjadi, longsoran salju biasanya berakselerasi dengan cepat dan bertambah massa serta volumenya seiring dengan semakin banyaknya salju yang ditangkap. Jika longsoran salju bergerak cukup cepat, sebagian salju mungkin bercampur dengan udara, membentuk butiran salju longsoran.
 
====Gempa bumi====
{{Artikel|Gempa bumi}}
[[File:Cianjur earthquake homes destroyed.jpg|thumb|240px|Kerusakan setelah [[Gempa bumi Cianjur 2022]]]]
[[File:Earthquake-deaths.png|thumb|240px|Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi global (1960–2017)]]
[[Gempa bumi]] merupakan akibat pelepasan energi secara tiba-tiba di kerak bumi sehingga menimbulkan [[gelombang seismik]]. Di permukaan bumi, gempa bumi memanifestasikan dirinya melalui getaran, guncangan, dan terkadang perpindahan tanah. Gempa bumi disebabkan oleh selip di dalam [[Patahan (geologi)|sesar geologi]]. Titik asal gempa di bawah tanah disebut fokus seismik. Titik yang berada tepat di atas fokus permukaan disebut [[episentrum]].
 
Gempa bumi sendiri jarang membunuh manusia atau satwa liar – biasanya peristiwa sekunder yang memicunya, seperti runtuhnya bangunan, kebakaran, tsunami, dan letusan gunung berapi, adalah penyebab kematian. Banyak diantaranya yang mungkin bisa dihindari dengan membuat konstruksi bangunan yang lebih baik, sistem keselamatan, peringatan dini dan perencanaan.
 
[[Gempa bumi]] adalah jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, dan memakan banyak korban setiap tahunnya, beberapa peristiwa gempa bumi mematikan diantaranya: [[gempa bumi Yogyakarta 2006]] membunuh sekitar 5.700 jiwa, dan peristiwa
baru-baru ini yaitu [[gempa bumi Cianjur 2022]], membunuh sekitar 300 jiwa.
 
====Erosi pantai====
{{Artikel|Erosi pantai}}
[[Erosi pantai]] adalah proses fisik yang menyebabkan garis pantai di wilayah pesisir di seluruh dunia bergeser dan berubah, terutama sebagai respons terhadap gelombang dan arus yang dapat dipengaruhi oleh pasang surut dan gelombang badai. Erosi pantai dapat diakibatkan oleh proses jangka panjang (lihat juga evolusi pantai) serta peristiwa episodik seperti siklon tropis atau peristiwa badai hebat lainnya. Erosi pantai merupakan salah satu bahaya pesisir yang paling signifikan. Hal ini merupakan ancaman terhadap infrastruktur, aset modal dan properti.
 
====Letusan gunung berapi====
{{Artikel|Letusan gunung berapi}}
[[File:3 Java Vulkan Semeru näher Rauchwolke.JPG|thumb|240px|Letusan Semeru tahun 2004]]
[[Letusan gunung berapi]] dapat menyebabkan kerusakan yang meluas dan menimbulkan bencana dalam beberapa cara. Salah satu bahayanya adalah letusan gunung berapi itu sendiri, dengan kekuatan ledakan dan jatuhnya bebatuan yang dapat menimbulkan kerugian. Lava juga dapat dilepaskan selama letusan gunung berapi; ketika meninggalkan gunung berapi, ia dapat menghancurkan bangunan, tumbuhan dan hewan karena panasnya yang ekstrim. Selain itu, [[abu vulkanik]] dapat membentuk awan (umumnya setelah pendinginan) dan mengendap dengan tebal di lokasi terdekat. Ketika dicampur dengan air, bahan ini membentuk bahan seperti beton. Dalam jumlah yang cukup, abu dapat menyebabkan atap runtuh karena beratnya. Bahkan dalam jumlah kecil sekalipun akan membahayakan manusia jika terhirup – ia memiliki konsistensi seperti kaca tanah sehingga menyebabkan luka pada tenggorokan dan paru-paru. Abu vulkanik juga dapat menyebabkan kerusakan abrasi pada mesin yang bergerak seperti mesin. Pembunuh utama manusia di sekitar letusan gunung berapi adalah [[aliran piroklastik]], yang terdiri dari awan abu panas yang menumpuk di udara di atas gunung berapi dan mengalir menuruni lereng ketika letusan tidak lagi mendukung pengangkatan gas.
 
Peristiwa letusan gunung berapi yang paling terkenal adalah, [[letusan Krakatau 1883]], yang mengakibatkan gelombang tsunami, dan membunuh sekitar 34.000 penduduk.
 
====Tsunami====
{{Artikel|Tsunami}}
[[File:2004-tsunami balanced.jpg|thumb|240px|Tsunami di Ao Nang, Thailand tahun 2004]]
[[Tsunami]] (bahasa Jepang: 津波, "gelombang di pelabuhan"; adalah rangkaian gelombang di badan air yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar air, umumnya di lautan atau danau besar.
 
Tsunami dapat disebabkan oleh gempa bumi bawah laut seperti [[gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004]], dan [[gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011]]. Tsunami juga dapat disebabkan oleh [[Letusan gunung berapi]], seperti pada peristiwa [[Tsunami Selat Sunda 2018]].
 
=== Wabah ===
[[File:Petugas Penguburan Jenazah Covid dan Para Penggali Kubur.jpg|thumb|240px|Wabah [[Covid-19]] di Kabupaten Bekasi, Indonesia]]
Wabah atau epidemi adalah [[penyakit menular]] yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang lingkup yang besar, misalnya antarnegara atau seluruh dunia.<ref name="bencana wabah">{{en}}[http://www.medicalnewstoday.com/articles/148945.php What Is A Pandemic? What Is An Epidemic?], ''medicalnewstoday''. Akses: 10-08-2011</ref> Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa dalam jumlah besar adalah pandemi [[flu]], [[cacar]] dan [[tuberkulosis]].<ref name="bencana wabah"/>
 
=== Bencana alam dari ruang angkasa ===
Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti [[asteroid]] atau gangguan [[badai matahari]].<ref name="kompas bencana ruang angkasa">{{en}}[http://sains.kompas.com/read/2010/06/14/09294458/Bencana.Terbesar.dari.Ruang.Angkasa Bencana Terbesar dari Ruang Angkasa], ''kompas''. Akses: 10-08-2011</ref> Meskipun dampak langsung asteroid yang berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga sangat berpotensi menabrak [[bumi]].<ref name="kompas bencana ruang angkasa"/> Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi negara-negara dengan [[penduduk]] yang banyak seperti [[Cina]], [[India]], [[Amerika Serikat]], [[Jepang]], dan [[Asia Tenggara]].<ref name="kompas bencana ruang angkasa"/>
 
== Dampak bencana alam ==
[[Berkas:Haitians in Port-au-Prince marketplace 2010-01-16.jpg|thumb|240px|Kehancuran fasilitas akibat [[Gempa bumi Haiti 2010]].]]
[[File:Lũ lụt Huế 2020.jpg|thumb|240px|Banjir di [[Vietnam]] tahun 2020, membunuh sekitar 189 penduduk]]
[[File:18 02 2022 Sobrevoo e reunião de trabalho sobre medidas emergenciais do Governo Federal para a cidade de Petrópolis (51888295177).jpg|thumb|240px|Tanah longsor di Petrópolis, [[Brasil]], menewaskan setidaknya 231 jiwa]]
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang [[ekonomi]], [[sosial]] dan [[lingkungan]].<ref name="CARIBBEAN DEVELOPMENT BANK">{{en}}[http://mona.uwi.edu/cardin/virtual_library/docs/1116/1116.pdf Comparative Vulnerability to Natural Disasters in the Caribbean]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''mona.uwi.edu''. Akses: 10-08-2011</ref> Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup [[kematian]], luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya [[hutan]] yang melindungi daratan.<ref name="CARIBBEAN DEVELOPMENT BANK"/> Salah satu bencana alam yang menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi. Selama 5 abad terakhir, gempa bumi telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.<ref name="bencana-migitasi"/> Dalam hitungan detik dan menit, sejumlah korban[[luka]]-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang sering kali tidak siap, rusak, atau runtuh karena gempa.<ref name="bencana-migitasi"/> Bencana seperti [[tanah longsor]] pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama [[gempa bumi]], [[letusan gunung berapi]], [[hujan]] lebat atau [[topan]].<ref name="revista"/>
Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya.<ref name="associatedcontent"/> Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya [[manajemen]] darurat menyebabkan kerugian dalam bidang [[keuangan]], [[fasilitas|struktural]] dan korban jiwa.<ref name="BANKOFF">{{cite book
|author=G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (''eds.'')
|date=2003
|title=Mapping Vulnerability: Disasters, Development and People
|isbn= ISBN 1-85383-964-7
}}</ref> Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya.<ref name="BANKOFF"/> Menurut Bankoff (2003): "bencana muncul bila bertemu dengan ketidakberdayaan".<ref name="BANKOFF"/> Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah menjadi bencana alam apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat.<ref name="BANKOFF"/>
 
==Negara dengan risiko bencana alam tertinggi==
[[File:WorldRiskIndex 2022-en.svg|thumb|upright=2|Peta indeks resiko bencana alam tahun 2022]]
Pada tahun 2022, TheWorldRiskIndeks (WRI) merilis 185 negara dengan risiko bencana alam tertinggi.<ref>{{cite web|title=World Risk Report: Where are natural disasters most common?|url=https://www.dw.com/en/world-risk-report-where-are-natural-disasters-most-common/a-70154405|publisher=[[Deutsche Welle|DW]]|language=en|access-date=31 Oktober 2024}}</ref>
 
Kawasan [[Asia-Pasifik]] merupakan kawasan yang paling rawan bencana di dunia. Seseorang yang tinggal di kawasan Asia-Pasifik lima kali lebih mungkin terkena bencana alam dibandingkan seseorang yang tinggal di daerah lain.<ref>{{cite web |title=Asia-Pacific: the world's most disaster-prone region – World |url=https://reliefweb.int/report/world/factbox-asia-pacific-worlds-most-disaster-prone-region |url-status=live |archive-url=https://web.archive.org/web/20181004103905/https://reliefweb.int/report/world/factbox-asia-pacific-worlds-most-disaster-prone-region |archive-date=2018-10-04 |access-date=2018-10-04 |website=ReliefWeb|date=10 October 2017 }}</ref> Indeks Risiko Dunia (WRI) 2022 menempatkan [[Filipina]] pada peringkat satu negara paling rawan bencana di dunia, disusul oleh [[India]], dan [[Indonesia]].
 
Dari tahun 1995 dan 2015, jumlah bencana alam terbesar terjadi di [[Amerika Serikat]], [[Tiongkok]], dan [[India]]. Pada tahun 2012, terdapat 905 bencana alam di seluruh dunia, 93% diantaranya merupakan bencana yang berhubungan dengan [[cuaca]].<ref name="vecono">{{cite news |date=29 Aug 2017 |title=Weather-related disasters are increasing |newspaper=[[The Economist]] |url=https://www.economist.com/blogs/graphicdetail/2017/08/daily-chart-19 |url-status=live |access-date=30 August 2017 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170830021140/https://www.economist.com/blogs/graphicdetail/2017/08/daily-chart-19 |archive-date=30 August 2017}}</ref> 45% bersifat meteorologis ([[badai]]), 36% bersifat hidrologis ([[banjir]]), 12% bersifat klimatologis ([[gelombang panas]], [[gelombang dingin]], [[kekeringan]], [[kebakaran hutan]]) dan 7% merupakan peristiwa geofisika ([[gempa bumi]] dan [[gunung berapi|letusan gunung berapi]]). Antara tahun 1980 dan 2011, kejadian geofisika menyumbang 14% dari seluruh bencana terburuk dengan korban jiwa terbanyak.<ref>[http://www.worldwatch.org/natural-catastrophes-2012-dominated-us-weather-extremes-0 Natural Catastrophes in 2012 Dominated by U.S. Weather Extremes] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130702190117/http://www.worldwatch.org/natural-catastrophes-2012-dominated-us-weather-extremes-0|date=2013-07-02}} Worldwatch Institute May 29, 2013</ref>
 
===Resiko===
{{Legend|Firebrick|Resiko bencana sangat tinggi}}
{{Legend|Red|Resiko bencana tinggi}}
 
===Daftar negara===
{|class="wikitable sortable" style=" border-top:none; border-left:none; border-spacing:0px; border-collapse:collapse; padding:0px; margin:0px;"
!style="width:30px;"|No.
!style="width:180px;"|Negara
!style="width:45px;"|Resiko (2022)<ref>{{cite web|title=2022 World Risk Index|url=https://weltrisikobericht.de/wp-content/uploads/2022/09/WorldRiskReport-2022_Online.pdf|website=|accessdate=11 February 2023}}</ref>
|-
| style="text-align:left;" | 1
| style="text-align:left;" | {{flag|Filipina}}
| style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 46.82%
|-
| style="text-align:left;" | 2
| style="text-align:left;" | {{flag|India}}
| style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 45.17%
|-
|style="text-align:left;" | 3
|style="text-align:left;" | {{flag|Indonesia}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 41.46%
|-
|style="text-align:left;" | 4
|style="text-align:left;" | {{flag|Kolombia}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 38.37%
|-
|style="text-align:left;" | 5
|style="text-align:left;" | {{flag|Meksiko}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 37.55%
|-
|style="text-align:left;" | 6
|style="text-align:left;" | {{flag|Myanmar}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 35.49%
|-
|style="text-align:left;" | 7
|style="text-align:left;" | {{flag|Mozambik}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 34.37%
|-
|style="text-align:left;" | 8
|style="text-align:left;" | {{flag|Tiongkok}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 28.70%
|-
|style="text-align:left;" | 9
|style="text-align:left;" | {{flag|Bangladesh}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 27.90%
|-
| style="text-align:left;" | 10
|style="text-align:left;" | {{flag|Pakistan}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 26.75%
|-
|style="text-align:left;" | 11
|style="text-align:left;" | {{flag|Rusia}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 26.54%
|-
|style="text-align:left;" | 12
|style="text-align:left;" | {{flag|Vietnam}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 25.85%
|-
|style="text-align:left;" | 13
|style="text-align:left;" | {{flag|Peru}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 25.41%
|-
|style="text-align:left;" | 14
|style="text-align:left;" | {{flag|Somalia}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 25.07%
|-
|style="text-align:left;" | 15
|style="text-align:left;" | {{flag|Yaman}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 24.26%
|-
|style="text-align:left;" | 16
|style="text-align:left;" | {{flag|Papua Nugini}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 24.10%
|-
|style="text-align:left;" | 17
|style="text-align:left;" | {{flag|Madagaskar}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 23.48%
|-
|style="text-align:left;" | 18
|style="text-align:left;" | {{flag|Amerika Serikat}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 22.73%
|-
|style="text-align:left;" | 19
|style="text-align:left;" | {{flag|Venezuela}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 22.45%
|-
|style="text-align:left;" | 20
|style="text-align:left;" | {{flag|Ekuador}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 22.42%
|-
|style="text-align:left;" | 21
|style="text-align:left;" | {{flag|Nikaragua}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 22.35%
|-
|style="text-align:left;" | 22
|style="text-align:left;" | {{flag|Australia}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 21.36%
|-
|style="text-align:left;" | 23
|style="text-align:left;" | {{flag|Thailand}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 20.91%
|-
|style="text-align:left;" | 24
|style="text-align:left;" | {{flag|Mesir}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 20.65%
|-
|style="text-align:left;" | 25
|style="text-align:left;" | {{flag|Kanada}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 18.99%
|-
|style="text-align:left;" | 26
|style="text-align:left;" | {{flag|Iran}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 18.48%
|-
|style="text-align:left;" | 27
|style="text-align:left;" | {{flag|Panama}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 18.38%
|-
|style="text-align:left;" | 28
|style="text-align:left;" | {{flag|Jepang}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 17.03%
|-
|style="text-align:left;" | 29
|style="text-align:left;" | {{flag|Tanzania}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 16.38%
|-
|style="text-align:left;" | 30
|style="text-align:left;" | {{flag|Turki}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 16.23%
|-
|style="text-align:left;" | 31
|style="text-align:left;" | {{flag|Honduras}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 16.00%
|-
|style="text-align:left;" | 32
|style="text-align:left;" | {{flag|Argentina}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 15.61%
|-
|style="text-align:left;" | 33
|style="text-align:left;" | {{flag|Kepulauan Solomon}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 14.62%
|-
|style="text-align:left;" | 34
|style="text-align:left;" | {{flag|El Salvador}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 14.37%
|-
|style="text-align:left;" | 35
|style="text-align:left;" | {{flag|Malaysia}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 14.36%
|-
|style="text-align:left;" | 36
|style="text-align:left;" | {{flag|Libya}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 14.31%
|-
|style="text-align:left;" | 37
|style="text-align:left;" | {{flag|Kosta Rika}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 14.20%
|-
|style="text-align:left;" | 37
|style="text-align:left;" | {{flag|Kenya}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 13.92%
|-
|style="text-align:left;" | 39
|style="text-align:left;" | {{flag|Chile}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 13.84%
|-
|style="text-align:left;" | 40
|style="text-align:left;" | {{flag|Republik Dominika}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 13.23%
|-
|style="text-align:left;" | 41
|style="text-align:left;" | {{flag|Selandia Baru}}
|style="text-align:center; background:FireBrick; color:white;" | 13.05%
|-
|style="text-align:left;" | 42
|style="text-align:left;" | {{flag|Suriah}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 12.16%
|-
| style="text-align:left;" | 43
| style="text-align:left;" | {{flag|Brasil}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 12.15%
|-
|style="text-align:left;" | 44
|style="text-align:left;" | {{flag|Korea Utara}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 11.82%
|-
|style="text-align:left;" | 45
|style="text-align:left;" | {{flag|Guatemala}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 11.18%
|-
|style="text-align:left;" | 46
|style="text-align:left;" | {{flag|Kamerun}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 11.17%
|-
|style="text-align:left;" | 47
|style="text-align:left;" | {{flag|Angola}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 11.02%
|-
|style="text-align:left;" | 48
|style="text-align:left;" | {{flag|Djibouti}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 10.66%
|-
|style="text-align:left;" | 49
|style="text-align:left;" | {{flag|Vanuatu}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 10.64%
|-
|style="text-align:left;" | 50
|style="text-align:left;" | {{flag|Korea Selatan}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 10.51%
|-
|style="text-align:left;" | 51
|style="text-align:left;" | {{flag|Maroko}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 10.29%
|-
|style="text-align:left;" | 52
|style="text-align:left;" | {{flag|Sudan}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 10.12%
|-
|style="text-align:left;" | 53
|style="text-align:left;" | {{flag|Haiti}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.99%
|-
|style="text-align:left;" | 54
|style="text-align:left;" | {{flag|Tunisia}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.87%
|-
|style="text-align:left;" | 55
|style="text-align:left;" | {{flag|Spanyol}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.68%
|-
|style="text-align:left;" | 56
|style="text-align:left;" | {{flag|Republik Demokratik Kongo}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.65%
|-
|style="text-align:left;" | 57
|style="text-align:left;" | {{flag|Arab Saudi}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.64%
|-
|style="text-align:left;" | 58
|style="text-align:left;" | {{flag|Aljazair}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.58%
|-
|style="text-align:left;" | 59
|style="text-align:left;" | {{flag|Afrika Selatan}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.42%
|-
|style="text-align:left;" | 59
|s60le="text-align:left;" | {{flag|Italia}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.37%
|-
|style="text-align:left;" | 61
|style="text-align:left;" | {{flag|Mauritania}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.34%
|-
|style="text-align:left;" | 62
|style="text-align:left;" | {{flag|Nigeria}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 9.12%
|-
|style="text-align:left;" | 63
|style="text-align:left;" | {{flag|Irak}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 8.65%
|-
|style="text-align:left;" | 63
|style="text-align:left;" | {{flag|Yunani}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 8.65%
|-
|style="text-align:left;" | 64
|style="text-align:left;" | {{flag|Kamboja}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 8.42%
|-
|style="text-align:left;" | 65
|style="text-align:left;" | {{flag|Timor Leste}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 7.97%
|-
|style="text-align:left;" | 66
|style="text-align:left;" | {{flag|Kuba}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 7.97%
|-
|style="text-align:left;" | 67
|style="text-align:left;" | {{flag|Eritrea}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 7.70%
|-
|style="text-align:left;" | 68
|style="text-align:left;" | {{flag|Belize}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 7.65%
|-
|style="text-align:left;" | 69
|style="text-align:left;" | {{flag|Oman}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 7.27%
|-
|style="text-align:left;" | 70
|style="text-align:left;" | {{flag|Guinea}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 6.84%
|-
|style="text-align:left;" | 71
|style="text-align:left;" | {{flag|France}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 6.67%
|-
|style="text-align:left;" | 72
|style="text-align:left;" | {{flag|Guyana}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 6.64%
|-
|style="text-align:left;" | 73
|style="text-align:left;" | {{flag|Fiji}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 6.54%
|-
|style="text-align:left;" | 74
|style="text-align:left;" | {{flag|Uni Emirat Arab}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 6.52%
|-
|style="text-align:left;" | 75
|style="text-align:left;" | {{flag|Sri Lanka}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 5.93%
|-
|style="text-align:left;" | 75
|style="text-align:left;" | {{flag|Namibia}}
|style="text-align:center; background:Red; color:white;" | 5.93%
|}
 
== Penanggulangan ==
[[Berkas:GERB spring with damper.jpg|jmpl|ka|Konstruksi rumah yang menggunakan sistem pegas untuk persiapan terjadinya gempa bumi.]]
Penanggulangan bencana alam atau ''mitigasi'' adalah upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda.<ref name="macmillan">{{en}}[http://www.csa.com/discoveryguides/archives/ndht.php Natural Disasters: Prepare, Mitigate, Manage] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110814060250/http://www.csa.com/discoveryguides/archives/ndht.php |date=2011-08-14 }}, ''csa''. Akses: 10-08-2011</ref> Lebih sedikit orang dan komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini.<ref name="macmillan"/> Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi dengan menggerakan program mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat masing-masing bencana alam.<ref name="macmillan"/>
 
Persiapan menghadapi bencana alam termasuk semua [[aktivitas]] yang dilakukan sebelum terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian [[sumber daya alam]] yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan kemungkinan yang paling baik.<ref name="macmillan"/> Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level komunitas lokal.<ref name="macmillan"/> Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional.<ref name="macmillan"/>
 
Pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat ''bahaya tinggi'' ("hazard"), memiliki ''kerentanan/kerawanan'' ("vulnerability'"), bencana alam tidak memberi dampak yang luas jika [[masyarakat]] setempat memiliki ''ketahanan terhadap bencana'' ("disaster resilience").<ref name="BANKOFF"/> Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius dari bencana alam.<ref name="BANKOFF"/> Sistem ini memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki jumlah penduduk yang besar.<ref name="BANKOFF"/>
 
== Bencana alam di Indonesia dan penanggulangannya ==
[[Berkas:US Navy 050106-N-4166B-048 Aviation Warfare Systems Operator 2nd Class Maxwell Bjerke of San Diego, Calif., surveys the damage to Meulaboh, Sumatra, Indonesia during a humanitarian aid flight in an SH-60F Seahawk helicopter.jpg|jmpl|ka|[[Meulaboh]], [[Aceh]], pasca [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004]].]]
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung.<ref name="UNESCO BANGKOK">{{en}}[http://www2.unescobkk.org/elib/publications/103/disaster.pdf Natural Disaster Preparedness and Education for Sustainable Development]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, ''unescobkk''. Akses: 10-08-2011</ref> Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda.<ref name="UNESCO BANGKOK"/>
 
[[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia]] pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa di Provinsi [[Aceh]] (NAD) dan [[Sumatera Utara]] memaksa diadakannya upaya cepat untuk mendidik masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi bencana alam.<ref name="UNESCO BANGKOK"/> Namun, upaya yang dilaksanakan tidak efektif karena persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi [[mata pelajaran]] pokok dalam [[kurikulum]] di Indonesia.<ref name="UNESCO BANGKOK"/> Materi-materi pendidikan yang berhubungan dengan bencana alam juga tidak banyak.<ref name="UNESCO BANGKOK"/>
 
''Laporan Bencana Asia Pasifik 2010'' menyatakan bahwa masyarakat di kawasan [[Asia Pasifik]] 4 kali lebih rentan terkena dampak bencana alam dibanding masyarakat di wilayah [[Afrika]] dan 25 kali lebih rentan daripada di [[Amerika Utara]] dan [[Eropa]].<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum">{{en}}[http://www.eastasiaforum.org/2010/11/17/natural-disasters-in-indonesia-strengthening-disaster-preparedness/ Natural disasters in Indonesia: Strengthening disaster preparedness], ''eastasiaforum''. Akses: 10-08-2011</ref> Laporan PBB tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta jiwa terkena dampak bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Dari laporan yang sama Indonesia mendapat peringkat 4 sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik pada periode tahun 1980-2009.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> ''Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Risiko Bencana'' juga memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/>
 
Walaupun perkembangan [[manajemen bencana]] di Indonesia meningkat pesat sejak bencana tsunami tahun 2004, berbagai bencana alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan diperlukannya perbaikan yang lebih signifikan.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih lemah dalam aplikasi sistem peringatan dini, kewaspadaan risiko bencana dan kecakapan manajemen bencana.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dimulai tahun 2005, masih dalam tahap pengembangan.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/>
 
Menurut kebijakan pemerintah Indonesia, para [[pejabat]] daerah dan provinsi diharuskan berada di garis depan dalam manajemen bencana alam.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Sementara [[Badan Nasional Penanggulangan Bencana]] dan [[tentara]] dapat membantu pada saat yang dibutuhkan.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Namun, kebijakan tersebut belum menciptakan perubahan sistematis di tingkat lokal.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Badan penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua provinsi namun baru didirikan di 18 daerah.<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/> Selain itu, kelemahan manajemen bencana di Indonesia salah satunya dikarenakan kurangnya sumber daya dan kecakapan pemerintah daerah yang masih bergantung kepada [[pemerintah pusat]].<ref name="bencana alam di indonesia-east asia forum"/>
 
== Dalam budaya manusia dan agama ==
[[Berkas:Karl Brullov - The Last Day of Pompeii - Google Art Project.jpg|jmpl|ka|''The Last Day of Pompeii'' (1833), lukisan karya Karl Briullov yang menceritakan letusan [[Gunung Vesuvius]] di Pompeii, tahun 79.]]
Sejak masa lalu manusia telah menghadapi bencana alam yang berulang kali melenyapkan populasi mereka.<ref name="associatedcontent">{{en}}[https://archive.today/20130628112705/www.associatedcontent.com/article/5690934/five_natural_disasters_of_ancient_times.html Five Natural Disasters of Ancient Times], ''associatedcontent''. Akses: 10-08-2011</ref> Pada zaman dahulu, manusia sangat rentan akan dampak bencana alam dikarenakan keyakinan bahwa bencana alam adalah [[hukuman]] dan simbol kemarahan [[dewa]]-dewa.<ref name="revista">{{en}} {{cite journal
| author =
| year = 2007
| month = WINTER
| title = '''Natural Disasters Coping with Calamity harvard review of Latin america'''
| journal = ReVista
| volume = VI
| issue = 2
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.drclas.harvard.edu/revista/files/4613c6a1bb9b7/revista_winter07_web.pdf
| format =
| accessdate = 10-8-2011
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Semua peradaban kuno menghubungkan lingkungan tempat tinggal mereka dengan dewa atau [[tuhan]] yang dianggap manusia dapat memberikan kemakmuran maupun kehancuran.<ref name="revista"/> Kata bencana dalam [[Bahasa Inggris]] "disaster" berasal dari kata [[Bahasa Latin]] "dis" yang bermakna "buruk" atau "kemalangan" dan "aster" yang bermakna "dari bintang-bintang".<ref name="definisi">{{en}}[http://clearlyexplained.com/nature/earth/disasters/ What are natural disasters?]{{Pranala mati|date=Februari 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}, ''clearlyexplained''. Akses: 10-08-2011</ref> Kedua kata tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan arti "kemalangan yang terjadi di bawah bintang", yang berasal dari keyakinan bahwa [[bintang]] dapat memprediksi suatu kejadian termasuk peristiwa yang buruk.<ref name="definisi"/>
 
== Bencana alam pada abad ke-21 ==
[[File:Global deaths from natural disasters by type ((EM-DAT; 2011 to 2019)), OWID.svg|thumb|300px|Jumlah korban jiwa akibat bencana alam dari tahun 1900–2019. Bencana Meteorologi dan Geologi seperti [[gempa bumi]], [[banjir]], dan [[badai tropis]] paling banyak membunuh manusia]]
Bencana alam dengan korban jiwa tertinggi sejak 2001, adalah bencana [[gempa bumi Haiti 2010]] dengan jumlah korban jiwa mencapai 316.000 (perkiraan). Dan disusul oleh bencana [[gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004]] melanda kawasan [[Indonesia]], [[Sri Lanka]], [[Thailand]], [[Asia tenggara]], dan [[Afrika]]. Lalu badai [[Siklon Nargis]] tahun 2008 menghantam dataran [[Myanmar]], dengan jumlah korban jiwa mencapai 138.000. bencana mematikan lainnya melanda [[Tiongkok]] di tahun yang sama, yaitu [[gempa bumi Sichuan 2008]], dengan jumlah korban 87.000 jiwa.
 
===Bencana alam paling mematikan 2001–sekarang===
{|class="wikitable sortable"
|-
!No
! scope="col" | Tanggal
! scope="col" | Lokasi
! scope="col" | Nama
! scope="col" | Korban jiwa
! scope="col" | Penyebab
|-
! 1
| {{dts|2010-01-12}}
| [[Haiti]]
| [[Gempa bumi Haiti 2010]]
| 220.000–316.000
| [[Gempa bumi]]
|-
! 2
| {{dts|2004-12-26}}
| [[Indonesia]], [[Sri Lanka]], [[India]], [[Thailand]], [[Somalia]], [[Myanmar]], [[Malaysia]]
| [[Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004]]
| 227.898
| Gempa bumi, [[Tsunami]]
|-
! 3
| {{dts|2008-05-01}}
| [[Myanmar]]
| [[Siklon Nargis]]
| 138.000
| [[Siklon tropis]]
|-
! 4
| {{dts|2008-05-12}}
| [[Tiongkok]]
| [[Gempa bumi Sichuan 2008]]
| 87.587
| Gempa bumi
|-
! 5
| {{dts|2005-10-08}}
| [[Pakistan]], [[India]]
| [[Gempa bumi Asia Selatan 2005]]
| 87.351
| Gempa bumi
|-
! 6
| Juni–Agustus 2003
| [[Italia]], [[Prancis]], [[Spanyol]], [[Jerman]], [[Britania Raya]], [[Portugal]], [[Belanda]]
| [[Gelombang panas Eropa 2003]]
| 71.000
| [[Gelombang panas]]
|-
! 7
| {{dts|2023-02-06}}
| [[Turki]], [[Suriah]]
| [[Gempa bumi Turki–Suriah 2023]]
| 62.013
| Gempa bumi
|-
! 8
| {{dts|2003-12-26}}
| [[Iran]]
| [[Gempa bumi Bam 2003]]
| 34.000
| Gempa bumi
|-
! 9
| Juni–Agustus 2022
| [[Prancis]], [[Spanyol]], [[Italia]] [[Jerman]], [[Britania Raya]], [[Portugal]], [[Belanda]], [[Slovenia]], [[Yunani]]
| [[:en:2022 European heatwaves|Gelombang panas Eropa 2022]]
|24.501
|Gelombang panas
|-
! 10
| {{dts|2001-01-26}}
| [[India]]
| [[Gempa bumi Gujarat 2001]]
|20.023
|Gempa bumi
|-
! 11
| {{dts|2011-03-11}}
| [[Jepang]]
| [[Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011]]
|19.759
|Gempa bumi, Tsunami
|-
! 12
| {{dts|2023-09-10}}
| [[Libya]]
| [[:en:Storm Daniel|Badai Daniel]]
| 11.498
| [[Badai]], dan [[Kebobolan bendungan|Bendungan jebol]]
|-
! 13
| {{dts|2015-04-25}}
| [[Nepal]]
| [[Gempa bumi Nepal April 2015]]
| 8.964
| Gempa bumi
|-
! 14
| {{dts|2013-10-25}}
| [[Filipina]]
| [[Topan Haiyan]]
| 6.340
| Siklon tropis
|-
! 15
| {{dts|2006-05-27}}
| [[Indonesia]]
| [[Gempa bumi Yogyakarta 2006]]
| 5.778
| Gempa bumi
|-
! 16
| {{dts|2013-06-17}}
| [[India]]
| [[Banjir India Utara 2013]]
| 5.748
| [[Banjir]]
|-
! 17
| {{dts|2018-09-28}}
| [[Indonesia]]
| [[Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018]]
| 4.340
| Gempa bumi, Tsunami, [[Pencairan tanah]]
|-
! 18
| {{dts|2010-05-28}}
| [[Tiongkok]]
| [[Banjir Tiongkok 2010]]
| 3.189
| Banjir
|-
! 19
| {{dts|2017-09-25}}
| [[Puerto Riko]]
| [[Badai Maria]]
| 3.059
| Siklon tropis
|-
! 20
| {{dts|2023-09-08}}
| [[Maroko]]
| [[Gempa bumi Maroko 2023]]
| 2.960
| Gempa bumi
|}
 
== Lihat pula ==
* [[Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika]] (BMKG)
* [[Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi]] (PVMBG)
* [[Badan Nasional Penanggulangan Bencana]] (BNPB)
* [[Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan]] (BASARNAS)
* [[Daftar gunung berapi di Indonesia]]
* [[Daftar gempa bumi di Indonesia]]
* [[Tsunami#Daftar tsunami di Indonesia|Daftar tsunami di Indonesia]]
* [[Daftar bencana alam berdasarkan jumlah korban jiwa]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
{{stub}}
 
[[Kategori:Bencana alam]]
[[Kategori:Bencana alam| ]]
[[ar:كوارث طبيعية]]
[[bs:Prirodna katastrofa]]
[[bg:Природно бедствие]]
[[de:Naturkatastrophe]]
[[en:natural disaster]]
[[es:Desastre natural]]
[[fr:Catastrophe naturelle]]
[[he:אסון טבע]]
[[nl:Natuurramp]]
[[ja:自然災害]]
[[pl:Klęska żywiołowa]]
[[pt:Desastre natural]]
[[scn:Disastru]]
[[fi:Hasardi]]
[[tg:Офатҳои таббии]]
[[tr:Doğal felaket]]
[[zh:自然灾害]]
[[ru:Стихийное бедствие]]