Azwar Anas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Filled in 9 bare reference(s) with reFill 2
 
(217 revisi perantara oleh 56 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{untuk|[[Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia]] ke-20|Abdullah Azwar Anas}}
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix =
|name = {{PAGENAME}}
|image = Azawar_anas2Sixth Development Cabinet Poster (Azwar Anas).jpg
|imagesize =
|caption =
|office = Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
|order = 5ke-8
|term_start = [[17 Maret]] [[1993]]
|term_end = [[Januari]]14 Maret [[1998]]
|president = [[Soeharto]]
|predecessor = [[Soepardjo Rustam]]
|successor = [[Haryono Suyono]]
|office2 = Menteri Perhubungan Republik Indonesia|Menteri Perhubungan
|order2 = 21ke-22
|term_start2 = [[23 Maret]] [[1988]]
|term_end2 = [[17 Maret]] [[1993]]
|president2 = [[Soeharto]]
|predecessor2 = [[Rusmin Nuryadin]]
|successor2 = [[Haryanto Dhanutirto]]
|birth_date = {{birth date and age|1933|8|2}}
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[KotaMato Aie, Padang|Padang]] Selatan, [[Sumatera BaratPadang]], [[Hindia Belanda]]
|office3 = Gubernur Sumatera Barat
|order3 = 4ke-3
|term_start3 = [[18 Oktober 1977]]
|term_end3 = [[30 Oktober 1987]]
|president3 =
|predecessor3 = [[Harun Zain]]
|successor3 = [[Hasan Basri Durin]]
|death_dateallegiance = [[Indonesia]]
|rank = [[File:21-TNI Army-LG.svg|25px| ]] [[Letnan Jenderal]] [[TNI]] ([[Daftar istilah militer Tentara Nasional Indonesia#H|Kehormatan]])
|death_place =
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI Angkatan Darat]]
|unit = [[Peralatan Angkatan Darat|Peralatan (CPL)]]
|serviceyears = 1960–1986
|battles =
|awards =
|servicenumber = 21051
|death_date = {{death date and age|2023|3|5|1933|8|2}}
|death_place = [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], Indonesia
|nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
|party =
|spouse = {{marriage|Djusmeini|1957|2009|reason=died}}
|children = 5
|alma_mater = Kimia Teknik - [[Institut Teknologi Bandung]]
|residence =
|occupation = {{hlist|[[Politikus]]|[[militer]]|[[birokrat]]}}
|alma_mater =
|occupation =
|religion = [[Islam]]
}}
'''Letjen(Purn) Ir.H.Azwar Anas gelar Datuak. Rajo Sulaiman''' ({{lahirmati|[[Kota Padang|Padang]], [[Sumatera Barat]]|2|8|1933}}) adalah mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Sebelumnya ia menjabat sebagai [[Menteri Perhubungan|Menteri Perhubungan Indonesia]] pada Kabinet Pembangunan V ([[1988]]-[[1993]]). Sebelumnya dia menjabat sebagai [[Gubernur Sumatera Barat]] selama dua periode ([[1977]]-[[1987]]).
 
[[Letnan Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] [[Pangkat kehormatan|(HOR)]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Insinyur|Ir.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Azwar Anas''' gelar '''Datuak Rajo Suleman''' ({{lahirmati|[[Mato Aie, Padang Selatan, Padang]]|2|8|1933|[[Jakarta]]|5|3|2023}}) adalah seorang tentara, birokrat, politikus dan pengurus sepak bola Indonesia. [[Ketua Umum PSSI]] periode 1991–1998 ini pernah dipercaya sebagai [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998) setelah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan Indonesia]] pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993). Sebelumnya ia menjabat sebagai [[Gubernur Sumatera Barat]] selama dua periode (1977–1987). Ia menjabat sebagai Ketua Majelis Pembina Pusat [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (PERTI) periode 2016–2022. Sebelumnya ia merupakan Ketua Dewan Pembina Pusat Tarbiyah periode 1989–1998 dan 2006–2016 serta [[Daftar Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah|Ketua Umum PB Tarbiyah]] periode 1998–2001 dan 2004–2006.
== Latar belakang ==
Azwar Anas dilahirkan di kota Padang, pada tanggal 2 Agustus 1931, dari ayah seorang ahli teknik dan ibu yang hanya tamatan SD. Beliau tumbuh di tengah-tengah keluarga yang agamis dengan didikan ayah yang berwatak keras dan disiplin, dan ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasehat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Sejak kecil, ibunda beliau selalu bercerita tentang orang-orang besar, kisah perjuangan Rasulullah SAW dan menanamkan pentingnya Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai pedoman hidup bagi anak-anaknya. “Memasuki usia sekolah, selain bersekolah, Bapak dan saudara-saudara yang lain sudah mendapat tugas dari kedua orang tua. Bapak bertugas menyapu dan membersihkan halaman. Selain itu, bersama adik beliau
membeli ikan di Gaung [[Padang]]
dan menjualnya ke langganan-langganan.
Semua itu sebagai latihan kemandirian,” kenang beliau, seraya berpesan kepada generasi muda “jangan pernah malu untuk berbuat sesuatu selama hal itu halal dan diridhoi Allah”. Selain balajar di sekolah formal, Azwar kecil juga menimba ilmu agama di sebuah sekolah agama di daerah tempat tinggalnya, yang saat itu bernama Sekolah Islam Mata Air (SIMA). Sama halnya seperti kebanyakan anak-anak lainnya, sewaktu kecil Pak Azwar juga senang bermain, dan permainan yang paling disukainya adalah sepak bola dan bermain perang- perangan. Beliau juga berkata; “Sewaktu kecil, dikala malam saya
sering memandang ke arah bukit indarung yang berkilauan dengan warna- warni lampunya (pabrik Semen Padang) dari rumah saya di daerah Mata Air, dan saya ingin sekali berada disana…”. Selain itu, berkat cerita- cerita yang selalu diceritakan ibu, beliau juga bercita-cita menjadi seorang seorang pemimpin di masa datang. Dalam hidup ini, beliau mempunyai motto: “Jangan pernah ragu dalam melangkah, tetapkan tujuan
 
== Kehidupan awal ==
hidup, berdoalah kepada Allah SWT dan berusaha keraslah untuk mencapainya. Jika terbentur pada suatu masalah, jangan lari! Tapi, selesaikanlah masalah itu dengan sabar dan tuntas.” Dengan bekal ilmu dunia dan ilmu agama yang dimilikinya, Azwar Anas
Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1933 di [[Padang]], yang ketika itu merupakan bagian dari [[Sumatera Barat|Keresidenan Sumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu), yang memiliki sepuluh orang anak. Ayahnya yang masih memiki garis keturunan dengan [[Raja Pagaruyung]] terakhir, yakni [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sutan Bagagarsyah]], bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di [[Simpang Haru, Padang Timur, Padang|Simpang Haru, Padang]], sementara ibunya yang hanya tamatan SD berasal dari [[Koto Sani, X Koto Singkarak, Solok|Koto Sani]], [[Solok]]. Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya telah memperoleh seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikannya, tetapi kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai.{{sfn|Yusra|2011|pp=5}}{{sfn|Yusra|2011|pp=3}} Ayahnya adalah putera dari Malik anak dari Soetan Oesman gelar Soetan Lerang seorang pengusaha terkenal pada masanya.
tumbuh dan mampu menyelesaikan pendidikan SMA nya di SMA Permindo (saat ini bernama SMA 1 Padang). Walaupun sempat berpindah ke daerah Kayu Tanam dan Bukittinggi, belajar di SMP 3 Atas Ngarai, melanjutkan ke SMA di Birugo, Bukittinggi, sampai kelas 1 SMA, sebelum akhirnya berpindah lagi ke Padang dan menyelesaikannya di SMA Permindo.
 
Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran [[Islam]] dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasihat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Ia menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di [[Mato Aie, Padang Selatan, Padang|Mato Aie]] dalam sebuah rumah yang dibangun di pinggang bukit di tepi Jalan Raya Padang–[[Pelabuhan Teluk Bayur|Teluk Bayur]]. Tidak seperti kebanyakan anak ''ambtenaar'' (pegawai pemerintah Hindia Belanda), ia bersama kakak dan adiknya tidak dimasukkan ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan dimasukkan ke HIS [[Adabiyah School]], sebuah sekolah agama yang didirikan oleh [[Abdullah Ahmad]] pada tahun 1909.{{sfn|Yusra|2011|pp=10}}
*****
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kampong Djawa Padang TMnr 60038884.jpg|jmpl|[[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Kampung Jawa]], Padang pada masa [[Hindia Belanda]]]]
Perjalanan karir Pak Azwar dimulai dengan menjadi Pegawai di Balai Penyelidikan Kimia Bogor pada tahun 1951. Pada usia 26 tahun, tepatnya pada tanggal 12 Juli 1957 di Padang, beliau resmi mempersunting seorang gadis minang bernama Jusmeini. Dari
pernikahannya ini, beliau dianugerahi 3 orang putra dan 2 orang putri. Sejak saat itu, karir Pak Azwar terus menanjak, pada tahun 1958 beliau diangkat menjadi Asisten Luar Biasa di Institut Teknologi Bandung, setahun kemudian diangkat menjadi Dosen Luar Biasa. Akibat adanya kebijakan politik Presiden Soekarno pada waktu itu, beliau
bersama-sama sahabatnya Ir. Mathias Aruf (sekarang Prof. Dr. Ir. Mathias Aruf, dan mengajar di ITB Bandung), utusan dari ITB untuk mengikuti wajib militer dalam rangka pembebasan Irian Barat. Beliau lulus dengan pangkat Letnan Satu (Lettu) Cadangan Militer (WAMIL) pada tahun 1960.
 
Ketika masih berusia kanak-kanak, ia sempat menggeluti beberapa pekerjaan untuk membantu meringankan ekonomi keluarganya yang sedang sulit pada masa [[pendudukan Jepang di Indonesia]]. Ia pernah berdagang kayu untuk kemudian dijual ke pasar [[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Kampung Jawa]] dan berjualan ikan, bahkan sebelumnya ia juga pernah berjaja [[pisang goreng]] di Mato Aie setiap pagi.{{sfn|Yusra|2011|pp=17}} Di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, setelah tamat dari HIS Adabiyah, ia masih bisa meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi; ia masuk ke sekolah bentukan Jepang yang disebut ''Chu Gakko'' (setingkat men).{{sfn|Yusra|2011|pp=18}}
Berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Pak Azwar semakin berkibar dan menjabat berbagai instansi dan organisasi, lebih dari 30 jabatan yang pernah beliau duduki. Dan, yang paling berkesan bagi beliaub adalah ketika beliau menjabat sebagai Direktur Utama PT. Semen Padang, disamping itu sekaligus menjadi Presiden Direktur di PT. Semen
Baturaja di Sumatera Selatan pada tahun 1970-1977, Dewan Komisaris PT. Semen Padang pada tahun 1978-1989, Anggota MPR Utusan Daerah selama 15 tahun (1972-1987), Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Barat pada tahun 1977-1987 (2 periode), Menteri Perhubungan Kabinet Pembangunan V pada tahun 1988-1993, mengakhiri karir militernya pada tahun 1993 dengan pangkat Letnan Jendral TNI (Purn), Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Pembangunan
VI pada tahun 1993-1998 dan Ketua Fraksi Bidang Ekonomi di DPA, disamping itu beliau juga menjabat selaku Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1992-2000. Karena itulah cita-cita yang didambakan beliau semenjak kecil.
 
=== Masa awal kemerdekaan ===
Selain itu, ayah dari Ria Prima Pusparini (almarhumah), Ir. Irsyad Riady, MSc, Ir. Irza Faraby, MSc, Ir. Rony Pahlawan, dan Dra. Maya Devita ini sudah dianugerahi 18 buah bintang tanda jasa (dari dalam dan luar negri), 39 buah piagam penghargaan, dan sudah mengunjungi berbagai negara di Benua Asia, Eropa, Amerika dan Australia sepanjang
Berita [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikannya]] kemerdekaan [[Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru disebarluaskan ke [[Kota Padang|Padang]] oleh [[Muhammad Sjafei]] sekitar akhir bulan Agustus.{{sfn|Yusra|2011|pp=19}} Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke [[pelabuhan Teluk Bayur]] dan kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang karena diikuti oleh tentara [[Belanda]]. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayah dari Azwar Anas bekerja dipindahkan ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]] sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang.{{sfn|Yusra|2011|pp=20}} Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi setelah pembunuhan [[Bagindo Azizchan]] oleh tentara Belanda,{{sfn|Yusra|2011|pp=23}} ia dan adiknya menyusul keluarganya yang ternyata telah berpindah ke [[Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}} Di kota berhawa sejuk itu, ia tetap meneruskan sekolahnya; ia dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukittinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Bukittinggi. Setelah tamat, ia masuk ke [[SMA Negeri 1 Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}}
karirnya. Sebuah prestasi yang sangat mengagumkan.
*****
 
Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di [[Yogyakarta]] diduduki oleh Belanda, [[Syafruddin Prawiranegara]] bersama [[Daftar tokoh Minangkabau|tokoh Minangkabau]] lainnya membentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat itu, ketika berlangsungnya [[Agresi Militer Belanda II]], keluarganya pindah ke [[Barulak, Tanjung Baru, Tanah Datar|Barulak]], [[Tanah Datar]], kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatera Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. Di Padang, ia bersekolah di SMA Permindo (kini [[SMA Negeri 1 Padang]]) sampai tamat pada tahun 1951.{{sfn|Yusra|2011|pp=30}} Setamat SMA, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu di Sumatera Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya.{{sfn|Yusra|2011|pp=33}} Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, ia menyampaikan keputusannya untuk merantau ke [[Jakarta]].{{sfn|Yusra|2011|pp=35}}
Saat ini, mengisi masa pensiunnya, Pak Azwar masih tetap aktif di berbagai kegiatan; mulai dari pengajian-pengajian (saat ini beliau menjadi Ketua Umum DPP Persatuan Tarbiyah Islamiyah), menghadiri undangan-undangan, dan sebagai sesepuh masyarakat minang, beliau selalu menjadi tempat bertanya bagi urang awak di perantauan.
 
== Merantau ==
Berbicara soal prinsip hidup, beliaupun berkata; “Yang terpenting dalam hidup ini adalah berbuatlah yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama secara ikhlas, berani memperbaiki kesalahan diri dan ikhlas menerima kritik. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 261, bagi mereka-mereka yang selalu ikhlas bekerja diibaratkan sebagai berikut; “Orang-orang yang menafkahkan hartanya, tenaganya, pikirannya, dan lain-lain di jalan Allah, ibarat menanam sebuah biji yang kemudian tumbuh menjadi tujuh tangkai, dan pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji, bahkan Allah melipatgandakan lagi bagi siapa yang dikehendakiNya, dan Allah luas
[[Berkas:Bandung Institute of Technology, Know Indonesia... Know Your Friend, p32.jpg|jmpl|Institut Teknologi Bandung pada tahun 1951]]
(karuniaNya), lagi Maha Mengetahui.”
 
Sesampai di Jakarta, sambil mencari pekerjaan, ia menumpang sementara waktu di rumah salah seorang kerabatnya. Setelah memperoleh informasi dari salah seorang temannya tentang lowongan pekerjaaan pegawai Balai Penyelidikan Kimia di [[Bogor]], ia langsung melamarnya.{{sfn|Yusra|2011|pp=36}} Pada awalnya ia hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah [[laboratorium]] yang dikepalai oleh seorang berkebangsaan [[Belanda]] bernama Ir. Nyhold,{{sfn|Yusra|2011|pp=37}} kemudian dalam tahun-tahun berikutnya, ia menjadi asisten seorang insinyur bernama Ir. Dufont setelah membantunya membangun sebuah laboratorium di [[Burangrang, Lengkong, Bandung|Burangrang]], [[Bandung]]. Sambil bekerja, ia juga memperoleh beasiswa dari [[Departemen Perindustrian Republik Indonesia|Departemen Perindustrian]] saat itu untuk mengikuti pendidikan kimia di Fakultas Teknik [[Universitas Indonesia Bandung|Universitas Indonesia di Bandung]], yang kini menjadi [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB).{{sfn|Yusra|2011|pp=39}}
Melihat fenomena remaja saat ini, beliau berpesan kepada generasi muda, selain mempunyai IQ yang bagus (profesional), kita juga harus mempunyai akhlak, budi pekerti, budaya yang baik dan mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi serta selalu bertawakal kepada Allah SWT. “Zikir dan shalat itu penting, karena dengan zikir dan shalat yang baik itu, InsyaAllah kita selalu terpelihara dari segala macam godaan nafsu dunia yang tidak baik” Dalam hal kepemimpinan, beliau mempunyai beberapa tahapan-tahapan langkah untuk dapat menjadi pemimpin yang baik di bidang apapun kita
ditugaskan;
 
Setelah sekitar dua tahun mengikuti kuliah di ITB, prestasi akademisnya mulai menurun.{{sfn|Yusra|2011|pp=42}} Pada saat itu ia memutuskan untuk kembali ke [[Padang]] untuk menemui orang tuanya di [[Mato Aie, Padang Selatan, Padang|Mato Aie]] dan meminta izin menikahi seorang gadis di Bandung. Namun keinginannya ini ternyata tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Ibunya justru menangis sewaktu ia meminta izin menikahi seorang gadis yang bukan [[orang Minang|Minang]]. Sebaliknya, ibunya mengajukan calon lain yang sudah disiapkannya sendiri sejak lama, yakni Djusmeini. Pada 12 Juli 1957, ia akhirnya menikah dengan Djusmeini, yang ketika itu berumur 23 tahun. Setelah pernikahan dilangsungkan di [[Lubuk Alung, Padang Pariaman|Lubuk Alung]], ia bersama istrinya kemudian pindah ke Bandung.{{sfn|Yusra|2011|pp=43}} Sesampai di Bandung, ia tetap melanjutkan kuliahnya di ITB sampai tamat.{{sfn|Yusra|2011|pp=44}}
1. Kuasai legalitas (peraturan perundang-undangan), karena seorang pemimpin harus menguasai peraturan-peraturan yang berlaku untuk tugas-tugas tersebut, yang merupakan rambu dalam melangkah dan mengambil keputusan yang tepat.
 
== Militer ==
2. Pelajari secara empiris keberhasilan, hambatan, peluang dan kesempatan (SWOT / Strength, Weakness, Opurtunity, and Threat), karena seorang pemimpin harus mengenali kemampuan dirinya, dan pengalaman- pengalaman terdahulu hal keberhasilan serta membudayakan dan menumbuhkembangkan sistem punish and reward kepada bawahannya.
=== Pendidikan militer ===
Semula berencana menjadi dosen tetap di almamaternya, pada 1959 Azwar bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah menyusul diberlakukannya status keadaan bahaya darurat perang. Ia menjalani latihan pendidikan militer di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad) di [[Bogor]] selama enam bulan hingga 1960.{{sfn|Yusra|2011|pp=47}} Ia lulus dan dilantik Presiden [[Soekarno]] sebagai [[letnan satu]] dalam upacara militer di Bogor. Para lulusan diberi dua pilihan yaitu aktif masuk militer atau kembali ke pekerjaan semula. Azwar memilih untuk bergabung dengan militer.{{sfn|Yusra|2011|pp=51}}
 
=== Karier militer ===
3. Letakkan sistem manajemen yang tepat, terbuka dan profesional.
Azwar ditempatkan di Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) sebagai Kepala Dinas A. Setahun berikutnya, Pabal AD berganti nama menjadi [[Pindad|Pusat Industri Angkatan Darat]] (Pindad). Jabatan Azwar berganti nama menjadi Kepala Bagian 5 Dinas Laboratorium Pindad.{{sfn|Yusra|2011|pp=67}} Pada 1962, Azwar naik pangkat menjadi kapten dan lima tahun selanjutnya ia berpangkat mayor corps peralatan (CPL).{{sfn|Yusra|2011|pp=60}}
 
Pada 1964, Azwar dipromosikan menjadi Asisten Umum Operasi Karya Pindad.{{sfn|Yusra|2011|pp=68}} Pada tahun itu, Pindad mengirimnya untuk mengikuti Kursus Peroketan Pindad. Ia terlibat dalam eksperimen pembuatan roket Achmad Yani 1 dan 2 yang diluncurkan dari [[Pameungpeuk, Garut]].{{sfn|Yusra|2011|pp=52}} Kemudian, ia mengikuti serangkaian kursus calon perwira menengah yaitu Kursus Latihan Perwira (Suslapa) Angkatan Darat di [[Cimahi]] dari 1967 hingga 1968, ''Upgrading'' Staf Kekaryaan Daerah (Skarda) C pada 1971, dan [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat]] (Seskoad) dari 1971 hingga 1973.{{sfn|Yusra|2011|pp=54}}
4. Jiwa kebersamaan (Social behavior), karena sukses dan keberhasilan akan tercapai apabila semua elemen yang terkait dalam suatu sistem mampu bekerjasama dan saling mendukung.
 
Pada 1967, Mayor Azwar Anas diangkat sebagai Direktur PT. Purna Sadhana Pindad, anak perusahaan Pindad dalam bidang industri sipil. Ia didampingi oleh Direktur Produksi Kapten Ir. Yuwono, Direktur Marketing Kapten Siddiq, S.H., dan Direktur Perusahaan Drs. Suparman.{{sfn|Yusra|2011|pp=78}} Karena ketiadaan dana, perusahaan itu mengajukan kredit pinjaman tanpa jaminan kepada [[Bank Bumi Daya]] sebesar Rp 500 juta.{{sfn|Yusra|2011|pp=79}} Hal ini dilakukan tanpa dilaporkan kepada Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) sebagai otoritas Pindad. Asisten II Kepala SUAD [[Hartono (militer, lahir 1927)|Jenderal Hartono]] menegur Azwar dengan keras lalu kasus ini dibawa ke persidangan.{{sfn|Yusra|2011|pp=80}} Kasus ini terbilang baru saat itu dan akhirnya Hartono menerimanya.{{sfn|Yusra|2011|pp=81}}
Diakhir perbincangan, lagi-lagi Pak Azwar mengingatkan, “Apa saja yang akan kita lakukan,berpeganglah selalu pada Al Qur’an dan Sunnah Rasul serta teruslah membaca dan belajar, karena hanya itulah pedoman hidup yang hakiki di dunia ini”.
 
PT Purna Sadhana Pindad berkegiatan dalam bisnis perbengkelan untuk jasa dan pembuatan barang-barang dan mesin untuk produksi. Pelanggan mereka adalah pabrik-pabrik semen seperti [[Semen Padang (perusahaan)|Semen Padang]] dan [[Semen Gresik]].{{sfn|Yusra|2011|pp=82}} Jumlah karyawan perusahaan itu ada 8.000 orang dan sebagian besarnya ahli dalam bidang perbengkelan, tidak dalam produksi. Azwar merekrut teknisi baru untuk meningkatkan potensi perusahaan.{{sfn|Yusra|2011|pp=85}}
 
Azwar turun ke lapangan dan mengetahui kegiatan perusahaan secara detail sejak perencanaan hingga pemasaran.{{sfn|Yusra|2011|pp=88}} Ia bersama Direktur Pemasaran Abubakar Siddik Prawiranegara langsung datang menaiki kapal ke [[Pulau Singkep]], [[Pulau Bangka]], dan [[Pulau Belitung]] untuk mengidentifikasi mesin timah yang akan diperbaiki Purna Sadhana Pindad.{{sfn|Yusra|2011|pp=87}}
 
Pada 11 Juli 1970, Azwar memimpin pameran alat-alat pertanian produksi Pindad di Gedung [[Bina Graha]], Jakarta. Presiden [[Soeharto]] sangat antusias dengan pameran tersebut.{{sfn|Yusra|2011|pp=89}}
Pencetus Gebu Minang
Keuletan mantan Menko Kesra Kabinet Pembangunan VI (1993-1998), ini berbuah manis. Jabatan apapun yang pernah diembannya, selalu dijawab dengan memberikan hasil maksimal. Tak mengherankan jika beberapa jabatan dipercayakan sebanyak dua periode kepadanya. Atau, jika tidak, dipromosikan ke jabatan baru yang menuntut tanggung jawab lebih besar.
 
Azwar sering diminta memberikan ceramah agama di masjid-masjid Bandung. Ia ikut andil mendirikan [[Masjid Salman ITB]]. Ia juga intens membangun komunikasi dengan perantau Minang di kota itu.{{sfn|Yusra|2011|pp=93}}
Ia pernah delapan tahun menjabat Dirut PT Semen Padang (1970-1977), yang, karena dianggap sukses lantas dipercayakan menggantikan Prof. Drs. Harun Zain Dt Sinaro, sebagai Gubernur Sumatera Barat selama dua periode (1977-1987). Berhasil memimpin “Ranah Minang” dengan meraih penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha, diserahkan langsung oleh Presiden Soeharto di Istana Negara pada 22 Agustus 1984, Azwar Anas lantas dipromosikan menjadi Menteri Perhubungan pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Parasamya Purnakarya Nugraha adalah penghargaan negara tertinggi yang diberikan kepada daerah yang dinilai berhasil melaksanakan pembangunan dalam skala nasional.
Kemudian, lulusan jurusan teknik kimia ITB Bandung tahun 1959 ini dipromosikan lagi menjadi Menko Kesra Kabinet Pembangunan VI (1993-1998), membawahi beberapa menteri di bidang kesejahteraan rakyat.
Pria Minang kelahiran Padang, Sumatera Barat 2 Agustus 1931, ini selalu melakukan pendekatan keimanan dan ketaqwaan. Dia mengabdi dengan bersikap lillahi ta’ala, atau ikhlas dan sebulat hati. Banyak orang lantas terkadang menjadi terlanjur menganggapnya sebagai seorang kyai haji. Padahal, putra Mato Air pemangku gelar Dt Rajo Sulaiman ini orang biasa-biasa saja. Ia adalah Ketua Lembaga Gebu (Gerakan Seribu) Minang, yang mengumpulkan uang seribu rupiah dari tiap warga Minang di perantauan untuk membangun kampung halaman.
Awalnya, sisi cendekia insinyur kimia ini lebih menonjol. Hal itu terlihat jika disimak karir awalnya sebagai dosen di almamaternya, di ITB dan IPB Bogor. Sedangkan, sosok keulamaannya menonjol dalam setiap ceramah dan perbincangan ngobrol biasa. Di usia menapak senja ia kembali menonjolkan sifat cendekianya saat duduk sebagai Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Mengabdi lillahi ta’ala atau ikhlas dan sebulat hati terpetik karena tertimpa musibah. Ria, putri sulung dan perempuan tunggal dari antara kelima anaknya, meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang Merpati Nusantara di Pantai Padang, tahun 1971. Dalam suasana sedih ia menemukan sebuah buku catatan harian Ria, tertulis di situ, “Sebaiknya kita menjadi lilin. Biarlah tumbuh hancur terbakar, asal orang lain dapat menerima manfaat yang kita terangi.”
Baginya, kalimat itu mengandung makna lain, “Kalau Papa sayang sama Ria, lakukan pesan ini.” Azwar Anas mengamalkan pengabdian semata-mata sebagai bagian dari amal ibadah terhadap Allah Swt.
AzwarAnas menapaki karir cemerlangnya semenjak dipercaya memimpin PT Semen Padang, tahun 1970. Perusahaan semen kebanggaan masyarakat Sumatera Barat sedang dalam kondisi semaput ketika itu. Ia menerima penunjukannya dengan senang hati. Sekalian pulang kampung, pikirnya, sebab semenjak lulus kuliah ia lebih banyak bekerja di wilayah Jawa Barat. Ia pernah menjadi pegawai balai penelitian, asisten dan dosen di almamater ITB dan IPB Bogor, hingga bekerja di perusahaan persenjataan PT Pindad Bandung.
Banyak pihak yang sesungguhnya meragukan kemampuan perusahaan meraup untung. Opini yang dikembangkan sudah cenderung lebih baik PT Semen Padang dijual. Namun begitu Azwar Anas turun tangan dan bekerja langsung di lokasi pabrik, di kawasan Indarung, PT Semen Padang bukan hanya selamat melainkan mampu berkembang jauh sekaligus mengangkat nama Azwar Anas. Ayah lima orang anak ini membuktikan diri seorang enterpreneur yang baik.
Keberhasilan serupa kembali ia raih saat menghuni Rumah Bagonjong alias Kantor Gubernur Sumatera Barat, sesuatu yang tak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya. Dalam kenangan masa kecil ia selalu merasa takut lewat di depan gedung yang di jaman Belanda dahulu dihuni oleh pembesar berpangkat Residen Padang. Namun, setelah menjadi kantor Gubernuran ia malah berkantor di situ.
Menteri Dalam Negeri Amirmachmud melantiknya menjadi Gubernur pada 18 Oktober 1977. Ketika berkenalan dengan masyarakat, dalam pidato pertama Azwar Anas mengutip bagian pidato terkenal dari Sayidina Abu Bakar Siddiq saat dilantik sebagai Khalifah, yang menyebutkan, “Jika tindakan saya benar ikutilah saya, jika salah betulkanlah.”
Terbukti, tindakan Azwar Anas dianggap benar sebab selama 10 tahun masa baktinya ia melakukan pendekatan bersentuhkan keimanan dan ketaqwaan. Ia juga tak jemu-jemu mengingatkan masyarakat Ranah Minang agar selalu ingat pada Allah, sesuai semboyan “Adatnya bersendi syara’ dan syara’ bersendi Kitabullah”. Ia juga mengutarakan, di setiap kesempatan mulai dari kota hingga ke nagari-nagari terpencil, agar semua pekerjaan diniatkan karena Allah semata untuk mencari ridha-Nya. Tujuannya supaya tercipta akhlak mulia atau akhlaqul karimah.
Azwar Anas beruntung mempunyai penampilan yang meyakinkan disertai rona muka bersih dan suara mantap melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an serta hadist Nabi. Dengan kepandaian dan penampilannya, ia menyerukan rakyat agar berlomba berbuat kebajikan, bekerja tekun, dan giat membangun kampung halaman menuju masa depan yang lebih baik. Ia mengutip pula surat Ar-Radhu ayat 11, “Nasib suatu kaum tidak berubah jika mereka sendiri tidak berusaha mengubahnya.” Rakyat pun menjadi tersentuh dan yakin hanya mereka sendiri yang harus giat membangun daerah Sumatera Barat. Jika di era Harun Zain rakyat Sumatera Barat merasakan bangkit harga dirinya, pada era Azwar Anas keimanan dan ketaqwaan rakyat terpupuk.
Azwar Anas putera dari Engku Anas Sutan Masa Bumi, seorang bekas Kepala Jawatan Kereta Api Padang, menorehkan Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (LLAJ) sebagai peninggalan bertinta emas. Awalnya muncul beragam protes keras. Azwar Anas berhasil menepis gelombang protes sekaligus menggolkan LLAJ, dengan logika sederhana saja.
Dikatakannya, dahulu ketika jalan raya penuh lobang dan batu-batu resikonya hanya patah per. Dan, per itu bisa dibeli dengan murah. Kecil sekali kemungkinan terjadi tabrakan karena kendaraan jalan pelan dan jumlahnya relatif tidak banyak. Tapi dengan jalanan mulus dan kendaraan berjubel resiko bukan lagi patah per tapi patah kaki, lengan, bahkan tewas mengenaskan. Lalu, dimana mesti membeli itu semua sebab jelas tak ada dijual.
Itulah Azwar Anas, tokoh nasional yang tetap menampakkan diri sebagai “Urang Awak”. Karena ketokohannya mempersatukan warga Minang di perantauan, sejak tahun 1990 kepadanya dipercayakan jabatan Ketua Umum Lembaga Gebu Minang, sebuah gerakan mengumpulkan uang seribu rupiah dari setiap warga sebagai bentuk partisipasi untuk membangun kampung halaman.
 
== Direktur Semen Padang ==
Gubernur Sumatera Barat [[Harun Zain]] memanggil Azwar pulang kampung halaman dengan menjadi Direktur [[Semen Padang (perusahaan)|PN Semen Padang]].{{sfn|Yusra|2011|pp=97}} Kala itu Sumatera Barat porak-poranda akibat penumpasan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI).{{sfn|Yusra|2011|pp=101}} Harun Zain memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang kembali membangun Sumatera Barat.{{sfn|Yusra|2011|pp=102}}
 
Kolonel Azwar Anas mulai memimpin Semen Padang dalam keadaan sekarat. Ia membenahi keadaan fisik pabrik dan merehabilitasi mental para karyawan melalui dakwah Islam. Ia berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}
 
== Karier pemerintahan ==
[[firman jayanua]]
[[Berkas:Governor of West Sumatra Azwar Anas.jpg|jmpl|Potret resmi Azwar Anas sebagai Gubernur Sumatera Barat untuk periode kedua.]]
Keberhasilan Azwar Anas membuat ia dikenal oleh rakyat sehingga ia terpilih dalam pemilihan [[Gubernur Sumatera Barat]] Oktober 1977 menggantikan [[Harun Al-Rasjid Zain|Harun Zain]].{{sfn|Permo|1995|pp=93}} Ia tercatat sebagai perwira militer pertama yang memegang jabatan Gubernur Sumatera Barat. Ia menjabat gubernur selama dua periode hingga 1987. Pada 1986, ia pensiun dari [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI) dengan pangkat terakhir [[mayor jenderal]] TNI.{{sfn|Permo|1995|pp=92}}
 
Seusai menjabat gubernur, pada 1988 Presiden [[Soeharto]] mengangkatnya menjadi [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan]] dalam [[Kabinet Pembangunan V]]. Pada 1991, ia dipercaya menjadi Ketua Umum [[Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia]] (PSSI) hingga 1999. Masa itu PSSI berhasil mengadakan kompetisi [[Sistem liga sepak bola di Indonesia|Ligina]], gabungan [[Perserikatan (ajang sepak bola)|perserikatan]], dan [[Galatama]].{{sfn|Permo|1995|pp=92}}
== Pendidikan ==
* SD di Padang, 1944
* SMP di Bukittinggi, 1948
* SMA di Padang, 1951
* Teknik Kimia ITB Bandung, 1959
* Kursus Manajemen di Universitas Syracuse, AS, 1959
 
Pada 1993, Azwar diangkat menjadi [[Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] dalam [[Kabinet Pembangunan VI]]. Tak lama kemudian ia bersama [[Soesilo Soedarman]] menerima kenaikan pangkat bersejarah menjadi [[Letnan Jenderal]] TNI purnawirawan.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}
== Karier ==
* Kursus Manajemen di Universitas Syracuse, AS, 1959 Karir:
* Pegawai Balai Penyelidikan Kimia, Bogor, 1951-1952
* Asisten Prof Dr Dupont di Fakultas Pertanian Bogor, 1954
* Asisten Dosen Luar Biasa ITB, 1958-1959
* Dosen Luar Biasa ITB, 1959-1960  Kepala Dinas a Pindad, 1960-1961
* Kepala Pusat Laboratoria Pindad, 1961-1964
* Kepala Pusat Karya Pindad, 1965-1968
* Dirut PT Purna Sadhana Pindad, 1968-1970
* Dirut PT Semen Padang, 1970-1977
* Dirut PT Semen Baturaja, 1973-1977
* Anggota MPR Utusan Daerah, 1972-1977
* Gubernur Sumatera Barat, 1977-1987
* Menteri Perhubungan Kabinet Pembangunan V, 1988-1993
* Menko Kesra Kabinet Pembangunan VI, 1993-1998 Kegiatan Lain:
* Ketua Dewan Penyantun IKIP Padang, 1975-1977
* Ketua I Presidium Asosiasi Semen Indonesia, 1971-1977
* Ketua Umum Lembaga Gebu Minang, 1990-sekarang
* Ketua Umum PSSI, 1992-2000
 
Pada 1991, Azwar Anas menjadi pendiri dan Ketua Yayasan Nurul Ikhlas yang berlokasi di Pincuran Tinggi, [[Panyalaian, Sepuluh Koto, Tanah Datar]]. Yayasan ini bergerak di pendidikan Islam dan berkembang membawahi SMP dan SMA pondok pesantren modern, serta Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah Manna Wa Salwa.<ref>https://nurulikhlas.sch.id/sejarah-perkembangan-pondok-pesantren-modern-nurul-ikhlas/</ref><ref>{{Cite web|url=https://mannawasalwa.ac.id/sejarah/|title=Sejarah – STES Manna wa Salwa|accessdate=8 Des 2024}}</ref> Ia menjabat sebagai ketua yayasan hingga akhir hayatnya.<ref>https://vervalyayasan.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil?yayasan_id=418DAE6F-51F1-4F06-8284-97650B192BEA</ref>
== Referensi ==
 
{{reflist}}
== Kehidupan pribadi ==
[[Berkas:Azwar Anas.jpg|jmpl|Azwar Anas selaku Ketua Dewan Pembina Pengurus Besar Persatuan Tarbiyah Islamiyah meninjau Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas yang berada di X Koto, Tanah Datar, 2011.]]
Dari pernikahan dengan Djusmeini, Azwar memiliki lima orang anak. Anak pertamanya Ria Prima Pusparini meninggal pada 10 November 1971 dalam [[Kecelakaan Vickers Viscount Samudra Hindia 1971|kecelakaan pesawat Merpati]] yang juga ditumpangi oleh seniman [[Huriah Adam]].{{sfn|Permo|1995|pp=94}} Anak-anak berikutnya bernama Ary Irsyad Riadi, Roy Irza Farabi, Ronny Pahlawan, dan Maya Devita. Keempat anak itu lulusan [[Amerika Serikat]].{{sfn|Yusra|2011|pp=538}} Djusmeini meninggal dunia di Bandung pada 16 Desember 2009.<ref>https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/02/10/breaking-news/nasional/09/12/17/96467-istri-azwar-anas-meninggal-dunia</ref> Ronny Pahlawan menikahi calon istrinya di depan jenazah ibunya sebelum dimakamkan.<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-1261730/putra-azwar-anas-menikah-di-depan-jenazah-sang-ibu|title=Putra Azwar Anas Menikah di Depan Jenazah Sang Ibu|website=detiknews|accessdate=8 Des 2024}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/114599-kalla-melayat-istri-azwar-anas|title=Kalla Melayat Istri Azwar Anas|first=Pipiet Tri Noorastuti, Sandy Adam|last=Mahaputra|date=17 Des 2009|website=www.viva.co.id|accessdate=8 Des 2024}}</ref>
 
== Wafat ==
Azwar Anas meninggal dunia karena sakit pernapasan di CICU [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|RSPAD Gatot Soebroto]], [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]], pada 5 Maret 2023, pukul 11.42 WIB setelah menjalani perawatan selama dua bulan.<ref>{{Cite web|url=https://langgam.id/azwar-anas-sempat-dirawat-2-bulan-di-rspad/|title=Azwar Anas Sempat Dirawat 2 Bulan di RSPAD|date=5 Mar 2023|accessdate=8 Des 2024}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.hariansinggalang.co.id/gangguan-pernafasan-sudah-empat-hari-mantan-menko-kesra-azwar-anas-dirawat/|title=Gangguan Pernafasan, Sudah Empat Hari Mantan Menko Kesra Azwar Anas Dirawat|date=3 Jan 2023|website=Harian Singgalang|accessdate=8 Des 2024}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://epaper.mediaindonesia.com/detail/a-4400|title=Mantan Ketum PSSI Azwar Anas Berpulang &#124; Media Indonesia|date=6 Mar 2023|website=EpaperMI|accessdate=8 Des 2024}}</ref> Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer keesokan harinya di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]] dipimpin oleh [[Abdullah Mahmud Hendropriyono]].<ref>{{Cite web|url=https://www.tribunnews.com/nasional/2023/03/06/digelar-secara-militer-hendropriyono-pimpin-upacara-pemakaman-azwar-anas-di-tmp-kalibata|title=Digelar Secara Militer, Hendropriyono Pimpin Upacara Pemakaman Azwar Anas di TMP Kalibata|date=8 Des 2024|website=Tribunnews.com|accessdate=8 Des 2024}}</ref>
 
== Penghargaan ==
* [[Satyalancana Penegak]]<ref name=sl>{{Cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=-5_xxJr2cYkC&pg=RA10-PA65|title=Mimbar|date=8 Des 1976|publisher=Departemen Dalam Negeri|accessdate=8 Des 2024|via=Google Books}}</ref>
* [[Satyalancana Kesetiaan]] VIII<ref name=sl/>
* [[Satyalancana Pembangunan]] dari [[Presiden Republik Indonesia]] (1974)<ref name=sl/>
* [[Bintang Mahaputera Utama]] dari Presiden Republik Indonesia (1986)<ref name=bm>{{Cite web|date=10 September 2018|title=Daftar Warga Negara Republik Indonesia yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 1959 s.d. 2003|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf|website=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=2021-08-12}}</ref>
* [[Bintang Mahaputera Adipradana]] dari Presiden Republik Indonesia (1992)<ref name=bm/>
* [[File:MY-NEG Order of Loyalty to Negeri Sembilan.svg|50px]] Dato' Seri Utama dari [[Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan]], [[Malaysia]], [[Ja'afar dari Negeri Sembilan|Tuanku Ja'afar]]{{sfn|Permo|1995|pp=92}}{{sfn|Yusra|2011|pp=503}}<ref>{{Cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=SE9UDwAAQBAJ&pg=PA85|title=PERTAUTAN BUDAYA - SEJARAH MINANGKABAU & NEGERI SEMBILAN|first1=Prof Dr H. Saifullah SA|last1=MA|first2=Dr Febri Yulika, S. Ag|last2=M.Hum|date=1 Des 2017|publisher=ISI Padangpanjang|accessdate=8 Des 2024|via=Google Books}}</ref>
* [[File:AUT Honour for Services to the Republic of Austria - 5th Class BAR.svg|50px]] Grand Decoration of Honour in Silver with Star of the [[:en:Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria#Classes|Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria]] (1996)<ref name="recipients">{{cite web|url=https://www.parlament.gv.at/PAKT/VHG/XXIV/AB/AB_10542/imfname_251156.pdf|title=Eingelangt am 23.04.2012 : Dieser Text wurde elektronisch übermittelt. Abweichungen vom Original sind möglich. Bundeskanzler Anfragebeantwortung|website=Parlament.gv.at|access-date=10 February 2019}}</ref>
 
== Rujukan ==
; Catatan kaki
{{reflist
|colwidth = 30em
|refs =
}}
 
; Daftar pustaka
{{refbegin|2}}
* {{cite book
|last = Yusra
|first = Abrar
|authorlink = Abrar Yusra
|url = https://books.google.co.id/books?id=s3m3YARcG_wC
|title = Azwar Anas: Teladan dari Ranah Minang
|year = 2011
|publisher = Gramedia Pustaka Utama
|location = Jakarta
|id = ISBN 978-979-709-585-7
|ref = {{sfnRef|Yusra|2011}}
}}
* {{cite book
|last = Kahin
|first = Audrey R
|authorlink =
|title = Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926–1998
|year = 2005
|publisher = Yayasan Obor Indonesia
|location =
|id = ISBN 978-979-461-519-5
|ref = {{sfnRef|Kahin|2005}}
}}
* {{cite book
|last = Lesmana
|first = Tjipta
|authorlink =
|title = Dari Soekarno sampai SBY
|year = 2009
|publisher = Gramedia Pustaka Utama
|location =
|id = ISBN 978-979-22-4267-6
|ref = {{sfnRef|Lesmana|2009}}
}}
* {{cite book
|last = Asnan
|first = Gusti
|authorlink = Gusti Asnan
|title = Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an
|year = 2007
|publisher = Yayasan Obor Indonesia
|location =
|id = ISBN 978-979-461-640-6
|ref = {{sfnRef|Asnan|2007}}
}}
* {{cite book
|title = Jernih Melihat Cermat Mencatat: Antologi Karya Jurnalistik Wartawan Senior Kompas
|last1 = Pandoe
|first1 =
|last2 = Pour
|first2 = J
|year = 2010
|publisher = Penerbit Buku Kompas
|location =
|id = ISBN 979-709-487-1
|ref = {{sfnRef|Pandoe & Pour|2010}}
}}
* {{Cite book|date=1995|url=https://books.google.com/books?id=5IhwAAAAMAAJ&pg=PA92|title=Profil Tokoh, Aktivis, dan Pemuka Masyarakat Minang|publisher=Permo Promotion|isbn=978-979-8931-00-0|pages=92–94|language=id|access-date=30 Oktober 2021}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
{{Commonscat}}
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/azwar-anas/index.shtml Profil Azwar Anas di Tokohindonesia.com]{{deadlink}}
 
* [https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA659 Riwayat hidup anggota-anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum 1971]
{{S-start}}
* [https://books.google.co.id/books?id=dB4TAAAAMAAJ&pg=PA28 Pemilihan umum 1987]
{{S-gov}}
* {{id}} [https://tokoh.id/biografi/1-ensiklopedi/pencetus-gebu-minang/ Profil Azwar Anas Pencetus Gebu Minang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304191555/http://i.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/829-pencetus-gebu-minang |date=2016-03-04 }} di Tokohindonesia.com.
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menko Kesra]] | tahun = 1993 - 1998 | pendahulu = [[Soepardjo Roestam]] | pengganti = [[Haryono Suyono]]}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Daftar Menteri Perhubungan Republik Indonesia|Menteri Perhubungan]] | tahun = [[1988]] - [[1993]] | pendahulu = [[Rusmin Nuryadin]] | pengganti = [[Haryanto Dhanutirto]]}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Daftar gubernur Sumatera Barat|Gubernur Sumatera Barat]] | tahun = [[1977]] - [[1987]] | pendahulu = [[Harun Zain]] | pengganti = [[Hasan Basri Durin]]}}
{{Kotak_selesai}}
 
{{S-start}}
{{S-off}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia|Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat]] |tahun = 1993–1998 |pendahulu = [[Soepardjo Roestam]] |pengganti = [[Haryono Suyono]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Perhubungan Republik Indonesia|Menteri Perhubungan]] |tahun = 1988–1993 |pendahulu = [[Rusmin Nuryadin]] |pengganti = [[Haryanto Dhanutirto]]}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Gubernur Sumatera Barat|Gubernur Sumatera Barat]] |tahun = 1977–1987 |pendahulu = [[Harun Zain]] |pengganti = [[Hasan Basri Durin]]}}
{{S-sport}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia#Ketua umum|Ketua Umum PSSI]] | tahun = 1991 - 19991991–1999 | pendahulu = [[Kardono]] | pengganti = [[Agum Gumelar]]}}
{{S-end}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}{{Kabinet Pembangunan V}}{{Menteri Perhubungan Indonesia}}{{Gubernur Sumatera Barat}}{{Authority control}}
 
 
{{indo-bio-stub}}
 
{{DEFAULTSORT:Anas, Azwar}}
[[Kategori:Insinyur Indonesia]]
 
[[Kategori:GubernurInsinyur Sumaterakimia BaratIndonesia]]
[[Kategori:MenteriCerdik IndonesiaPandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Islam IndonesiaTNI]]
[[Kategori:Tokoh ICMImiliter Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh militer Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Ketua Umum PSSI]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Dinasti Mauli]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:KetuaTokoh PSSIIslam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]]
 
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[en:Azwar Anas]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Koordinator Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Perhubungan Indonesia]]
[[Kategori:Gubernur Sumatera Barat]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Pembangunan]]