Mereka Bilang, Saya Monyet!: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JackieBot (bicara | kontrib)
k Bot: en:Mereka Bilang, Saya Monyet! adalah artikel pilihan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Pranala luar: Bot: Merapikan artikel
 
(50 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{short description|Film Indonesia tahun 2008 yang disutradarai Djenar Maesa Ayu}}
{{Infobox Film
| movie_namename = Mereka Bilang, Saya Monyet!
| image = Mereka Bilang Saya Monyet.jpg
| size image_size = 200px
| alt = Sebuah poster yang menunjukkan air mata. Judul "Mereka Bilang, Saya Monyet!" tertulis di bawahnya.
| caption = Poster
| based_on = {{plainlist|
*"Lintah"
*"Melukis Jendela"
}}
| director = [[Djenar Maesa Ayu]]
| producer = Djenar Maesa Ayu<br />[[Riyadh Assegaf]]{{plainlist|
*Djenar Maesa Ayu
| eproducer = [[Intimasi Productions]]
*Riyadh Assegat
| aproducer =
}}
| writer = Djenar Maesa Ayu<br />[[Indra Herlambang]]
| writer = {{plainlist|
| starring = [[Titi Sjuman]]<br />[[Henidar Amroe]]
*Djenar Maesa Ayu
| music = [[Aksan Sjuman]]<br />[[Titi Sjuman]]
*Indra Herlambang
| cinematography =
}}
| editing =
| distributorstarring = = {{plainlist|
*[[Titi Rajo Bintang]]
| released = [[28 Desember]] [[2007]]
*Henidar Amroe
*Ray Sahetapi
}}
| music = {{plainlist|
*Titi Rajo Bintang
*Wong Aksan
}}
| cinematography = Roby Taswin
| editing = {{plainlist|
*Wawan I. Wibowo
*Arifin "Cuunk"
}}
| distributor = {{plainlist|
* Intimasi Production
* [[Bioskop Online]]
}}
| released = {{Film date|2008|01|03|Indonesia|df=yes}}
| runtime = 90 menit
| country = [[Indonesia]]
| awards =
| language = [[Bahasa Indonesia]]
| budget = [[Rupiah|Rp]]620 juta{{sfn|Indrarto 2008, Demokratisasi Selera Monyet}}
| gross =
| preceded_by =
| followed_by =
| amg_id =
| imdb_id = 0315367
}}
'''''Mereka Bilang, Saya Monyet!''''' (ditayangkan internasional '''''They Say I'm a Monkey!''''') adalah film Indonesia tahun 2008 yang disutradarai oleh [[Djenar Maesa Ayu]]. Film ini diperankan oleh [[Titi Rajo Bintang]], Henidar Amroe, dan Ray Sahetapi, tentang kisah hidup perempuan bernama Adjeng yang mengalami [[pelecehan anak|pelecehan seksual]] oleh pacar ibunya. Film ini disadur dari dua antologi cerita pendek pertama karya Ayu dengan judul yang sama, dan melalui proses pengembangan selama beberapa tahun sebelum akhirnya difilmkan dalam waktu 18 hari dengan anggaran rendah, yaitu [[Rupiah|Rp]]620 juta. Para pemeran dan kru film ini sebagian besar adalah amatir dan pelajar, meskipun ada beberapa aktor terkenal dengan bayaran murah.
{{Penghargaan film
|award1=[[Festival Film Indonesia 2009]]
|ket-award1=
* '''Pemeran Wanita Terbaik''' : [[Titi Sjuman]]
* '''Pemeran Pendukung Wanita Terbaik''' : [[Henidar Amroe]]
* '''Skenario Adaptasi Terbaik''' : [[Djenar Maesa Ayu]], [[Indra Herlambang]]
}}
'''Mereka Bilang, Saya Monyet!''' adalah film drama [[Indonesia]] yang dirilis pada tahun [[2007]] dan disutradarai oleh [[Djenar Maesa Ayu]]. Film ini dibintangi antara lain oleh [[Henidar Amroe]], [[Ray Sahetapy]] dan [[Jajang C. Noer]].
 
Film ''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' digambarkan sebagai "anti-Sjuman" karena gaya penyutradaraan Ayu yang lebih personal dan [[realisme sosial]] ayahnya, [[Sjumandjaja]]. Meskipun gagal secara komersial, film ini dapat diterima dengan baik oleh para kritikus dan memenangkan lima penghargaan tingkat nasional, serta ditayangkan di beberapa festival film internasional. Dua media Indonesia, ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]'' dan ''[[The Jakarta Post]]'' memilih film ini sebagai salah satu film terbaik di tahun 2008.
== Sinopsis ==
{{TOC limit|2}}
 
== Alur ==
Film ini berdasarkan novel yang dikarang oleh Djenar, sang sutradara sendiri, yang menceritakan tentang realitas yang memprihatinkan mengenai tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, disertai minimnya edukasi masyarakat terhadap hak asasi manusia yang sebenarnya dimiliki secara individu.
 
Adjeng ([[Titi Rajo Bintang]]) adalah seorang penulis cerita anak-anak yang tinggal sendirian di apartemen yang dibiayai oleh pacarnya, seorang pengusaha kaya ([[Joko Anwar]]). Namun, Adjeng ingin menulis cerita pendek untuk orang dewasa, dan ia dibimbing oleh Asmoro ([[Ray Sahetapy]]), yang juga menjalin hubungan dengannya. Sementara itu, ibu Adjeng ([[Henidar Amroe]]) terus meneleponnya dan melakukan kunjungan mendadak yang membuat teman-teman Adjeng, Venny ([[Ayu Dewi]]) dan Andien ([[Fairus Faisal]]) menyindir dirinya karena merasa ibunya sombong.
Film ini berkisah tentang Adjeng ([[Titi Sjuman]]), seorang penulis cerita anak-anak muda yang terjebak dalam kehidupan sehari-harinya. Didepan ibunya ([[Henidar Amroe]]), Adjeng bersifat sangat pasif dan terkesan seperti anak kucing, selalu menuruti perintahnya. Namun jika sudah bersama teman-temannya, Adjeng akan berubah menjadi wanita yang agresif dan suka bertindak tanpa berpikir panjang. Adjeng juga punya pacar yang jauh lebih tua darinya ([[Ray Sahetapy]]).
 
Suatu malam, Adjeng pergi ke kelab dengan teman-temannya dan minum terlalu banyak hingga muntah dan pingsan di toilet. Saat terbaring di sana, ia teringat masa kecilnya (Nadya Romples) yang penuh dengan trauma, termasuk ketika ia dipaksa makan sayuran yang sebelumnya telah ia muntahkan. Saat Andien [[cinta satu malam|menginap semalam]] di apartemennya, Adjeng mengintip dan mengingat bagaimana ia melihat ibunya berhubungan seks dengan kekasihnya ([[Bucek Depp]]), yang pernah [[pelecehan seksual terhadap anak|mencabulinya]]. Latar belakang ini, serta ingatannya tentang kehidupan Adjeng saat remaja (diperankan oleh Banyu Bening) di rumah ayahnya yang suka main perempuan ([[August Melasz]]), digabungkan ke dalam cerita pendek Adjeng yang berjudul "Lintah".
Setelah Adjeng berhenti dari pekerjaannya sebagai penulis, ia hanya bersenang-senang dengan teman-temannya setiap malam didiskotik. Namun, setiap saat bayangan masa lalunya terus saja menghantui, yaitu pelecehan seksual dari ayahnya ketika ia masih remaja. Adjeng pun punya masa lalu yang buruk dengan ibunya yang bersikat overprotektif, dan akan sangat marah jika Adjeng tidak mau makan makanan yang dibeli ibunya, bahkan menyuruh Adjeng memakan makanan yang sudah dimuntahkan.
 
Ketika Asmoro membaca cerita tersebut, ia mengatakan bahwa cerita tersebut tidak realistis dan pembaca membutuhkan [[Klimaks (narasi)|klimaks]]. Namun, Adjeng bersikeras bahwa kenyataannya memang tidak realistis dan tidak semua korban pemerkosaan mau melapor ke polisi. Beberapa hari berselang, ketika mereka sedang berbaring di tempat tidur, Asmoro menunjukkan kepada Adjeng bahwa "Lintah" telah dimuat di surat kabar ''[[Kompas]]''. Ibu Adjeng, yang mengetahui bahwa cerita tersebut bersifat [[autobiografi|otobiografi]] menjadi sangat marah dan setelah dirinya pergi ke apartemen Adjeng, Ibunya menyalahkan semuanya kepada ayah Adjeng yang telah menelantarkan mereka.
Lain dari Adjeng, dua orang temannya yang selalu menemaninya didiskotik juga punya masalah yang tidak jauh berbeda. Satu diantaranya sudah punya suami, namun hubungan mereka merenggang karena sang istri tidak juga bisa memberikan keturunan. Adjeng, ibunya, dan kedua temannya memiliki masalah yang berbeda, tapi benang merahnya sama, yaitu ketidakmampuan seorang perempuan dalam menghadapi masalah-masalahnya.
 
Karena kesal, Adjeng pergi bersama Venny dan Andien, namun ketika keduanya mulai berdebat tentang keibuan, Adjeng meninggalkan mereka berdua di jalan. Ia kemudian pergi ke sebuah kafe untuk minum-minum dengan Asmoro yang telah menghiburnya. Ketika kembali ke rumah, ia memeriksa pesan-pesannya yang sebagian besar berisi tentang cerpen tersebut. Sementara itu, Venny dan Andien kembali ke rumah dan mengurusi anak-anaknya.
== Piala Citra FFI 2009 ==
 
''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' menerima tujuh nominasi pada ajang [[Festival Film Indonesia 2009]], memenangkan empat diantaranya, termasuk Aktris Terbaik untuk [[Titi Sjuman]].
Sehari berselang, Asmoro melihat kekasih Adjeng meninggalkan apartemennya dan membuatnya marah. Mereka bertengkar dan membuat Asmoro hampir membekap Adjeng dengan bantal sebelum mengatakan mengakhiri hubungan mereka. Saat Adjeng berbaring di tempat tidur, ia teringat bagaimana kekasih ibunya itu memperkosanya dan bagaimana ibunya membunuhnya. Saat telepon berdering, Adjeng mengingat masa lalunya dan menemukan kenyamanan dalam menulis.
 
== Pemeran ==
 
* [[Titi Radjo Padmaja|Titi Sjuman]] sebagai Adjeng, seorang penulis muda yang pernah mengalami pelecehan saat kecil
* [[Henidar Amroe]] sebagai ibu Adjeng, seorang mantan aktris yang sangat posesif dengan anaknya
* [[Ray Sahetapy]] sebagai Asmoro, penasihat dan kekasih Adjeng
* [[Bucek Depp]] sebagai pacar ibu Adjeng, seorang musisi yang pernah mencabuli Adjeng saat masih kecil
* [[Jajang C. Noer|Jajang C Noer]] sebagai Bi Inah, pembantu ayah Adjeng
* [[August Melasz]] sebagai ayah Adjeng, seorang penulis yang senang bergaul dan berinteraksi dengan putrinya
* [[Arswendo Atmowiloto]] sebagai Redaktur
* [[Banyu Bening]] sebagai Adjeng saat remaja
* [[Ayu Dewi]] sebagai Venny, teman Adjeng yang suka pergi ke kelab dan sangat ingin memiliki anak
* [[Fairus Faisal|Fairuz Faisal]] sebagai Andien, teman Adjeng yang suka pergi ke kelab dan dan memiliki seorang anak
* [[Indra Herlambang]] sebagai Presenter
* [[Mario Lawalata|Mario Lawalatta]] sebagai Laki-laki Bar
* [[Nadya Rompies]] sebagai Adjeng saat masih kecil
* [[Joko Anwar]] sebagai bos yang dikencani oleh Adjeng untuk mendapatkan dukungan finansial
* Riyadh Assegaf sebagai Lounge Crowd
 
== Produksi ==
Film ini awalnya akan dibuat berdasarkan antologi cerita pendek karya [[Djenar Maesa Ayu]] pada tahun 2002, yakni "Mereka Bilang, Saya Monyet!", yang sukses secara komersial.{{sfn|Garcia 2004, More than just}}{{sfn|The Jakarta Post 2005, No monkey business}} Namun, Djenar kemudian memilih untuk mendasarkan film ini pada dua cerita lain dari antologi tersebut, yakni "Lintah" dan "Melukis Jendela".{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}} Djenar awalnya tidak berniat untuk memfilmkan cerita tersebut, tetapi ia kemudian setuju setelah didekati oleh sebuah konsorsium investor yang menawarkan untuk mendanainya.{{sfn|Ayu|2008|loc=2:55–2:57}} Djenar lalu meminta [[Indra Herlambang]], seorang penulis sekaligus [[pewara televisi]],{{sfn|Edmond 2011, 'Religion is my anchor'}} untuk membantunya menulis skenario, karena ia "tidak pernah bisa menulis cerita dengan alur",{{efn|Asli: "''Ane juge tau kapsitas ane, biasenye ntu... kalo menulis kagak perneh bise pake'' plot."}}{{sfn|Ayu|2008|loc=3:03–3:08}} dan ia membutuhkan Indra untuk membuatnya tetap termotivasi.{{sfn|Ayu|2008|loc=3:10–3:15}} Keduanya pun menulis skenario selama dua tahun,{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}} dan sempat mengalami kesulitan untuk menemukan investor baru setelah investor awal memutuskan untuk keluar.{{sfn|Ayu|2008|loc=3:20–3:26}}
 
Pada tahun 2004, Djenar mulai mengambil kelas pembuatan film untuk mempersiapkan dirinya menyutradarai film.{{sfn|Garcia 2004, More than just}} Ia juga menonton sejumlah film yang disutradarai oleh ayahnya, [[Sjumandjaja]], sebagai bagian dari persiapan produksi.{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}} Produksi akhirnya dimulai pada bulan Oktober 2006, dengan sejumlah kru film, termasuk penata artistik Hardiyansah B. Yasin, baru bergabung setelah Djenar bertemu dengan mereka di sebuah kafe di Jakarta Selatan dan mengetahui bahwa mereka aktif di kancah [[Film independen|film indie]] lokal. Mereka pun membantu mengumpulkan uang sebanyak Rp 620 juta yang dibutuhkan untuk produksi.{{sfn|Indrarto 2008, Demokratisasi Selera Monyet}}{{sfn|Ayu|2008|loc=3:40–4:20}} Sebagai bagian dari upaya untuk menghemat biaya, banyak anggota kru masih merupakan mahasiswa jurusan perfilman.{{sfn|Ayu|2008|loc=6:50–6:55}}
 
Sejumlah peran ditulis dengan telah mempertimbangkan aktor tertentu untuk memerankannya,{{sfn|Ayu|2008|loc=11:35–11:48}} sementara seleksi untuk peran lain dipromosikan [[dari mulut ke mulut]].{{sfn|Ayu|2008|loc=12:03–12:11}} Titi Rajo Bintang, seorang dosen di Institut Musik Daya Kemang, dipilih untuk berperan sebagai Adjeng, setelah Djenar dan suami Titi saat itu, [[Sri Aksana Sjuman]] (kakak Ayu), berhasil meyakinkannya. Awalnya Titi merasa tidak nyaman dengan sejumlah adegan dan kurangnya latihan yang ia lakukan, karena ini adalah peran film pertamanya. Namun, ia mendapat dukungan dari suaminya, yang mengatakan bahwa ia harus berperan secara profesional dan bahwa "dalam adegan ciuman...tubuh[nya] tidak boleh menolaknya".{{sfn|Kurniasari 2011, Titi Sjuman juggling}} Titi dan Aksana juga menyediakan [[lagu tema]] untuk ''Mereka Bilang, Saya Monyet!'', termasuk tiga lagu asli, yakni "When You Smile", "Someday", dan "Love, Sadness & Happiness", yang dibawakan sendiri oleh Titi.{{sfn|Ayu|2008|loc=27:02–27:12}}
 
Model yang beralih menjadi aktris, [[Henidar Amroe]] dipilih untuk berperan sebagai ibu Adjeng. Djenar kemudian mengatakan bahwa peran tersebut memang ditulis dengan telah mempertimbangkan Henidar untuk memerankannya.{{sfn|Edmond 2009, Taking Things in Stride}} Meski khawatir dengan konten seksual dari film ini, Henidar tetap menerima peran tersebut, dan menyebutnya sebagai plot "gila" yang "terlihat seperti film luar negeri".{{sfn|Edmond 2009, Taking Things in Stride}} Adjeng muda diperankan oleh putri dari Djenar, Banyu Bening.{{sfn|Ayu|2008|loc=17:15–17:16}} Sejumlah aktor terkemuka, seperti [[Jajang C. Noer]], [[Ray Sahetapy]], dan [[August Melasz]], setuju untuk muncul di film ini dengan upah yang lebih rendah dari biasanya.{{sfn|Ayu|2008|loc=16:58–17:10}} Proses produksi akhirnya berlangsung selama 18 hari, padahal awalnya direncanakan hanya berlangsung selama 14 hari.{{sfn|Ayu|2008|loc=13:33–13:36}}
 
== Gaya dan tema ==
''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' menggambarkan dampak [[Pelecehan seksual terhadap anak|penganiayaan anak]] dengan cara yang digambarkan oleh majalah [[Tempo (majalah)|Tempo]] sebagai sebuah "eksperimen permainan waktu yang menarik", yakni penuh dengan kilas balik{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}} yang dengan jelas menetapkan kerangka waktu kapan adegan tersebut terjadi.{{sfn|Rahman 2007, Selamat Datang}} Menurut Wicaksono Adi, dalam ulasannya untuk [[Kompas.com|Kompas]], tulisan Adjeng adalah terapinya, karena tulisan tersebut terus-menerus merekonstruksi dan mendekonstruksi masa lalunya yang bermasalah. Wicaksono berpendapat bahwa tulisan tersebut pada akhirnya memungkinkan Adjeng untuk melawan figur otoritas yang mengganggunya sejak masih kecil.{{sfn|Adi 2008, Monyet Itu}} Dalam sebuah dokumenter mengenai pembuatan film ini, Djenar mengatakan bahwa ia tidak memikirkan pesan moral atau kritik sosial apapun saat membuat film ini, tetapi ia hanya menganggap film ini sebagai bentuk eksplorasi diri.{{sfn|Ayu|2008|loc=9:00–9:23}} Walaupun begitu, ia mengakui bahwa film ini dapat dilihat sebagai sebuah kritik untuk [[kekerasan terhadap perempuan]] dan anak.{{sfn|Ayu|2008|loc=9:30–9:56}}
 
Wicaksono juga melihat adanya [[hubungan cinta-benci]] antara Adjeng dan ibunya, yang berujung pada pergaulan bebas Adjeng, sebuah alur yang lazim digunakan dalam gerakan [[Sastra wangi|Sastra Wangi]], yang mana Djenar dianggap termasuk di dalamnya. Hubungan antara ibu dan anak juga pernah dimunculkan di film-film sebelumnya, seperti ''[[Pasir Berbisik]]'' (2001) karya [[Nan Achnas]] dan ''[[Eliana, Eliana]]'' (2003) karya [[Riri Riza]]. Namun, berbeda dengan dua film tersebut, film ini tidak berakhir dengan ibu dan anak memilih jalan yang berbeda.{{sfn|Adi 2008, Monyet Itu}} Pengulas Totot Indrarto, yang juga menulis untuk Kompas, menulis bahwa Adjeng adalah karakter "[[monyet]]" di film ini, karena dipandang rendah oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, orang-orang di sekitar Adjeng sebenarnya tidak mengenalnya dengan baik, sehingga menurut Indrarto, orang-orang di sekitar Adjeng lah yang sebenarnya "monyet".{{sfn|Indrarto 2008, Demokratisasi Selera Monyet}}
 
Sebuah ulasan di [[Tempo (majalah)|Tempo]] menggambarkan film ini sebagai "anti-Sjuman", karena terdapat perbedaan gaya antara [[Sjumandjaja]] dan anaknya, Djenar. Film-film karya Sjumandjaja cenderung berada di bawah [[Realisme sosialis|realisme sosial]], sementara film karya Djenar ini lebih bersifat personal dan [[Simbolisme|simbolis]]{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}} dengan sentuhan [[surealisme]].{{sfn|Adi 2008, Monyet Itu}} Film ini tidak menampilkan [[pencabulan]] Adjeng, tetapi hanya menyimbolkannya dengan menampilkan [[lintah]] yang sedang makan. Pada saat Adjeng [[Pemerkosaan|diperkosa]] di bak mandi dan akhirnya kehilangan [[keperawanan]]<nowiki/>nya, film ini juga hanya menyimbolkannya dengan menampilkan air berwarna merah darah dan banyak lintah yang sedang makan.{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}}
 
== Perilisan dan penerimaan ==
''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' dirilis secara luas pada tanggal 3 Januari 2008.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Mereka Bilang, Saya Monyet!}} Secara komersial, film ini kurang sukses di Indonesia.{{sfn|Kompas 2008, Idealis dan Komersial}} Film ini lalu ditayangkan di sejumlah festival film internasional, seperti [[Festival Film Internasional Singapura]] (SIFF) 2008,{{sfn|Whitfield 2008, SIFF judge Dustin Nguyen}} [[Festival Film Black Nights Tallinn]] 2008 di [[Estonia]],{{sfn|POFF 2008, They Say I'm a Monkey}} dan Asian Hot Shot Film Festival 2009 di [[Berlin]].{{sfn|Meninaputri W. 2009, Stripping film industry}} Film ini kemudian dirilis dalam bentuk DVD di [[Indonesia]] pada tanggal 9 Mei 2008 oleh Jive! Collection, setelah lulus sensor pada bulan Maret 2008. [[DVD]] tersebut dilengkapi dengan terjemahan [[Bahasa Inggris Britania|bahasa Inggris]], edisi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dari cerita pendek yang menjadi sumber film ini, serta sebuah [[film dokumenter|dokumenter]] mengenai pembuatan film ini.{{sfn|Liner notes for ''MBSM''}}{{sfn|Disc Tarra, Mereka Bilang, Saya Monyet!}}
 
Film ini umumnya mendapat ulasan positif. [[Seno Joko Suyono]], dalam ulasannya untuk ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]'', menyatakan bahwa alur krisis keluarga yang klise menjadi lebih menarik dengan pengenalan seks. Ia juga menyebut bahwa klimaks film ini "manis yang justru mengganggu".{{sfn|Suyono 2008, Pergulatan Ajeng, Pergulatan}} Pada tahun 2008, Tempo memilih ''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' sebagai film lokal terbaik tahun 2008, dengan menulis bahwa Djenar sebagai sutradara film ini seperti "ikan yang telah lama menggelepar di tanah kering dan akhirnya kembali ke laut."{{sfn|Tempo 2008, Di Layar Lebar}} Iskandar Liem, yang menulis untuk ''[[The Jakarta Post]]'', juga menyebut film ini sebagai salah satu dari sepuluh film teratas pada tahun 2008, bersama film-film internasional seperti ''[[The Dark Knight]]'' karya [[Christopher Nolan]] dan [[film Indonesia]] lainnya, ''[[Laskar Pelangi (film)|Laskar Pelangi]]'' karya [[Riri Riza]]. Ia menggambarkan film ini sebagai "tidak tergoyahkan dalam kejujurannya yang brutal dan luwes dalam alegori visualnya", serta menyambut Djenar sebagai "suara baru yang memberontak" di industri film Indonesia.{{sfn|Liem 2008, Top ten theatrical releases}}
 
Ening Nurjanah, seorang penyelenggara festival film bertema perempuan V, menggambarkan [[Djenar Maesa Ayu|Djenar]] sebagai "contoh [[sutradara]] yang dapat menampilkan perempuan kuat dalam filmnya", dengan film ini menjadi "terobosan baru" dalam menampilkan [[Seksualitas manusia|seksualitas]] perempuan.{{sfn|Siregar 2011, Indonesia on the Silver Screen}} Aktor [[Vietnam-Amerika]] [[Dustin Nguyen]], yang menilai film ini di SIFF, menganggap film ini tidak terduga dan "tidak Indonesia", "dibuat dengan baik, diperankan dengan baik, tetapi [dengan] lebih banyak kepekaan Barat".{{sfn|Whitfield 2008, SIFF judge Dustin Nguyen}} [[Lisabona Rahman|Lisabonar Rahman]], yang menulis untuk [[Rolling Stone Indonesia]], memuji peran Rajo Bintang dan penggambaran latar belakang Adjeng di film ini, di mana ia menulis "tuturan [latar belakang] yang sangat kuat terus membuat kita tergugu". Namun, ia menemukan bahwa kualitas suara di film ini kurang memadai.{{sfn|Rahman 2007, Selamat Datang}}
 
Dalam ulasannya untuk [[Kompas.com|Kompas]], Adi menulis bahwa Djenar telah membuat sebuah film yang dikembangkan dan diperankan dengan baik, sebuah "debut yang bagus untuk sutradara masa depan kita [<nowiki/>[[Indonesia]]]". Walaupun begitu, ia menganggap bahwa [[sinematografi]] film ini tidak mampu mengekspresikan dengan penuh siksaan psikologis yang dialami oleh Adjeng.{{sfn|Adi 2008, Monyet Itu}} Indrarto menggambarkan ''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' sebagai sebuah film yang menarik walaupun terdapat sejumlah kekurangan teknis dan mengandung pesan yang kuat bahwa penonton seharusnya tidak menilai atau mengganggu orang lain jika penonton tidak mengetahui latar belakang yang sebenarnya dari orang lain tersebut.{{sfn|Indrarto 2008, Demokratisasi Selera Monyet}}
 
== Penghargaan dan nominasi ==
''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' dinominasikan untuk dua Golden Screen Award di [[Indonesian Movie Awards]] 2008. Film ini juga meraih enam nominasi di [[Festival Film Indonesia]] 2009 dan memenangkan tiga pemghargaan.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Penghargaan MBSM}} ''[[Identitas]]'' (2009) karya [[Aria Kusumadewa]] mengalahkan ''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' dalam kategori [[Film Cerita Panjang Terbaik Festival Film Indonesia|Film Terbaik]] dan [[Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia|Sutradara Terbaik]], sementara ''[[Pintu Terlarang]]'' (2009) karya [[Joko Anwar]] mengalahkan film ini dalam kategori [[Penghargaan FFI untuk Penyuntingan Terbaik|Penyunting Gambar Terbaik]].{{sfn|M. P. 2009, Festival Film Indonesia}}
 
{| class="wikitable" width="95%" cellpadding="5"
|-
!Tahun
! width="20%"|Organization
! width="3520%"|CategoryPenghargaan
! width="35%"|Recipients and nomineesKategori
! width="1035%"|ResultPenerima
! width="10%"|Hasil
|-
| rowspan="2" | 2008
|rowspan="7"| [[Festival Film Indonesia]]|| [[Penghargaan FFI untuk Film Bioskop Terbaik|Best Picture]] || || Nominated
| rowspan="2" | [[Indonesian Movie Awards]]
|Pemeran Pendukung Wanita Terbaik
|Henidar Amroe
|{{Won}}
|-
| Pendatang Baru Wanita Terbaik
|[[Penghargaan FFI untuk Penyutradaraan Terbaik|Best Director]] || [[Djenar Maesa Ayu]] || Nominated
| Titi Rajo Bintang
|{{Won}}
|-
| rowspan="7" |2009
|Best New Director (Special Award) || [[Djenar Maesa Ayu]] || '''Won'''
| rowspan="7" | [[Festival Film Indonesia 2009|Festival Film Indonesia]]|| [[Film Cerita Panjang Terbaik Festival Film Indonesia|Film Terbaik]]|| [[Djenar Maesa Ayu]] & Riyadh Assegaf|| {{Nom}}
|-
|[[Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia|Sutradara Terbaik]]
|[[Penghargaan FFI untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik|Best Actress]] || [[Titi Sjuman]] || '''Won'''
| rowspan="2" |[[Djenar Maesa Ayu]]|| {{Nom}}
|-
|Sutradara Pendatang Baru Terbaik
|[[Penghargaan FFI untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik|Best Supporting Actress]] || [[Henidar Amroe]] || '''Won'''
|{{Won|place=Terpilih}}
|-
|[[Pemeran Utama Perempuan Terbaik Festival Film Indonesia|Pemeran Utama Wanita Terbaik]]|| [[Titi Sjuman]] || {{Won}}
|[[Penghargaan FFI untuk Skenario Terbaik|Best Adapted Screenplay]] || Djenar Maesa Ayu dan [[Indra Herlambang]] || '''Won'''
|-
|[[Penghargaan FFI untuk PenyuntinganPemeran Pendukung Wanita Terbaik|BestPemeran FilmPendukung EditingWanita Terbaik]] || Wawan[[Henidar I. WibowoAmroe]] || Nominated{{Won}}
|-
|[[Penulis Skenario Adaptasi Terbaik Festival Film Indonesia|Penulis Skenario Adaptasi Terbaik]]|| [[Djenar Maesa Ayu]] dan [[Indra Herlambang]] || {{Won}}
|-
|[[Penghargaan FFI untuk Penyuntingan Terbaik|Penyunting Gambar Terbaik]] || [[Arifin Cu'unk]] & [[Wawan I. Wibowo]]|| {{Nom}}
|}
 
== Pranala luar Catatan==
{{notelist}}
* {{id}} [http://www.merekabilangsayamonyet.com Situs Resmi]
* {{id}} [http://ruangfilm.com/?q=ulasan/mereka_bilang_saya_monyet Review @ RuangFilm.com]
 
==Referensi==
{{film-indo-stub}}
 
===Catatan kaki===
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2007]]
{{Link FA|en}}
 
{{reflist|30em}}
[[en:Mereka Bilang, Saya Monyet!]]
 
===Daftar pustaka===
 
{{refbegin|30em}}
* {{cite news
| last1 = Adi
| first1 = Wicaksono
| date=13 Januari 2008
| title = Monyet Itu Baik-Baik Saja
| work = Kompas
| ref = {{sfnRef|Adi 2008, Monyet Itu}}
|pages=1, 15
}}
*{{cite video
| last =Ayu
|first=Djenar Maesa (sutradara dan produser)
| year =2008
| title =Di Balik Layar ''Mereka Bilang, Saya Monyet!''
| format =
| medium =
| language =Indonesia
| publisher =Jive! Collection
| location =Jakarta
| oclc = 298868155
|ref={{sfnref|Ayu|2008}}
}}
*{{cite AV media notes
|title=Mereka Bilang, Saya Monyet!
|last=Ayu
|first=Djenar Maesa (sutradara dan produser)
|year=2008
|oclc=298868155
|type=DVD liner notes
|publisher=Jive! Collection
|location=Jakarta
|ref={{sfnRef|Liner notes for ''MBSM''}}
}}
* {{cite news
|date = 29 Desember 2008
|title = Di Layar Lebar, Djenar Berenang
|language = Indonesia
|work = Tempo
|url = http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/12/29/LK/mbm.20081229.LK129112.id.html
|access-date= 5 November 2011
|ref = {{sfnRef|Tempo 2008, Di Layar Lebar}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20120331221642/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/12/29/LK/mbm.20081229.LK129112.id.html
|archive-date= 31 Maret 2012
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Edmond
|first1 = Bruce
|date = 18 Agustus 2011
|title = Religion is my anchor, it keeps me on the right track
|work = The Jakarta Post
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2011/08/18/%E2%80%98religion-my-anchor-it-keeps-me-right-track%E2%80%99.html
|access-date= 5 November 2011
|ref = {{sfnRef|Edmond 2011, 'Religion is my anchor'}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20111109060359/http://www.thejakartapost.com/news/2011/08/18/%E2%80%98religion-my-anchor-it-keeps-me-right-track%E2%80%99.html
|archive-date= 9 November 2011
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Edmond
|first1 = Bruce
|date = 29 Januari 2009
|title = Taking Things in Stride
|work = The Jakarta Post
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/29/taking-things-stride.html
|access-date= 5 November 2011
|ref = {{sfnRef|Edmond 2009, Taking Things in Stride}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20120116021451/http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/29/taking-things-stride.html
|archive-date= 16 Januari 2012
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1=M. P.
|first1=Erfanintya
|date=17 Desember 2009
|title=Festival Film Indonesia 2009 : Identitas Juaranya!!!
|language=Indonesia
|publisher=[[21 Cineplex]]
|url=http://www.21cineplex.com/slowmotion/festival-film-indonesia-2009-identitas-juaranya,1090.htm
|access-date=25 September 2012
|ref={{sfnRef|M. P. 2009, Festival Film Indonesia}}
|archive-url=https://web.archive.org/web/20100102053826/http://21cineplex.com/slowmotion/festival-film-indonesia-2009-identitas-juaranya%2C1090.htm
|archive-date= 2 Januari 2010
|url-status=dead
}}
* {{cite news
|last1 = García
|first1 = Michael Nieto
|date = 1 Oktober 2004
|title = More than Just Sex
|work = Inside Indonesia
|url = http://www.insideindonesia.org/edition-80-oct-dec-2004/more-than-just-sex-2607217
|access-date= 5 November 2011
|ref = {{sfnRef|Garcia 2004, More than just}}
|archive-url= https://www.webcitation.org/62y1x5elI?url=http://www.insideindonesia.org/edition-80-oct-dec-2004/more-than-just-sex-2607217
|archive-date= 5 November 2011
|url-status = dead
}}
* {{cite news
| date=18 Desember 2008
| title = Idealis dan Komersial
| work = Kompas
| url = http://cetak.kompas.com/read/2008/12/18/01303746/idealis.dan.komersial
|access-date= 14 Agustus 2012
| ref = {{sfnRef|Kompas 2008, Idealis dan Komersial}}
}} {{subscription required}}
* {{cite news
|last1 = Indrarto
|first1 = Totot
|date = 6 Januari 2008
|title = Demokratisasi Selera Monyet Djenar
|work = Kompas
|url = http://kliping.pakde.com/?p=65
|archive-date= 18 Oktober 2011
|access-date= 15 Agustus 2012
|archive-url= https://web.archive.org/web/20111018032507/http://kliping.pakde.com/?p=65
|ref = {{sfnRef|Indrarto 2008, Demokratisasi Selera Monyet}}
|page = 28
|url-status = dead
}}
*{{cite news
|last = Kurniasari
|first = Triwik
|ref = {{sfnRef|Kurniasari 2011, Titi Sjuman juggling}}
|title = Titi Sjuman juggling two worlds and succeeding in both
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/18/titi-sjuman-juggling-two-worlds-and-succeeding-both.html
|work = The Jakarta Post
|location = Jakarta
|access-date= 24 Desember 2011
|date = 18 April 2010
|archive-date= 25 November 2010
|archive-url= https://web.archive.org/web/20101125172137/http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/18/titi-sjuman-juggling-two-worlds-and-succeeding-both.html
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Liem
|first1 = Iskandar
|date = 28 Desember 2008
|title = Top ten theatrical releases of 2008
|work = The Jakarta Post
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/28/top-ten-theatrical-releases-2008.html
|access-date= 14 Agustus 2012
|ref = {{sfnRef|Liem 2008, Top ten theatrical releases}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20160304234526/http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/28/top-ten-theatrical-releases-2008.html
|archive-date= 4 Maret 2016
|url-status = dead
}}
*{{cite web
|title = Mereka Bilang, Saya Monyet!
|language = Indonesia
|url = http://www.disctarra.com/index.php/front/detail/1036
|publisher = Disc Tarra
|access-date= 14 Agustus 2012
|archive-url= https://web.archive.org/web/20120628102718/http://www.disctarra.com/index.php/front/detail/1036
|archive-date= 28 Juni 2012
|ref = {{sfnRef|Disc Tarra, Mereka Bilang, Saya Monyet!}}
|url-status = dead
}}
*{{cite web
|title = Mereka Bilang, Saya Monyet!
|language = Indonesia
|url = http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-m022-07-557914_mereka-bilang-saya-monyet
|work = filmindonesia.or.id
|publisher = Konfidan Foundation
|location = Jakarta
|access-date= 14 Agustus 2012
|archive-url= https://web.archive.org/web/20140404112216/http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-m022-07-557914_mereka-bilang-saya-monyet
|archive-date= 4 April 2014
|ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Mereka Bilang, Saya Monyet!}}
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Meninaputri W.
|date = 1 Februari 2009
|title = Stripping film industry to its bare essentials
|work = The Jakarta Post
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2009/02/01/stripping-film-industry-its-bare-essentials.html
|access-date= 14 Agustus 2012
|ref = {{sfnRef|Meninaputri W. 2009, Stripping film industry}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20121026100148/http://www.thejakartapost.com/news/2009/02/01/stripping-film-industry-its-bare-essentials.html
|archive-date= 26 Oktober 2012
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|date = 16 Oktober 2005
|title = No monkey business
|work = The Jakarta Post
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2005/10/16/no-monkey-business.html
|access-date= 14 Agustus 2012
|ref = {{sfnRef|The Jakarta Post 2005, No monkey business}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20110203013547/http://www.thejakartapost.com/news/2005/10/16/no-monkey-business.html
|archive-date= 3 Februari 2011
|url-status = dead
}}
*{{cite web
|title = Penghargaan Mereka Bilang, Saya Monyet!
|language = Indonesia
|url = http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-m022-07-557914_mereka-bilang-saya-monyet/award
|work = filmindonesia.or.id
|publisher = Konfidan Foundation
|location = Jakarta
|access-date= 14 Agustus 2012
|archive-url= https://web.archive.org/web/20161127145728/http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-m022-07-557914_mereka-bilang-saya-monyet/award
|archive-date= 27 November 2016
|ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penghargaan MBSM}}
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Rahman
|first = Lisabona
|date = 13 Mei 2007
|title = Selamat Datang, Djenar
|language = Indonesia
|work = Rolling Stone Indonesia
|url = http://filmindonesia.or.id/movie/review/rev4baf967184f2f_selamat_datang_djenar
|access-date= 17 Agustus 2012
|ref = {{sfnRef|Rahman 2007, Selamat Datang}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20140405091517/http://filmindonesia.or.id/movie/review/rev4baf967184f2f_selamat_datang_djenar
|archive-date= 5 April 2014
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Siregar
|first1 = Lisa
|date = 9 Agustus 2011
|title = Indonesia on the Silver Screen
|work = The Jakarta Globe
|url = http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/indonesia-on-the-silver-screen/458248
|access-date= 14 Agustus 2011
|ref = {{sfnRef|Siregar 2011, Indonesia on the Silver Screen}}
|archive-url= https://www.webcitation.org/69uR05qNw?url=http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/indonesia-on-the-silver-screen/458248
|archive-date= 14 Agustus 2012
|url-status = dead
}}
* {{cite news
|last1 = Suyono
|first1 = Seno Joko
|date = 21 Januari 2008
|title = Pergulatan Ajeng, Pergulatan Djenar
|language = Indonesia
|work = Tempo
|url = http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/01/21/FL/mbm.20080121.FL126116.id.html
|access-date= 5 November 2011
|ref = {{sfnRef|Suyono 2008, Pergulatan Ajeng, Pergulatan}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20120331221650/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/01/21/FL/mbm.20080121.FL126116.id.html
|archive-date= 31 Maret 2012
|url-status = dead
}}
* {{cite news
| year=2008
| title = They Say I'm a Monkey
| publisher = Tallinn Black Nights Film Festival
| url = http://2008.poff.ee/?lang=2&id=1000&module=1&todo=film
|access-date= 14 Agustus 2012
| ref = {{sfnRef|POFF 2008, They Say I'm a Monkey}}
|archive-url=https://web.archive.org/web/20081207185535/http://2008.poff.ee/?lang=2&id=1000&module=1&todo=film
|archive-date=7 Desember 2008
}}
* {{cite news
|last1 = Whitfield
|first1 = Deanne
|date = 19 April 2008
|title = SIFF judge Dustin Nguyen rates local indie films
|work = The Jakarta Post
|url = http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/19/siff-judge-dustin-nguyen-rates-local-indie-films.html
|access-date= 14 Agustus 2011
|ref = {{sfnRef|Whitfield 2008, SIFF judge Dustin Nguyen}}
|archive-url= https://web.archive.org/web/20101109134302/http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/19/siff-judge-dustin-nguyen-rates-local-indie-films.html
|archive-date= 9 November 2010
|url-status = dead
}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
*{{IMDb title|1190132|Mereka Bilang, Saya Monyet}}
 
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2007]]
[[Kategori:Film debut penyutradaraan]]