Stola: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Drijanto (bicara | kontrib)
Cun Cun (bicara | kontrib)
k Suntingan 114.125.117.56 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
 
(8 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 9:
Ada banyak teori mengenai "leluhur" stola. Ada yang berpendapat bahwa stola berasal dari ''tallit'' (mantel sembahyang Yahudi), karena kemiripannya dengan tata cara penggunaan tallit saat ini (pemimpin ibadah Yahudi mengerudungi kepalanya dengan tallit pada saat memimpin doa) tetapi teori ini sudah tidak dipergunakan lagi sekarang. Teori yang lebih populer adalah bahwa stola berasal dari semacam kain lap liturgis yang disebut orarium dan sangat mirip dengan sudarium. Kenyataanya, di banyak tempat stola disebut orarium. Oleh karena itu stola dihubung-hubungkan dengan kain lap yang digunakan Yesus tatkala membasuh kaki murid-muridNya, dan merupakan simbol yang tepat bagi kuk Kristus, yakni kuk pelayanan.
 
Bagaimanapun juga, "leluhur" stola yang mungkin paling dekat adalah syal jabatan yang dikenakan para pejabat [[Kekaisaran Romawi]]. Ketika kaum klerus menjadi angota badan administrasi Romawi, mereka pun menerima tanda kehormatan yang sama, yang merupakan penanda jenjang jabatan dalam hirarkihierarki kekaisaran (dan [[Gereja]]). Pelbagai konfigurasi stola (termasuk [[pallium]] atau omoforion) berasal dari penggunaan syal jabatan ini. Maksud aslinya adalah sebagai tanda pengenal seseorang dalam organisasi tertentu dan untuk untuk menunjukkan pangkat orang tersebut dalam kelompoknya, fungsi inilah yang masih diteruskan oleh stola hingga hari ini. Jadi, tidak seperti busana liturgis lain yang awalnya dikenakan baik oleh klerus maupun awam, stola merupakan busana yang dikhususkan untuk dikenakan oleh kelas masyarakat tertentu berdasarkan pekerjaannya.
 
== Penggunaan ==
[[Berkas:Extreme Unction Rogier Van der Weyden.jpg|thumbjmpl|rightka|180px|Imam mengenakan sehelai stola]]
=== Katolik Roma ===
Dalam Gereja Katolik Roma, stola adalah vestimentum yang menandai penerimaan sakramen imamat. Stola diberikan dalam pentahbisan menjadi diakon, yang dengannya seseorang menjadi anggota klerus (kaum tertahbis). [[Uskup]] dan imam mengenakan stola dengan cara menyampirkannya pada tengkuk dan membiarkan dua ujungnya menjuntai di bagian depan, sedangkan [[diakon]] menyampirkannya pada bahu kiri dan menyilangkan kedua ujungnya di pinggul kanan. Pada masa ketika Misa Tridentina masih digunakan, para imam yang bukan uskup menyilangkan stola di dada (lihat gambar kanan bawah), tetapi hadanya dalam [[Misa]] atau upacara-upacara lain bilamana dikenakan pula [[kasula]] atau kap. Kini stola dikenakan dengan membiarkan kedua ujungnya menjuntai lurus (Petunjuk Umum Misa Romawi, 340). Pada kesempatan-kesempatan istimewa, Sri Paus mengenakan, sebagai bagian dari pakaian seragamnya, semacam stola khusus yang penuh hiasan serta diberi lambang pribadinya.
 
=== Anglikan ===
[[Berkas:StolepriestAnglican priest vested in an alb, cincture and purple stole.jpg|thumbjmpl|100px|leftkiri|Stola menyilang di dada bagi imam.]]
[[Berkas:Stoledeacon.jpg|thumbjmpl|100px|rightka|Stola pada bahu kiri bagi diakon.]]
Demikian pula halnya, dalam Gereja-Gereja [[Komuni Anglikan]], stola diberikan pada saat seseorang ditahbiskan menjadi diakon serta disampirkan pada pundak. Dalam pentahbisan imam, sang imam yang baru saja ditahbiskan tersebut menyampirkan stola pada tengkuk dengan kedua ujungnya menjuntai di depan, baik menjuntai lurus atau dengan cara tradisional yakni disilangkan. Klerus injili yang berkeberatan mengenakan stola karena alasan hati nurani, mengikuti praktik reformasi yakni mengenakan syal khotbah (''preaching scarf'').
 
=== Protestan ===
Dalam gereja-gereja Protestan, stola sangat sering dipandang sebagai lambang tahbisan dan jabatan pelayanan Firman dan [[Sakramen]]. Stola kerap diberikan oleh jemaat (kadang kala berupa stola buatan tangan atau stola yang diberi hiasan) sebagai hadiah pada saat pentahbisan atau perayaan peringatan tahbisan seseorang. Umumnya klerus protestan mengenakan stola dengan aturan yang sama dengan imam Anglikan atau imam Katolik Ritus Latin yakni disampirkan pada tengkuk dan membiarkan kedua ujungnya menjuntai pada dada (dan tidak disilangkan). Stola secara umum dikenakan oleh para petugas pelayanan yang tertahbis dalam [[Gereja Calvinis]], [[Gereja Lutheran]], [[Gereja Methodis]], Presbiterian, dan beberapa [[Denominasi Kristen|denominasi]] protestan lainnya.
 
Dalam Gereja Lutheran Injili di Amerika (ELCA, Evangelical Lutheran Church in America), hanya para uskup dan pastor yang mengenakan stola karena hanya merekalah yang menerima tahbisan, yakni stola imam, karena dalam tradisi Lutheran jabatan uskup bukanlah suatu tahbisan tersendiri melainkan hanya suatu jabatan tertentu saja. Para petugas pelayanan diakonal ELCA (setara dengan diakon) umumnya tidak mengenakan stola, namun kadangkalakadang kala mengenakan stola diakon tradisional pada saat menjalankan fungsi liturgis tradisional selaku diakon.
 
Dalam Gereja Persatuan Methodis di Amerika Serikat (United Methodist Church), para diakon mengenakan stola dengan cara yang sama seperti diakon-diakon dalam tradisi Anglikan dan Katolik Ritus Latin. Seorang penatua yang tertahbis mengenakan stola dengan cara yang sama dengan imam-imam Anglikan dan Katolik Ritus Latin, karena jabatan penatua dalam gereja ini setara dengan jabatan imam dalam Gereja Anglikan atau Katolik.
 
== Simbolisme dan warna ==
[[Berkas:Stolecolours.jpg|thumbjmpl|220px|Warna-warna stola]]
Stola beserta sinktura dan manipel, melambangkan ikatan dan rantai yang membelenggu Yesus dalam jalan sengsaraNya; stola biasanya diberi hiasan berbentuk salib. Versi lain mengatakan bahwa stola melambangkan tugas memberitakan Firman Allah.
 
Warna-warna stola dan vestimentum lainnya dalam Gereja Katolik Roma tercantum dalam Petunjuk Umum Buku Misa Romawi (Missale Romanum), 346. Warna putih digunakan dalam masa [[Paskah]] dan [[Natal]] serta hari-hari raya yang bukan hari peringatan [[martir]]; merah untuk hari Minggu Palma, Jumat Agung, dan hari Minggu [[Pentakosta]], serta hari-hari peringatan [[santo|orang-orang kudus]] yang wafat sebagai martir; hijau untuk masa biasa (antara masa Natal dan masa Prapaskah, serta antara masa Paskah dan masa Adven). Lembayung (seringkalisering kali dicampuradukkan dengan warna ungu) untuk masa Adven dan masa Prapaskah, serta dapat digunakan dalam Misa bagi orang yang telah meninggal dunia. Di tempat-tempat yang lazim menggunakannya, warna merah muda (pink) dapat digunakan untuk hari Minggu ke-3 dalam masa Adven dan hari Minggu ke-4 dalam masa Prapaskah, karena hari Minggu ke-3 dalam masa Adven disebut hari Minggu ''Gaudete'' dan hari Minggu ke-4 dalam masa Prapaskah disebut hari Minggu ''Laetare''; kata-kata Latin tersebut berarti "bersukacitalah", dan perubahan warna yang digunakan melambangkan "selingan" dalam penintensi selama masa penggunaan warna lembayung. Demikian pula, di tempat-tempat yang lazim menggunakannya, warna hitam digunakan dalam Misa bagi orang yang telah meninggal dunia. Meskipun demikian, Konferensi Waligereja, dengan persetujuan [[Tahta Suci]], boleh menyesuaikan aturan-aturan ini dengan tradisi-tradisi nasional, seperti misalnya, di negara-negara yang menggunakan warna putih sebagai warna perkabungan.
 
[[Komuni Anglikan]] dan Gereja Lutheran Injili di Amerika menggunakan warna-warna utama yang sama (putih, merah, hijau, dan ungu), namun sering pula menggunakan warna biru sebagai ganti ungu untuk masa Adven (melambangkan langit malam hari atau [[Perawan Maria]]), merah-keunguan (Komuni Anglikan) atau merah-kirmizi(Gereja Lutheran Injili di Amerika) digunakan selama Pekan Suci. Hitam, warna umum dalam kebanyakan [[Denominasi Kristen|denominasi]], melambangkan perkabungan, mulanya digunakan pada hari Jumat Agung dan upacara pemakaman, akan tetapi sejak tahun 1960-an, hitam tergantikan oleh putih. Dalam keadaan-keadaan tertentu, warna hitam tetap digunakan untuk upacara pemakaman dalam beberapa upacara pemakaman Anglikan (misalnya dalam pemakaman Ratu Elizabeth, "Queen Mother"), Sedangkan Gereja Lutheran Injili di Amerika menggunakan warna hitam hanya untuk ibadah hari Rabu Abu, dan sebagai warna selubung salib pada hari Jumat Agung. Sebagai aturan, tata cara Anglikan umumnya identik dengan tata cara Katolik Roma.
Baris 49:
 
[[Kategori:Vestimentum]]
 
[[br:Stol]]
[[ca:Estola]]
[[cs:Štóla]]
[[de:Stola (Liturgische Kleidung)]]
[[en:Stole (vestment)]]
[[eo:Stolo (liturgio)]]
[[es:Estola]]
[[fi:Stola]]
[[fr:Étole]]
[[io:Stolo]]
[[it:Stola (liturgia)]]
[[ja:ストラ]]
[[ko:영대]]
[[lv:Stola]]
[[nl:Stola (liturgie)]]
[[nn:Stola]]
[[pl:Stuła]]
[[pt:Estola]]
[[ru:Стола (облачение)]]
[[sl:Štola]]
[[sv:Stola]]
[[uk:Стола]]
[[vi:Dây Các Phép]]
[[zh:聖帶]]