Suku Dani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(211 revisi perantara oleh 58 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Bukan|Suku Hubla}}
{{ethnic group|
|group=
|image=[[Berkas:Raiyani_Muharramah_Pria_suku_dani_DSC_5025.jpg|250px]]
|caption=Seorang lelaki Dani dengan dua buah taring babi yang menandakan bahwa ia seorang prajurit perang
| population = 650.898<ref>{{cite book|publisher =Badan Pusat Statistik|title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|year=2011|isbn = 9789790644175|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>
|popplace=[[Papua Pegunungan]]
|langs=[[bahasa Dani]]
|rels='''Mayoritas
|related=[[Suku
}}
'''Suku Dani''' atau '''Hubula''' adalah
== Sejarah ==
Suku-suku di pegunungan pertama kali diketahui bermigrasi ke Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Expedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Netherlands), yang berhasil bertemu dengan representatif dari Horip dan Pesegem ([[Suku Nduga|Nduga]]) tetapi mereka tidak sampai ke Lembah Baliem.<ref>{{Cite journal|first=Veronika|last=Leny|date=July–December 2013|title=Memahami Sistem Pengetahuan Budaya Masyarakat Pegunungan Tengah, Jayawijaya, Papua dalam Konteks Kebencanaan|journal=Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology|volume=34|issue=2|pages=134–151|url=https://lib.ui.ac.id/m/detail.jsp?id=20451805&lokasi=lokal}} URL to English abstract, with link to downloadable text in Indonesian.</ref>
Kemudian penyidik asal [[Amerika Serikat]] yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang dari luar negeri pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Peristiwa ini terjadi secara kebetulan pada 23 Juni 1938
saat sedang melakukan penerbangan di atas [[Lembah Baliem]] dengan pesawat terbang airnya PBY Catalina 2 bernama Guba II pada saat menjalankan ekspedisi penelitian vegetasi di ketinggian lebih dari 4000 meter.<ref>{{Cite journal|last=Veronika|first=Leny|date=Juli - Desember 2013|title=Memahami Sistem Pengetahuan Budaya Masyarakat Pegunungan Tengah, Jayawijaya, Papua dalam Konteks Kebencanaan|journal=Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology|volume=34|issue=2|pages=134-151}}</ref>
==Penamaan==
Suku ini dikenal dengan nama ''Dani'' dikarenakan ekspedisi eropa menanyakan kepada [[suku Migani]] yang menyebut ''Ndani'' yang artinya "timur", untuk [[suku Lani]]. Sedangkan nama ''Hugula'' merupakan [[Eksonim dan endonim|endonim]] dalam dialek sub-suku Itlayhisage, Itlaylokobal, Assolokobal, Ohena, Kurima dan sekitarnya. Sedangkan dalam sub-suku Itlay Haluk, Siepkosi, Hubikiak, Mukoko, dan sebagian Wita Waya menggunakan nama ''Hubula''. Di wilayah Yiwika, Musatfak, Asologaima dan sekitarnya disebut ''Huwula/Huwulra'' dan bagian Sowa/Soba, Pasema dan sekitarnya menyebut ''Hubla'' seperti yang disebutkan di [[Kabupaten Yahukimo]] ([[suku Hupla]]).<ref name="suarabalim 2022">{{cite web | author=Diterbitkan oleh suarabalim | title=MENGAPA SAYA TIDAK SUKA DISEBUT SUKU DANI? | website=Artikel kita | date=2022-07-07 | url=https://artikelkita.data.blog/2022/07/07/mengapa-saya-tidak-suka-disebut-suku-dani/ | language=id | access-date=2024-04-07}}</ref><ref name="tpj">{{cite news | title=Mengenal Suku Hugula di Papua | work=The Papua Jurnal | date=2024-06-18 | url=https://www.thepapuajournal.com/insight/69812937036/mengenal-suku-hugula-di-papua | language=id | access-date=2024-06-18}}</ref>
== Rumpun bahasa Dani ==
{{Main|Bahasa Dani}}
Bahasa Dani merupakan anggota [[rumpun bahasa Lembah Baliem]] yang terdiri dari 3-4 dialek, dengan variasi cukup besar yaitu:
*Bawah (dni): mencakup dialek di Lembah Hitigima (Dani-Kurima, [[Kurima, Yahukimo|Kurima]], Bele Atas, Bele Bawah, Kimbin Bawah (Kibin), dan Pyramid Atas). [[Asotipo, Asotipo, Jayawijaya| Kampung Asotipo]], [[Putageima, Asotipo, Jayawijaya|Kampung Putageima]], [[Air Garam, Asotipo, Jayawijaya|Kampung Air Garam]]. [[Bahasa Hupla]] (hap) memiliki kesamaan paling banyak dengan variasi ini.
*Tengah atau Tulem (dnt): mencakup [[Asolokobal, Asolokobal, Jayawijaya|Kampung Asolokobal]], [[Tulem, Wita Waya, Jayawijaya|Kampung Tulem]], Kampung Pugima, Kampung Lokaken, Kampung Wesaput, Kampung Kururu, dan Kampung Popugoba
*Atas (dna): mencakup distrik [[Asologaima, Jayawijaya|Asologaima]], [[Mulia, Puncak Jaya|Mulia]] dan [[Tiom, Lanny Jaya|Tiom]]. Selain itu ada pula di [[Kabupaten Tolikara]] dan [[Kabupaten Mimika]].
==Adat
===
Dasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara [[patrilineal]] (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain:
* kekuatan menjaga alam. Bagi mereka, alam Lembah Baliem tabu dan bertuah. Mereka percaya bahwa menjaga alam sama halnya menghormati nenek moyang.
* kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
* kekuatan menyuburkan tanah
Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.
=== Sistem Kekerabatan ===
Masyarakat Dani adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya, dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah ''sili''.
Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.
* Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).
* Paroh masyarakat atau [[Moietas (kekerabatan)|moietas]]. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar). Secara garis besar ada dua paroh masyarakat yang disebut wita (''wida'') dan waya (''waija''). Idealnya anggota klan wita hanya menikah dengan anggota klan waya atau sebaliknya, dan disebut ''[[Moietas (kekerabatan)|moietas]] [[eksogami]]'', jika tidak dianggap [[inses]].
* Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Biasanya antara kedua klan ''wita'' dan ''waya'' akan membentuk konfederasi, dimana nama konfederasi akan menggabungkan dua nama klan tersebut, contohnya: Kosi (atau Kossay), klan ''wita'' bergabung dengan Alua, klan ''waya'', membentuk konfederasi Kosi-Alua. Lalu beberapa konfederasi akan membentuk aliansi yang lebih besar, contohnya pada tahun 1960-an aliansi Kurulu (Gutelu) yang dipimpin Kurulu Mabel terdiri atas konfederasi Loko-Mabel, Willihiman-Walalua (Willil-Himan dan Walilo-Alua), Kosi-Alua, dll.<ref name="Heider">{{cite book | last=Heider | first=K.G. | title=The Dugum Dani: A Papuan Culture in the Highlands of West New Guinea | publisher=Wenner-Gren Foundation for Anthropological Research | series=The Dugum Dani: a Papuan culture in the highlands of West New Guinea | issue=v. 49 | isbn=978-0-202-36958-7 | access-date=2024-04-12 |}}</ref>
Dalam masyarakat Hubula di seluruh [[Lembah Baliem]] terdapat 7 aliansi, yakin aliansi Omarikmo, Wosiala, Aluama, Solimo, Pilabaga, Wio, dan Kurima. Di antara aliansi besar ini ada sejumlah konfederasi yang kokoh, yang berperan seperti aliansi, antara lain konfederasi Aso-Lokobal, konfederasi Ohena-Inaiwerek, konfederasi Peleima dan konfederasi Soapma.<ref name="Alua"/>
===
[[Berkas:Perkawinan Adat Suku Dani - panoramio.jpg|pus|jmpl|Perkawinan adat Suku Dani]]
Pernikahan tradisional orang Dani bersifat poligami dan diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku sehingga perkawinannya berprinsip [[Moietas (kekerabatan)|moietas]] [[eksogami]], sehingga perkawinan diharuskan dengan orang di luar marga anggota kelompok ''meioty'' mereka. Penyebutan paruh masyarakat keturunan Woita dan Waro, ini bermacam-macam di berbagai daerah seperti Wita dan Waya, Woda dan Weja, Wenda dan Woja, Wenda dan Kogoya, dll.<ref name="Heider"/><ref name="Telenggen 2022">{{cite journal | last=Telenggen | first=Mindison | title=PERKAWINAN DALAM HUKUM ADAT SUKU DANI PAPUA | journal=LEX CRIMEN | volume=11 | issue=6 | date=2022-10-19 | issn=2301-8569 | url=https://ejournal.unsrat.ac.id/v2/index.php/lexcrimen/article/view/44430/38695 | access-date=2024-04-12 | page=}}</ref>
=== Politik dan Kemasyarakatan ===
Tidak ada kata kepemimpinan dalam [[bahasa Dani|bahasa Hubula]], demikian ''ap kaintek'' dan ''ap koktek'' sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Istilah ''ap'' sendiri dalam bahasa Hubula berarti pria dewasa, ''kok'' artinya besar, sehingga ''ap kok'' secara harafian berarti '[[pria berwibawa|pria besar]]', ''ap koktek'' bentuk jamaknya. [[pria berwibawa]] (''big man'') adalah istilah antropologi untuk mendeskripsikan orang tersebut yang berfungsi seperti kepala suku.<ref name="Alua">{{cite web | title= Ap Kaintek Model Kepemimpinan Masyarakat Hubula di Lembah Balim, Papua | website=STFT Fajar Timur | date= | url=https://stft-fajartimur.ac.id/jurnal/index.php/lim/article/download/50/38 | access-date=2023-01-31}}</ref>
Sedangkan ''kain'' lebih sulit untuk diartikan dalam bahasa Indonesia, karena bisa berarti pemimpin, kepala suku, orang berpengaruh, orang berwibawa. Sehingga ''ap kain'' berarti pria besar berpengaruh, demikian pula ''ap kaintek'' berarti 'para pria besar berpengaruh'. Orang tersebut dari tingkat kampung (''oukul''), [[konfederasi]] (''ap logalek''), hingga aliansi perang (''oagum'').<ref name="Alua"/>
Untuk tingkat lebih tinggi disebut ''ap kain metek mele'' (orang yang biasa berdiri) artinya panglima perang. Sedangkan istilah lain ''ap kaintek inetaga pogot'' (para pria yang namanya melangit) atau ''ap koktek inetaga pogot'' (para pria besar yang namanya melangit) adalah pemimpin politik atau panglima perang dalam tingkat konfederasi atau aliansi perang.<ref name="Alua"/>
Perlu dipahami dari berbagai tingkat komunitas Hubula tersebut, tidak memiliki satu pemimpin saja melainkan para ''ap kaintek'' yang berdasarkan prestasinya masa lampau dalam peperangan dan masyarakat. Diantara mereka ada yang dijuluki ''ap etaga pogot'' (pria yang namanya melangit) bila prestasinya sangat baik dalam peperangan.<ref name="Alua"/>
=== Adat Menghormati Nenek Moyang ===
Untuk menghormati nenek moyangnya, Suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut ''Kaneka''. Selain itu, juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk mensejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.
== Tradisi ==
[[Berkas:Kaonak.jpg|pus|jmpl|[[Kaonak]], salam tradisional wilayah pegunungan terutama Suku Dani]]
===Tradisi potong jari===
Disebut juga dengan nama [[Iki Palek]] merupakan cara menunjukkan kesedihan dan rasa dukacita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia dengan pemotongan jari. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah simbol dari sakit dan perihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.
Bagi Suku Dani, jari diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Akan tetapi perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainnya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat Papua Pegunungan. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi.
Tradisi potong jari di Papua Pegunungan sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.
Beberapa sumber mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya di masa ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun masih bisa ditemukan banyak lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena mengikuti tradisi ini di masa lampau.
===Tradisi mandi lumpur===
Selain tradisi pemotongan jari, juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.
===Tradisi Akonipuk (Mumi)===
{{utama|Akonipuk}}
Suku Hubula mengawetkan jenazah tokoh penting dengan membentuk mumi yang disebut ''akonipuk'' ({{lit|manusia yang dikeringkan}}). Proses pengeringan ini menggunakan pengasapan, sege (tombak kecil), pisau tulang, dan kayu akasia (wip), dan ramuan tradisional. Sebelum jenazah membeku dalam 3 jam, mereka mengikat tubuh dalam posisi jongkok pada kayu yang sudah disiapkan. Lalu darah dikeluarkan dengan mengiris siku, paha, dan bagian ketiak. Isi perut dikeluarkan lewat dubur menggunakan sege. Setelah dipersiapkan, jenazah tersebut diletakkan diastas bara api dari kayu akasia dan tanaman obat. Proses ini dilakukan setiap hari selama 3 bulan, sehingga jenazah mengering. Para lelaki yang terlibat dalam proses pengawetan tidak boleh keluar dari rumah khusus, mandi, atau terkena matahari karena dipercaya akan merusak mumi. Setelah mumi selesai, upacara besar akan dilakukan dengan mengundang semua warga kampung-kampung sekitarnya. Untuk perawatan mumi dijemur sinar matahari saat pagi dan digosokkan lemak babi.<ref name="n650">{{cite web | title=Beranda | website=Warisan Budaya Takbenda | url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=817#:~:text=Mumi%20adalah%20sebuah%20mayat%20yang,oksigen%2C%20atau%20penggunaan%20bahan%20kimiawi. | language=id | access-date=2024-09-01}}</ref>
=== Upacara ''Wam Mawe'' ===
Dalam bahasa Hubula, ''wam mawe'' terdiri dari dua kata, yakni ''wam'' dan ''mawe. Wam'' (dalam [[Bahasa Indonesia]]) berarti [[babi]] dan ''mawe'' (dalam [[Bahasa Indonesia]]) berarti upacara, secara garis besar maka ''wam mawe'' berarti Upacara Babi. Upacara ini juga tidak berlangsung tiap tahun, tetapi setiap empat atau lima tahun sekali, sehingga tidak mengherankan kalau Suku Hubula melaksanakannya secara meriah.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/wam-mawe-upacara-pesta-babi-orang-hubula-lembah-baliem-papua/|title=Suku Hubula di Lembah Baliem pegunungan tengah Papua dalam hidupnya banyak upacara yang dilksanakan berkaitan dengan upacara adat seputar lingkaran hidup seperti upacara pesta adat Babi (Wam Mawe)|last=abdulrazak|date=2019-02-28|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2019-03-25}}</ref>
Upacara ''wam mawe'' dilaksanakan khusus bagi kaum [[laki-laki]]. Sebelum pelaksanaan ''wam mawe'' biasanya dilakukan pula upacara ''wam wesake'' atau Pesta [[Honai Adat]], babi-babi yang dipilih adalah yang paling bagus dan terbaik yang telah dipersiapkan dan dipelihara sangat lama untuk upacara tersebut.<ref name=":0" />
Pelaksanaan ''wam mawe'' sebagai upacara untuk menyelesaikan masalah-masalah adat yang terjadi di dalam masyarakat. Masalah-masalah yang muncul itu seperti masalah [[maskawin]] yang belum dibayarkan atau masalah-masalah hutang piutang lainnya.<ref name=":0" />
Selain masalah hutang piutang, upacara ''wam mawe'' memiliki tujuan lainnya, antara lain:<ref name=":0" />
* Untuk memperbaiki tatanan masyarakat dan hubungan internal antar-klan dalam [[honai adat]] Suku Hubula.
* Untuk penghormatan dan penghargaan atas [[aliansi]] atau [[persekutuan]] antar-suku dalam sebuah [[Perang|peperangan.]] Hal ini juga dilaksanakan sebagai perayaan kemanganan dalam perang yang dilakukan oleh Suku Hubula dan suku yang menjadi sekutu mereka.
* Membangun hubungan [[diplomasi]] dengan honai adat dari klan atau suku lainnya.
Setelah pesta selesai, para pemuda kemudian melantunkan nyanyian-nyanyian sebagai tanda selesainya upacara, setelah itu mereka membagikan daging babi yang sudah dibakar sebelumnya kepada seluruh masyarakat adat yang telah ditentukan.<ref name=":0" />
==Budaya==
===Busana===
{{Main|Pakaian Adat Suku Dani}}
[[Berkas:One of the warrior from Kurulu District.jpg|pus|jmpl|Didimus Mabel, anggota suku Dani dari Kampung Obia, [[Kurulu, Jayawijaya|Kurulu]] dengan pakaian adat]]
Dari cara berpakaian pun, mereka masih banyak mengenakan [[koteka]] (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Selain itu laki-laki mengenakan topi bulat dari bulu burung yang bernama ''swesi'', atau dari kuskus hitam yang disebut ''siloki inon''. Perisai yang digantungkan pada leher atau dahi disebut ''wali moken'' dan pada tubuh bagian atas yang disebut ''walimo'', yang terbuat dari serat kayu dan kulit kerang. Selain itu menggunakan aksesoris taring babi yang disebut ''wam maik'', dan aksesoris dari anyaman rotan yang disebut ''sekan'' pada lengan dan pergelangan tangan.<ref name="Seni Budayaku 2017">{{cite web | title=Pakaian Adat Papua Lengkap, Gambar dan Penjelasanya | website=Seni Budayaku | date=2017-11-03 | url=https://www.senibudayaku.com/2017/11/pakaian-adat-papua-lengkap.html | language=id | access-date=2022-12-10}}</ref>
===
[[Berkas:Alat Musik Tradisional Suku Dani - panoramio.jpg|pus|jmpl|Alat musik tradisional suku Dani bernama [[Pikon]]]]
Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti: Honai, Ebeai, dan Wamai.
Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain: Moliage, Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege.
== Rumah adat ==
{{Main|Rumah Honai}}
[[Berkas:Dani people traditional house near Wamena, Papua, Indonesia 04.jpg|jmpl|300px|kanan|Kompleks Rumah Honai dekat Wamena]]
Rumah adat suku Dani ukurannya tergolong kecil, bentuknya bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan).
Bahan yang digunakan merupakan kayu besi (oopihr) digunakan sebagai tiang penyangga bagian tengah Rumah Honai, Jagat (mbore/pinde), tali, alang-alang, papan yang dikupas, papan alas dll.
Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem.
Rumah Honai digunakan sebagai tempat tinggal, tempat menyimpan alat-alat perang, tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang berguna pada masa depan, tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam pertempuran atau perang, tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani
Selain itu juga digunakan untuk pengasapan [[Mumi Papua|mumi]], yang disebut ''[[akonipuk]]''.
=== Mata pencaharian ===
Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam atau perkebunan dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan. Tanaman lain yang dibudidayakan adalah pisang, tebu, dan tembakau.
Kebun-kebun milik suku Dani memiliki tiga jenis, yaitu:
* Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap
* Kebun-kebun di lereng gunung
* Kebun-kebun yang berada di antara dua uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap kerabat ini bisa berupa sungai, gunung, atau jurang.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun.
Bagi suku Dani, babi berguna untuk:
# dimakan
# darahnya dipakai dalam upacara
# tulang dan ekornya untuk hiasan
# tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
# sebagai alat pertukaran/barter
# untuk perdamaian perang suku
Suku Dani juga memiliki kontak dagang dengan kelompok masyarakat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.
==
{{
== Pranala luar ==
*{{Commonscatinline}}
* {{id}} [http://id.scribd.com/doc/85683802/Adat-Dan-Budaya-Suku-Dani Adat Budaya Suku Dani]
* {{id}} [http://www.pwk-ugm.com/berita/37-perkotaan/64-sistem-pengetahuan-lokal.html Kearifan Lokal Suku Dani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121223095516/http://www.pwk-ugm.com/berita/37-perkotaan/64-sistem-pengetahuan-lokal.html |date=2012-12-23 }}
* {{Youtube|3_u0gLYLwBY}} Muslim Suku Dani Ikut BANTU PULIHKAN WAMENA
[[Kategori:Suku bangsa di Papua Pegunungan|Dani]]
[[Kategori:Suku bangsa di Papua Tengah|Dani]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Dani]]
|