Sukanto Tanoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amin tanoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Pengusaha Indonesia menjadi Wirausahawan Indonesia
 
(81 revisi perantara oleh 48 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholderperson
|honorific-prefix =
|name = Sukanto Tanoto<br/>{{linktext|陳|江|和}}<ref name="forbeschina">http://www.forbeschina.com/list/988</ref><ref name="teo">{{cite news |title=From rags to US$2.8b fortune |publisher=Business Times Singapore |author=Laurel Teo |date=2007-04-07 |accessdate=2007-10-15 |url=http://www.rgmi.com/index.php/component/option,com_docman/Itemid,/task,doc_download/gid,8/ |archiveurl=https://web.archive.org/web/20070705183323/http://www.rgmi.com/index.php/component/option,com_docman/Itemid,/task,doc_download/gid,8/ |archivedate=2007-07-05 |dead-url=no }}</ref>
|name = {{PAGENAME}}
|image =
|imagesize =
|caption =
|order citizenship = Indonesian
|known_for = [[Royal Golden Eagle]] Group<ref name="FORBES"/>
|office1 =
|president1birth_name = Tan Kang Hoo
|term_start1 =
|term_end1 =
|predecessor1 =
|successor1 =
|birth_date = {{birth date and age|1949|12|25}}
|birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Medan Belawan, Medan|Belawan]], [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]
|death_date =
|death_place =
|net_worth = [[US$]] 2,1[[miliar]] ({{Increase}} [[US$]] 2[[juta]]) (11 Maret 2022)<ref name="FORBES">{{cite web|url=https://www.forbes.com/profile/sukanto-tanoto/|title=Sukanto Tanoto|date=11 Maret 2022|access-date=12 Maret 2022|website=www.forbes.com|first=|last=Forbes}}</ref>
|party =
|spouse = Tinah Bingei Tanoto
|children = 4 ([[Anderson Tanoto]])<!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel -->
|children =
|residence = [[Medan]] dan [[Singapura]]
|alma_mater =
|occupation = [[Pengusaha]]
}}
|religion =
{{Infobox Chinese
| title= Sukanto Tanoto<br /><small>([[Nama Tionghoa Indonesia]])</small>
| t={{linktext|陳|江|和}}
| s={{linktext|陈|江|和}}
| p=Chén Jiānghé
| showflag=jyp
}}
'''Sukanto Tanoto''' ({{lahirmati|[[Medan Belawan, Medan|Belawan]], [[Medan]]|25|12|1949|nama=dengan nama '''Tan Kang Hoo'''}}) adalah seorang [[pengusaha]] asal [[Indonesia]]. Ia adalah [[CEO]] [[Raja Garuda Mas]], sebuah perusahaan yang berkantor pusat di [[Singapura]] dengan usaha di berbagai bidang, terutamanya [[kertas]] dan [[kelapa sawit]]. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalah ''[[Forbes]]'' pada September 2006, namun pada tahun 2011, ''Forbes'' kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-6 dengan total kekayaan US$ 2,8 miliar <ref>[http://finance.detik.com/read/2011/11/24/110918/1774573/4/ini-dia-40-orang-terkaya-indonesia Artikel: "Ini dia 40 orang terkaya Indonesia" di detik.com]</ref>.
 
'''Sukanto Tanoto''' ({{zh|first=t|s={{linktext|陈|江|和}}|t={{linktext|陳|江|和}}|p=Chén Jiānghé}}; {{lahirmati||25|12|1949}})<ref name="teo" /> merupakan pengusaha [[Indonesia]] yang memulai usaha di industri pengolahan kayu. Pada tahun 2013, dia adalah salah satu pengusaha terkaya di Indonesia dengan nilai aset sebesar 2,3 miliar dollar.<ref name="forbes2013">{{cite web|date=November 2013|title=Indonesia's 50 Richest List|url=http://www.forbes.com/indonesia-billionaires/list/|publisher=Forbes|language=|last=|first=|accessdate=29 April 2014}}</ref><ref name="forbes2008">{{cite web| publisher=The Jakarta Post |url=http://www.thejakartapost.com/news/2008/03/07/five-indonesians-039forbes039-rich-list.html |date=2008-03-08 |accessdate=2008-03-13 |title=Five Indonesians on 'Forbes' rich list}}</ref> Berawal sebagai pemasok peralatan dan kebutuhan bagi perusahaan minyak negara [[Pertamina]], Sukanto Tanoto merintis usaha di bidang kehutanan pada tahun 1972.<ref name="Forbes2006">{{cite web| publisher=[[Forbes]] |url=http://www.forbes.com/lists/2006/80/06indonesia_Sukanto-Tanoto-family_USK7.html |title=Sukanto Tanoto and family |date=2006-08-06 |accessdate=2007-10-15}}</ref> Kepentingan bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the [[Royal Golden Eagle]] International (RGEI), yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas.<ref name="FortuneIndonesia">{{cite web|date=June 24, 2012|title=THE PULP & PAPER KING SHARES HIS STORY|url=http://www.rgei.com/files/media_releases/Fortune%20Indonesia%20Magazine%20article%20-%20English%20translation.pdf|publisher=Fortune Indonesia|language=|last=Ratnasari a|first=Evi|accessdate=28 April 2014}}</ref>
== Bisnis ==
=== PT Indorayon Utama ===
Pada tahun 1989, Sukanto Tanoto mulai pabrik pulp di bawah nama PT Inti Indorayon Utama, yang dibangun di sebuah desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea, Danau Toba Sumatera Utara. Namun pabrik ini tidak berjalan lancar karena konflik dengan penduduk setempat, yang berpendapat bahwa Indorayon mencemari daerah, melakukan deforestasi besar besaran dan sengketa tanah. Sejak awal, pabrik pulp pertama di Indonesia itu penuh dengan sengketa.
Izin awal dirilis sengketa tanah yang terkandung, kualitas udara dan air di sekitar Sungai Sunagi Asahan tercemar drastis, menyebabkan penyakit kulit dan pencemaran air, bencana longsor, dan pencemaran gas klor beracun akibat ledakan boiler di tahun 1993. Namun selama pemerintahan [[Soeharto]], Indorayon bebas dari semua kegiatan karena hubungan dekat antara Sukanto dengan Soeharto. Demonstrasi kepada lembaga pemerintah, yang telah dimulai sejak tahun 1986, gagal menghentikan kegiatan pabrik<ref>www.liputan6.com/fullnews/1056.html</ref>.
 
== Biografi ==
Setelah jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, tekanan publik makin keras, tapi selalu dijawab dengan kekerasan dan teror oleh petugas polisi militer yang disewa oleh perusahaan. Bentrokan antara penduduk setempat, staf dan anggota pasukan keamanan yang tidak dapat dihindari dan mengakibatkan enam orang tewas dan ratusan luka-luka pada tahun 1999. Akibatnya, Presiden [[Habibie]] sementara menempatkan pabrik pada berhenti pada tanggal 19 Maret 1999. Meskipun lobi yang dilakukan oleh pendukung Indorayon, termasuk-maka pelayanan perdagangan [[Jusuf Kalla]], pabrik itu ditutup secara permanen oleh Presiden Wahid setelah oposisi sengit dari masyarakat lokal dan aktivis lingkungan diikuti oleh demonstrasi yang lebih fatal <ref>http://www.tempo.co.id/hg/nusa/sumatera/2003/02/02/brk,20030202-06,id.html</ref>.
Lahir di Belawan, [[Medan]] pada tanggal 25 Desember 1949, Sukanto Tanoto merupakan anak tertua dari tujuh laki-laki bersaudara.<ref name="teo"/> Ayahnya adalah seorang imigran dari kota [[Putian]], provinsi [[Fujian]], daratan Tiongkok. Pada tahun 1966, Sukanto Tanoto terpaksa berhenti sekolah setelah sekolah Tiongkok pada waktu itu ditutup oleh rezim [[Orde Baru]], Presiden [[Suharto]]. Dia tidak dapat meneruskan sekolah ke sekolah nasional karena ayahnya masih berkewarganegaraan Tiongkok.<ref name="teo"/>
 
Setelah sang ayah meninggal secara mendadak, Sukanto Tanotolah yang harus menjalankan bisnis keluarga. Secara bertahap Sukanto Tanoto mengembangkan bisnisnya mulai dari perdagangan umum hingga memenangkan kontrak-kontrak bisnis pembangunan jaringan pipa gas internasional. Pada saat terjadi krisis minyak pada tahun 1972 yang menyebabkan harga minyak dunia melambung, Sukanto Tanoto mendapatkan keuntungan dari bisnis kliennya yang berkembang secara pesat. Dengan tambahan modal usaha, Sukanto Tanoto mengalihkan perhatiannya pada bisnis lain yang berbeda pada tahun 1973, pada saat itu Indonesia menjadi pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood, sebelum diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal.<ref name="teo"/>
=== Asian Agri ===
Perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Sejak tanum 2006 terlibat kasus penggelapan pajak. Awal tahun 2013, [[Mahkamah Agung]] memvonis 14 perusahaan Grup Asian Agri (GAA) harus membayar denda sebesar Rp 2,5 trilyun. <ref>http://www.tempo.co/read/news/2013/01/15/090454551/Asian-Agri-Siap-Ajukan-Peninjauan-Kembali</ref>
 
Sukanto Tanoto melihat situasi tersebut sebagai peluang untuk membangun sendiri pabrik pengolahan kayu di Indonesia. Namun, untuk merealisasikan hal itu, dia membutuhkan ijin. Di zaman pemerintahan Presiden Suharto, ijin-ijin tersebut hanya bisa diperoleh dari para pejabat yang merupakan mantan Jenderal TNI. Sukanto Tanoto dipaksa untuk bekerja bersama seorang Jenderal yang memberikannya restu untuk membangun sebuah pabrik plywood pertama di Indonesia. Pejabat tersebut kemudian yakin akan potensi yang besar dari sebuah pabrik pengolahan kayu setelah melihat pabrik tersebut selesai dibangun olehnya. Dengan berdirinya pabrik pengolahan kayu tersebut terbukalah peluang nilai tambah bagi ekonomi Indonesia serta penciptaan lapangan kerja. Pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden Suharto dan mulai beroperasi pada tahun 1975.<ref name="teo"/>
<!-- TOLONG "DISESUAIKAN" DAHULU ISINYA AGAR TAK MELANGGAR HAK CIPTA
 
Sukanto Tanoto merupakan pengusaha otodidak dan tidak menyelesaikan pendidikan formal di bangku sekolah. Beliau belajar bahasa Inggris kata demi kata menggunakan kamus bahasa Tiongkok – Inggris dan akhirnya mampu mengikuti sekolah bisnis di Jakarta pada pertengahan tahun 1970. Beliau kemudian melanjutkan belajar di INSEAD di Fontainebleau, Prancis.<ref name="teo"/>
Sukanto Tanoto lahir di Belawan, Sumatra Utara, 25 Desember 1949. Binsisnya dijalankan lewat bendera Raja Garuda Mas (RGM) International, yang berbasis di Singapura dan memiliki unit bisnis dari Indonesia hingga ke Cina, Eropa, dan Amerika Selatan.
 
Pada tahun 1997, Sukanto Tanoto memilih menetap di [[Singapura]] bersama keluarganya, dan mendirikan kantor pusatnya di sana.<ref name="FortuneIndonesia"/> Sukanto Tanoto tetap merupakan warga negara dan memegang paspor Indonesia.<ref name="teo"/>
Sebagai pengusaha, Sukanto Tanoto terkenal memiliki temperamen keras, terutama terhadap pegawainya sendiri. Tidak jarang dalam banyak pertemuan-pertemuan internal, Sukanto yang terbakar emosi melempar asbak atau benda-benda keras lainnya ke arah pegawai yang sedang dicecarnya. Hal ini mengakibatkan turnover rate pegawai di RGM Group besar sekali.
 
== Aktivitas bisnis ==
Sukanto Tanoto, sebagai pengusaha keturunan Tionghoa asal Medan juga terkenal berani mengambil jalan pintas dalam deal-dealnya, dan menerapkan sistem buldoser dalam menekan lawan-lawan bisnisnya.
Kepentingan bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the [[Royal Golden Eagle International]]. Grup bisnis tersebut memiliki jumlah karyawan lebih dari 50.000 orang yang tersebar di seluruh dunia dengan total aset lebih dari 15 miliar dolar, yang meliputi empat area bisnis utama: pulp dan kertas (APRIL), agro industri (Asian Agri), dissolving wood pulp dan viscose staple fibre (sateri Holdings Limited) dan pengembangan sumber daya energy (Pacific Oil & Gas).<ref name="FortuneIndonesia"/> APRIL harus menghadapi kontroversi tentang konservasi yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan alam di Sumatra.<ref>ABC Foreign Correspondent |url=http://www.abc.net.au/foreign/content/2011/s3283804.htm</ref><ref>Indonesian Paper Giant APRIL’s Certification Status Suspended |url=http://ran.org/indonesian-paper-giant-april%E2%80%99s-certification-status-suspended#ixzz2Hr7K3lFj {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140502044242/http://ran.org/indonesian-paper-giant-april%E2%80%99s-certification-status-suspended#ixzz2Hr7K3lFj |date=2014-05-02 }}</ref> Kontroversi tersebut menyebabkan perusahaan mengundurkan diri dari keanggotaan [[Forest Stewardship Council]] di April 2010. Pada September 2011, [[Fuji Xerox]]menghentikan menjual kertas yang diproduksi oleh APRIL. Perusahaan membantah tuduhan-tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa perusahaan memiliki komitmen untuk mengimplementasikan praktik-praktik mitigasi perubahan iklim dan mendukung upaya-upaya pembangunan berkelanjutan. |url=http://www.fujixerox.com/eng/company/ecology/topics/2011/0901_april.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141112112858/http://www.fujixerox.com/eng/company/ecology/topics/2011/0901_april.html |date=2014-11-12 }}</ref> The company has denied the claims, stating it has a commitment to implement practices that mitigate climate change and promote sustainability.<ref name="business2">{{cite web|date=November 2011|title=APRIL’s commitment to being part of the "sustainability solution"|url=http://www.aprilasia.com/images/pdfs/APRIL%27s%20commitment%20to%20being%20part%20of%20the%20sustainability%20solution%20-%20by%20AJ%20Devanesan,%20COO%20APRIL.pdf|publisher=|language=|last=Devanesan|first=A.J.|accessdate=28 April 2014}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
=== PT Indorayon Utama ===
Ada dua RGM yang dikuasai Sukanto. Pertama, RGM Indonesia yang berbasis di Jakarta, dan (kedua) RGM International yang di Singapura itu tadi. Perusahaan terakhir inilah yang menjadi semacam payung bagi semua usaha Sukanto yang tersebar di hampir seluruh pelosok dunia.
 
Pada tahun 1989, Sukanto Tanoto mulai pabrik pulp di bawah nama PT Inti Indorayon Utama, yang dibangun di sebuah desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea, Danau Toba Sumatera Utara. Namun pabrik ini tidak berjalan lancar karena konflik dengan penduduk setempat, yang berpendapat bahwa Indorayon mencemari daerah, melakukan deforestasi besar besaran dan sengketa tanah. Sejak awal, pabrik pulp pertama di Indonesia itu penuh dengan sengketa.
Sukanto--yang juga pemilik sebagian saham Beckett Ltd--berurusan dengan Deutsche Bank seputar 40% saham PT Adaro Indonesia--tambang batu bara terbesar di dunia yang terletak di Kalimantan. Beckett menilai penjualan 40% saham Adaro oleh Deutsche Bank kepada PT Dianlia Setyamukti (milik pengusaha Edwin Suryadjaja, Sandi Uno, dan Boy Tohir) tidak sah. Beckett adalah pemilik lama 40% saham Adaro tadi.
Izin awal dirilis sengketa tanah yang terkandung, kualitas udara dan air di sekitar Sungai Sunagi Asahan tercemar drastis, menyebabkan penyakit kulit dan pencemaran air, bencana longsor, dan pencemaran gas klor beracun akibat ledakan boiler pada tahun 1993. Namun selama pemerintahan [[Soeharto]], Indorayon bebas dari semua kegiatan karena hubungan dekat antara Sukanto dengan Soeharto. Demonstrasi kepada lembaga pemerintah, yang telah dimulai sejak tahun 1986, gagal menghentikan kegiatan pabrik.<ref>http://www.liputan6.com/fullnews/1056.html</ref>
Setelah jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, tekanan publik makin keras, tapi selalu dijawab dengan kekerasan dan teror oleh petugas polisi militer yang disewa oleh perusahaan. Bentrokan antara penduduk setempat, staf dan anggota pasukan keamanan yang tidak dapat dihindari dan mengakibatkan enam orang tewas dan ratusan luka-luka pada tahun 1999. Akibatnya, Presiden [[Habibie]] sementara menempatkan pabrik pada berhenti pada tanggal 19 Maret 1999. Meskipun lobi yang dilakukan oleh pendukung Indorayon, termasuk-maka pelayanan perdagangan [[Jusuf Kalla]], pabrik itu ditutup secara permanen oleh Presiden Abrurahman Wahid setelah oposisi sengit dari masyarakat lokal dan aktivis lingkungan diikuti oleh demonstrasi yang lebih fatal.<ref>http://www.tempo.co.id/hg/nusa/sumatera/2003/02/02/brk,20030202-06,id.html{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Namun pada masa pemerintahan Presiden [[Megawati Soekarnoputri]], perusahaan ini kembali memperoleh ijin dan telah beroperasi secara penuh setelah berganti nama menjadi PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL) meskipun, sampai saat ini masih menuai perlawanan dari masyarakat sekitar yang terdampak langsung pencemaran air, tanah dan udara akibat limbah pabrik bubur kertas tersebut.<ref>https://www.liputan6.com/news/read/48750/empat-menteri-menyetujui-toba-pulp-lestari-beroperasi</ref>
 
=== Asian Agri ===
Lantas, lebih jauh ke belakang, sejak negeri ini ditimpa krisis ekonomi pada tahun 1997, kisah tentang Sukanto juga kerap terdengar. Pabrik pulp dan rayon miliknya, PT Inti Indorayon Utama, di Porsea, Sumatra Utara, sempat didera aksi massa gara-gara perusahaan itu dituding melakukan pencemaran lingkungan. Aksi tersebut bahkan pernah sampai “berdarah-darah”.
PT [[Asian Agri]] merupakan perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2006 terlibat kasus penggelapan pajak. Awal tahun 2013, [[Mahkamah Agung]] memvonis 14 perusahaan Grup Asian Agri (GAA) harus membayar denda sebesar Rp 2,5 triliun. PT Asian Agri mengajukan gugatan peninjauan kembali atas putusan MA tersebut.<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2013/01/15/090454551/Asian-Agri-Siap-Ajukan-Peninjauan-Kembali Asian Agri Siap Ajukan Peninjauan Kembali]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Asian Agri juga dituding terlibat dalam kasus pembakaran untuk pembukaan lahan di Riau, pada Juni 2013. Kebakaran hutan menimbulkan kabut asap dengan tingkat polusi mencapai di atas 800 Indeks Polusi Udara, atau hampir tiga kali lipat dari ambang batas bahaya polusi di angka 300 Indeks Polusi Udara. [[Wahana Lingkungan Hidup Indonesia]] WALHI Riau menyebutkan, sebagian besar titik api di Riau berada di lahan konsesi perkebunan kelapa sawit dan [[hutan tanaman industri]] (HTI), baik di perusahaan milik Sukanto Tanoto maupun sejumlah pengusaha lain seperti [[Eka Tjipta Wijaja]] (APP), [[Martias]] pemilik PT Surya Dumai Grup, serta [[Wilmar Group]] (kelapa sawit).<ref>[http://www.portalkbr.com/nusantara/acehdansumatera/2687242_4264.html Bencana Asap, Pemerintah Harus Minta Tanggung Jawab Sukanto Tanoto Dkk]</ref>
 
=== Kegiatan filantropi ===
Indorayon adalah perusahaan yang pernah menjadi andalan kelompok RGM. Perusahaan ini bergerak di bidang reforestation. Selain menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, Indorayon juga mampu memasok bibit unggul pohon penghasil pulp di dalam negeri. Perjalanan perusahaan ini sungguh berliku-liku. Selain ditengarai sangat mencemari lingkungan, Indorayon disebut-sebut juga limbung karena serbuan pesaingnya dari Negeri Matahari Terbit--yang menyerang dengan jurus politik dagang tingkat dunia.
Sukanto Tanoto menyadari pentingnya program-program tanggung jawab sosial perusahaan dijalankan di wilayah perusahaan beroperasi.<ref name="teo"/> Melalui Riau Andalan Pulp & Paper ([https://twitter.com/rapp_official?lang=en RAPP]), Sukanto Tanoto membangun sekolah-sekolah, mendirikan program pertanian terpadu yang mengajarkan masyarakat desa untuk menjalankan praktik pertanian alternatif dan tidak lagi melakukan praktik penebangan dan pembakaran lahan. Selain itu, perusahaan menyampaikan laporan program pembangunan berkelanjutan kepada lembaga swadaya masyarkat, seperti kepada [[WWF]], setelah lembaga tersebut menyampaikan masukan tentang konservasi hutan di Riau.<ref>{{cite news | publisher=The Jakarta Post | title=Pulp mills put heavy pressure on forests: Study | url=http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20020209.J04 | date=2002-02-09 | accessdate=2007-10-15 | archiveurl=https://web.archive.org/web/20071117043333/http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20020209.J04 | archivedate=2007-11-17 | dead-url=no }}</ref>
 
Sukanto Tanoto juga mendirikan Tanoto Foundation,<ref>{{Cite web |url=http://www.tanoto-foundation.or.id/ |title=The Tanoto Foundation |access-date=2021-05-25 |archive-date=2012-01-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120106181536/http://www.tanoto-foundation.or.id/ |dead-url=yes }}</ref> yang memberikan penghargaan professorship awards. Pada tahun 2007, award senilai 130 ribu dolar diberikan kepada dua peneliti Indonesia untuk melakukan penelitian teknologi yang memiliki kewajiban sosial.<ref>{{cite news | publisher=The Jakarta Post | title=RI not giving enough toward research and development | date=2007-09-08 | accessdate=2007-03-13 | url=http://www.thejakartapost.com/news/2007/08/09/ri-not-giving-enough-toward-research-and-development.html-0 | archive-date=2011-06-07 | archive-url=https://web.archive.org/web/20110607101314/http://www.thejakartapost.com/news/2007/08/09/ri-not-giving-enough-toward-research-and-development.html-0 | dead-url=yes }}</ref>
Setelah muncul banyak korban, Indorayon pun ditutup. Tapi, itu bukan akhir segalanya. Belakangan, Indorayon berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari. Pada tahun 2003, Toba Pulp beroperasi kembali. Namun, berbeda dengan Indorayon dulu, perusahaan ini tak lagi memproduksi rayon--sehingga tak harus berhadapan dengan rivalnya yang dari Jepang itu. Kini, Toba Pulp bahkan sudah mencoba untuk kembali ke lantai bursa. Perusahaan itu semakin memperkuat bisnis pulp dan kertas Sukanto di dalam negeri. Beberapa ratus kilometer dari lokasi Toba Pulp, Sukanto juga memiliki pabrik pulp terbesar di dunia, PT Riau Pulp.
 
Tanoto Foundation (TF) menyumbang pembangunan perpustakaan [[INSEAD]] di [[Singapura]] pada 2005, yang kemudian diberinama Tanoto Library. TF juga mendanai program professor di bidang [[metabolisme]] dan [[endokrinologi]] di [[Duke-NUS Graduate Medical School]] di [[Singapura]] dan merupakan donor regular bagi [[Carnegie Mellon]], untuk mendanai Tanoto Professor of Electrical and Computer Engineering.<ref>{{Cite web |url=http://www.carnegiemellontoday.com/article.asp?aid=277 |title=Salinan arsip |access-date=2014-05-26 |archive-date=2006-11-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20061102075917/http://www.carnegiemellontoday.com/article.asp?Aid=277 |dead-url=yes }}</ref>
Beroperasinya Toba Pulp--yang sempat ditentang banyak kalangan--memperlihatkan kelihaian Sukanto. Kelihaian itu juga terlihat ketika Unibank terkapar gara-gara sulit menagih kredit yang tersebar di kelompok RGM sendiri. Sebelum terjadi krisis, Unibank adalah pilar terpenting dalam bisnis finansial Sukanto. Tadinya, bank ini bernama United City Bank. Pada medio 1980-an, United City mengalami kesulitan keuangan. Sukanto kemudian mengambil alih mayoritas sahamnya dan membuatnya bangkit dengan nama Unibank. Selain Unibank, Sukanto juga memiliki bisnis keuangan yang lain, seperti perusahaan asuransi PT Eka Lloyd Jaya dan PT Pacific Money Changer.
 
== Referensi ==
Di awal tahun 2000-an, kondisi Unibank sudah sangat parah. Kredit macetnya menumpuk dan rasio kecukupan modalnya anjlok. Tak ayal, rush (penarikan dana besar-besaran) pun terjadi. Tapi, sebelumnya Sukanto sudah berbuat banyak. Sahamnya yang sempat mayoritas kemudian dibuat kempis sehingga kurang dari 5%. Bahkan, menjelang dilikuidasinya Unibank, tak ada lagi satu pun pihak yang menjadi pemilik saham mayoritas di bank itu. Pemegang saham terbesar adalah masyarakat, senilai 5,64%. Alhasil tak ada satu orang pun yang bisa diminta untuk bertanggung jawab atas parahnya kondisi Unibank. Sukanto tak perlu keluar banyak duit. Jadilah Unibank satu-satunya bank yang ditutup tanpa perjanjian penyelesaian kewajiban pemegang saham.
{{Reflist}}
 
Tapi, masalah keuangan Sukanto di saat krisis bukan hanya terjadi di Unibank. Pernah juga ia terbebani urusan kredit macet RGM kepada sejumlah lembaga keuangan pelat merah. Nilai kredit macet itu mencapai US$ 1,3 miliar (sekitar Rp 12 triliun). Kebanyakan, kredit macet itu berada di tiga unit usaha RGM, yakni Riau Andalan Pulp and Paper, Riau Andalan Kertas, dan Riau Energi Prima.
 
RGM waktu itu berutang kepada BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) senilai US$ 260 juta, kepada Bank Mandiri sebesar US$ 610 juta, dan kepada Bank Negara Indonesia (BNI) sekitar US$ 350 juta. Tapi, taipan ini langsung melakukan pendekatan. Dan hasilnya tak sia-sia, lagi-lagi ia tak perlu keluar banyak duit. Sukanto mendapat keringanan pembebasan bunga dari BPPN senilai US$ 165 juta selama 18 bulan. Lalu, ia juga mendapat keringanan untuk menunda pembayaran cicilan pokok hingga tahun 2006. Di BNI, Sukanto bisa membayar utangnya sesuai agenda restrukturisasi. Sementara, di Bank Mandiri sebagian utang RGM berhasil dihapusbukukan.
 
Padahal, waktu itu Sukanto tidak sedang miskin. Ia masih memiliki sejumlah perusahaan di luar negeri. Salah satunya adalah APRIL (Asia Pacific Resources International), yang membawahi pabrik-pabrik pulp and paper RGM International di seluruh dunia (termasuk yang di Indonesia). APRIL bahkan sudah tercatat di Wall Street sana.
 
Di bawah APRIL, perusahaan Sukanto lainnya beroperasi di banyak negara. Ada Sateri International, misalnya, yang bergerak di Finlandia, Brasil, dan Cina. Di Cina, Jiangxi Sateri Fiber Co. Ltd. melakukan investasi senilai US$ 215 juta dan telah memulai produksinya pada tahun 2004. Di Brasil, Sateri mengakuisisi perusahaan lokal, Bahia Pulp, senilai US$ 112 juta pada tahun 2003. Setahun kemudian, Sateri mengumumkan bahwa Bahia sudah bisa melonjakkan produksinya dari 120 ribu ton menjadi 360 ribu ton per tahun.
 
Bisnis Sukanto juga ada di sektor energi dan bernaung di bawah bendera Pacific Oil & Gas (PO&G). Perusahaan ini telah meneken perjanjian pembangunan pembangkit listrik di Fujian dengan nilai investasi US$ 350 juta. Di Indonesia, PO&G juga punya banyak usaha. Perusahaan ini telah menanamkan investasinya dengan mengambil alih 25% saham di Blok Jambi Merang (JM). Kini, Blok Jambi sedang bersiap meningkatkan produksi gas hingga 120 juta kaki kubik per hari. Investasi untuk pengembangan blok itu sekitar US$ 300 juta.
 
Belakangan, perusahaan ini akan meningkatkan investasinya di kegiatan usaha hulu seperti kilang gas alam cair dan pembangkit listrik. PO&G rupanya telah memperoleh izin prinsip dari pemerintah Indonesia untuk membangun kilang gas alam cair di Kalimantan dengan kapasitas awal 5 juta ton per tahun. Proyek ini bukan hanya untuk pasar ekspor, tapi juga pasar domestik di Pulau Jawa. Selain itu, PO&G juga berniat membangun pembangkit listrik berbahan bakar gas untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan listrik di masa depan dan perubahan konsumsi BBM dengan bahan bakar gas.
 
Kalau proyek itu berjalan, PO&G tidak perlu jauh-jauh mencari kontraktor untuk membangun kilang dan pembangkit listrik tadi. Sebab, di lingkungan RGM ada PEC-Tech, sebuah perusahaan konstruksi dan layanan procurement yang biasa melakoni bisnis konstruksi dan pembangunan infrastruktur skala besar. PEC-Tech memang merupakan sayap penting dari usaha si Raja Garuda yang semakin menggurita belakangan ini.
 
Sayap bisnis lain dari sang Raja Garuda adalah hamparan kebun-kebun sawit RGM di seluruh pelosok negeri. Bahkan belakangan, Sukanto melebarkan hamparan kebunnya ke luar negeri dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina.
 
Selesai? Belum. Soalnya, masih ada sejumlah bisnis lain Sukanto yang juga tak boleh dipandang sebelah mata. Pria ini memang pebisnis sejati dengan pengalaman mumpuni. Sukanto memulai usahanya sejak usia 18 tahun. Ketika itu, ayahnya terserang stroke. Ia meneruskan usaha ayahnya berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil di Belawan. Naluri bisnis Sukanto kemudian membawanya ke Medan. Kota ini menjadi sangat penting bagi Sukanto. Di sanalah ia merambah bidang properti dengan membangun Uni Plaza dan Thamrin Plaza.
 
Awalnya, Sukanto ke Medan untuk berdagang spare part mobil. Tapi kemudian, ia banting setir menjadi general contractor & supplier Pertamina. Gara-garanya, ada seorang pejabat Pertamina dari Aceh yang menawarinya pekerjaan sebagai kontraktor. Ia pun lalu membangun rumah, memasang AC, pipa, traktor, dan membuat lapangan golf untuk kepentingan karyawan Pertamina di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara.
 
Menjadi kontraktor membuatnya lebih kaya. Suatu ketika, ketika kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, ia sadar akan pentingnya bahan bangunan yang satu itu. Sukanto kemudian mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, pada 1972 di Medan. Tadinya, perusahaan itu hanya menjadi importir belaka. Belakangan, Sukanto merintis usaha produksi kayu lapis bermerek Polyplex. Pada tahun 1973, Sukanto mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM). Polyplex lalu diimpor ke banyak negara.
 
Tripleks bermerek Polyplex itulah yang merupakan awal buat Sukanto untuk tampil menjadi salah satu konglomerat besar di Indonesia. Tapi, semakin besar pundi-pundinya, semakin kencang pula masalah menerpanya.
 
Sumber: Majalah TRUST
-->
== Pranala luar ==
* [http://www.sukantotanoto.net/ Sukanto Tanoto official biography and references].
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sukanto-tanoto/index.shtml Profil di Tokoh Indonesia]
* {{id}} [http://www.rgmirgei.com/management.htmlid/ ProfilRoyal diGolden situsEagle webofficial Raja Garuda Maswebsite].
* {{id}} [http://www.sukantotanotobiografiku.net Biografi rasmicom/2013/06/biografi-sukanto-tanoto-pengusaha.html Sukanto Tanoto Media Biography].
* [http://www.rgei.com/id/tentang-kami/kepemimpinan-kami/sukanto-tanoto Sukanto Tanoto Biography - RGE Version].
* [http://www.aprilasia.com/id/sukanto-tanoto Sukanto Tanoto Biography - April Asia Version].
* [http://www.sateri.com/sukanto-tanoto/ Sukanto Tanoto Biography - Sateri Version].
* [http://www.po-and-g.com/id/tentang-kami/sukanto-tanoto-id Sukanto Tanoto Biography - Pacific Oil & Gas Version].
*[https://www.aprayon.com/en/sukanto-tanoto/ Sukanto Tanoto Biography - Asia Pacific Rayon]
 
{{DEFAULTSORT:Tanoto, Sukanto}}
{{negara-bio-stub|[[Kategori:Wirausahawan Indonesia}}]]
 
==Referensi==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Pengusaha Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Orang terkaya di dunia menurut Forbes]]
[[Kategori:Marga Chen]]
[[Kategori:Miliarder Indonesia]]
 
[[en:Sukanto Tanoto]]