Suku Serawai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menghilangkan kategori [ * ]
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(78 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{More citations needed|date=November 2020}}
{{ethnic group|
|group=Serawai
|image=
|poptime=
|popplace= [[Seluma]]{{br}}[[Bengkulu Selatan]]{{br}}[[Kepahiang]]{{br}}[[Lebong]]{{br}}[[Rejang Lebong]]
|langs=[[Bahasa Melayu Tengah|Melayu Tengah]]
|rels=[[Islam]]{{br}}[[Animisme]]{{br}}[[Kristen]]
|related=[[Suku Rejang]]{{br}}[[Suku Lembak]]{{br}}[[Suku PasemahBesemah]]
}}
'''Suku Serawai'''<ref>{{cite web |url= https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/serawai|title=Serawai (suku)|author=<!--Not stated-->|website=kbbi.kemdikbud.go.id|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=17 Juni 2021|quote=Serawai merupakan suku bangsa yang mendiami daerah-daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu.}}</ref> adalah [[suku bangsa]] dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah [[Provinsi Bengkulu|Bengkulu]]. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten[[Kabupaten Seluma]] dan [[Bengkulu Selatan]], yakni di kecamatanKecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, Seginim, Kedurang, Padang Guci, dan SeginimKinal. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka yang [[merantau]] ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke [[kabupatenKabupaten Kepahiang]], [[kabupatenKabupaten Rejang Lebong]], [[kabupatenKabupaten Bengkulu Utara]], dan sebagainya.
 
Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian, khususnya perkebunan. Banyak di antara mereka mengusahakan tanaman perkebunan atau jenis tanaman keras, misalnya [[cengkehcengkih]], [[kopi]], [[kelapa]], dan [[karet]]. Meskipun demikian, mereka juga mengusahakan tanaman pangan, [[palawija]], [[hortikultura]], dan [[peternakan]] untuk kebutuhan hidup.
 
== Sejarah ==
Asal usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara [[ilmiah]], baik dalam bentuk [[tulisan]] maupun dalam bentuk-bentuk publikasi lainnya. Sejarah suku Serawai hanya diperoleh dari uraian atau cerita dari orang-orang tua. Sudah tentu sejarah tutur seperti ini sangat sukar menghindar dari masuknya unsur-unsur [[legenda]] atau [[dongeng]] sehingga sulit untuk membedakan dengan yang bernilai [[sejarah]]. Ada satu tulisan yang ditemukan di [[makam]] Leluhur Semidang Empat Dusun yang terletak di Maras, Talo. Tulisan tersebut ditulis di atas kulit kayu dengan menggunakan [[huruf]] yang menyerupai [[huruf Arab]] kuno. Namun sayang sekali sampai saat ini belum ada di antara para ahli yang dapat membacanya.
Ada banyak buku atau cerita sejarah mengenai suku Serawai yang beredar. Tetapi sangat sulit untuk membuktikan kebenarannya karena keterbatasan sumber sejarah dan keegoisan masing-masing keluarga yang memegang sejarah. Dikatakan begitu karena pada kenyataannya setiap klan atau keluarga yang memegang buku sejarah ataupun hanya sekedar cerita turun temurun selalu menuliskan atau menceritakan cerita yang baik tentang leluhurnya. sehingga karena hal itu ada banyak sejarah yang hilang hanya karena ingin menutup-nutupi keburukan dari leluhurnya.
 
Mereka tidak sadar betapa pentingnya catatan sejarah itu turun secara utuh, karena bila tidak maka akan ada mata rantai yang hilang yang nantinya akan membuat sejarah itu menjadi rancu. Seperti yang ditemui disini di daerah Manna Bengkulu Selatan.
Berdasarkan cerita para orang tua, suku bangsa Serawai berasal dari leluhur yang bernama Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Asal usul Serunting Sakti sendiri masih gelap, sebagian orang mengatakan bahwa Serunting Sakti berasal dari suatu daerah di Jazirah Arab, yang datang ke Bengkulu melalui [[kerajaan Majapahit]]. Di Majapahit, Serunting Sakti meminta sebuah daerah untuk didiaminya, dan oleh Raja Majapahit dia diperintahkan untuk memimpin di daerah Bengkulu Selatan. Ada pula yang berpendapat bahwa Serunting Sakti berasal dari [[langit]], ia turun ke [[bumi]] tanpa melalui [[rahim]] seorang [[ibu]]. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa Serunting Sakti adalah anak hasil hubungan gelap antara Puyang Kepala Jurai dengan Putri Tenggang.
Di Kabupaten Bengkulu Selatan ini belum ada sejarah yang baku, karena belum pernah diadakan penelitian yang resmi dari pihak manapun. Sehingga warga Bengkulu Selatan ini akan terus terlahir tanpa identitas yang jelas dan resmi tentang asal-usulnya.
 
Ada sebuah cerita turun temurun yang didapat dari salah satu sumber sejarah di daerah Bengkulu Selatan yang bernama Merah Ismaoen (Gelar Raja Muda) bin So'a bin Aliruddin (Gelar Raja Mahkota Alam) yang menjadi Pasirah Kepala Marga Anak Gumay di Tahun 1940an ia lahir tahun 1913 dan wafat tahun 1987. Ia pun sempat membuat buku Sejarah Tanah Seraway. Menurutnya dahulu leluhurnya bernama Gumay yang bersemayam di Bukit Seguntang (Kota Palembang sekarang), Gumay memiliki isteri bernama Putri Cempaka Gading yang berasal dari Bangkahulu (Kota Bengkulu sekarang). setelah sekitar 8 generasi adalah keturunannya yang bernama Ramau Ratu (sebutan raja dikala itu) Suku Milung. ia memiliki 9 orang anak. masing-masing secara berurutan dan tempat mereka merantau: Panjang(Panda-Enim)-Remanjang(Lubuk Sepang-Lahat)-Indang(Lintang Kanan)-Remindang(Kutau Johor-Pinau Bengkulu Selatan)-Limpak(Air Balui-Musi Ulu)-Limparan(Lubuk Kayu Are)-Untu(Niru/Rambang-Prabu Mulih)-Remuntu(Cinto Mandi-Rejang)-Intan Permata(Prabu Menang,Puntang-Suku Merapi).
Di dalam Tembo Lebong terdapat cerita singkat mengenai seorang putri yang bernama Putri Senggang. Putri Senggang adalah anak dari Rajo Megat, yang memiliki dua orang anak yakni Rajo Mawang dan Putri Senggang. Dalam tembo tersebut kisah mengenai Rajo Mawang terus berlanjut, sedangkan kisah Putri Senggang terputus begitu saja. Hanya saja ada disebutkan bahwa Putri Senggang terbuang dari keluarga Rajo Mawang.
Sedangkan yang merantau ke daerah Bengkulu Selatan dan menjadi cikal bakal suku serawai adalah Remindang (1300M). Pada awalnya mereka berbahasa Pasemah dan berlogat e. Remindang mendapatkan wilayah kekuasaannya dari menjajah/menyerang orang disepanjang sungai yang mereka lalui. Mereka menyusuri Sungai Lematang hingga ke Sungai Deras (Sungai Manna sekarang) dan Sungai Pepinau (Sungai Pinau sekarang). Di sepanjang sungai ini terdapat banyak orang suku Runjang. Remindang menerapkan peraturan keras bahwa setiap tawanan perang suku Runjang ini dilarang memakai bahasa mereka akan tetapi diwajibkan menggunakan bahasa pasemah. oleh karena paksaan pemakaian bahasa ini dan juga asimilasi orang bawaan Remindang dengan tawanannya selama beberapa abad maka bercapurlah logat dan gaya bahasa mereka sehingga logat mereka menjadi au. Bisa dibuktikan bahwa sampai sekarang di daerah Bengkulu Selatan ada daerah bernama "Tapak Rejang". Remindang mendirikan kerajaan yang bernama kerajaan Sungai Pepinau yang berkedudukan di Kutau Johor di muara sungai pinau sekarang. Kemudian cucunya yang bernama Raja Pengantin memindahkan pusat kekuasaan ke dusun yang baru yang bernama Cukua Batau. Lalu Keponakannya yang bernama Minak Kertau Bumi memindahkan lagi pusat kekuasaan ke Dusun yang bernama Tanggau Rasau (sekarang masih ada wilayah Kecamatan Pino Raya, di Kabupaten Bengkulu Selatan).
 
inilah sekilas cikal bakal suku serawai yang paling mendekati fakta. karena catatan mengenai ini sudah dikonfirmasi dengan catatan dari daerah lahat.
Apabila kita simak cerita tentang kelahiran Serunting Sakti, diduga ada hubungannya dengan kisah Putri Senggang ini dan ada kemungkinan bahwa Putri Senggang inilah yang disebut oleh orang Serawai dengan nama Putri Tenggang. Dikisahkan bahwa Puyang Kepala Jurai yang sangat sakti jatuh [[cinta]] kepada Putri Tenggang, tetapi cintanya ditolak. Namun berkat kesaktiannya, Puyang Kepala Jurai dapat melakukan [[hubungan seksual]] dengan putri Tenggang, tanpa disadari oleh putri itu sendiri. Akibat dari perbuatan ini Putri Tenggang menjadi [[hamil]]. Setelah Putri Tenggang melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Putri Tolak Merindu barulah terjadi pernikahan antara Putri Tenggang dengan Puyang Kepala Jurai, itupun dilakukan setelah Putri Tolak Merindu dapat berjalan dan bertutur kata.
 
Setelah pernikahan tersebut, keluarga Puyang Kepala Jurai belum lagi memperoleh anak untuk jangka waktu yang lama. Kemudian Puyang Kepala Jurai mengangkat tujuh orang anak, yaitu: Semidang Tungau, Semidang Merigo, Semidang Resam, Semidang Pangi, Semidang Babat, Semidang Gumay, dan Semidang Semitul. Setelah itu barulah Puyang Kepala Jurai memperoleh seorang putra yang diberi nama Serunting. Serunting inilah yang kemudian menjadi Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Serunting Sakti berputra tujuh orang, yaitu:
* Serampu Sakti yang menetap di Rantau Panjang (sekarang termasuk marga Semidang Alas), Bengkulu Selatan dan Pagar Alam;
* Gumatan yang menetap di [[Pelang Kenidai, Dempo Tengah, Pagar Alam]]
* Serampu Rayo yang menetap di Tanjung Karang Enim, [[Lematang Ilir Ogan Tengah]].
* Sati Betimpang yang menetap di [[Ulak Mengkudu, Tebing Tinggi, Empat Lawang]].
* Si Betulah yang menetap di Saleman Lintang, [[empat Lawang]].
* Si Betulai yang menetap di [[Niur, Muara Pinang, Empat Lawang]].
* Bujang Gunung yang menetap di [[Ulak Mengkudu, Tebing Tinggi, Empat Lawang]].
 
Putra Serunting Sakti yang bernama Serampu Sakti mempunyai 13 orang putra yang tersebar di seluruh tanah Serawai. Serampu Sakti dengan anak-anaknya ini dianggap sebagai cikal-bakal suku Serawai. Putra ke 13 Serampu Sakti yang bernama Rio Icin bergelar Puyang Kelura mempunyai keturunan sampai ke Lematang Ulu dan Lintang.
 
== Asal NamaDefinisi Serawai ==
Kata Serawai sendiri masih belum jelas artinya, sebagian orang mengatakan bahwa Serawai berarti "satu keluarga", hal ini tidak mengherankan apabila dilihat rasa persaudaraan atau kekerabatan antar sesama suku Serawai sangat kuat (khususnya mereka yang menumpang hidup di komunitas suku bangsa lainnya/merantau). Selain itu ada pula tiga pendapat lain mengenai asal kata Serawai, yaitu:
* Serawai berasal dari kata ''Sawai'' yang berarti [[cabang]]. Cabang di sini maksudnya adalah cabang dua buah sungai yakni [[sungai Musi]] dan sungai Seluma yang dibatasi oleh bukit Campang;
* Serawai berasal dari kata ''Seran''. Kata Seran sendiri bermakna celaka, hal ini dihubungkan dengan legenda anak raja dari hulu yang dibuang karena terkena [[penyakit menular]]. Anak raja ini dibuang ke [[sungai]] dan terdampar di muara, kemudian di situlah anak raja tersebut membangun [[negeri]].
* Serawai berasal dari kata ''selawai'' yang berarti gadis atau [[perawan]]. Pendapat ini berdasarkan pada cerita yang mengatakan bahwa suku Serawai adalah keturunan sepasang suami-istri. Sang [[suami]] berasal dari Rejang Sabah (penduduk asli pesisir pantai Bengkulu) dan istrinya adalah seorang putri atau gadis yang berasal dari [[Lebong]]. Dalam [[bahasa Rejang]] dialek [[Lebong]], putri atau gadis disebut ''selawai''. Kedua suami-isteri ini kemudian beranak-pinak dan mendirikan kerajaan kecil yang oleh orang Lebong dinamakan ''Selawai''.
 
== Aksara Serawai ==
Suku bangsa Serawai juga telah memiliki tulisan sendiri. Tulisan itu, seperti halnya [[aksara Kaganga]], disebut oleh para ahli dengan nama huruf Rencong. Suku Serawai sendiri menamakan tulisan itu sebagai ''Surat Ulu''. Susunan bunyi huruf pada ''Surat Ulu'' sangat mirip dengan aksara Kaganga. Pada masa lalu para pemimpin-pemimpin suku Rejang dan Serawai dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan aksara tersebut.
 
== Referensi ==
<ref>http://febiangumaymanna.blogspot.com/2008/09/sejarah-budaya-tanah-seraway-sejarah.html</ref>== Asal Nama Serawai ==
{{Reflist}}
Leluhur suku seraway berasal dari daerah Lahat yaitu dusun Mertandi, karena anak dusun sudah banyak yang merantau akhirnya berubahlah bahasa dan logat mereka masing-masing. Tapi unsur dasarnya tetap. Logat yang paling umum adalah e dan o (contoh: kemana=kemane=kemano)sedangkan orang seraway logatnya menjadi au (kemanau). Dahulu (sekitar tahun 1500an) para leluhur yang sudah berpencar ini meluangkan waktu pulang kampung pada acara "kenduri keserepatan" yang diadakan di dusun tua di lahat. Biasanya acara ini diadakan pada malam bulan purnama. Mereka juga biasanya membawa makanan dan oleh-oleh dari daerah mereka masing-masing. Pada acara inilah mereka melepas rindu dan mempererat kembali hubungan kekerabatan yg sudah agak jauh. Hebatnya walaupun mereka berbeda logat dan beberapa unsur bahasa mereka tetap saling mengerti satu sama lain. Bisa dibuktikan kini bahwa orang yang berlogat au (suku seraway) akan dengan sangat mudah meniru bahasa dan logat e dan o sedangkan orang yang berlogat o dan e sangat sulit fasih menggunakan logat dan bahasa seraway. Atas dasar inilah setiap berkumpul orang yang berlogat e dan o menyebut suku yang berlogat au ini saroo e/ sare e( susah sekali). Maksudnya sulit sekali menggunakan logat kamu itu. akhirnya melekatlah julukan sarau ai ini. Dan juga karena kebiasaan orang mempercepat penyebutan (contoh dalam nama: muaro tandi jadi Mertandi, Muaro Bayau jadi Merbayaua. Akhirnya jadilah orang berlogat au ini dinamai suku Seraway (Saroo e/Saree e/Sarau ai). Dari segala sumber tentang penamaan suku seraway ini sampai saat ini hanya inilah yang paling mendekati kebenaran menurut kebiasaan penyebutan dan fakta yang ada.
* Dr. Zulyani Hidayah. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015, pp.&nbsp;349-350: [https://books.google.com/books?id=w_FCDAAAQBAJ&pg=PA350 Serawai] ISBN 978-979-461-929-2
{{Suku bangsa di Indonesia}}
 
{{Suku-stub}}
== Asal Nama Serawai ==
[[Kategori:Suku bangsa di Bengkulu|Serawai]]
Leluhur suku seraway berasal dari daerah Lahat yaitu dusun Mertandi, karena anak dusun sudah banyak yang merantau akhirnya berubahlah bahasa dan logat mereka masing-masing. Tapi unsur dasarnya tetap. Logat yang paling umum adalah e dan o (contoh: kemana=kemane=kemano)sedangkan orang seraway logatnya menjadi au (kemanau). Dahulu (sekitar tahun 1500an) para leluhur yang sudah berpencar ini meluangkan waktu pulang kampung pada acara "kenduri keserepatan" yang diadakan di dusun tua di lahat. Biasanya acara ini diadakan pada malam bulan purnama. Mereka juga biasanya membawa makanan dan oleh-oleh dari daerah mereka masing-masing. Pada acara inilah mereka melepas rindu dan mempererat kembali hubungan kekerabatan yg sudah agak jauh. Hebatnya walaupun mereka berbeda logat dan beberapa unsur bahasa mereka tetap saling mengerti satu sama lain. Bisa dibuktikan kini bahwa orang yang berlogat au (suku seraway) akan dengan sangat mudah meniru bahasa dan logat e dan o sedangkan orang yang berlogat o dan e sangat sulit fasih menggunakan logat dan bahasa seraway. Atas dasar inilah setiap berkumpul orang yang berlogat e dan o menyebut suku yang berlogat au ini saroo e/ sare e( susah sekali). Maksudnya sulit sekali menggunakan logat kamu itu. akhirnya melekatlah julukan sarau ai ini. Dan juga karena kebiasaan orang mempercepat penyebutan (contoh dalam nama: muaro tandi jadi Mertandi, Muaro Bayau jadi Merbayaua. Akhirnya jadilah orang berlogat au ini dinamai suku Seraway (Saroo e/Saree e/Sarau ai). Dari segala sumber tentang penamaan suku seraway ini sampai saat ini hanya inilah yang paling mendekati kebenaran menurut kebiasaan penyebutan dan fakta yang ada.<ref>http://febiangumaymanna.blogspot.com/2008/09/sejarah-budaya-tanah-seraway-sejarah.html</ref>
[[Kategori:Serawai]]