Jatinangor, Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Koreksi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(109 revisi perantara oleh 64 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Sumedang
|luas=- 262 km²²{{sfn|BPS|2018|page=3}}
|penduduk=-113913
|penduduktahun=2017
|kelurahan=-
|pendudukref={{sfn|BPS|2018|page=11}}
|nama camat=-
|kelurahan=12 kelurahan/desa{{sfn|BPS|2018|page=1}}
|kepadatan=- jiwa/km²
|nama camat= Herry Dewantara{{cn|date=September 2024}}
|kepadatan= 981,72 jiwa/km²{{sfn|BPS|2018|page=12}}
|provinsi=Jawa Barat
}}
'''Jatinangor''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Jawa Barat|Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
 
== Penamaan<ref name=":0">{{Cite web|last=Nurman|first=Iman|date=2021-12-29|title=Baru Tahu, Ini Asal Muasal Nama Jatinangor yang Sekarang jadi Kawasan Pendidikan|url=https://inisumedang.com/baru-tahu-ini-asal-muasal-nama-jatinangor-yang-sekarang-jadi-kawasan-pendidikan/|website=IniSumedang.Com|language=id-ID|access-date=2022-01-08}}</ref> ==
Nama Kecamatan Jatinangor sebenarnya baru dikenal belakangan ini. Sebelumnya, nama Kecamatan Cikeruh digunakan untuk menyebut Kecamatan Jatinangor. Nama Cikeruh ini berasal dari nama Sungai Cikeruh, sungai terbesar yang mengalir di kecamatan tersebut. Bahkan pada Peta Rupabumi Digital Indonesia Lembar Cicalengka yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL pada akhir tahun 1990-an masih dijumpai nama Kecamatan Cikeruh untuk daerah yang saat ini dikenal sebagai Kecamatan Jatinangor. Pada beberapa dokumen resmi dan setengah resmi saat ini, masih digunakan nama Kecamatan Cikeruh. Kode Pos untuk kecamatan ini adalah 45363.
Ada dua versi terkait asal nama Jatinangor
 
Menurut Tokoh masyarakat Jatinangor yang juga mantan Anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumedang|DPRD Sumedang]] dari [[Partai Golongan Karya|Partai Golkar]] periode 1999-2004 Ismet Suparmat, nama Jatinangor bisa diambil dari nama pohon jati putih yang banyak tersebar di kawasan Kiarapayung sebelum dibabat habis menjadi kawasan pendidikan. Sedangkan nama Nangor bisa dari kata ‘Cangor’ belum masak atau ‘ngora’ (muda, red). Sehingga jika digabungkan Jatinangor berarti pohon jati muda.
== Klimatologi dan Geologi ==
 
Namun, menurut Ismet pula, sebetulnya tanaman keras yang mendominasi di Jatinangor itu adalah pohon karet dan teh. Akan tetapi, mungkin sebagian kecil terdapat pohon jati. Meskipun masyarakat awam mengklaim jika semua pohon yang namanya pohon keras itu Jati.
Sebagaimana daerah lain di kawasan Cekungan Bandung, iklim yang berkembang di Jatinangor adalah iklim tropis pegunungan.
 
Sementara itu, menurut Kasi Pemerintahan Kecamatan Jatinangor, Endang Rohmayudi mengatakan nama Jatinangor itu diambil dari kata pohon Jati, sedangkan nangor itu dari kata nangoh atau nagog atau menghadap ke bawah. Berada di atas makam sesepuh Jatinangor bernama Embah Nangoh yang sekarang berlokasi di belakang kampus IKOPIN.
Geomorfologi daerah Jatinangor meliputi dua satuan geomorfologi, yaitu :
# Satuan geomorfologi perbukitan volkanik agak landai, terutama terhampar di bagian utara.
# Satuan geomorfologi perbukitan volkanik landai, terutama terhampar di bagian selatan.
Geologi daerah Jatinangor terdiri dari dua satuan batuan, yaitu :
# Satuan breksi laharik.
# Satuan lava.
Kedua satuan batuan tersebut terbentuk pada Zaman Kuarter. Singkapan-singkapan yang baik dapat dijumpai terutama di aliran Sungai Cikeruh.
 
Menurut Endang sebetulnya kecamatan Jatinangor sudah lahir tahun 1935 sebelum Indonesia merdeka. Sehingga jika ditambahkan usianya dengan sekarang, berarti kecamatan Jatinangor itu sudah berusia 86 tahun meskipun nama Jatinangor berubah dari [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Kecamatan Cikeruh]] tahun 2000.<ref name=":0" />
 
== PendidikanSejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009530.jpg|jmpl|kiri|Jatinangor sekitar tahun 1885.]]
Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan [[teh]] dan [[Karet|pohon karet]] yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik [[Belanda]], ''Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen'' yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) hingga [[Gunung Manglayang]]. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan [[Jerman]], bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.<ref>{{cite web |url=http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |title=Sejarah Jatinangor |website=Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran |date=23 September 2014 |accessdate=25 September 2014 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150135/http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |dead-url=yes }}</ref> Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai [[Menara Loji]].<ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/menara-loji-saksi-sejarah-jatinangor-yang-terabaikan.html|title=Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan |date=28 Maret 2012 |accessdate=29 Maret 2012 |website=Jatinangorku}}</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van de spoorweg bij Djatinangor TMnr 60052200.jpg|jmpl|Pembangunan [[jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari]] tahun 1916.]]
Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan di Jawa Barat. Pencitraan ini merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu :
Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun [[Jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari|jalur rel kereta api]] yang menghubungkan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]] ke [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15&nbsp;km, sesuai ''Koninklijke Besluit'' (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36.<ref>{{cite web |url=https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/ |title=Sejarah Jalur Kereta Api di Jatinangor, Dibangun Untuk Kebutuhan Militer |first=Azis |last=Abdullah |date=12 Juni 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |website=Kabar Priangan |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150117/https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/ |dead-url=yes }}</ref> Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25&nbsp;km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja. Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan [[Citali, Pamulihan, Sumedang|Citali]] sepanjang 11,5&nbsp;km.{{sfn|ANRI|1976|page=71}} Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai [[Stasiun Tanjungsari]].{{sfn|ANRI|1976|page=105}} Jalur kereta api tersebut dioperasikan pada 13 Februari 1921.
# Universitas Padjadjaran (UNPAD).
# Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).
# Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN).
# Universitas Winaya Mukti (UNWIM).
 
Kemudian, pada tahun 1918, ''[[Staatsspoorwegen|Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf]]'', sebuah perusahaan kereta api milik Belanda membangun sebuah jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari yang disebut sebagai Jembatan Cikuda atau yang lebih dikenal sebagai Jembatan Cincin.<ref>{{Cite news|url=http://jabar.tribunnews.com/2018/09/18/jembatan-cikuda-jalur-kereta-api-nonaktif-yang-kerap-dipakai-untuk-pesta-minuman-keras|title=Jembatan Cikuda, Jalur Kereta Api Nonaktif yang Kerap Dipakai untuk Pesta Minuman Keras |date=18 September 2018 |accessdate=19 September 2018 |first=Hakim |last=Baihaqi |editor=Tarsisius Sutomonaio |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id }}</ref> Jembatan ini dilewati oleh kereta api yang menunjang lancarnya perkebunan karet dan transportasi masyarakat.<ref>{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1220535/29/jembatan-cincin-dan-menara-loji-sisa-kejayaan-perkebunan-di-jatinangor-1499968236|title=Jembatan Cincin dan Menara Loji, Sisa Kejayaan Perkebunan di Jatinangor |first=Wasis |last=Wibowo |date=14 Juli 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |work=[[Sindonews.com]]}}</ref>
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan produktif lain di Pulau Jawa, banyak lahan produktif di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa.
 
[[Berkas:Cikuda Railway Bridge.jpg|jmpl|kiri|Jembatan Cikuda tahun 1924.]]
Memasuki [[Revolusi Nasional Indonesia|masa kemerdekaan Indonesia]], tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut [[Nasionalisasi|dinasionalisasikan]], dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.<ref>{{Cite news|url=http://jabar.tribunnews.com/2014/01/22/itb-cari-lonceng-pengganti-hingga-ke-belanda|title=ITB Cari Lonceng Pengganti hingga ke Belanda |date=22 Januari 2014 |accessdate=23 Januari 2014 |first=Darajat |last=Arianto |editor=Darajat Arianto |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id }}</ref>
 
Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat [[perguruan tinggi]], yakni [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN), [[Institut Manajemen Koperasi Indonesia]] (Ikopin), [[Universitas Padjadjaran]] dan [[Universitas Winaya Mukti]].<ref>{{cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal |title=Jatinangor Belum Menjadi Kawasan Pendidikan Ideal |first=Miradin Syahbana |last=Rizky |date=14 Oktober 2015 |accessdate=15 Oktober 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]] |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025154858/http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal |dead-url=yes }}</ref> Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.<ref>{{cite web|url=http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|title=HUT Jatinangor ke-18, kupas Sejarah Tokoh dan Seni Budaya Lokal|date=12 Maret 2018|accessdate=13 Maret 2018|website=[[Radio Republik Indonesia]]|archive-date=2018-10-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150153/http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|dead-url=yes}}</ref> Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.<ref>{{cite web |url=http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/ |title=Pembangunan di Jatinangor Alami Peningkatan Cukup Signifikan |website=Kabar Sumedang |date=5 Januari 2015 |accessdate=6 Januari 2015 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025185907/http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/ |dead-url=yes }}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/pembangunan-jatinangor-abaikan-tata-ruang.html|title=Pembangunan Jatinangor Abaikan Tata Ruang |date=26 Maret 2014 |accessdate=27 Maret 2014 |website=Jatinangorku}}</ref> [[Institut Teknologi Bandung]] kemudian membangun kampusnya di kawasan ini pada tahun 2010.<ref>{{cite web|url=https://jatinangor.itb.ac.id/sejarah-kampus-itb-jatinangor/|title=Sejarah Kampus ITB Jatinangor |website=Direktorat Eksekutif ITB Jatinangor |accessdate=27 Maret 2018}}</ref>
== Objek Penting ==
 
Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan [[Bandung Raya]].<ref>{{Cite news|title=Jatinangor Ditetapkan Sebagai Kota Metropolitan di Bandung Raya |url=http://jabar.tribunnews.com/2016/01/10/jatinangor-ditetapkan-sebagai-kota-metropolitan-di-bandung-raya |first=Ragil Wisnu |last=Saputra |editor=Dicky Fadiar Djuhud |date=10 Januari 2016 |accessdate=12 Januari 2016 |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id }}</ref> Penetapan Jatinangor menjadi kawasan kota metropolitan di Bandung Raya tersebut, telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.<ref>{{cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/25/354923/lima-kecamatan-di-sumedang-masuk-rtrw-pusat-dan-provinsi |title=Lima Kecamatan di Sumedang, Masuk RTRW Pusat dan Provinsi |first=Adang |last=Jukardi |date=25 Desember 2015 |accessdate=28 Desember 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]] |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025163413/http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/25/354923/lima-kecamatan-di-sumedang-masuk-rtrw-pusat-dan-provinsi |dead-url=yes }}</ref>
Beberapa objek penting yang ada di Jatinangor antara lain meliputi objek bersejarah dan objek pariwisata. Objek bersejarah tersebut adalah menara jam di kampus UNWIM dan jembatan cincin di Cikuda. Sedangkan objek pariwisata meliputi Bumi Perkemahan Kiara Payung dan Bandung Giri Gahana Golf. Selain itu, Jalan Raya Jatinangor yang menghubungkan Bandung dengan Sumedang merupakan penggalan dari De Groote Postweg (Jalan Raya Pos) yang dibangun oleh Herman Willem Daendels pada tahun 1808.
 
== Geografi dan administrasi ==
== Kelurahan / Desa ==
 
=== Batas-batas wilayah ===
# [[Cibeusi, Jatinangor, Sumedang|Cibeusi]]
[[File:West side aerial view of Mount Geulis, cloudy day 2021.jpg|jmpl|Gunung Geulis, bentang alam yang menjadi salah satu batas wilayah Kecamatan Jatinangor]]
# [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Cikeruh]]
Dengan luas wilayah 262&nbsp;km²,{{sfn|BPS|2018|page=3}} Kecamatan Jatinangor terletak di [[koordinat]] antara 6°53'43,3"–6°57'41" [[Lintang Selatan|LS]] dan 107°45'8,5"–107°48'11" [[Bujur Timur|BT]].
# [[Cilayung, Jatinangor, Sumedang|Cilayung]]
# [[Cileles, Jatinangor, Sumedang|Cileles]]
# [[Cinta Mulya, Jatinangor, Sumedang|Cinta Mulya]]
# [[Cipacing, Jatinangor, Sumedang|Cipacing]]
# [[Cisempur, Jatinangor, Sumedang|Cisempur]]
# [[Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang|Hegarmanah]]
# [[Jatimukti, Jatinangor, Sumedang|Jatimukti]]
# [[Jatiroke, Jatinangor, Sumedang|Jatiroke]]
# [[Mekargalih, Jatinangor, Sumedang|Mekargalih]]
# [[Sayang, Jatinangor, Sumedang|Sayang]]
 
Kecamatan Jatinangor memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:{{sfn|BPS|2018|page=7}}
{{Kabupaten Sumedang}}
{{Batas_USBT
|utara=Kecamatan [[Sukasari, Sumedang|Sukasari]] dan [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]]
|selatan=Kecamatan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]], [[Kabupaten Bandung]]
|barat=Kecamatan [[Cileunyi, Bandung|Cileunyi]], [[Kabupaten Bandung]].
|timur=Kecamatan [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dan [[Cimanggung, Sumedang|Cimanggung]].
}}
 
=== Pembagian administratif ===
{{kecamatan-stub}}
Kecamatan Jatinangor terbagi atas 12 desa/kelurahan. [[Cilayung, Jatinangor, Sumedang|Desa Cilayung]] merupakan kelurahan dengan luas wilayah terbesar, sedangkan [[Mekargalih, Jatinangor, Sumedang|Desa Mekargalih]] memiliki wilayah terkecil.{{sfn|BPS|2018|page=3}}
 
{| class="wikitable"
[[Kategori:Kecamatan di Jawa Barat|{{PAGENAME}}]]
|-
[[Kategori:Kecamatan di Kabupaten Sumedang|{{PAGENAME}}]]
! No !! Nama Desa/Kelurahan !! Luas Wilayah{{sfn|BPS|2018|page=3}}
[[Kategori:{{PAGENAME}}| {{PAGENAME}}]]
|-
| 1 || [[Cibeusi, Jatinangor, Sumedang|Cibeusi]] || 18,4&nbsp;km²
|-
| 2 || [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Cikeruh]] || 21,3&nbsp;km²
|-
| 3 || [[Cilayung, Jatinangor, Sumedang|Cilayung]] || 34,8&nbsp;km²
|-
| 4 || [[Cileles, Jatinangor, Sumedang|Cileles]] || 32,0&nbsp;km²
|-
| 5 || [[Cinta Mulya, Jatinangor, Sumedang|Cinta Mulya]] || 13,4&nbsp;km²
|-
| 6 || [[Cipacing, Jatinangor, Sumedang|Cipacing]] || 17,9&nbsp;km²
|-
| 7 || [[Cisempur, Jatinangor, Sumedang|Cisempur]] || 16,0&nbsp;km²
|-
| 8 || [[Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang|Hegarmanah]] || 33,1&nbsp;km²
|-
| 9 || [[Jatimukti, Jatinangor, Sumedang|Jatimukti]] || 19,0&nbsp;km²
|-
| 10 || [[Jatiroke, Jatinangor, Sumedang|Jatiroke]] || 20,9&nbsp;km²
|-
| 11 || [[Mekargalih, Jatinangor, Sumedang|Mekargalih]] || 12,0&nbsp;km²
|-
| 12 || [[Sayang, Jatinangor, Sumedang|Sayang]] || 23,2&nbsp;km²
|}
 
== Galeri ==
[[su:Jatinangor, Sumedang]]
<gallery>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009529.jpg|Jatinangor sekitar tahun 1885.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van het spoorwegstation in Djatinangor TMnr 60052209.jpg|Pembangunan stasiun kereta api di Jatinangor, 1916.
Berkas:JATOS - Jatinangor Town Square - panoramio.jpg|Jatinangor Town Square, pusat perbelanjaan di Jatinangor.
Berkas:Rectorate of University of Padjadjaran.jpg|Rektorat [[Universitas Padjadjaran]] Kampus Jatinangor.
Berkas:Railway Bridge, Jatinangor - panoramio.jpg|Jembatan Cikuda pada tahun 2010.
</gallery>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bacaan lebih lanjut ==
* {{citation|author=ANRI |url=https://books.google.co.id/books/about/Memori_serah_jabatan_1921_1930_Jawa_Bara.html?id=NPdaAAAAIAAJ&redir_esc=y |year=1976 |title=Memori van Overgave, 1921-1930, West Java |trans-title=Memori Serah Jabatan, 1921-1930, Jawa Barat |publisher=[[Arsip Nasional Republik Indonesia]] |location=Jakarta |oclc=5855839}}
* {{citation|author=Bervoets, J. A. A.|year=1990 |title=Inventaris van het archief van de Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen 1920-1944 |publisher=Nationaal Archief |location=Den Haag}}
* {{citation|author=BPS |url=https://sumedangkab.bps.go.id/publication/2018/09/26/9c4c4891f323014ab03d1387/kecamatan-jatinangor-dalam-angka-2018.html |year=2018 |title=Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2018 |publisher=Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang |location=Sumedang}}
* {{citation|author=Fasseur, Cornelis|year=1994 |title=The Politics of Colonial Exploitation : Java, the Dutch, and the Cultivation System |publisher=Southeast Asia Program Publications – Cornell University Press |location=Ithaca, NY|isbn=978-0877277071}}
* {{citation|author=Silitonga, P. H.|year=1993 |title=Peta Geologi Lembar Bandung, Djawa |publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi |location=Bandung |oclc=1038279594}}
* {{citation|author=Tia & Aci |year=2004 |chapter=Saksi sejarah nan Terabaikan |title=dJatinangor |edition=XIV, tahun VII |date=September 2004 |page=15 |publisher=Lembaga Penerbitan Pers Mahasiswa dJatinangor Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran |location=Jatinangor}}
{{Jatinangor, Sumedang}}
{{Kabupaten Sumedang}}
{{Authority control}}