Cut Nyak Dhien: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 114.79.13.228) dan mengembalikan revisi 6504241 oleh 82.73.99.249 |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(214 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Untuk|[[film]] Indonesia tahun [[1988]]|Tjoet Nja' Dhien (film)}}
{{Infobox Person
| name = Cut Nyak Dhien
| image =
| image_size =
| caption = Cut Nyak Dhien
| birth_date =
| birth_place
| other_names = Ibu Perbu / Ibu Ratu / Ibu Suci (Sumedang)
|
| death_date = {{death date and age|1908|11|6|1848|5|12}}
|
| death_cause = Meninggal karena sakit-sakitan setelah diasingkan oleh Belanda.
| resting_place_coordinates = {{coord|6|51|47.7|S|107|54|59.1|E|type:History_region:ID|display=inline,title}}
| burial_place = Komplek Makam Cut Nyak Dhien, [[Sumedang]], [[Jawa Barat]]
| burial_coordinates = {{coord|6|51|47.7|S|107|54|59.1|E|type:History_region:ID|display=inline,title}}
| movement = [[Perang Aceh]] dengan Belanda
| opponents = {{flagicon|Belanda}} [[Belanda]]
| spouse = {{marriage|[[Ibrahim Lamnga]]|1862|1878|reason=died}}<br>{{marriage|[[Teuku Umar]]|1880|1899|end=died}}
| children = Cut Gambang
| parents = Teuku Nanta Seutia<br>
| relatives = Teuku Mayet Di Tiro (Menantu)<br>[[Hasan Di Tiro]] (Cicit)
| family = Teuku Rayut (Saudara Kandung) <br>
}}
'''Cut Nyak Dhien''' (ejaan lama: '''Tjoet Nja' Dhien''', ({{lahirmati|[[Lampadang]]|12|5|1848|[[Sumedang]]|6|11|1908}});<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Pahlawan Nasional|last=Sai|first=Julinar, Tiara Wulandari|date=1995|publisher=Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendal Kebudayaan|isbn=|location=Jakarta|pages=19|url-status=live}}</ref> dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dari [[Aceh]] yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya [[Ibrahim Lamnga]] bertempur melawan [[Belanda]]. Tewasnya Ibrahim Lamnga di Gle Tarum pada tanggal [[29 Juni]] [[1878]] kemudian menyeret Cut Nyak Dhien lebih jauh dalam perlawanannya terhadap Belanda.
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan [[Teuku Umar]], setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.<ref name="tjoet">{{cite web|url=http://asnlf.net/asnlf_int/acheh/history/tjutnyakdhien/tjoet_njak_dien.htm|title=Tjoet Njak Dien (Cut Nyak Dhien)|last=|first=|authorlink=|year=|work=|publisher=|format=|accessdate=|coauthors=|accessyear=|archive-date=2011-04-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20110412132927/http://www.asnlf.net/asnlf_int/acheh/history/tjutnyakdhien/tjoet_njak_dien.htm|dead-url=yes}}</ref> Setelah pernikahannya dengan [[Teuku Umar]], Cut Nyak Dhien bersama [[Teuku Umar]] bertempur bersama melawan Belanda. Namun, pada tanggal [[11 Februari]] [[1899]] Teuku Umar gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Usia Cut Nyak Dien yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti [[encok]] dan [[rabun]] membuat satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.<ref name="deddi">Armand, Deddi. ''Cut Nyak Dien''. Penerbit: Pustaka Ananda</ref><ref name="tokohindonesia">{{Cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml |title=Tentang Cut Nyak Dien di tokohindonesia.com |access-date=2010-03-24 |archive-date=2006-11-21 |archive-url=https://archive.today/20061121111415/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml |dead-url=yes }}</ref> Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal [[6 November]] [[1908]] dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai [[Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya]] di Meulaboh.<ref>{{Cite web |url=https://jabarprov.go.id/assets/images/menu/Dukumen_Cut_nyak_dien.pdf |title=Cut Nyak Dhien bin Teuku Nanta Setia |access-date=2020-04-29 |archive-date=2021-04-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210413173123/https://jabarprov.go.id/assets/images/menu/Dukumen_Cut_nyak_dien.pdf |dead-url=yes }}</ref>
== Kehidupan Awal ==
[[Berkas:Rumoh Cut Nyak Dhiën.jpg|jmpl|250px|Rumah Cut Nyak Dhien di Lampisang, [[Aceh Besar]]]]
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]], wilayah VI Mukim pada tahun [[1848]]. Ayahnya bernama [[Teuku Nanta Seutia]], seorang ''[[uleebalang]]'' VI [[Mukim]], yang juga merupakan keturunan [[Datuk Makhudum Sati]], [[Perantau Minang|perantau dari Minangkabau]]. Datuk Makhudum Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan [[Sultan Iskandar Muda]] di Pariaman.<ref>[http://acehbooks.org/pdf/ACEH_03647.pdf Riwajat hidup (singkat) beberapa orang pahlawan Atjeh, zaman pra-kemerdekaan]</ref> Datuk Makhudum Sati mungkin datang ke [[Aceh]] pada abad ke 18 ketika [[kesultanan Aceh]] diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.<ref name="deddi"/><ref name="CNDAceh">{{Cite web |url=http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2300&Itemid=369 |title=Tentang Cut Nyak Dhien di situs resmi pemerintah Provinsi Aceh |access-date=2010-03-24 |archive-date=2008-02-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080202082658/http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2300&Itemid=369 |dead-url=yes }}</ref> Sedangkan ibunya merupakan putri [[uleebalang]] [[Lampageu, Peukan Bada, Aceh Besar|Lampageu]].
Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik.<ref name="deddi"/> Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru [[agama]]) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun [[1862]] dengan [[Teuku Cek Ibrahim Lamnga]],<ref name="deddi"/><ref name="CNDAceh"/> putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.
== Perlawanan saat Perang Aceh ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dolk met rechthoekig gebogen hoornen greep en houten schede TMnr 151-19.jpg|jmpl|kiri|[[Rencong]] merupakan senjata tradisional milik [[Suku Aceh]]. Cut Nyak Dhien menggunakan Rencong sebagai salah satu alat perang untuk melawan para tentara [[Kerajaan Belanda]] pada saat Kerajaan Belanda menyerang [[Kerajaan Aceh]] dan membakar [[Masjid Raya Baiturrahman]] pada tahun 1873.]]
Pada tanggal [[26 Maret]] [[1873]], [[Belanda]] menyatakan [[Perang Aceh|perang]] kepada [[Aceh]], dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan [[Aceh]] dari kapal perang ''Citadel van Antwerpen''. [[Perang Aceh]] pun meletus. Pada perang pertama ([[1873]]-[[1874]]), Aceh yang dipimpin oleh [[Panglima Polim]] dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan [[Belanda]] yang dipimpin [[Johan Harmen Rudolf Köhler]]. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal [[8 April]] [[1873]], [[Belanda]] mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai [[Masjid Raya Baiturrahman]] dan membakarnya. [[Kesultanan Aceh]] dapat memenangkan [[perang]] pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak pada [[April]] [[1873]].
Pada tahun [[1874]]-[[1880]], di bawah pimpinan [[Jenderal]] [[Jan van Swieten]], daerah VI Mukim dapat diduduki [[Belanda]] pada tahun [[1873]], sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun [[1874]]. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal [[24 Desember]] [[1875]]. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.
Baris 49 ⟶ 44:
Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal [[29 Juni]] [[1878]]. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.<ref name="deddi"/>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met Cut Nyak Dhien de vrouw van Teuku Umar na haar gevangenneming TMnr 10018822.jpg|jmpl|250px|Cut Nyak Dien, setelah tertangkap oleh pihak Belanda]]
Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun [[1880]]. Hal ini meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh melawan ''Kaphe Ulanda'' (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang ''fi'sabilillah''. Sekitar tahun [[1875]], Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati [[Belanda]] dan hubungannya dengan orang [[Belanda]] semakin kuat. Pada tanggal [[30 September]] [[1893]], Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke [[Kutaraja]] dan "menyerahkan diri" kepada [[Belanda]]. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar ''Teuku Umar Johan Pahlawan'' dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh.<!--Bahkan, [[Cut Nyak Meutia]] datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya.<ref name="deddi"/>--> Cut Nyak Dien berusaha menasihatinya untuk kembali melawan [[Belanda]]. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.<ref name="tjoet"/>
[[Berkas:Teuku Umar.jpg|jmpl|kiri|200px|[[Teuku Umar]], suami kedua Cut Nyak Dhien.]]
Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut ''Het verraad van Teukoe Oemar'' (pengkhianatan Teuku Umar).
Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan [[Belanda]] marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.<ref name="tjoet"/><ref name="deddi"/> Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari [[Belanda]]. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. [[Johannes Ludovicius Jakobus Hubertus Pel]], dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan.<ref name="tjoet"/> Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.<ref name="deddi"/>
Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jenderal yang bertugas.<ref name="tjoet"/> Unit "[[Maréchaussée]]" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang [[Tionghoa|Tionghoa-Ambon]] yang menghancurkan semua yang ada di jalannya.<ref name="tjoet"/> Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose".<ref name="tjoet"/> Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jenderal selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.<ref name="tjoet"/>
Jenderal [[Joannes Benedictus van Heutsz]] memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal [[11 Februari]] [[1899]]. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:
{{cquote2|Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah [[syahid]]<ref name="tjoet"/>}}
Baris 66 ⟶ 64:
Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun [[1901]] karena tentara [[Belanda]] sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.<ref name="deddi"/><ref name="tokohindonesia"/>
Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba.<ref name="deddi"/><ref name="tokohindonesia"/> Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil [[rencong]] dan mencoba untuk melawan musuh. Namun, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda.<ref>Sudarmanto, Y.B. 1999. ''Jejak Pahlawan Indonesia''. Penerbitan Surat Keputusan No 23 (Kolonial Verslag 1907: 12).</ref><ref name="makam">{{Cite web |url=http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/0619/wis01.html |title=sinarharapan.co.id: Makam Cut Nyak Dhien Sepi Akibat Perang Saudara |access-date=2010-03-24 |archive-date=2010-01-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100128050351/http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/0619/wis01.html |dead-url=yes }}</ref> Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.<ref name="tjoet"/>
== Masa Tua dan Kematian ==
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 102-08.jpg|jmpl|Perangko Peringatan 100 Tahun Cut Nyak Dhien]]
Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]] dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, [[Jawa Barat]], karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.
Ia dibawa ke Sumedang pada tahun 1906 bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan, maka hingga akhir hidupnya identitas asli Cut Nyak Dhien tidak diketahui oleh warga Sumedang.<ref name="tjoet"/> Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama [[Islam]], sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu". Meski kesulitan berkomunikasi karena perbedaan bahasa, "Ibu Perbu" sering diminta menjadi guru mengaji bagi warga setempat.<ref name="tjoet"/>
Pada tanggal 6 November 1908,
Cut Nyak Dhien diakui oleh Presiden [[Soekarno]] sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] melalui SK Presiden [[Indonesia|RI]] No.106 Tahun [[1964]] pada tanggal [[2 Mei]] [[1964]].<ref name="tjoet"/><ref name="deddi"/> == Makam ==
[[Berkas:Stamps of Indonesia,
Makam Cut Nyak Dhien berada di Gunung Puyuh, [[Sukajaya, Sumedang Selatan, Sumedang|Desa Sukajaya, Sumedang Selatan]]. Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda.<ref name="makam"/> Masyarakat Aceh di [[Sumedang]] sering menggelar
Meski muncul wacana untuk memindahkan makam Cut Nyak Dhien ke Aceh, namun masyarakat Sumedang menolak karena sudah merasa dekat dengan sosok yang mereka kenal sebagai "Ibu Perbu" tersebut. Selain itu, keberadaan makam Cut Nyak Dhien juga mempererat silaturahmi antara masyarakat Sumedang dengan Aceh.
Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada [[1987]] dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh [[Ibrahim Hasan]] pada tanggal [[7 Desember]] [[1987]]. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 [[meter|m]]<sup>2</sup>. Di belakang makam terdapat [[musholla]] dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nisan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi.<ref name="makam"/>
Pada batu nisan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan [[bahasa Arab]], [[Surah At-Taubah]] dan [[Surah Al-Fajr|Al-Fajr]], serta hikayat cerita Aceh.
Jumlah peziarah ke makam Cut Nyak Dhien berkurang karena [[Gerakan Aceh Merdeka]] melakukan perlawanan di Aceh untuk merdeka dari [[Republik Indonesia]]. Selain itu, daerah makam ini sepi akibat sering diawasi oleh aparat.<ref name="makam"/> Kini, makam ini mendapat biaya perawatan dari kotak amal di daerah makam karena pemerintah Sumedang tidak memberikan dana.<ref name="makam" />
== Apresiasi ==
=== Biografi dalam
[[Berkas:Tjoet Nja' Dhien.jpg|200px|
Perjuangan Cut Nyak Dien diinterpretasi dalam [[film drama]] [[film epos|epos]] berjudul ''[[Tjoet Nja' Dhien (film)|Tjoet Nja' Dhien]]'' pada tahun [[1988]] yang [[sutradara|disutradarai]] oleh [[Eros Djarot]] dan dibintangi [[Christine Hakim]] sebagai Tjoet Nja' Dhien, Piet Burnama sebagai Pang Laot, [[Slamet Rahardjo]] sebagai [[Teuku Umar]] dan juga didukung [[Rudy Wowor]]. Film ini memenangkan Piala [[Citra]] sebagai film terbaik, dan merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di [[Festival Film Cannes]] (tahun [[1989]]).
Pada 13 April 2014, sebuah karya seni untuk mengenang semangat perjuangan dan perjalanan hidup Cut Nyak Dhien (CND) dalam bentuk teater monolog yang dimainkan dan disutradarai oleh [[Ine Febriyanti|Sha Ine Febriyanti]]; dipentaskan pertama kali di Auditorium Indonesia Kaya, Jakarta. Naskah berdurasi 40 menit yang ditulis oleh Prajna Paramita tersebut kemudian dipentaskan kembali pada 2015 di Jakarta, Pekalongan, Magelang, Semarang, dan Banda Aceh. Rencananya, teater monolong CND juga akan dipentaskan di Australia dan Belanda.
Biografi<!--beliau-->nya juga pernah dituangkan dalam bentuk cerita bergambar secara berseri dalam majalah anak-anak ''Ananda''.<ref>{{Cite news|last=Welianto|first=Ari|title=Biografi Cut Nyak Dien, Pejuang Wanita yang Ditakuti Belanda|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/08/143000369/biografi-cut-nyak-dien-pejuang-wanita-yang-ditakuti-belanda|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-01-17|editor-last=Welianto|editor-first=Ari}}</ref>
=== Pengabadian ===
* Sebuah [[kapal perang]] TNI-AL diberi nama [[KRI Cut Nyak Dien (375)|KRI Cut Nyak Dhien]].
* [[Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya]] di Kabupaten [[Nagan Raya]], Provinsi [[Aceh]].
* RSUD Cut Nyak Dhien di Kabupaten [[Aceh Barat]], Provinsi [[Aceh]].
* [[Universitas Sains Cut Nyak Dhien]] di Kota [[Langsa]], Provinsi [[Aceh]].
* [[Universitas Tjut Nyak Dhien]] di Kota [[Medan]], Provinsi [[Sumatera Utara]].
* Mata uang [[Rupiah]] yang bernilai sebesar Rp10.000,00 yang dikeluarkan tahun [[1998]] memuat gambar Cut Nyak Dhien dengan deskripsi ''Tjoet Njak Dhien''.
* [[Perangko]] Peringatan 100 Tahun "Cut Nyak Dhien".
* Namanya diabadikan di berbagai kota Indonesia sebagai [[Nama jalan|Nama Jalan]].
* [[Masjid]] Aceh kecil didirikan di dekat makamnya untuk mengenangnya.
* Masjid Cut Nyak Dien di [[Jakarta]]. <ref>{{Cite news|last=Nafi'an|first=Muhammad Ilman|title=Anies Resmikan Masjid Cut Nyak Dien Setelah Renovasi, UAS Hadir|url=https://news.detik.com/berita/d-4920940/anies-resmikan-masjid-cut-nyak-dien-setelah-renovasi-uas-hadir|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id-ID|access-date=2021-01-17}}</ref>
* [[Museum Cut Nyak Dhien]] di Kabupaten [[Aceh Besar]], Provinsi [[Aceh]].<ref>{{Cite news|title=Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dhien di Aceh - pesonaindonesia.kompas.com|url=https://pesonaindonesia.kompas.com/read/2019/06/18/231553727/berkunjung-ke-rumah-cut-nyak-dhien-di-aceh|work=[[Kompas.com]]|language=en|access-date=2021-01-17|editor-last=Noviyanti|editor-first=Sri}}</ref>
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Tjoet Nja' Dhien (film)|Tjoet Nja' Dhien]]'' (1988), Tjoet Nja' Dhien diperankan oleh [[Christine Hakim]].
== Lihat pula ==
* [[Perang Aceh]]
* [[Teuku Umar]]
* [[Tokoh Indonesia]]
* [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
* [[Tjoet Nja' Dhien (film)]]
* [[Rumah Cut Nyak Dien|Rumah Cut Nyak Dhien]]
* [[Museum Cut Nyak Dhien]]
* [[KRI Cut Nyak Dien (375)|KRI Cut Nyak Dhien]]
* [[Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya]]
* [[Universitas Sains Cut Nyak Dhien]]
* [[Universitas Tjut Nyak Dhien]]
== Referensi ==
Baris 114 ⟶ 135:
=== Daftar pustaka ===
* Armand, Deddi. ''Cut Nyak Dien''. Penerbit: Pustaka Ananda.
* Sudarmanto, Y.B. 1999. ''Jejak Pahlawan Indonesia''. Penerbit: Grasindo.
Baris 121 ⟶ 143:
{{Commonscat|Cut Nyak Dhien}}
{{wikiquote}}
* {{id icon}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/294-pahlawan/1004-cut-nyak-dien "Perempuan Aceh Berhati Baja" Bio Cut Nyak Dien di Ensiklopedi Tokoh Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130529042921/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/294-pahlawan/1004-cut-nyak-dien |date=2013-05-29 }}
* {{id icon}} [http://www.tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml Biografi Cut Nyak Dhien di tokohindonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110224182551/http://www.tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml |date=2011-02-24 }}
* {{id icon}} [http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2300&Itemid=369 Biografi Cut Nyak Dhien di Website Pemerintah Provinsi
* {{id icon}} [http://www.sofyanr.com/film-perjoeangan-tempo-doeloe.html Film Perjuangan Tempo Dulu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130326112341/http://www.sofyanr.com/film-perjoeangan-tempo-doeloe.html |date=2013-03-26 }}
* {{en icon}} [http://www.victorynewsmagazine.com/TjoetNjakDien.htm Tjoet Njak Dien Story @ Victory News Magazine] {{Webarchive|url=https://archive.today/20130208233316/http://www.victorynewsmagazine.com/TjoetNjakDien.htm |date=2013-02-08 }}
* {{id icon}} [http://www.wartanews.com/read/Nasional/1d10c2af-1508-4426-9cd2-f968baf06104/Cut-Nyak-Dien-Pahlawan-Tanah-Rencong Cut Nyak Dien Pahlawan Tanah Rencong @ WartaNews.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100923092254/http://www.wartanews.com/read/Nasional/1d10c2af-1508-4426-9cd2-f968baf06104/Cut-Nyak-Dien-Pahlawan-Tanah-Rencong |date=2010-09-23 }}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1848|1908|Dhien, Cut Nyak}}{{Authority control}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang yang dibuang]]
[[Kategori:Bangsawan Aceh]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[
[[
[[
[[
|