Kerajaan Pannai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
|||
(23 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Candi Bahal 1.JPG|jmpl|300 px|ka|[[Candi Bahal]] I, di Padang Lawas, Sumatera Utara. Salah satu peninggalan Kerajaan Pannai.]]
'''Kerajaan
== Catatan sejarah ==
Keberadaan kerajaan ini pertama kali diketahui dari [[Prasasti Tanjore]] yang ber[[bahasa Tamil]] berangka tahun 1025 dan 1030 Saka yang dibuat Raja Rajendra Cola I, di India Selatan, yang menyebutkan tentang penyerangannya ke Sriwijaya. Prasasti ini menyebutkan bahwa kerajaan Pannai dengan kolam airnya merupakan salah satu taklukan Rajendra Cola I dari Colamandala India.<ref>{{cite book
== Peninggalan bersejarah ==
Para arkeolog dan sejarahwan berusaha mencari lokasi kerajaan ini, dan karena kesamaan nama tempat maka merujuk pada daerah di sekitar muara [[sungai Panai]] dan [[sungai Barumun]], pantai timur Sumatera Utara yang menghadap perairan [[Selat Melaka]], kini terletak di [[Kabupaten Labuhanbatu]], Sumatera Utara. Pada tahun 1846 [[Franz Wilhelm Junghuhn|Franz Junghuhn]], seorang ahli geologi dan Komisaris Hindia Timur melaporkan temuan [[Percandian Padanglawas|kompleks biaro di Padanglawas]] di daerah hulu sungai Barumun. Daerah luas yang sunyi dengan runtuhan biaronya, dahulu kala pernah menjadi pusat keagamaan Kerajaan Pannai.<ref name="Bambang">{{cite web
|url = http://www.budpar.go.id/userfiles/file/790_1261-03Padanglawas1.pdf
|title = Percandian Padanglawas
|author = Bambang Budi Utomo
|date =
|work = Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional
|publisher = Budpar.go.id
|accessdate = 17 march 2013
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Sebuah kerajaan yang kurang dikenal dalam percaturan sejarah kuno Indonesia.
▲</ref> Sebuah kerajaan yang kurang dikenal dalam percaturan sejarah kuno Indonesia.
Daerah Padanglawas merupakan dataran rendah yang kering, pada masa lampau mungkin tidak pernah menjadi pusat pemukiman, dan hanya berfungsi sebagai pusat upacara keagamaan. Meskipun daerah ini dapat dicapai melalui jalan sungai dan jalan darat, yang dapat berarti tidak terisolir, tetapi lingkungan Padanglawas yang sering bertiup angin panas tidak memungkinkan untuk bercocok tanam. Oleh karena itulah, diduga bahwa pemukiman masyarakat pendukung budaya biaro Padanglawas seharusnya bermukim di daerah muara Sungai Panai dan Barumun, tidak di sekitar kompleks percandian.<ref name="Bambang"/> Maka diduga pusat kerajaan Pannai terletak di daerah yang lebih subur dan lebih dekat ke jalur perdagangan Selat
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{Kerajaan di
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Pannai]]
|