Benteng Otanaha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q277210
k Cagar
 
(20 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox cagar budaya
{{rapikan}}
[[Berkas:Otanaha Fortress.JPG|jmpl|Bagian depanName = Benteng Otanaha.]]
| Image =[[Berkas:Otanaha Fortress.JPG|250px]]
'''Benteng Otanaha''' merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1522.
|caption = Bagian depan Benteng Otanaha.
Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.
| Type =
| Criteria =Kawasan
| ID =CB.927
| Location = [[Dembe I, Kota Barat, Gorontalo]], [[Gorontalo]]
| ownership = Pemerintah [[Kota Gorontalo]]
| management = Pemerintah [[Kota Gorontalo]] dan BPCB Gorontalo
| Year = 23 Mei 2008
| Session = SK Menteri No.PM.30/PW.007/MKP/2008
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016021000212/benteng-otanaha
| map_location = Indonesia Gorontalo
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Dembe I, Kota Barat, Gorontalo]], [[Gorontalo]]
| coordinates = {{coord|0.4046718|123.0213467}}
}}
'''Benteng Otanaha''' terletak di atas perbukitan Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Lokasi benteng merupakan salah satu cagar budaya di Provinsi Gorontalo.<ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2018-11-04|title=Berakhir Pekan Menelusuri Benteng Otanaha di Gorontalo|url=https://www.liputan6.com/regional/read/3683741/berakhir-pekan-menelusuri-benteng-otanaha-di-gorontalo|website=liputan6.com|language=id|access-date=2023-04-17}}</ref>
 
Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. JumlahMasing-masing jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan yaitu 348 anak tangga.<ref>{{Cite yaituweb|last=Gorontalo|first=BPCB|date=2014-06-24|title=BENTENG 348OTANAHA_GORONTALO|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/benteng-otanaha_gorontalo/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo|language=id|access-date=2023-04-17}}</ref>
== Sejarah pembangunan Benteng ==
 
== Peristiwa ==
Sekitar abad ke-15,dugaan orang bahwa sebagian besar daratan Gorontalo adalah air laut. Ketika itu, Kerajaan Gorontalo di bawah Pemerintahan Raja Ilato, atau Matolodulakiki bersama permaisurinya Tilangohula (1505–1585). Mereka memilik tiga keturunan, yakni Ndoba (wanita), Tiliaya (wanita), dan Naha (pria).Waktu usia remaja,Naha melanglang buana ke negeri seberang, sedangkan Ndoba dan Tiliaya tinggal di wilayah kerajaan.
SuatuPelayaran ketikaPortugis sebuahyang kapalmelintasi layarTeluk PortugalTomini singgahdalam di Pelabuhan Gorontalo Karenakondisi kehabisan bahan makanan, pengaruh cuaca buruk, dan gangguan bajak laut memilih singgah dan masuk ke Pelabuhan Gorontalo. Nahkoda kapal menggunakan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Ilato yang merupakan penguasa Kerajaan Gorontalo.
 
Mereka menghadap kepada Raja Ilato. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan, bahwa untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, akan dibangun atau didirikan tiga buah benteng di atas perbukitan Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini, yakni pada tahun 1525.
Pertemuan tersebut membuat Raja Ilato dan Nahkoda mengambil kesepakatan untuk memperkuat pertahanan dan keamanan melalui pembanguan benteng di atas perbukitan Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini yakni pada tahun 1525 <ref>{{Cite web|last=Gorontalo|first=BPCB|date=2014-06-24|title=BENTENG OTANAHA_GORONTALO|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/benteng-otanaha_gorontalo/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo|language=id|access-date=2023-04-17}}</ref>
Ternyata, para nakhoda Portugis hanya memperalat Pasukan Ndoba dan Tiliaya ketika akan mengusir bajak laut yang sering menggangu nelayan di pantai.Seluruh rakyat dan pasukan Ndoba dan Tiliaya yang diperkuat empat Apitalau, bangkit dan mendesak bangsa Portugis untuk segera meninggalkan daratan Gorontalo.Para nakhkoda Portugis langsung meninggalkan Pelabuhan Gorontalo.
 
Ndoba dan Tiliaya tampil sebagai dua tokoh wanita pejuang waktu itu langsung mempersiapkan penduduk sekitar untuk menangkis serangan musuh dan kemungkinan perang yang akan terjadi.Pasukan Ndoba dan Tiliaya,diperkuat lagi dengan angkatan laut yang dipimpin oleh para Apitalau atau ‘kapten laut’, yakni Apitalau Lakoro, Pitalau Lagona, Apitalau Lakadjo, dan Apitalau Djailani.
== Sejarah ==
Sekitar tahun 1585, Naha menemukan kembali ketiga benteng tersebut. Ia memperistri seorang wanita bernama Ohihiya.Dari pasangan suami istri ini lahirlah dua putra, yakni Paha (Pahu) dan Limonu.Pada waktu itu terjadi perang melawan Hemuto atau pemimpin golongan transmigran melalui jalur utara. Naha dan Paha gugur melawan Hemuto.
 
Limonu menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Naha, Ohihiya, Paha, dan Limonu telah memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Dengan latar belakang peristiwa di atas,maka ketiga benteng dimaksud telah diabadikan dengan nama sebagai berikut. Pertama, Otanaha. Ota artinya benteng. Naha adalah orang yang menemukan benteng tersebut. Otanaha berarti benteng yang ditemukan oleh Naha.
Menurut sejarah Gorontalo, abad 15 berdiri Kerajaan Pinohu (Pinogu) yang diperintah seorang Raja bernama Wadipalapa berasal dari Langit, yang oleh orang Bugis-Makassar dikenal dengan nama "Remmang Ri Langi". Ketika raja ini mangkat, kerajaan Pinohu berubah nama menjadi Tuwawa (Suwawa).
Kedua,Otahiya. Ota artinya benteng. Hiya akronim dari kata Ohihiya, istri Naha Otahiya, berarti benteng milik Ohihiya. Ketiga Ulupahu.Ulu akronim dari kata Uwole,artinya milik dari Pahu adalah putera Naha.Ulupahu berarti benteng milik Pahu Putra Naha.
 
Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu dibangun sekitar tahun1522 atas prakarsa Raja Ilato dan para nakhoda Portugal.
Pada tahun 1481 berubah lagi dengan nama kerajaan Bune (Bone). Sekitar tahun 1585, muncul salah seorang keturunan raja yang digelari rakyatnya dengan Wadipalapa II, di tangan Wadipalapa II kemudian muncul gagasan untuk memperluas kerajaan Bune dengan cara damai. Maka diperintahkanlah rakyatnya mencari lahan baru dengan membagi warganya menjadi dua rombongan. Jalur utara dari Suwawa, Wonggaditi terus ke Huntu Lo Bohu dipimpin Hemeto. Sedang jalur selatan mulai dari Potanga, Dembe, terus ke Panipi diserahkan kepada Naha. Jalur Utara yang dinakhodai Naha, akhirnya tiba di Dembe dan menemukan benteng tersebut berada di atas bukit.
 
Literatur lainnya berbeda dalam menceritakan sosok Naha. Kononnya tokoh ini adalah anak dari Raja Ilato dan Permaisuri Tilangohula yang memerintah Kerajaan Gorontalo pada abad 15. Naha memiliki dua saudara, Ndoba dan Tiliaya. Ketika dirinya remaja, ia memilih merantau negeri seberang. Sampai suatu masa, Ndoba dan Tiliaya memimpin perlawanan mengusir Portugis yang dianggap memperalat mereka dalam mengusir para bajak laut. Padahal, sebelumnya Portugis meminta bantuan dan sepakat dengan pihak kerajaan Gorontalo, setelah pelayaran mereka terganggu oleh cuaca buruk dan bajak laut serta kehabisan makanan. Kesepakatan dengan kerajaan gorontalo adalah guna memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, maka dibuatlah 3 benteng di Kelurahan Dembe sekarang. Pertempuran mengusir Portugis, Ndoba dan Tiliaya dibantu oleh angkatan laut yang dipimpin 4 orang, yakni, Apitalao Lakoro, Apitalao Lagona, Apitalao Lakadjo, dan Apitalao Djailani. Sekitar 1585, Akhirnya Naha kembali dan menemukan benteng tersebut, dan kemudian memperisteri seorang perempuan bernama Ohihiya. Dari pasangan lahirlah dua putera, Paha (Pahu) dan Limonu.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{bangunan-stub}}
 
[[Kategori:Kawasan cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Tempat wisata di Gorontalo]]
[[Kategori:Cagar budaya di Gorontalo]]