Fitokrom: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 15 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q415016
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{bedakan|sitokrom}}
'''Fitokrom''' adalah [[reseptor cahaya]], suatu [[pigmen]] yang digunakan oleh [[tumbuhan]] untuk men[[pencerapan|cerap]] (menyerap/mendeteksi) [[cahaya]]. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya [[merah]] dan [[infra merah]].<ref>. Dalam konteks fitokrom, infra merah sering kali disebut "merah jauh" atau ''far-red''.</ref> Infra merah bukanlah bagian dari [[cahaya tampak]] oleh mata manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
 
Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. [[Molekul]] yang serupa juga ditemukan pada [[bakteri]]. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek [[fisiologi tumbuhan|fisiologi]] [[adaptasi]] terhadap lingkungan, seperti [[fotoperiodisme]] (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), [[perkecambahan]], pemanjangan dan pertumbuhan [[kecambah]] (khususnya pada [[dikotil]]), [[morfologi tumbuhan|morfologi]] [[daun]], pemanjangan ruas [[batang]], serta pembuatan (sintesis) [[klorofil]].
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu [[kromofor]] dari kelompok [[bilin]] (jadi disebut ''fitokromobilin''), yang masih sekeluarga dengan [[klorofil]] atau [[hemoglobin]] (kesemuanya memiliki kerangka [[heme]]). Kromofor ini dilindungi atau diikat oleh [[apoprotein]], yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom.
 
== Penemuan ==
Penelitian rintisan terhadap pengaruh cahaya merah dan merah jauh terhadap pertumbuhan tumbuhan antara 1940-1960 dilakukan oleh Sterling Hendricks dan Harry Borthwick dari Pusat Penelitian Pertanian Beltsville di [[Maryland]], dengan menggunakan [[spektrografi|spektrograf]] dari bahan-bahan sisa [[Perang Dunia Kedua]]. Dari hasilnya diketahui bahwa cahaya merah memacu [[perkecambahan]] dan memicu tanggap untuk [[pembungaan]]. LebihSelain lanjutitu, cahaya merah jauh berpengaruh sebaliknya terhadap pengaruh cahaya merah. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa bagian yang peka terhadap rangsang cahaya ini berada di [[daun]].
 
Baru pada tahun 1959, Warren Butler, ahli [[biofisika]], dan Harold Siegemman, ahli [[biokimia]], berhasil mengidentifikasi [[pigmen]] yang bertanggung jawab untuk gejala ini menggunakan teknik [[spektrofotometri]]. Butler menamakan pigmen itu sebagai '''fitokrom''' (secara harafiah berarti "zat warna tumbuhan").
 
Diperlukan waktu 23 tahun sebelum Peter Quail dan Clark Lagarias melaporkan pemurnian kimiawi fitokrom dari tumbuhan (1983). Selanjutnya, perhatian diarahkan pada struktur dan aspek [[genetika molekular]]nya. [[Sekuens gen]] fitokrom pertama kali diumumkan pada tahun 1985 oleh Howard Hershey and Peter Quail. Berturut-turut dilaporkan bahwa terdapat bermacam-macam tipe fitokrom, yang dikendalikan oleh [[gen]]-gen yang berbeda. [[Kapri]], misalnya, hingga sekarang diketahui memiliki paling sedikit dua tipe, ''[[Arabidopsis thaliana]]'' memiliki lima gen fitokrom, sementara [[padi]] hanya tiga. [[Jagung]] memiliki enam gen. Perbedaan-perbedaan itu semua terletak pada bagian apoprotein, sementara senyawa sensor cahayanya tetap sama: fitokromobilin.
 
Pada tahun 1996, diketahui adanya gen (disebut ''Cph1'') dari [[sianobakteria|bakteri biru hijau]] ''[[Synechocystis]]'' yang agak memiliki kemiripan sekuens dengan gen-gen fitokrom dari tumbuhan. Jon Hughes dari [[Berlin]] dan Clark Lagarias dari Universitas California di Davis secara berturut-turut melaporkan bahwa gen ini mengkode "fitokrom", dalam pengertian sebagai kromoprotein yang sensitif terhadap perubahan rangsang cahaya merah/merah jauh. Dari penelitian terhadap ''Cph1'' selanjutnya orang mengetahui bagaimana mekanisme kerja fitokrom. Penggunaan ''Cph1'' lebih ekonomis karena bakteri biru hijau relatif mudah dikerjakan di laboratorium daripada tumbuhan, dan juga lebih produktif. Dalam perkembangan selanjutnya, gen-gen fitokrom ditemukan pula pada [[prokariota|prokariot]] ''Deinococcus radiodurans'' dan ''[[Agrobacterium tumefaciens]]''. Peran biologi fitokrom pada ''Synechocystis'' dan ''Agrobacterium'' belum diketahui, sementara bagi ''Deinococcus'' fitokrom mengatur produksi pigmen pelindung dari cahaya.
 
Pada tahun 2005, tim dari laboratorium Vierstra berhasil membuat model tiga dimensi fitokrom dari [[bakteri]] ''Deinococcus''. Bentuk protein fitokrom sangat tidak lazim karena memiliki simpul ("knot").
 
== Referensi ==