Pesantren: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh 114.124.246.181 (bicara) ke revisi terakhir oleh Henri Aja Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(151 revisi perantara oleh 93 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Pendidikan di Indonesia}}
{{untuk|Pesantren sebagai nama kecamatan|Pesantren, Kediri}}
[[Berkas:Santri Pesantren.jpg|al=Santri Pesantren|jmpl|375x375px|Santri di sebuah pesantren. Usia yang tepat anak di pondok pesantren, sebaiknya paling cepat setelah lulus SD, atau di usia sekolah menengah (SMP) sekitar 12 tahun. Dan lebih baik anak telah memiliki dasar dasar pendidikan agama dengan lancar sejak usia kecil sebelumnya, seperti hafal surat al quran pendek, bisa tahlil dan tadarus, pidato dakwah, mengetahui struktur kitab suci Al Quran dan lain sebagainya (pendidikan PAUD, TK, SD). Untuk membiasakan anak mengaji pada waktu maghrib dan isya atau sholat jamaah fardu di masjid atau mushola sebaiknya ditemani oleh ibunya.]]
'''Pesantren''' (atau [https://id.wiktionary.org/wiki/pesantrian pesantrian]) adalah sebuah lembaga pendidikan [[Islam]] tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan [[kyai]] dan mempunyai [[asrama]] untuk tempat menginap [[santri]]. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan [[masjid]] untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran [[agama]], umumnya dengan cara [[nonklasikal]], di mana seorang kiyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh [[Ulama]] Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.<ref>Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6.</ref>
== Sejarah umum ==
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang
]</ref> Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah Pondok
== Definisi pesantren ==
=== Etimologi ===
Istilah ''pesantren'' berasal dari kata pe-''santri''-an dan,
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.{{fact}} Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.{{fact}} Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa [[Tamil]], yang berarti guru mengaji, sedang [[C. C Berg]] berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama [[Hindu]].{{fact}} Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata ''saint'' (manusia baik) dengan suku kata ''tra'' (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.<ref>
=== Elemen dasar pesantren ===
==== Pondok ====
Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan kiai <ref name="Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49">Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49</ref> Dengan istilah pondok pesantren dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman yang melembaga di Indonesia.
Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak menunjang segala kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok dengan sarana pondok yang lain biasanya berdekatan sehingga memudahkan untuk komunikasi antara kiai dan santri, dan antara satu santri dengan santri yang lain.
Dengan demikian akan tercipta situasi yang komunikatif di samping adanya hubungan timbal balik antara kiai dan santri, dan antara santri dengan santri. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Zamakhsyari Dhofier, bahwa adanya sikap timbal balik antara kiai dan santri di mana para santri menganggap kiai seolah-olah menjadi bapaknya sendiri, sedangkan santri dianggap kiai sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi <ref name="Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49"/>
Sikap timbal balik tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama lain, sehingga mudah bagi kiai dan ustaz untuk membimbing dan mengawasi anak didiknya atau santri. Segala sesuatu yang dihadapi oleh santri dapat dimonitor langsung oleh kiai dan ustaz, sehingga dapat membantu memberikan pemecahan ataupun pengarahan yang cepat terhadap santri, mengurai masalah yang dihadapi para santri.
Keadaan pondok pada masa kolonial sangat berbeda dengan keberadaan pondok sekarang. Hurgronje menggambarkan keadaan pondok pada masa kolonial (dalam bukunya Imron Arifin, ''[https://books.google.co.id/books/about/Kepemimpinan_kyai.html?hl=id&id=h9cxAAAAMAAJ&redir_esc=y Kepemimpinan kiai]'') yaitu: “Pondok terdiri dari sebuah gedung berbentuk persegi, biasanya dibangun dari bambu, tetapi di desa-desa yang agak makmur tiangnya terdiri dari kayu dan batangnya juga terbuat dari kayu. Tangga pondok dihubungkan ke sumur oleh sederet batu-batu titian, sehingga santri yang kebanyakan tidak bersepatu itu dapat mencuci kakinya sebelum naik ke pondoknya.
Pondok yang sederhana hanya terdiri dari ruangan yang besar yang didiami bersama. Terdapat juga pondok yang agaknya sempurna di mana didapati sebuah gang (lorong) yang dihubungkan oleh pintu-pintu. Di sebelah kiri kanan gang terdapat kamar kecil-kecil dengan pintunya yang sempit, sehingga sewaktu memasuki kamar itu orang-orang terpaksa harus membungkuk, jendelanya kecil-kecil dan memakai terali. Perabot di dalamnya sangat sederhana. Di depan jendela yang kecil itu terdapat tikar pandan atau rotan dan sebuah meja pendek dari bambu atau dari kayu, di atasnya terletak beberapa buah kitab”<ref>Imron Arifin, 1993: 6</ref>
Dewasa ini keberadaan pondok pesantren sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga komponen-komponen yang dimaksudkan makin lama makin bertambah dan dilengkapi sarana dan prasarananya.
Dalam sejarah pertumbuhannya, pondok pesantren telah mengalami beberapa fase perkembangan, termasuk dibukanya pondok khusus perempuan. Dengan perkembangan tersebut, terdapat pondok perempuan dan pondok laki-laki. Sehingga pesantren yang tergolong besar dapat menerima santri laki-laki dan santri perempuan, dengan memilahkan pondok-pondok berdasarkan jenis kelamin dengan peraturan yang ketat.
==== Masjid ====
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik ibadah lima waktu, khotbah dan salat Jumat dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Sebagaimana pula Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa: “Kedudukan masjid sebagai sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat di masjid sejak masjid Quba’ didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam” <ref>Zamakhsari Dhofir, 1982: 49</ref>
Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara terus tradisi tersebut, bahkan pada zaman sekarang di daerah umat Islam begitu terpengaruh oleh kehidupan Barat, masih ditemui beberapa ulama dengan penuh pengabdian mengajar kepada para santri di masjid-masjid serta memberi wejangan dan anjuran kepada murid-muridnya.
Di Jawa biasanya seorang kiai yang mengembangkan sebuah pesantren pertama-tama dengan mendirikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini pun biasanya diambil atas perintah kiainya yang telah menilai bahwa ia sanggup memimpin sebuah pesantren. Selanjutnya kiai tersebut akan mengajar murid-muridnya (para santri) di masjid, sehingga masjid merupakan elemen yang sangat penting dari pesantren.
==== Pengajaran kitab-kitab klasik ====
Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini belum diketahui secara pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab pada saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (kiai) atau ustaz biasanya dengan menggunakan sistem ''[https://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/04/08/o5ar464-sorogan-dan-bandongan-metode-khas-pesantren sorogan]'', ''[https://www.alkhoirot.net/2011/07/pengajian-sistem-bandongan-wetonan.html wetonan]'', dan ''[https://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/04/08/o5ar464-sorogan-dan-bandongan-metode-khas-pesantren bandongan]''. Adapun kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan di pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu: (1) ''Nahwu'' (gramatika Bahasa Arab) dan ''Sharaf'' (morfologi), (2) ''Fiqih'' (hukum), (3) ''Ushul Fiqh'' (yurispundensi), (4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (teologi Islam), (7) Tasawuf dan Etika, (8) cabang-cabang lain seperti ''Tarikh'' (sejarah) dan ''Balaghah'' (retorika).<ref>Zamakhsyari Dhofir, 1982: 50</ref>
Kitab-kitab Islam klasik adalah kepustakaan dan pegangan para kiai di pesantren. Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan kiai di pesantren. Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan kiai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu. Di sisi lain keharusan kiai di samping tumbuh disebabkan kekuatan-kekuatan mistik yang juga karena kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Sehubungan dengan hal ini, Moh. Hasyim Munif mengatakan bahwa: “Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih tetap cocok dan berguna kini atau nanti” <ref>Moh. Hasyim Munif, 1989: 25</ref>
Dengan demikian, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan hal utama di pesantren guna mencetak alumnus yang menguasai pengetahuan tentang Islam bahkan diharapkan di antaranya dapat menjadi kiai.
==== Santri ====
Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Biasanya para santri ini tinggal di pondok atau asrama pesantren yang telah disediakan. Ada pula santri yang tidak tinggal di tempat yang telah disediakan tersebut yang biasa disebut dengan santri ''kalong'' sebagaimana yang telah penulis kemukakan pada pembahasan di depan.
Menurut Zamakhsyari Dhofir berpendapat bahwa: “Santri yaitu murid-murid yang tinggal di dalam pesantren untuk mengikuti pelajaran kitab-kitab kuning atau kitab-kitab Islam klasik yang pada umumnya terdiri dari dua kelompok santri yaitu:
- Santri mukim yaitu santri atau murid-murid yang berasal dari jauh yang tinggal atau menetap di lingkungan pesantren.
- Santri ''kalong'' yaitu santri yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren yang mereka tidak menetap di lingkungan kompleks peantren tetapi setelah mengikuti pelajaran mereka pulang <ref>Zamakhsari Dhofir, 1982: 51</ref>
Dalam menjalani kehidupan di pesantren, pada umumnya mereka mengurus sendiri keperluan sehari-hari dan mereka mendapat fasilitas yang sama antara santri yang satu dengan lainnya. Santri diwajibkan menaati peraturan yang ditetapkan di dalam pesantren tersebut dan apabila ada pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
==== Kiai ====
Istilah kiai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa <ref>Manfred Ziemek, 1986 130</ref> Kata kiai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Selain gelar kiai diberikan kepada seorang laki-laki yang lanjut usia, arif, dan dihormati di Jawa. Gelar kiai juga diberikan untuk benda-benda yang keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak. Namun pengertian paling luas di Indonesia, sebutan kiai dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah membaktikan hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran serta pandangan Islam melalui pendidikan.
Kiai berkedudukan sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan pesantren, sekaligus sebagai pemimpin pesantren. Dalam kedudukan ini nilai kepesantrenannya banyak tergantung pada kepribadian kiai sebagai suri teladan dan sekaligus pemegang kebijaksanaan mutlak dalam tata nilai pesantren. Dalam hal ini M. Habib Chirzin mengatakan bahwa peran kiai sangat besar sekali dalam bidang penanganan iman, bimbingan perbuatan (''Ar: 'amaliyah''), penyebaran dan pewarisan ilmu, pembinaan akhlak, pendidikan beramal, dan memimpin serta menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh santri dan masyarakat. Dan dalam hal pemikiran kiai lebih banyak berupa terbentuknya pola berpikir, sikap, jiwa, serta orientasi tertentu untuk memimpin sesuai dengan latar belakang kepribadian kiai <ref>M. Habib Chirzin, 1983: 94</ref>
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peran kiai sangat menentukan keberhasilan pesantren yang diasuhnya. Demikianlah beberapa uraian tentang elemen-elemen umum pesantren, yang pada dasarnya merupakan syarat dan gambaran kelengkapan elemen sebuah pondok pesantren yang terklasifikasi asli meskipun tidak menutup kemungkinan berkembang atau bertambah seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
=== Peranan ===
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama [[Islam]] dan mengajarkan [[bahasa Arab]], terkadang bahasa Arb yang digunakan di pesantren tercampur dengan bahasa setempat yang menyebabkan pembentukan [[dialek Arab Indonesia]].{{fact}} Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas
Pondok
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi.{{fact}} Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.{{fact}} Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah [[Nahdlatul Ulama]] (NU).{{fact}} Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah [[Al-Washliyah]] dan [[Hidayatullah]].{{fact}}
== Jenis pesantren ==
Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan Umum, kini banyak
=== Pesantren
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut [[Pesantren Salaf|pesantren
=== Pesantren modern ===
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum,
Ada juga jenis pesantren semimodern yang masih mempertahankan kesalafannya dan memasukkan kurikulum modern di pesantren tersebut seperti yang terdapat di [[Pondok Pesantren Al - Ittihad Cianjur]].
== Kurikulum Pesantren ==
=== Kajian Kitab Kuning ===
Kajian [[kitab kuning]] alias turats sudah melekat sebagai [[tradisi]] Pondok Pesantren. Kitab kuning adalah kitab klasik karya ulama-ulama terdahulu yang bermuatan ilmu agama yang mencakup [[fiqih]], [[aqidah]], [[akhlak]], [[tafsir]], [[hadits]], [[tata bahasa Arab]] alias nahwu dan shorof, [[tasawuf]], [[ilmu Falak]], sampai kajian [[sosial]] & kemasyarakatan (muamalah). Kitab yang dikaji pun bervariasi, mulai dari [[Tafsir al-Jalalain|Tafsir Jalalain]] di bidang tafsir, [[Matan Abu Syuja|Fathul Qarib]] di bidang fiqh, [[Ihya Ulumuddin]] di bidang tasawuf, [[Arbain Nawawi]] di bidang hadits, [[Imrithi]] di bidang nahwu, hingga [[Nurul Anwar]] di bidang Ilmu Falak. [[Pondok Pesantren]] [[Pondok Pesantren Lirboyo|Lirboyo]], [[Kediri]], [[Pondok Pesantren Al-Anwar]], [[Rembang]], [[Pondok Pesantren Termas]], [[Pacitan]] hingga [[Pondok Pesantren Langitan]], [[Tuban]], Pondok [[Raudlatul Muta'allimin]], [[Kudus]], adalah Pondok Pesantren yang terkenal dengan kajian kitab kuningnya. Selain itu, ada pula [[Ma'had Aly]], yaitu Lembaga Pondok Pesantren yang berfokus pada kajian kitab kuning dengan santri yang mendapat ijazah setingkat S1 dengan gelar [[Sarjana Agama]] (S.Ag.).<ref>https://pacitanku.com/2022/01/13/ketua-lpm-mahad-aly-al-tarmasi-ijazah-mahad-aly-tidak-perlu-diragukan/</ref>
=== Tahfizul Qur'an ===
Selain kajian kitab kuning, ada pula beberapa pesantren yang berfokus pada program [[Tahfizul Qur'an]], yakni program menghapal Al-Qur'an. Macam-macam metode diterapkan masing-masing pesantren untuk membuat santri lancar mengkhatamkan Al-Qur'an secara hapalan. Di antara Pesantren Tahfizul Qur'an yang terkenal adalah [[Pondok Pesantren Al-Munawwir]], [[Krapyak]], [[Pondok Pesantren Sunan Pandanaran]], [[Sleman]], [[Pondok Pesantren Yanbu'ul Qur'an]], [[Kudus]], hingga [[Pondok Pesantren Darul Qur'an]].
=== Bahasa ===
Beberapa Pesantren juga menerapkan kurikulum bahasa untuk santrinya. Biasanya, kurikulum ini berlaku di Pesantren Modern seperti [[Pondok Pesantren Gontor]]. Kurikulum bahasa ini berfokus pada [[Bahasa Inggris]] atau [[Bahasa Arab]] dengan kewajiban santri menggunakan kedua bahasa tersebut selama ada di lingkungan Pesantren.
=== Pendidikan Formal ===
Untuk menjawab arus modernisasi, beberapa pesantren juga menggelar pendidikan formal mulai dari tingkat [[SD]]/[[MI]], [[SMP]]/[[MTs]], [[SMA]]/[[MA]], hingga Perguruan Tinggi. [[Universitas Hasyim Asy'ari]], [[Jombang]] dan [[Universitas Sains Al-Qur'an]], [[Wonosobo]] adalah contoh universitas milik institusi Pondok Pesantren. Beberapa Madrasah formal juga menggelar pendidikan [[asrama]] untuk murid-muridnya sehingga bisa pula diklasifikasikan sebagai Pondok Pesantren. Ada pula pendidikan khas pesantren yang mendapat ijazah setingkat formal mulai dari setingkat SD, SMP, SMA, hingga S1.
== Modernisasi pesantren ==
Sebab-sebab terjadinya
* Kian mengemukanya wacana perlawanan nasional atas kolonialisme belanda.
* Terbitnya kesadaran kalangan Muslim untuk memperbaharui organisasi Islam mereka yang berkonsentrasi dalam aspek sosial ekonomi.
* Dorongan kaum Muslim untuk memperbarui sistem pendidikan Islam. Salah satu dari keempat faktor tersebut dalam pandangan [[Karel A. Steenbrink]], yang sejatinya selalu menjadi sumber inspirasi para pembaharu Islam untuk melakukan perubahan Islam di Indonesia.<ref>''Majalah Tajdid'' (ciamis:Lembaga Penelitian dan Pengembangan, 2009), hal. 358</ref>
== Tokoh nasional ==
Beberapa alumnus pesantren
* [[Abdurrahman Wahid]]
* [[Din Syamsuddin]]
* [[Hasyim Asy'ari]]
* [[Hasyim Muzadi]]
* [[Hidayat Nur Wahid]]
* [[Nurcholish Madjid]]
* [[Sirajuddin Abbas]]
== Lihat pula ==
* [[Muhammadiyah]]
* [[Nahdlatul Ulama]]
* [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
== Referensi ==
{{reflist|30em}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.
* {{id}} [http://www.pustakapesantren.com Pustakapesantren.com, Pustaka Pesantren] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161224140556/http://www.pustakapesantren.com/ |date=2016-12-24 }}
* {{id}} [http://
* {{id}} [http://www.rmi-nu.or.id/ Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdltul Ulama, Asosiasi Pesantren Indonesia]
[[Kategori:Pesantren| ]]
|