Astadasaparwa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q11650965 |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(21 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Hindu sastra}}
'''Astadasaparwa''' {{Sanskerta|अष्टदशपर्व|Aṣṭadaśaparva}} adalah nama bagi delapan belas [[wikt:parwa|parwa]] ''[[Mahabharata]]'', sebuah naskah [[wiracarita]] [[Hinduisme|Hindu]] dari [[India]]. Hampir setiap kitab memiliki subparwa atau pembagian suatu parwa {{Sanskerta|पर्व|parva|paruh, bagian}}; beberapa kitab yang pendek, seperti ''[[Prasthanikaparwa]]'' dan ''[[Swargarohanaparwa]]'' tidak memiliki subparwa. Setiap buku memiliki jumlah subparwa yang berbeda-beda. Jika dirunut dari ''[[Adiparwa]]'' hingga ''[[Hariwangsa]]'', maka ada sekitar 100 subparwa dalam ''[[Mahabharata]]''.
Kitab ''Mahābhārata'' merupakan wiracarita atau puisi kepahlawanan terpanjang di dunia dan dinyatakan sebagai "puisi terpanjang yang pernah ada".<ref name="Lochtefeld2002">{{cite book|author=James G. Lochtefeld|title=The Illustrated Encyclopedia of Hinduism: A-M|url=https://books.google.com/books?id=5kl0DYIjUPgC&pg=PA399|year=2002|publisher=The Rosen Publishing Group|isbn=978-0-8239-3179-8|page=399}}</ref><ref name="SharmaGaur2000">{{cite book|author1=T. R. S. Sharma|author2=June Gaur|author3=Sahitya Akademi (New Delhi, Inde).|title=Ancient Indian Literature: An Anthology|url=https://books.google.com/books?id=IRp1PKX0BXoC&pg=PA137|year=2000|publisher=Sahitya Akademi|isbn=978-81-260-0794-3|page=137}}</ref> Prasasti tembaga yang ditulis pada masa pemerintahan [[Maharaja]] Sharvanatha (533–534 [[Masehi|M]]) dari Khoh (distrik [[Satna]], [[Madhya Pradesh]], [[India]]) menyatakan Mahābhārata sebagai "himpunan 100.000 [[Śloka|sloka]]" (''śata-sahasri saṃhitā'').<ref name=":0">{{Cite web|last=Ghadyalpatil|first=Abhiram|date=2016-10-10|title=Maharashtra builds up case for providing quotas to Marathas|url=https://www.livemint.com/Politics/q71WZs7MNRESfXzM7UEnKI/Maharashtra-builds-up-case-for-providing-quotas-to-Marathas.html|access-date=2020-06-07|website=Livemint|language=en}}</ref> Salah satu versi Mahabharata yang terpanjang memiliki 100.000 sloka atau lebih dari 200.000 baris puisi (setiap sloka merupakan [[wikt:kuplet|kuplet]]), dan baris [[prosa]] yang panjang.<ref name=":0"/>
== Daftar buku ==
{{clear}}
{| class="wikitable"
|-
!Parwa
!Judul
!Subparwa
!Isi
|-
|1
|''[[Adiparwa]]''{{br}}आदिपर्व{{br}}(Buku Permulaan)
|1–19
|Latar belakang dituturkannya ''[[Mahabharata]]'' oleh seorang [[narator]] bernama [[Ugrasrawa]], yang kemudian membentuk [[cerita berbingkai]] berupa dialog antara [[Janamejaya]] dengan [[Wesampayana]]. Penuturan Wesampayana mengandung kisah dewa-dewi, para [[resi]], dan para leluhur Janamejaya. Kisah kemudian berlanjut pada riwayat keluarga [[Dinasti Kuru]], dari masa [[Santanu]] hingga [[Dretarastra]]. Kitab ini juga menceritakan awal pertikaian antara [[Korawa]] dengan [[Pandawa]].
|-
|2
|''[[Sabhaparwa]]''{{br}}सभापर्व{{br}}(Buku Persamuhan)
|20–28
|[[Mayasura]] membangun gedung persamuhan megah di [[Indraprastha]] untuk [[Pandawa]], kemudian [[Yudistira]] menyelenggarakan upacara [[Rajasuya]] di sana. [[Duryodana]] iri dengan kemasyhuran para [[Pandawa]], lalu mengajak Pandawa bermain dadu dengan taruhan masa pengasingan selama dua belas tahun, dan masa penyamaran selama setahun.
|-
|3
|''[[Wanaparwa]]''{{br}}वनपर्व{{br}}(Buku Hutan)
|29–44
|Pandawa harus menjalani masa pengasingan di hutan selama dua belas tahun karena kalah taruhan dengan Korawa. Pada masa pengasingan itu, Yudistira menyesali sifatnya yang tidak mampu menolak jika diajak berjudi, [[Bhima|Bima]] bertemu [[Hanoman]] dan mendapat ilmu darinya, sedangkan [[Arjuna]] bertualang ke kahyangan.
|-
|4
|''[[Wirataparwa]]''{{br}}विराटपर्व{{br}}(Buku Wirata)
|45–48
|Setelah menjalani kehidupan di hutan selama dua belas tahun, akhirnya para Pandawa memilih [[kerajaan Wirata]] untuk menjalani masa penyamaran selama setahun.
|-
|5
|''[[Udyogaparwa]]''{{br}}उद्योगपर्व{{br}}(Buku Upaya)
|49–59
|Setelah para Pandawa kembali dari masa pengasingan dan penyamaran, [[Duryodana]] tidak mau mengembalikan apa yang menjadi hak [[Yudistira]]. Akhirnya mereka berencana untuk bertempur. Perundingan damai dilakukan oleh [[Kresna]], tetapi gagal. Akhirnya kedua belah pihak mengumpulkan pasukan masing-masing untuk berperang di [[Kurukshetra]].
|-
|6
|''[[Bhismaparwa]]''{{br}}भीष्मपर्व{{br}}(Buku Bisma)
| 60–64
|[[Bisma]] menjadi panglima tertinggi pasukan Korawa. Akhirnya ia tumbang setelah menerima serangan dari [[Srikandi]] dan [[Arjuna]]. Kitab ini mencakup ''[[Bhagawadgita]]'' pada bab 25–42.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m06/m06025.htm |title=The Mahabharata, Book 6: Bhishma Parva: Bhagavat-Gita Parva: Section XXV (''Bhagavad Gita'' Chapter I) |publisher=Sacred-texts.com |accessdate=3 Agustus 2012}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m06/m06042.htm |title=The Mahabharata, Book 6: Bhishma Parva: Bhagavat-Gita Parva: Section XLII (Bhagavad Gita, Chapter XVIII) |publisher=Sacred-texts.com |accessdate=3 Agustus 2012}}</ref>
|-
|7
|''[[Dronaparwa]]''{{br}}द्रोणपर्व{{br}}(Buku Drona)
|65–72
|Setelah Bisma kalah, [[Drona]] diangkat sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Kitab ini banyak menceritakan detail pertempuran. Akhirnya Drona gugur setelah dipenggal oleh [[Drestadyumna]].
|-
|8
|''[[Karnaparwa]]''{{br}}कर्णपर्व{{br}}(Buku Karna)
|73
|[[Karna]] diangkat sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa setelah gugurnya Drona. Akhirnya Karna gugur di tangan Arjuna.
|-
|9
|''[[Salyaparwa]]''{{br}}शल्यपर्व{{br}}(Buku Salya)
|74–77
|Cerita hari terakhir [[perang Kurukshetra]], dengan [[Salya]] sebagai panglima tertinggi. Perang diakhiri dengan kekalahan Duryodana dalam duel melawan Bima.
|-
|10
|''[[Sauptikaparwa]]''{{br}}सौप्तिकपर्व{{br}}(Buku Orang Tidur)
|78–80
|[[Aswatama]], [[Krepa]], dan [[Kertawarma]] membunuh para kesatria sekutu Pandawa saat malam hari. Akhirnya hanya tersisa tujuh kesatria di pihak Pandawa, dan tiga kesatria di pihak Korawa.
|-
|11
|''[[Striparwa]]''{{br}}स्त्रीपर्व{{br}}(Buku Wanita)
|81–85
|Kisah ratap tangis [[Gandari]] dan janda para kesatria yang gugur di medan perang [[Kurukshetra]]. Kemudian Gandari mengutuk agar keluarga [[Kresna]] (kaum [[Yadawa]]) kelak saling bantai dalam perang saudara sebagaimana kaum [[Korawa]].
|-
|12
|''[[Santiparwa]]''{{br}}शांन्तिपर्व{{br}}(Buku Kedamaian)
|86–88
|Pemahkotaan Yudistira sebagai penguasa [[kerajaan Kuru]] dengan pusat pemerintahan di [[Hastinapura]]. Kepada raja yang baru, Bisma memberikan ceramah tentang ilmu kemasyarakatan, ekonomi, dan politik. Ini merupakan buku terpanjang dalam ''Mahabharata'', dan terdiri dari banyak [[interpolasi]].<ref>{{citation| title= The Mahabharata Book 12: Santi Parva |url=https://www.sacred-texts.com/hin/m12/index.htm| translator=Kisari Mohan Ganguli | year=1883–1896}}</ref>
|-
|13
|''[[Anusasanaparwa]]''{{br}}अनुशासनपर्व{{br}}(Buku Wejangan)
|89–90
|Wejangan terakhir dari Bisma kepada generasi penerus [[Dinasti Kuru]], sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya. Kitab ini juga mengandung banyak interpolasi sebagaimana ''Santiparwa''.<ref>{{citation| title= The Mahabharata Book 12: Santi Parva |url=https://www.sacred-texts.com/hin/m13/index.htm | translator=Kisari Mohan Ganguli | year=1883–1896}}</ref>
|-
|14
|''[[Aswamedhikaparwa]]''{{br}}अश्वमेधिकापर्व{{br}}(Buku [[Aswamedha]])
|91–92
|Yudistira menyelenggarakan upacara [[Aswamedha]] (korban kuda) demi menegakkan hegemoni di Bharatawarsha. Arjuna menaklukkan kerajaan-kerajaan yang dilalui oleh kuda yang dijadikan sarana upacara. Arjuna juga bertemu dengan [[Babruwahana]], anak kandungnya yang ia tinggalkan sejak masih kecil. Dalam kitab ini, Kresna menuturkan ''Anugita'' kepada Arjuna.
|-
|15
|''[[Asramawasikaparwa]]''{{br}}आश्रमवासिकापर्व{{br}}(Buku Pengasingan Diri)
|93–95
|[[Dretarastra]], [[Kunti]], dan [[Gandari]] memutuskan untuk bersuluk ke tengah hutan. Di sana, mereka wafat terbakar oleh api. [[Widura]] wafat mendahului mereka, sedangkan Sanjaya bertapa ke [[Himalaya]] atas keinginan Dretarastra.
|-
|16
|''[[Mosalaparwa]]''{{br}}मौसलपर्व{{br}}(Buku Senjata Gada)
|96
|[[Samba (Mahabharata)|Samba]] dan para pemuda [[Yadawa]] mengolok-olok para resi yang berkunjung ke [[Dwaraka]]. Akhirnya para resi mengutuk agar kaum Yadawa berperang saudara dengan senjata gada yang dikeluarkan dari perut Samba. Setelah perang saudara berakhir, Kresna dan [[Baladewa]] wafat, kemudian Dwaraka ditelan samudra.
|-
|17
|''[[Prasthanikaparwa]]''{{br}}प्रस्थानिकपर्व{{br}}(Buku Perjalanan)
|97
|Para Pandawa dan istri mereka melakukan ziarah ke berbagai tempat suci, kemudian memutuskan untuk mendaki [[Himalaya]] sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Satu per satu, para Pandawa wafat di tengah perjalanan, menyisakan Yudstira seorang yang ditemani seekor anjing. Akhirnya ia bertemu dengan Dewa [[Indra]].
|-
|18
|''[[Swargarohanaparwa]]''{{br}}स्वर्गारोहणपर्व{{br}}{{nowrap|(Buku Pengangkatan ke Surga)}}
|98
| Yudistira diuji oleh Dewa Indra sebelum berkumpul kembali dengan para Pandawa di surga.
|-
|''khila''
|''[[Hariwangsa]]-parwa''{{br}}हरिवंशापर्व{{br}}(Buku Keluarga [[Kresna|Hari]])
|99–100
|Buku ini merupakan [[wikt:adendum|adendum]] dari Astadasaparwa, dan menceritakan kehidupan Kresna yang tidak terdapat dalam Astadasaparwa.
|}
== Ringkasan isi ==
[[Berkas:Adiparwa-Dinas Pendidikan Daerah Tingkat I-Bali.JPG|ka|180px|jmpl|Adiparwa versi Jawa Kuno yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Daerah Tingkat I provinsi Bali]]
=== [[Adiparwa]] ===
Kitab [[Adiparwa]] merupakan kitab pertama dari seri Astadasaparwa yang menceritakan berbagai kisah yang bernafaskan ajaran [[Hindu]]. Kisah kepahlawanannya dibumbui oleh ilmu sakti dan [[mitologi]]. Pada bagian awal yang diceritakan adalah kisah Maharaja [[Janamejaya]] yang menyelenggarakan upacara pengorbanan [[ular]] demi membalas kematian ayahnya parikesit (cucu arjuna dari abimanyu) yang dibunuh oleh ular taksaka. Upacara yang diselenggarakannya kemudian gagal. Untuk menghibur Sang Raja, Bagawan [[Wesampayana]] menuturkan sebuah kisah tentang para leluhur Sang Raja, kemudian beralih kepada cerita pemutaran Mandaragiri, kisah Sang [[Garuda]] dan para Naga, kisah Bagawan Dhomya, kisah para Raja besar: [[Yayati]], [[Bharata]], [[Santanu]]. Selain itu kitab Adiparwa juga menceritakan kisah kelahiran Rsi [[Byasa]] (penyusun kitab [[Mahabharata]]), kisah masa kecil [[Pandawa]] dan [[Korawa]], kisah para Pandawa mendapatkan [[Dropadi]] sebagai istri mereka atas kemenangan Sang [[Arjuna]], kisah Arjuna yang mengasingkan diri ke hutan kemudian menikah dengan [[
=== [[Sabhaparwa]] ===
Kitab [[Sabhaparwa]] merupakan kitab kedua dari seri Astadasaparwa. Kitab Sabhaparwa menceritakan kisah para [[Korawa]] yang mencari akal untuk melenyapkan para [[Pandawa]]. Atas siasat licik [[Sangkuni]], [[Duryodana]] mengajak para Pandawa main dadu. Taruhannya adalah harta, istana, kerajaan, prajurit, sampai diri mereka sendiri. Dalam permainan yang telah disetel dengan sedemikian rupa tersebut, para Pandawa kalah. Dalam kisah tersebut juga diceritakan bahwa [[Dropadi]] ingin
=== [[Wanaparwa]] ===
Baris 39 ⟶ 125:
=== [[Udyogaparwa]] ===
Kitab [[Udyogaparwa]] merupakan kitab kelima dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan sikap [[Duryodana]] yang tidak mau mengembalikan kerajaan para [[Pandawa]] yang telah selesai menjalani masa pengasingan,
=== [[Bhismaparwa]] ===
[[Berkas:Bhagavad-gita-front.jpg|
Kitab [[Bhismaparwa]] merupakan kitab keenam dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah dimulainya pertempuran akbar antara pihak [[Pandawa]] dan [[Korawa]] di sebuah daratan luas yang sangat suci dan keramat bernama [[Kurukshetra]], letaknya di sebelah utara negeri [[India]]. Setelah kedua belah pihak sepakat dengan aturan perang, maka kedua belah pihak berkumpul dan memenuhi daratan Kurukshetra, siap untuk berperang. Pihak Korawa dipimpin oleh [[Bhisma]] sedangkan pihak Pandawa dipimpin oleh [[Drestadyumna]]. Sebelum pertempuran berlangsung, [[Arjuna]] dilanda keraguan dan kebimbangan setelah ia melihat para saudara dan kerabatnya berkumpul untuk saling membantai. Arjuna tidak tega untuk membunuh para Korawa, yang masih merupakan saudara. Karena Arjuna dilanda oleh berbagai keraguan, [[Kresna]] yang berperan sebagai kusir kereta Arjuna mencoba menyadarkannya dengan memberikan wejangan-wejangan suci yang kemudian dikenal sebagai “[[Bhagawad Gita]]”, atau “Nyanyian seorang rohaniwan”. Bhagawad Gita ini menjadi kitab tersendiri yang merupakan intisari dari ajaran-ajaran Veda. Wejangan suci dari Kresna membuat Arjuna bangkit, dan melangsungkan pertempuran. Akhirnya Bhisma yang menjadi panglima perang Korawa, gugur pada hari kesepuluh dengan siasat Arjuna yang menggandeng [[Srikandi]].
=== [[Dronaparwa]] ===
Kitab [[Dronaparwa]] merupakan kitab ketujuh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah diangkatnya Bagawan [[Drona]] sebagai panglima perang pasukan [[Korawa]] setelah Rsi [[Bhisma]] gugur di tangan [[Arjuna]]. Dalam kitab ini diceritakan bahwa Drona ingin menangkap [[Yudistira]] hidup-hidup untuk membuat [[Duryodana]] senang. Usaha tersebut tidak berhasil karena Arjuna selalu melindungi Yudistira. Pasukan yang dikirim oleh Duryodana untuk membinasakan Arjuna selalu berhasil ditumpas oleh para ksatria [[Pandawa]] seperti [[Bima]] dan [[Satyaki]]. Dalam kitab Dronaparwa juga diceritakan tentang siasat Sri [[Kresna]] yang menyuruh agar Bima membunuh gajah bernama Aswatama. Setelah gajah tersebut dibunuh, Bima berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona menanyakan kebenaran ucapan tersebut kepada Yudistira, dan Yudistira berkata bahwa Aswatama mati. Mendengar hal tersebut, Drona kehilangan semangat berperang sehingga meletakkan senjatanya. Melihat hal itu, ia dipenggal oleh [[Drestadyumna]]. Setelah kematian Drona, [[Aswatama]],
=== [[Karnaparwa]] ===
Kitab [[Karnaparwa]] merupakan kitab kedelapan dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah diangkatnya [[Karna]] sebagai panglima perang pasukan [[Korawa]], menggantikan Bagawan [[Drona]] yang telah gugur. Setelah [[Abimanyu]] dan [[Gatotkaca]] gugur, [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] mengamuk. Mereka banyak membantai pasukan [[Korawa]]. dalam kitab ini diceritakan bahwa Bima berhasil membunuh [[Dursasana]] dan merobek dadanya untuk meminum darahnya. [[Salya]], Raja [[Kerajaan Madra|Madra]], menjadi kusir kereta Karna. Kemudian terjadi pertengkaran antara Salya dengan Karna. Dalam kitab ini diceritakan bahwa roda [[kereta perang]] Karna terperosok ke dalam lubang. Karna turun dari kereta dan mencoba untuk mengangkat roda keretanya. Dengan senjata panah pasupati, [[Arjuna]] berhasil membunuh Karna yang sedang lengah.
=== [[Salyaparwa]] ===
Baris 55 ⟶ 141:
=== [[Sauptikaparwa]] ===
Kitab [[Sauptikaparwa]] merupakan kitab kesepuluh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah tiga
=== [[Striparwa]] ===
Kitab [[Striparwa]] merupakan kitab kesebelas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah ratap tangis para janda yang ditinggal suaminya di medan perang. Dikisahkan pula [[Dretarastra]] yang sedih karena kehilangan
=== [[Santiparwa]] ===
Kitab [[Santiparwa]] merupakan kitab kedua belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah berkumpulnya [[Dretarastra]], [[Gandari]], [[Pandawa]], dan [[Kresna]] di [[Kurukshetra]]. Mereka sangat menyesali segala perbuatan yang telah terjadi dan hari itu adalah hari tangisan. [[Yudistira]] menghadapi masalah batin karena ia merasa berdosa telah membunuh guru dan saudara sendiri. Kemudian [[Bhisma]] yang masih terbujur di atas panah memberikan wejangan kepada Yudistira. Ia membeberkan ajaran-ajaran [[Agama Hindu]] secara panjang lebar kepadanya.
=== [[Anusasanaparwa]] ===
Kitab [[Anusasanaparwa]] merupakan kitab ketiga belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Yudistira]] yang menyerahkan diri bulat-bulat kepada [[
=== [[Aswamedhikaparwa]] ===
Kitab [[Aswamedhikaparwa]] merupakan kitab keempat belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah kelahiran [[Parikesit]] yang sebelumnya tewas dalam kandungan karena senjata sakti milik [[Aswatama]]. Dengan pertolongan dari [[Kresna]], Parikesit dapat dihidupkan kembali. Kemudian [[Yudistira]] melakukan upacara [[Aswamedha]]. Untuk menyelenggarakan upacara tersebut, ia melepas seekor kuda. Kuda tersebut mengembara selama setahun dan di belakangnya terdapat pasukan [[Pandawa]] yang dipimpin oleh [[Arjuna]]. Mereka mengikuti kuda tersebut kemanapun pergi. Kerajaan-kerajaan yang dilalui oleh kuda tersebut harus mau tunduk di bawah kuasa Yudistira jika tidak mau berperang. Sebagian mau tunduk sedangkan yang membangkang harus maju bertarung dengan Arjuna karena menentang Yudistira. Pada akhirnya, para
=== [[Asramawasikaparwa]] ===
Kitab [[Asramawasikaparwa]] merupakan kitab kelima belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Dretarasta]], [[Gandari]], [[Kunti]], [[Widura]] dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] yang menyerahkan kerajaan sepenuhnya kepada Raja [[Yudistira]] sedangkan mereka pergi bertapa ke tengah hutan. [[Pandawa]] sempat mengunjungi pertapaan
=== [[Mosalaparwa]] ===
Kitab [[Mosalaparwa]] merupakan kitab keenam belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah binasanya bangsa [[Wresni]] karena kutukan seorang [[Brahmana]]. Bangsa Wresni menghancurkan sesamanya dengan menggunakan senjata [[gada]] (mosala) setelah lupa diri karena meminum arak yang menyebabkan mereka mabuk. Sehabis pertempuran bangsa Wresni, [[Baladewa]] bermeditasi di tengah hutan kemudian mengeluarkan ular suci dari mulutnya, setelah itu ia menghilang mencapai keabadian. Setelah [[Kresna]] ditinggal Baladewa dan bangsa Wresni musnah semua, ia pergi ke tengah hutan untuk bertapa. Di dalam hutan, seorang pemburu melihat kaki Kresna bagaikan seekor rusa kemudian menembakkan anak panah. Hal tersebut membuat Kresna mencapai keabadian dan meninggalkan dunia fana. [[Arjuna]] sempat mengunjungi Dwarawati, dan ia mendapati bahwa kota tersebut telah sepi. Ia mengadukan hal tersebut kepada Rsi [[Byasa]], dan Rsi Byasa menasihati para [[Pandawa]] agar meninggalkan hal-hal duniawi untuk menempuh hidup sebagai “Sanyasin” (pertapa).
=== [[Prasthanikaparwa]] ===
Kitab [[Prasthanikaparwa]] merupakan kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] yang mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi untuk menjadi seorang pertapa. Mereka menyerahkan tahta kepada [[Parikesit]], satu-satunya keturunan mereka yang selamat dari perang [[Bharatayuddha]]. Para Pandawa beserta Dropadi berencana untuk berziarah ke gunung [[Himalaya]] sebagai akhir hidup mereka. Dalam perjalanan, Dropadi dan satu persatu dari Pandawa bersaudara ([[Sahadewa]], [[Nakula]], [[Arjuna]], [[Bima (tokoh Mahabaharata)|Bima]]) meninggal dalam perjalanan. Hanya [[Yudistira]] yang masih hidup dan melanjutkan perjalanannya. Yudistira membiarkan jenazah saudara-saudaranya terkubur di tengah perjalanan tanpa memberikan upacara pembakaran yang layak. Di tengah jalan, Yudistira bertemu dengan seekor [[anjing]], dan anjing tersebut kemudian menjadi teman perjalanannya. Bersama-sama, mereka berdua berhasil mencapai puncak. Sesampainya di puncak, kereta kencana Dewa [[Indra]] pun turun ke bumi untuk menjemput Yudistira ke [[surga]].
=== [[Swargarohanaparwa]] ===
Kitab [[Swargarohanaparwa]] merupakan kitab kedelapan belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan akhir kisah perjalanan suci yang dilakukan oleh [[Pandawa]]. Kisahnya diawali dengan penolakan [[Yudistira]] yang tidak mau berangkat ke [[surga]] jika harus meninggalkan anjing yang setia menemani dalam perjalanannya. Atas ketulusan hati Yudistira, si anjing pun menampakkan wujud aslinya sebagai Dewa [[Dharma]], ayah Yudistira. Dewa Dharma mengatakan bahwa Yudistira telah berhasil melewati ujian yang diberikan kepadanya dengan tenang. Setelah mengetahui yang sebenarnya, Yudistira bersedia berangkat ke surga. Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena tidak menemukan saudara-saudaranya yang saleh, melainkan mendapati bahwa [[Duryodana]] beserta sekutunya yang jahat ada di sana. Sang Dewa mengatakan bahwa mereka bisa berada di surga karena gugur di tanah suci [[Kurukshetra]]. Yudistira kemudian berangkat ke neraka. Di sana ia mendengar suara saudara-saudaranya yang menyayat agar mau menemani penderitaan mereka. Yudistira yang memilih untuk tinggal di neraka bersama saudara yang saleh daripada tinggal di surga bersama saudara yang jahat membuat para Dewa tersentuh. Tabir ilusi pun dibuka. Dewa [[Indra]] menjelaskan bahwa sebenarnya saudara-saudara Yudistira telah berada di surga bersama dengan saudaranya yang jahat. Yudistira pun menyadarinya kemudian hidup berbahagia di surga setelah membuang jasadnya.
Sekian Isi dari 18 Rangkaian Parwa dalam Mahabarata.
== Lihat pula ==
* [[Mahabharata]]
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Mahabharata}}
|