Angklung (gamelan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anasarrosyidh (bicara | kontrib)
klung
k top: clean up, added underlinked tag
 
(8 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Underlinked|date=Januari 2023}}
:''Untuk jenis orkestra bernama sama lihat [[Angklung (gamelan)]].''
{{tanpa_referensi|date=2 Mei 2013}}
{{periksaterjemahan|en|Angklung#Balinese_Gamelan_Angklung}}
:''Untuk jenis alat musik dari bambu bernama sama, lihat [[Angklung]].''
{{Musik Indonesia}}
[[Berkas:Angklung.jpg|right|thumb|200px|Angklung]]
'''Angklung''' adalah [[alat musik]] multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat ber[[bahasa Sunda]] di [[Pulau Jawa]] bagian barat. Alat musik ini dibuat dari [[bambu]], dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Angklung terdaftar sebagai [[Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia]] dari [[UNESCO]] sejak November 2010.
 
Di Bali, sebuah ensemble '''angklung''' disebut gamelan angklung (anklung). Sementara ensemble mendapatkan namanya dari pelopor bambu, hari ini sebagian besar komposisi Gamelan Angklung tidak menggunakannya. Sebuah ensemble dari kebanyakan perunggu metalofon digunakan sebagai gantinya, biasanya dengan sekitar 20 musisi.
== Asal-usul ==
=== Versi Sunda ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Jonge angklungspelers West-Java TMnr 10017867.jpg|thumb|Anak-anak Jawa Barat bermain angklung di awal abad ke-20.]]
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
 
Sementara instrumentasi gamelan angklung mirip dengan gamelan gong kebyar, ia memiliki beberapa perbedaan penting. Pertama, instrumen yang disetel ke 5-nada slendro skala, meskipun sebenarnya sebagian ansambel menggunakan modus empat-nada skala lima nada dimainkan pada instrumen dengan empat tombol. Pengecualian adalah angklung lima nada dari utara Bali. Tetapi bahkan dalam kelompok angklung empat nada, pemain seruling sesekali akan menyentuh nada tersirat kelima. Kedua, sedangkan banyak instrumen dalam gong kebyar rentang beberapa oktaf skala pentatonik nya, mosts gamelan instrumen angklung hanya mengandung satu oktaf, meskipun beberapa ansambel lima nada memiliki sekitar satu oktaf dan setengah. Instrumen yang jauh lebih kecil daripada yang dari kebyar gong.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa [[Kerajaan Sunda]] (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai [[Sri Pohaci]] sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat [[Baduy]], yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman [[padi]]. Permainan angklung gubrag di [[Jasinga]], [[Bogor]], adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat [[Dewi Sri]] turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
 
Gamelan angklung terdengar di candi Bali, di mana ia memasok iringan musik untuk peringatan candi (Odalan). Hal ini juga karakteristik ritual berhubungan dengan kematian, dan karena itu terhubung dalam budaya Bali dengan dunia spiritual tak terlihat dan transisi dari hidup sampai mati dan seterusnya. Karena portabilitas, gamelan angklung dapat dibawa dalam prosesi sementara bier pemakaman dilakukan dari pemakaman sementara di pemakaman menuju tempat kremasi. Para musisi juga sering bermain musik untuk mengiringi upacara kremasi. Jadi banyak pendengar Bali mengasosiasikan musik angklung dengan emosi yang kuat membangkitkan kombinasi manis sakral dan kesedihan.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (''awi wulung'') dan bambu putih (''awi temen''). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
 
Struktur musik ini mirip dengan gong kebyar, meskipun menggunakan skala nada empat. Jublag dan Jegog membawa melodi dasar, yang diuraikan oleh gangsa, reyong, ceng-ceng, gendang, dan suling. Sebuah gong berukuran sedang, yang disebut kempur, umumnya digunakan untuk menekankan bagian utama sepotong itu.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa [[kerajaan Sunda]], di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah [[Hindia Belanda]] sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.{{fact}}
 
Komposisi yang paling tua tidak menggunakan keahlian lebih mewah gong kebyar dan kecakapan memainkan pertunjukan. Baru-baru ini banyak komponis Bali telah membuat karya kebyar-gaya untuk gamelan angklung atau telah menyusun melodi kebyar untuk menyesuaikan lebih terbatas empat skala nada angklung yang. Potongan-potongan baru sering menampilkan tari, sehingga angklung gamelan ditambah dengan lebih gong gong dan berat. Selain itu, beberapa komposer modern yang telah menciptakan potongan instrumen eksperimental untuk angklung gamelan.
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap [[Dewi Sri]] tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung.
<!-- Perkembangan selanjutnya dalam permainan Angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan=aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di [[Jawa Barat]] disebut ngaseuk.
-->
Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
 
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada [[1908]] tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke [[Thailand]], antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
 
Bahkan, sejak [[1966]], [[Udjo Ngalagena]] —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.
 
=== Versi Jawa ===
Berawal pada saat raja Bantarangin bernama Kelana Sewandana memahami, bahwa prajuritnya kalah banyak dengan prajurit yang dimiliki oleh raja Singa Barong dari kerajaan Lodaya. kelana sewandana memerintahkan Warok yang menjabat sebagai kemiliteran untuk mencari senjata yang dapat dengan cepat melumpuhkan lawan, namun tidak di berkenankan dari baja karena berat dalam perjalanan serta tidak tajam dikarenakan prajurit singo barong yang juga warok kebal akan senjata tajam. akhirnya sang warok bersemedi dan mendapat sebuah petunjuk untuk ke "barongan" (hutan bambu) yang di kuasi oleh raja raden druwa atau Gendruwo. sang warok pun bergegas pergi ke barongan di temani dengan seorang pemuda cantik yang biasa di sebut dengan gemblak, seorang istri dari raja kelana sewandana. setiba di hutan bambu, pemuda cantik ini berjalan sendiri ke tengah hutan untuk memancing keluar Raden druwa sambil di awasi dari jauh oleh sang warok. pemuda cantik tersebut di temui oleh raden druwa yang tergila-gila dengan pemuda tersebut yang di kiranya seorang putri tulen yang cantik, setelah di amati ternyata raden druwa mengetahui bahwa yang di hadapinya ialah seorang pria, dan akhirnya geram dan marah sontak hendak memukul sang warok yang memata-matainya pun keluar dan bertarung dengan raden druwa yang sakti. di saaat sang warok kelelahan akhirnya warok mengeluarkan seutas tali panjang dan besar berwarna putih dan di cambukan ke bdana raden druwa dan mengena serta melilit leher sang raden druwo, tanpa berpikir panjang sang warok pun menarik dan memutar-mutarkan tubuh raden druwa serta menjatuhkan ketanah dan di lemparkan berulang-ulang ke hutan bambu tersebut, alhasil bambu-bambu sebagai istana raden druwa tersebut hancur patah berantakan dan mengakui kekalahannya terhadap sang warok. patah-patahan bambu hasil dari pertarungan di bawa oleh prajurit raja raden druwa ke istana bantaranagin, dan di rangkain menyerupai pagar kecil pada rumah-rumah ponorogo kala itu dengan di tali sebuah pusaka koloran dengan erat dan ujung koloran dari benang yang berumbai rumbai pada 4 bambu kecil serta 3 tabung bambu besar di buat panjang se kaki orang dewasa.
 
setelah persiapan sudah matang, prajurit warok yang membawa senjata bambu sejenis pagar rumah (Angklung) tersebut di barisan paling depan karena sebagai benteng pertahanan pasukan. di saat perang antara kerajaan bantarangin dan Lodaya berlangsung, senjata angklung langsung di pukulkan ke badan prajurit Lodaya yang sangat banyak membuahkan hasil mengalahkan prajurit lodaya hingga muntah darah dan mengenai tali hiasan koloran berumbai-rumbai pada ujung bambu kecil angklung dan menyebabkan berwarna merah. karena bagian angklung yang terdiri dari 3 tabung bambu besar patah karena tidak di ikat dengan pusaka koloran. setelah pertarungan perorangan raja singa barong kalah dan dimenangkan oleh raja kelana sewandana yang menggunakan pusaka dari gunung lawu "cambuk ki samandiman", sontak seluruh prajurit dari raja kelana sewandana gembira, terutama para warok yang memegang senjata angklung, karena gembiranya para prajurit menggenggam angklung dengan kuat tanagn diatas dengan gerakan kedepan kebelakang, karena kuatnya kekuatan para warok yang membawa angklung, angklung pun logo dari ikatan dan berbunyi "klong-klung...klok-kluk..klong-klung", karena senjata bambu menyerupai pagar tersebut belum mempunyai nama, akhirnya di beri kan sebuah nama dengan jenis suaranya"ongklong-ungklung /oklok-ukluk" dalam bahasa jawa dengan tulisan "Angklung"
 
Reyog bantarangin tercipta sebelum kerajaan Kadiri berdiri pada abad ke-10, kerajaan bantarangin dan loadaya ada pada era kerajaan Daha abad 8-9an. raja singa barong yang di penjara di kerajaan bantarangin tersadar setalah putri dari kerajaan Daha meninggal bunuh diri karena kedi (mandul). dan disaat raja kelana sewandana besarta patih dan jajaran kerajaan menyampaikan info duka ke kerajaan Daha, raja singa barong menghancurkan kerajaan Bantarangin seorang diri dengan kekuatannya dan meratakannya menjadi tanah yang rata yang sekarang ini di kenal dengan "SumoRoto" di daerah [[ponorogo]], dan kerajaan Lodaya sekarang ini dikeanal sebagai kecamatan di kota [[blitar]]. dan dapat dipastikan Angklung tercipta pada tahun antara 800masehi-900Masehi.
 
== Jenis Angklung ==
=== Angklung Kanekes ===
Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka [[orang Kanekes|orang Baduy]]) digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang). Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai.
 
Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di ''buruan'' (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: ''Lutung Kasarung'', ''Yandu Bibi'', ''Yandu Sala'', ''Ceuk Arileu'', ''Oray-orayan'', ''Dengdang'', ''Yari Gandang'', ''Oyong-oyong Bangkong'', ''Badan Kula'', ''Kokoloyoran'', ''Ayun-ayunan'', ''Pileuleuyan'', ''Gandrung Manggu'', ''Rujak Gadung'', ''Mulung Muncang'', ''Giler'', ''Ngaranggeong'', ''Aceukna'', ''[[Marengo]]'', ''Salak Sadapur'', ''Rangda Ngendong'', ''Celementre'', ''Keupat Reundang'', ''Papacangan'', dan ''Culadi Dengdang''. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.
 
Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.
 
Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.
 
=== Angklung Ponorogo ===
Angklung Ponorogoan ini di daerah WaWengkeran (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Wonogiri, karanganyar) pada dahulu menyebutnya sebagai "ongklong" atau "oklok" dikarenakan berbunyi klong-klung (nada tinggi untuk mengiringi Gong) dan kluk-klok (nada rendah yang juga mengiringi kenong) yang sering digunakan sebagai perangkat alat musik pada kesenian reog ponorogo yang terdiri dari selompret, kendang, kempul, gong, kenong yang bernada selendro dan pelog. Angklung jenis ponorogo ini mempunyai 3 buah tabung bambu besar yang di ikat serta apit oleh 4 potongan bambu kecil pada ujung atas di beri hiasan benang warna-warni berumbai-rumbai sebagai identitas Angklung ponorogo, sangat berbeda dengan Angklung Tradisional sunda yang hanya memiliki 2 tabung bambu besar dan bernada not. Dalam hal suara Angklung ponorogo sangat menggelegar dan dapat menmbangkitkan semangat serta dapat membuat merinding bagi yang mendengarnya.
 
cara memegang Angklung ponorogoan berbeda dengan angklung sunda yang di mainkan dengan dua tangan serta di taruh di depan perut, sedangkan angklung Ponorogoan di pegang pada ujung bawah angkulng menggunakan tangan satu dengan cara di menggenggam, seperti memegang senjata, memang pada awalnya angklung di gunakan sebagai senjata pada kerajaan Bantarangin melawan kerajaan Lodaya untuk memperebutkan putri dari kerajaan Daha kediri.
 
Dalam hal Publikasi, Angklung Ponorogoan sebagai perangkat musik Gamelan Ponorogo ini telah di gunakan pengirinng musik pada film/ soundtrack theme seperti, Warok Singo Kobra (1982), Warok Suro Menggolo (1991), Tendangan Dari Langit (2010), serta banyak film tentang cerita Rakyat dari ponorogo di layar kaca. Bukan hanya dunia film, namun juga berbagai lagu Campursari jawa Modern pada penyayni manthous, waldjinah, didi kempot, sony jozz, Mbah Pur Warok Gendeng, dan masih banyak lainya.
 
Angklung ponorogoan merupakan cikal bakal Angklung di malaysia era 1850an sebagai pengiring persembahan tari kuda kepang dan Barongan(reog ponorogo) yang di bawa oleh orang jawa yang menetap di Johor, Selangor dan Perak.
 
==== Gamelan Kongkil Ponorogo ====
Di ponorogo sendiri terdapat Gamelan Kongkil Kongkil merupakan sebuah seni musik yang berbahan bambu mirip angklung namun mempuyai harmonisasi khas tersendiri lahir dikala masa Penjajahan Belanda berbarengan dengan bangkitnya gerakan pemuda tahun 1928. Sebagai wujud bentuk perlawanan rakyat kepada penjajah, kongkil saat itu diapresiasikan dalam bentuk kesenian dimana di masa itu musik berperan untuk kamuflase perjuangan guna menghindari kecurigaan pemerintahan penjajah. Gamelan Kongkil salah satu alat perjuanagan pemersatu bangsa pada masa penjajahan Belanda, adapun nama kongkil itu diambil dari larasnya yang apabila ditabuh berbunyi "kol..kol..,kil..kil..". Gamelan Kongkil sendiri sebagai pengiring kesenian Kongkil yang mendapat pengaruh dari seni reog ponorogo, Dalam generasi saat ini kongkil yang dibuat mulai bervariatif tidak hanya berlaras slendro namun juga ada yang pelog. Sementara yang masih asli buatan tahun 1800-an juga masih terawat baik dan dapat digunakan dengan baik
 
=== Angklung Dogdog Lojor ===
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat [[Kasepuhan Pancer Pangawinan]] atau kesatuan adat [[Banten Kidul]] yang tersebar di sekitar [[Gunung Halimun]] (berbatasan dengan [[jakarta]], [[Bogor]], dan [[Lebak]]). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.
 
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4 buah angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.
 
Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya ''Bale Agung'', ''Samping Hideung'', ''Oleng-oleng Papanganten'', ''Si Tunggul Kawung'', ''Adulilang'', dan ''Adu-aduan''. Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.
 
=== Angklung Gamelan Bali ===
Di Bali , sebuah ensemble angklung disebut gamelan angklung (anklung). Sementara ensemble mendapatkan namanya dari pelopor bambu, hari ini sebagian besar komposisi Gamelan Angklung tidak menggunakannya. Sebuah ensemble dari kebanyakan perunggu metalofon digunakan sebagai gantinya, biasanya dengan sekitar 20 musisi.
 
Sementara instrumentasi gamelan angklung mirip dengan gamelan gong kebyar , ia memiliki beberapa perbedaan penting. Pertama, instrumen yang disetel ke 5-nada slendro skala, meskipun sebenarnya sebagian ansambel menggunakan modus empat-nada skala lima nada dimainkan pada instrumen dengan empat tombol. Pengecualian adalah angklung lima nada dari utara Bali. Tetapi bahkan dalam kelompok angklung empat nada, pemain seruling sesekali akan menyentuh nada tersirat kelima. Kedua, sedangkan banyak instrumen dalam gong kebyar rentang beberapa oktaf skala pentatonik nya, mosts gamelan instrumen angklung hanya mengandung satu oktaf, meskipun beberapa ansambel lima nada memiliki sekitar satu oktaf dan setengah. Instrumen yang jauh lebih kecil daripada yang dari kebyar gong.
 
Gamelan angklung terdengar di candi Bali, di mana ia memasok iringan musik untuk peringatan candi (Odalan). Hal ini juga karakteristik ritual berhubungan dengan kematian, dan karena itu terhubung dalam budaya Bali dengan dunia spiritual tak terlihat dan transisi dari hidup sampai mati dan seterusnya. Karena portabilitas, gamelan angklung dapat dibawa dalam prosesi sementara bier pemakaman dilakukan dari pemakaman sementara di pemakaman menuju tempat kremasi. Para musisi juga sering bermain musik untuk mengiringi upacara kremasi. Jadi banyak pendengar Bali mengasosiasikan musik angklung dengan emosi yang kuat membangkitkan kombinasi manis sakral dan kesedihan.
 
Struktur musik ini mirip dengan gong kebyar, meskipun menggunakan skala nada empat. Jublag dan Jegog membawa melodi dasar, yang diuraikan oleh gangsa, reyong, ceng-ceng, gendang, dan suling. Sebuah gong berukuran sedang, yang disebut kempur, umumnya digunakan untuk menekankan bagian utama sepotong itu.
 
Komposisi yang paling tua tidak menggunakan keahlian lebih mewah gong kebyar dan kecakapan memainkan pertunjukan. Baru-baru ini banyak komponis Bali telah membuat karya kebyar-gaya untuk gamelan angklung atau telah menyusun melodi kebyar untuk menyesuaikan lebih terbatas empat skala nada angklung yang. Potongan-potongan baru sering menampilkan tari, sehingga angklung gamelan ditambah dengan lebih gong gong dan berat. Selain itu, beberapa komposer modern yang telah menciptakan potongan instrumen eksperimental untuk angklung gamelan.
 
=== Angklung Gubrag ===
Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke ''[[leuit]]'' ([[lumbung]]).
 
Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.
 
=== Angklung Badeng ===
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, [[Garut]]. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah [[Islam]]. Tetapi diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi.
Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen, belajar agama Islam ke [[kerajaan Demak]]. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.
 
Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2 buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek. Teksnya menggunakan [[bahasa Sunda]] yang bercampur dengan [[bahasa Arab]]. Dalam perkembangannya sekarang digunakan pula [[bahasa Indonesia]]. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya selain menyajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam.
 
Lagu-lagu badeng: ''Lailahaileloh'', ''Ya’ti'', ''Kasreng'', ''Yautike'', ''Lilimbungan'', ''Solaloh''.
 
<!--Lagu yang disajikan dalam kesenian angklung gubrag, dibagi ke dalam dua katagori yaitu lagu yang disajikan untuk ritual dan lagu yang disajikan untuk hiburan. Agar lebih jelas dibawah ini dijelaskan pembagian dari dua katagori te4rsebut:
1.Lagu yang disajikan untuk ritual
Menurut Ikin Sodikin, lagu yang disajikan untuk upacara ritual adalah kidung Sri Lima (wawancara, 24 April, tahun 2004), yang berfungsi sebagai doa atau rajah pembuka yang dinyanyikan oleh seniman angklung gubrag atau juru pantun setelah bercerita tentang asal-usul kesenian angklung gubrag.
Proses ketika menyanyikan rajah pembuka (Foto: Dokumentasi pribadi)
Kidung Sri Lima yang dinyanyikan berfungsi sebagai rajah pembuka, bertujuan meminta maaf kepada arwah dan keramat serta memohon doa pengampunan kepada Allah SWT dengan ucapan astagfirullah haladzim sebanyak 3 kali. Lirik atau rumpaka yang terdapat dalam kidung sri lima, mengungkapkan rasa hormat dan memikat dewi padi/ dewi sri, yaitu “Sri Bodas”, “Sri Beureum”, “Sri Koneng”, “Sri Hejo”, dan “Sri Hideung”.
 
B. Struktur Penyajian Kesenian Angklung Gubrag
Pada bahasan tentang struktur penyajian ini, akan dikupas mengenai susunan penyajian dari awal sampai akhir. Apabila dilihat dengan seksama, kesenian angklung gubrag ini, memiliki struktur pertunjukkan yang hampir mirip dengan kesenian angklung buhun di Baduy, Banten, terutama dalam pola lantai tarian, dan adu kekuatan yang dimainkan oleh dua orang laki-laki, atau ngadu angklung. Sebagai contoh, gambar penyajian ngadu angklung dalam kesenian angklung gubrag.
 
Penyajian ngadu angklung (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Dalam penyajian kesenian angklung gubrag terdiri dari tiga tahapan, yaitu : bagian awal disebut bubuka, bagian kedua iring-iringan, dan bagian akhir atau penutup ngadu angklung dan hiburan. Agar lebih jelas, penulis akan menjelaskan bagian-bagian tersebut.
1. Bagian awal atau bubuka
Diawali dengan melakukan ziarah kemakam Aki Muhtar, yang dipimpin oleh seorang Ustadz dari Kampung Cipining, serta melakukan doa kepada Allah SWT, agar seluruh pertunjukan terlaksana dengan baik dan tanpa hambatan. Lokasi jalan menuju makam, sekitar 4 km dari Desa Argapura, melalui sawah- sawah, dan bukit turun naik.
 
Lokasi Makam Aki Muhtar (Foto: Dokumentasi pribadi)
Setelah itu, para pemain/ nayaga kembali ke Desa, menuju tempat penyimpanan perangkat waditra kesenian angklung gubrag. Yang berlokasi dirumah kediaman Bapak Sahari (Pemimpin kesenian angklung gubrag generasi ke-6), serta membawa perangkat waditra tersebut ke tengah lapangan terbuka. Mulailah pemimpin angklung membuka pertunjukan tersebut, dikemukakan pula sejarah keberadaan kesenian angklung gubrag dan tujuan dari pelaksanan pertunjukan angklung gubrag. Kemudian menyanyikan “Kidung Sri Lima”.
Pertunjukkan bubuka kidung Sri Lima (Foto: Dokumntasi pribadi)
2.. Bagian ke-2, iring-iringan
Pada bagian ini merupakan helaran/ iring-iringan para nayaga dengan memainkan angklung, serta tari-tarian dengan pola lantai vertical dua jajar, dan lingkaran dengan maksud mengelilingi sawah dan kampung, selanjutnya grup dibagi menjadi dua bagian grup kecil. (wawancara, Rusen Dzuhada, 23 April 2004).
3. Bagian ke-3, ngadu angklung
Pada bagian ini, adalah bagian penutup dari pertunjukkan. Setelah grup dibagi menjadi dua bagian, kemudian dilakukan atraksi ngadu angklung.dan adu kekuatan sampai akhirnya bagian yang satu atau bagian yang tua jatuh oleh bagian yang kedua atau yang muda. Karena prinsip mereka yang tua harus mengalah dengan yang muda. Dan yang tua harus memberikan kesempatan kepada yang muda. (wawancara, Rusen Dzuhada, 23 April, 2004).
C. Repertoar (lagu-lagu) Yang Disajikan Dala sri turun ke bumi, yaitu : Sri Bodas, Sri Beureum, Sri Koneng, Sri Hejo, dan Sri hideung.
Kidung dinyanyiakan oleh pemain dalang I, bait demi bait, artinya sesudah satu bait diteruskan dengan permainan angklung, dan begitu seterusnya, sampai semua bait lagu selesai dinyanyikan. Kidung tersebut dinyanyikan dengan cara anggana sekar dan rampak sekar. Syair kidung tersebut adalah sebagai berikut:
 
_Adulilang lalalea badan rasa digoyong-goyong, digoyong-goyong.
Allohuma aci banari itm Pertunjukan Angklung Gubrag.
Lagu yang disajikan dalam pertunjukan angklung gubrag dalam pembukaan yaitu “Kidung Sri Lima”. Lagu ini dibawakan oleh pemain dalang I, dengan lirik atau rumpaka lagu mengungkapkan rasa hormat, dan pujian, agar dewiiseng rasa aci larang aci putih sri anten sri manganten kakasihna, nama Sri Bodas, lungguhna dina balung terusna kana urat, manah aya pangawasa mangka runtut mangka rapih jeung kaula.
 
_ adililang lalalea badan rasa digoyong-goyong, digoyong-goyong
allohuma aci banari itiseng rasa aci larang aci putih sri anten sri manganten kakasihna, nama Sri Beureum, lungguhna dina daging terusna kana getih, manah aya rasa jeung cahaya, mangka runtut mangka rapih jeung kaula.
 
_ Adulilang lalalea badan rasa digoyong-goyong, digoyong-goyong
Allohuma aci banari itiseng rasa aci larang aci putih sri anten sri manganten kakasihna, nama Sri Hideung, lungguhna dina janjantung terusna kana sumsum, manah aya pangarti. Mangka runtut mangka rapih jeung kaula
 
_ Adulilang lalalea, badan rasa digoyong-goyong, digoyong-goyong.
Allohuma itiseng rasa aci larang aci putih sri anten sri manganten kakasihna, nama Sri Hejo, lungguhna kana hamperu terusna kana rambut, manah aya sir jeung pikir, mangka runtut mangka rapih jeung kaula.
 
_ Adulilang lalalea badan rasa digoyong-goyong, digoyong-goyong
Allohuma aci banari itiseng rasa aci larang aci putih sri anten sri mangantenten kakasihna, nama Sri Koneng, lungguhna dina roh dopi terusna kana soca manah aya paninggal, mangka runtut mangka rapih jeung kaula
 
.
Selain kidung lagu tersebut di atas, disajikan pula lagu-lagu hiburan dalam pementasan yang berfungsi sebagai hiburan sesudah pementasan ngadu angklung . juga diringi tari-tarian yang perkembangannnya masih tetap itu-itu saja sampai sekarang serta tidak bisa dimodifikasi.
D. Perangkat Waditra Yang Dipergunakan Dalam Kesenian Angklung Gubrag.
Yang dimaksud dengan perangkat waditra di sini adalah gabungan alat-alat musik tradisional yang dipergunakan dalam pementasan kesenian angklung gubrag. Perangkat waditra tersebut seluruhnya tidak difungsikan sebagai melodi, tetapi difungsikan sebagai pengiring, sebagai ritmis, baik dalam lagu atau taria-tariannya.
Dalam penyajiannya waditra tersebut berfungsi sebagai sarana upacara yang berkaitan dengan tradisi setelah panen padi. Adapun perangkat waditra yang dipergunakan dalam kesenian angklung gubrag adalah :
1. Tiga buah angklung kecil yang disebut Roel, atau angklung Corolot, angklung ini berfungsi sebagai pengiring lagu Kidung sri Lima.
2. Dua buah angklung besar yang disebut kurulung I dan kurulung II.
3. Dua buah angklung besar yang disebut engklok I dan engklok II
4. Dua buah angklung besar disebut gancling I dan gancling II
5. Dua buah dog-dog lojor
E. Bentuk Waditra Kesenian Angklung Gubrag
Menurut kedudukannnya, bentuk angklung di Sunda mempunyai simbol kasih sayang antara orang tua dan anak. Bahwa yang tua harus mengasuh yang muda. jadi yang tua harus selalu menjadi pengayom bagi yang muda. Angklung oleh masyarakat tradisional dijadikan simbol yang bermakna seperti terungkap pada peribahasa “ulah ngelmu angklung” artinya:
….. bahwa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya sangat besar, namun anaknya kurang memperhatikan orang tuanya; bahkan anak itu perhatiannnya lebih besar kepada anaknya lagi. Tegasnya pribahasa tersebut memberi nashat kepada para remaja jangan sampai mengabaikan orang tuanya masing- masing. (Juju Masunah dkk, hal 21, 2004).
Hal inipun terdapat dalam pertunjukan kesenian angklung gubrag, pada bagian ngadu angklung bahwa yang tua harus mengalah dengan yang muda artinya yang tua harus memberi kesempatan kepada yang muda.
Angklung asli yang diciptakan oleh Aki Muhtar dan masyarakat Kampung Cipining disebut angklung corolot (roel) berjumlah tiga buah, dengan hiasan dari bulu ayam leuweung atau ayam bekisar. Angklung asli ini dalam setiap pertunjukan tidak pernah digunakan, yang digunakan adalah angklung duplikat.(wawancara, Ikin sodikin, 23 april, 2004).
 
Apabila ditinjau dari kepentingan bunyi yang dihasilkan, maka angklung ini termasuk jenis atau golongan alat musik idiophon. Penempatan atau bentuk tabung yang besar akan menghasilkan nada yang rendah atau besar, sedangkan bentuk tabung yang kecil akan menghasilkan nada yang kecil atau tinggi. Seperti halnya bentuk waditra angklung gubrag, sebagian besar memiliki bentuk tabung besar, maka bunyi yang dihasilkan dari angklung tersebut bernada besar atau rendah. Sedangkan angklung corolot memiliki tabung kecil, maka suara atau bunyi yang dihasilkannya pun memiliki nada yang kecil atau tinggi. Menurut hasil penilitian penulis, waditra angklung gubrag memiliki jenis ukuran paling besar dari pada lainnya, yang terdiri dari beberapa jenis angklung, yaitu:
1. Jenis Angklung Kurulung I.
Angklung ini terdiri dari tiga ruas bambu. Angklung yang ruas bambunya tinggi dan besar disebut indung, memiliki ukuran 108 Cm. Anak I, memiliki ukuran 80 Cm, sedangkan anak II memiliki ukuran 38 Cm. Tinggi keseluruhan dari jenis angklung kurulung ini adalah 135 Cm, dengan diameter tabung 20 Cm.
Contoh bentuk angklung kurulung I.
 
2. Jenis Angklung Kurulung II.
Angklung ini terdiri dari tiga ruas bambu, memiliki tinggi keseluruhan 162 cm, ukuran tabung indung 147 Cm, ukuran tabung anak I 74 cm, ukuran anak II 43 cm.-->
 
=== Buncis ===
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, [[Bandung]]). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.
 
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu ''cis kacang buncis nyengcle...'', dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.
 
Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung.
Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.
 
Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis ([[Priangan]]/Bandung), Angklung Badud (Priangan Timur/[[Ciamis]]), Angklung Bungko ([[Indramayu]]), Angklung Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul ([[Banten]]), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung Badeng ([[Malangbong, Garut]]), dan Angklung Padaeng yang identik dengan Angklung Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun [[1938]]. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh [[Daeng Sutigna]] alias Si Etjle ([[1908]]—[[1984]]) diubah nadanya menjadi [[tangga nada]] Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.
 
=== Angklung Padaeng ===
Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna sejak sekitar tahun 1938. Terobosan pada angklung padaeng adalah
digunakannya laras nada [[Diatonik]] yang sesuai dengan sistem musik barat. Dengan demikian, angklung kini dapat memainkan lagu-lagu internasional,
dan juga dapat bermain dalam [[Ensembel]] dengan alat musik internasional lainnya.
 
Sesuai dengan [[Teori musik]], angklung padaeng secara khusus dibuat menjadi dua jenis besar yakni:
* Angklung [[Melodi]], adalah angklung yang secara fisik terdiri atas dua tabung suara dengan beda nada 1 oktaf. Pada satu unit angklung, umumnya ada:
** Angklung melodi kecil, terdiri atas 31 angklung.
** Angklung melodi besar, atau disebut juga bass-party, terdiri atas 11 angklung.
* Angklung akompanimen, adalah angklung yang digunakan sebagai pengiring untuk memainkan nada-nada [[Harmoni (musik)|Harmoni]]. Tabung suaranya ada 3 atau 4, sesuai dengan [[Akord]] diatonis. Suatu unit angklung standar biasanya memiliki:
** Angklung akompanimen mayor sekaligus akord dominan septim, terdiri atas 12 buah angklung
** Angklung akompanimen minor, terdiri atas 12 buah angklung
 
Pak Daeng menggunakan angklung ciptaannya untuk melatih anak-anak pandu (pramuka jaman dulu). Tidak heran kalau lagu-lagu
yang dimainkan mereka saat itu umumnya [[Daftar lagu nasional Indonesia|lagu wajib]]. Beberapa peninggalan aransemen
asli Daeng Soetigna misalnya "Satu Nusa Satu Bangsa", "Ibu Kita Kartini", atau "Wajib Belajar".
Sekitar tahun 1980-an, KPA SMA 3 Bandung berdiri dengan perintis muda seperti Djoko, Budi Supardiman, dan Asep Suhada.
Mereka mulai mengaranseman angklung padaeng untuk musik-musik modern Indonesia seperti "September Ceria" ([[Vina Panduwinata]]),
"Astaga" ([[Ruth Sahanaya]]) dan "Gemilang" ([[Krakatau (grup musik)]]), bahkan merambah ke musik manca negara mulai dari
"Yesterday" ([[Beatles]]), "Another Day in Paradise" ([[Phil Collins]]), hingga "Bohemian Rhapsody" ([[Queen]]).
 
=== Angklung Sarinande ===
Angklung sarinande adalah istilah untuk angklung padaeng yang hanya memakai nada bulat saja
(tanpa nada kromatis) dengan nada dasar C. Unit kecil angklung sarinade berisi 8 angklung (nada Do Rendah sampai Do Tinggi), sementara sarinade plus berisi 13 angklung (nada Sol Rendah hingga Mi Tinggi).
 
=== Angklung Toel ===
Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo sekitar tahun 2008. <ref>{{cite web|url=http://www.pikiran-rakyat.com/node/178667|title=Yayan Ujo Penemu Angklung Toel|accessdate=2010-08-22}}</ref> Pada alat ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer dengan posisi terbalik dan diberi karet. Untuk memainkannya, seorang pemain cukup men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar beberapa saat karena adanya karet.
 
=== Angklung Sri-Murni ===
Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Budi yang khusus diciptakan untuk keperluan
robot angklung. <ref>{{cite web|url=http://www.fti.itb.ac.id/3868.xhtml|title=Klungbot FTI ITB|accessdate=2010-08-22}}</ref> Sesuai namanya, satu angklung ini memakai dua atau lebih tabung suara
yang nadanya sama, sehingga akan menghasilkan nada murni (mono-tonal). Ini berbeda dengan angklung padaeng yang multi-tonal. Dengan ide sederhana ini, robot dengan mudah memainkan kombinasi beberapa angklung secara simultan untuk menirukan efek angklung melodi maupun angklung akompanimen.
 
== Ensemble Angklung ==
Agar lebih kaya suaranya, angklung sebaiknya dimainkan dengan alat musik lain membentuk ensembel. Beberapa ensembel angklung yang sudah mapan adalah:
 
=== Klasik Padaeng ===
Ensemble angklung klasik yang dikenalkan oleh Pak Daeng Soetigna terdiri atas:
* Angklung melodi
* Angklung akompanimen
* Bas betot
 
Kombinasi minimal inilah yang paling populer dan umum dijumpai saat konser maupun lomba paduan angklung.
 
=== Angklung Solo ===
Angklung solo adalah konfigurasi dimana satu unit angklung melodi digantung pada suatu
palang sehingga bisa dimainkan satu orang saja.
Sesuai dengan konvensi nada diatonis, maka ada dua jajaran gantungan angklung,
yang bawah berisi nada penuh, sedangkan yang atas berisi nada kromatis.
Angklung Solo ini digagas oleh Yoes Roesadi tahun 1964, dan dimainkan bersama
alat musik basanova dalam group yang menamakan diri Aruba (Alunan Rumpun Bambu).
Sekitar tahun 1969, nama Aruba ini disesuaikan menjadi Arumba<ref>{{cite web|url=http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=133378|title=Sejarah Aruba|accessdate=2010-08-22}}</ref>
 
=== Arumba ===
Arumba adalah istilah bagi seperangkat alat musik (ensemble) yang minimal terdiri atas:
<ref>{{cite web|url=http://www.angklung-udjo.co.id/angklung/arumb/|title=Arumba|accessdate=2010-08-22}}</ref>
* Satu unit angklung melodi, digantung sehingga bisa dimainkan oleh satu orang
* Satu unit bass lodong, juga dijejer agar bisa dimainkan satu orang
* Gambang bambu melodi
* Gambang bambu akompanimen
* Gendang
 
Konfigurasi awal ensemble tersebut diperkenalkan oleh Mochamad Burhan sekitar tahun 1966, yang menggunakannya bersama grup "Arumba Cirebon" <ref>{{cite web|url=http://mohamadburhan.blogspot.com/2009/10/riwayat-musik-angklung-arumba.html|title=Riwayat musik angklung Arumba|accessdate=2010-08-22}}</ref>.
 
== Teknik Permainan Angklung ==
 
Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri)
sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi.
Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung:
* '''Kurulung''' (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.
* '''Centok''' (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
* '''Tengkep''', mirip seperti kurulung namun salah satu tabug ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
 
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor.
Pada setiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda.
Kemudian sang konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan.
Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan
yang diminta konduktor. Dalam memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan teknik '''sinambung''',
yaitu nada yang sedang berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada berikutnya mulai berbunyi.
 
== Berlatih Angklung ==
Angklung akan terdengar merdu dan megah jika dimainkan beramai-ramai dengan kompak. Untuk itu, diperlukan persiapan dan latihan yang cukup panjang, dipimpin pelatih yang cukup punya pemahaman musik umum maupun angklung. Tahap-tahap persiapannya adalah:
# Pilih lagu dengan aransemennya. Lagu yang cocok dimainkan dengan angklung umumnya yang berirama riang, dan jika bisa ada bagian yang rancak, sehingga bisa diimprovisasi dengan teknik centok. Lagu ini kemudian perlu diaransemen khusus untuk angklung, dengan memiliki beberapa suara. Untuk latihan, aransemen ini kemudian ditulis di kertas yang besar (biasanya dalam notasi not angka).
# Siapkan unit angklung sesuai aransemen. Dari aransemen angklung, bisa diketahui berapa angklung yang diperlukan berdasar rentang nada lagu dan keseimbangan intonasinya.
# Kumpulkan pemain dan distribusikan angklung kepada mereka. Jika ada pemain yang memegang banyak angklung, harus diperhatikan agar si pemain tersebut tidak akan pernah memainkan dua angklung pada saat bersamaan. Untuk itu biasanya dipakai tabel '''tonjur'''.
# Pemanasan. Sebelum berlatih, sebaiknya lemaskan dulu kaki dan tangan, lalu lakukan gerakan-gerakan dasar untuk kurulung maupun centok bersama-sama.
# Mempelajari lagu. Bersama-sama, pelajari dan telusuri alur lagu, mana bait-bait dan chorus yang harus diulang. Perlahan-lahan mainkan lagu ini dibawah pimpinan konduktor. Disarankan agar selama latihan awal semua nada di-centok saja, jangan dikurulung dulu.
# Menghafal not. Perlahan-lahan para pemain diminta menghafal not-not lagu dan bagian permainannya.
# Meningkatkan teknik. Ini tahap polesan akhir, dimana konduktor bisa mulai memimpin dengan menekankan keserempakan permainan, dinamika, maupun penjiwaan.
# Koreografi. Jika akan tampil dipentas, bisa mulai dipikirkan improvisasi agar para pemain melakukan gerakan yang menarik, tidak berdiri kaku terus menerus.
 
 
== Angklung Interaktif ==
Angklung interaktif adalah kegiatan dimana seorang konduktor mengajak banyak orang, yang umumnya awam, untuk bermain angklung beramai-ramai <ref>{{cite web|url=http://klungbot.com/isyarat-angklung-interaktif/|title=Isyarat Angklung Interaktif|accessdate=2012-12-29}}</ref>. Kegiatan ini bisa dilakukan di tempat pariwisata atau acara ramah tamah. Pada para peserta akan dibagikan angklung-angklung yang sudah diberi nomor sesuai nadanya. Lalu, sang konduktor akan memimpin, biasanya dengan cara:
# Konduktor membuka satu layar besar bertuliskan lagu dalam not angka, lalu mengajak para peserta memainkan angklung yang tepat dengan menunjuk nada pada layar.
# Konduktor mengajarkan isyarat tangan untuk nada-nada tertentu pada penonton, kemudian memimpin suatu lagu dengan memberikan isyarat yang tepat secara berurutan untuk diikuti para peserta.
 
Ide menggunakan isyarat tangan untuk berlatih angklung ini sudah muncul sejak jaman Pak Daeng Soetigna. Mang Udjo kemudian memperkenalkan isyarat lain yang lebih mudah dipahami, dan mempopulerkannya melalui berbagai pertunjukan.
 
== Modernisasi Angklung ==
Secara esensial, angklung adalah alat musik bambu yang dimainkan dengan digetar.
Hal tersebut tidak boleh diubah. Meski demikian, berbagai upaya kreatif untuk
memodernisasinya terus berlangsung, seperti:
 
* Angklung elektrik karya Agus Suhardiman <ref>{{cite web|url=http://asephadiyana.tripod.com/Angklung.htm|title=Angklung Elektrik|accessdate=2012-03-31}}</ref>
 
* Angklung otomatis, Tugas akhir Kadek Kertayasa di STIKOM Surabaya <ref>{{cite web|url=http://www.antaranews.com/berita/1255093952/mahasiswa-stikom-suraba..|title=Angklung Otomatis|accessdate=2012-03-31}}</ref>
 
* Tra-digi, angklung robot yang dikontrol oleh i-pod, ciptaan Hasim Ghozali. <ref>{{cite web|url=http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/10/angklung-plus-apple-tra-digi
|title=Angklung+Apple=Tra-Digi|accessdate=2012-03-31}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.pikiran-rakyat.com/node/160439|title=Tra-Digi|accessdate=2012-03-31}}</ref>
 
* Klungbot, robot angklung yang mula-mula dikreasi oleh Krisna Diastama dan Karismanto Rahmadika <ref>{{cite web|url=http://sains.kompas.com/read/2010/10/21/21324567/Klungbot..Robot.Pemain.Angklung|title=Klungbot|accessdate=2012-03-31}}</ref>, kemudian dilanjutkan oleh Eko Mursito Budi. <ref>{{cite web|url=http://www.tribunnews.com/2010/12/17/wow-robot-ini-bisa-main-angklung.|title=Klungbot 2|accessdate=2012-03-31}}</ref>
 
== Sumber rujukan ==
* [[Ganjar Kurnia]]. 2003. ''Deskripsi kesenian Jawa Barat''. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
 
<references/>
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://kpa.unit.itb.ac.id Keluarga Paduan Angklung Institut Teknologi Bandung]
* {{id}} [http://www.angklung3.info Keluarga Paduan Angklung SMA Negeri 3 Bandung]
* {{id}} [http://www.arumba.net Arumba Angklung Music Edutainment]
* {{id}} [http://www.facebook.com/?ref=home#!/group.php?gid=57652610271&ref=ts Kabumi]
* {{id}} [http://angklung-web-institute.com/ AWI (Angklung Web Institute) di Bandung, Indonesia]
* {{id}} [http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0711/14/utama/3988155.htm Jangan Ambil Angklung Kami, Pakcik…], Kompas
* {{id}} [http://angklung-udjo.co.id/sau/history.php Sejarah Saung Angklung Udjo]
* {{id}} [http://klungbot.engineering.or.id/ Klungbot]
 
 
{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
 
[[Kategori:Seni di Indonesia]]