Prasejarah Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menghilangkan referensi [ * ]
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20240109)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(79 revisi perantara oleh 37 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
'''Nusantara pada periode prasejarah''' mencakup suatu periode yang sangat panjang, kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan [[fosil]] [[hewan]] dan [[manusia]] (hominid), sisa-sisa peralatan dari [[batu]], Situs Batu bersejarah, bagian tubuh hewan, [[logam]] (besi dan perunggu), Senjata pusaka tradisional Payan (tombak), Laduk (pedang), keris, Adat Istiadat budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang hingga saat ini masih di pertahankan, Payun Agung serta [[gerabah]].
 
== Geologi ==
Wilayah [[Nusantara]] merupakan kajian yang menarik dari sisi [[geologi]] karena sangat aktif. Di bagian timur hingga selatan kepulauan ini terdapat busur pertemuan dua lempeng benua yang besar: [[Lempeng Eurasia]] dan [[Lempeng Indo-Australia]]. Di bagian ini, lempeng EurasiaIndo-Australia yang bergerak menujuke selatan danutara menghunjammenghujam ke bawah Lempenglempeng Eurasia.{{Sfn|Hannigan|2015|p=13|Ps=: "This was a thick, spongy plate, deeper but less dense than its counterpart, and the Indo-AustraliaAustralian yangPlate bergerakwas keforced utarabeneath it, its leading edge driving down into the very mantle of the earth."}} Akibat hal ini terbentuk barisan [[gunung api]] di sepanjang [[Pulau SumateraSumatra]], [[Pulau Jawa|Jawa]], hingga pulau-pulau [[Nusa Tenggara]]. Daerah ini juga rawan [[gempa bumi]] sebagai akibatnya.Di bagian timur terdapat pertemuan dua lempeng benua besar lainnya, lempeng Eurasia dan [[lempeng Pasifik]]. Pertemuan ini membentuk barisan gunung api di [[Kepulauan Maluku]] bagian utara ke arah bagian utara [[Pulau Sulawesi]] menuju [[Filipina]].[[Berkas:Map of Sunda and Sahul.png|jmpl|200px|kiri|Nusantara di Zaman Es akhir pernah menjadi bagian dua daratan besar]]
Wilayah barat Nusantara moderenmodern muncul kira-kira sekitar kala [[Pleistosen]] terhubung dengan [[Asia]] Daratan. Sebelumnya diperkirakan sebagian wilayahnya merupakan bagian dari dasar lautan. Daratan ini dinamakan [[Paparan Sunda]] ("Sundaland") oleh kalangan geologi. Batas timur daratan lama ini paralel dengan apa yang sekarang dikenal sebagai [[Garis Wallace]].
Wilayah timur Nusantara, di sisi lain, ilgeografissecara geografis terhubung dengan [[Benua Australia]] dan berumur lebih tua sebagai daratan. Daratan ini dikenal sebagai [[Paparan Sahul]] dan merupakan bagian dari Lempeng Indo-Australia, yang pada gilirannya adalah bagian dari [[Benua Gondwana]].{{Sfn|Brown|2003|p=6|Ps=To the east of the Sunda Shelf, and across what is now a fairly deep sea channel, lies the Sahul Shelf, the plate from which protrude the islands of the eastern end of the archipelago, including New Guinea—and Australia. "}}
 
Di akhir [[Zaman Es]] terakhir (20.000-10.000 tahun yang lalu) suhu rata-rata bumi meningkat dan permukaan laut meningkat pesat. Sebagian besar Paparan Sunda tertutup lautan dan membentuk rangkaian perairan [[Selat Malaka]], [[Laut Cina Selatan]], [[Selat Karimata]], dan [[Laut Jawa]]. Pada periode inilah terbentuk [[Semenanjung Malaya]], Pulau SumateraSumatra, Pulau Jawa, [[Pulau Kalimantan]], dan pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, [[Pulau Irian]] dan [[Kepulauan Aru]] terpisah dari daratan utama Benua Australia. Kenaikan muka laut ini memaksa masyarakat penghuni wilayah ini saling terpisah dan mendorong terbentuknya masyarakat penghuni Nusantara moderenmodern.
Di bagian timur terdapat pertemuan dua lempeng benua besar lainnya, lempeng Eurasia dan [[lempeng Pasifik]]. Pertemuan ini membentuk barisan gunung api di [[Kepulauan Maluku]] bagian utara ke arah bagian utara [[Pulau Sulawesi]] menuju [[Filipina]].
g
[[Berkas:Map of Sunda and Sahul.png|thumb|200px|left|Nusantara di Zaman Es akhir pernah menjadi bagian dua daratan besar]]
Wilayah barat Nusantara moderen muncul kira-kira sekitar kala [[Pleistosen]] terhubung dengan [[Asia]] Daratan. Sebelumnya diperkirakan sebagian wilayahnya merupakan bagian dari dasar lautan. Daratan ini dinamakan [[Paparan Sunda]] ("Sundaland") oleh kalangan geologi. Batas timur daratan lama ini paralel dengan apa yang sekarang dikenal sebagai [[Garis Wallace]].
anjing berguguk di tengah tengah hutan yang rimba sam
Wilayah timur Nusantara, di sisi lain, ilgeografis terhubung dengan [[Benua Australia]] dan berumur lebih tua sebagai daratan. Daratan ini dikenal sebagai [[Paparan Sahul]] dan merupakan bagian dari Lempeng Indo-Australia, yang pada gilirannya adalah bagian dari [[Benua Gondwana]].
 
== Tumbuhan, hewan, dan hominid ==
Di akhir [[Zaman Es]] terakhir (20.000-10.000 tahun yang lalu) suhu rata-rata bumi meningkat dan permukaan laut meningkat pesat. Sebagian besar Paparan Sunda tertutup lautan dan membentuk rangkaian perairan [[Selat Malaka]], [[Laut Cina Selatan]], [[Selat Karimata]], dan [[Laut Jawa]]. Pada periode inilah terbentuk [[Semenanjung Malaya]], Pulau Sumatera, Pulau Jawa, [[Pulau Kalimantan]], dan pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, [[Pulau Irian]] dan [[Kepulauan Aru]] terpisah dari daratan utama Benua Australia. Kenaikan muka laut ini memaksa masyarakat penghuni wilayah ini saling terpisah dan mendorong terbentuknya masyarakat penghuni Nusantara moderen.
Sejarah geologi Nusantara memengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah menghuni wilayah ini. Sebagian daratan Nusantara dulu merupakan dasar laut, seperti wilayah pantai selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Aneka fosil hewan laut ditemukan di wilayah ini. Daerah ini dikenal sebagai daerah [[karst]] yang terbentuk dari endapan kapur [[terumbu karang]] purba.
 
Endapan batu bara di wilayah SumateraSumatra dan Kalimantan memberi indikasi pernah adanya hutan dari masa [[Paleozoikum]].
== Tumbuhan, hewan dan hominid ==
Sejarah geologi Nusantara memengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah menghuni wilayah ini. Sebagian daratan Nusantara dulu merupakan dasar laut, seperti wilayah pantai selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Aneka fosil hewan laut ditemukan di wilayah ini. Daerah ini dikenal sebagai daerah [[karst]] yang terbentuk dari endapan kapur [[terumbu karang]] purba.
 
Laut dangkal di antara SumateraSumatra, Jawa (termasuk Bali), dan Kalimantan, serta [[Laut Arafura]] dan [[Selat Torres]] adalah perairan muda yang baru mulai terbentuk kala berakhirnya Zaman Es terakhir (hingga 10.000 tahun sebelum era moderenmodern). Inilah yang menyebabkan mengapa ada banyak kemiripan jenis tumbuhan dan hewan di antara ketiga pulau besar tersebut.
Endapan batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan memberi indikasi pernah adanya hutan dari masa [[Paleozoikum]].
 
Flora dan fauna di ketiga pulau tersebut memiliki kesamaan dengan daratan Asia (Indocina, Semenanjung Malaya, dan Filipina). [[Harimau ngandong|Harimau]], [[gajah]], [[tapir]], [[kerbau]], [[babi]], [[badak]], dan berbagai [[unggas]] yang hidup di Asia daratan banyak yang memiliki kerabat di ketiga pulau ini.
Laut dangkal di antara Sumatera, Jawa (termasuk Bali), dan Kalimantan, serta [[Laut Arafura]] dan [[Selat Torres]] adalah perairan muda yang baru mulai terbentuk kala berakhirnya Zaman Es terakhir (hingga 10.000 tahun sebelum era moderen). Inilah yang menyebabkan mengapa ada banyak kemiripan jenis tumbuhan dan hewan di antara ketiga pulau besar tersebut.
 
Makhluk mirip manusia ([[hominin]]) yang pertama ditemukan adalah [[manusia Jawa]], yakni ditemukan pada tahun 1891 oleh [[Eugene Dubois]] di [[Trinil]], [[Kabupaten Ngawi]].<ref>{{Cite book|last=Bowman|first=John S.|date=2000-09-05|url=https://books.google.co.id/books?id=cYoHOqC7Yx4C&pg=PA436&dq=%221891%22+%22erectus+%22+%22known+as+java+man%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwi70OWb7MTrAhVGyDgGHaSQD9gQ6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q=%221891%22%20%22erectus%20%22%20%22known%20as%20java%20man%22&f=false|title=Columbia Chronologies of Asian History and Culture|publisher=Columbia University Press|isbn=978-0-231-50004-3|language=en}}</ref> Antara tahun 1931 sampai 1934, [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald|G.H.R. von Koenigswald]] beserta timnya menemukan serangkaian fosil hominin di lembah [[Bengawan Solo]], dekat Desa Ngandong.<ref>{{Cite book|last=Gede A. B. Wiranata,|first=|date=2011-06-01|url=https://books.google.co.id/books?id=xgQrDwAAQBAJ&pg=PA50&dq=1934+%22GHR%22+%22Bengawan+Solo%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiurIa27MTrAhUL4zgGHS3mAQkQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=1934%20%22GHR%22%20%22Bengawan%20Solo%22&f=false|title=Antropologi Budaya|location=|publisher=Citra Aditya Bakti|isbn=978-979-414-873-0|pages=50|language=id|url-status=live}}</ref> Para ahli paleontologi sekarang kebanyakan berpendapat bahwa semua fosil temuan dari Jawa adalah ''[[Homo erectus]]'' dan merupakan bentuk yang primitif. Semula diduga berumur 1.000.000 sampai 500.000 tahun ([[pengukuran karbon]] tidak memungkinkan), kini berdasarkan pengukuran [[radiometri]] terhadap [[mineral]] vulkanik pada lapisan penemuan diduga usianya lebih tua, yaitu 1,7-1,5 juta tahun.<ref>{{Cite web |url=http://www.mikedust.com/history/javaman.html |title=The First Humans: Java Man |access-date=2009-11-17 |archive-date=2009-12-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20091212062222/http://www.mikedust.com/history/javaman.html |dead-url=yes }}</ref><ref>
Flora dan fauna di ketiga pulau tersebut memiliki kesamaan dengan daratan Asia (Indocina, Semenanjung Malaya, dan Filipina). [[Harimau]], [[gajah]], [[tapir]], [[kerbau]], [[babi]], [[badak]], dan berbagai [[unggas]] yang hidup di Asia daratan banyak yang memiliki kerabat di ketiga pulau ini.
[http://www.britannica.com/EBchecked/topic/301721/Java-man Java Man] di Encyclopaedia Brittanica.</ref>
 
''[[Homo sapiens]]'' moderenmodern pertama masuk ke Nusantara diduga sekitar 100.000 tahun lalu, melalui [[India]] dan [[Indocina]]. Fosil ''Homo sapiens'' pertama di Jawa ditemukan oleh van Rietschoten (1889), anggota tim Dubois, di [[Wajak]], dekat [[Campurdarat, Tulungagung]], di tepian Sungai Brantas.<ref>[{{Cite web |url=http://www.rtg.wa.edu.au/loanpool/skulls/HSwadjak.htm |title=Foto H. sapiens wadjakensis] |access-date=2009-11-17 |archive-date=2009-10-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20091012101539/http://www.rtg.wa.edu.au/loanpool/skulls/HSwadjak.htm |dead-url=yes }}</ref> Ia ditemukan bersamaan dengan tulang [[tapir]], hewan yang pada masa kini tidak hidup di Jawa. Fosil Wajak dianggap bersamaan ras dengan fosil [[Gua Niah]] di [[Sarawak]] dan [[Gua Tabon]] di [[Pulau Palawan]]. Fosil Niah diperkirakan berusia 40.000-25.000 tahun (periode [[Pleistosen]]) dan menunjukkan [[fenotipe]] "[[Australomelanesoid]]".<ref>M.D. Poesponegoro dan N. Notosusanto. 1992. ''Sejarah Nasional Indonesia 1: Jaman Prasejarah di Indonesia''. Balai Pustaka. p.92.</ref> Mereka adalah pendukung budaya [[kapak perimbas]] (''chopper'') dan termasuk dalam kultur [[paleolitikum]] (Zaman Batu Tua).
Makhluk mirip manusia ([[hominin]]) yang menghuni Nusantara yang diketahui adalah [[manusia Jawa]]. Fosil dari satu bagian [[tengkorak]] ''[[Homo erectus|Pithecanthropus erectus]]'' ditemukan pada tahun 1891 oleh [[Eugene Dubois]] di [[Trinil]], [[Kabupaten Ngawi]]. Sejak 1934, [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald|G.H.R. von Koenigswald]] beserta timnya menemukan serangkaian fosil hominin di lembah sepanjang [[Bengawan Solo]], yaitu di [[Sangiran]] dan [[Ngandong]] serta di tepi [[Sungai Brantas]] di dekat [[Mojokerto]]. Para ahli paleontologi sekarang kebanyakan berpendapat bahwa semua fosil temuan dari Jawa adalah ''[[Homo erectus]]'' dan merupakan bentuk yang primitif. Semula diduga berumur 1.000.000 sampai 500.000 tahun ([[pengukuran karbon]] tidak memungkinkan), kini berdasarkan pengukuran [[radiometri]] terhadap [[mineral]] vulkanik pada lapisan penemuan diduga usianya lebih tua, yaitu 1,7-1,5 juta tahun.<ref>[http://www.mikedust.com/history/javaman.html The First Humans: Java Man]</ref><ref>
[http://www.britannica.com/EBchecked/topic/301721/Java-man Java Man] di Encyclopaedia Brittanica.</ref>
 
Pengumuman pada tahun 2003 tentang penemuan ''[[Homo floresiensis]]'' yang dianggap sebagai spesies ''[[Homo]]'' primitif oleh para penemunya memantik perdebatan baru mengenai kemungkinan adanya spesies mirip manusia yang hidup dalam periode yang bersamaan dengan ''H. sapiens'', karena hanya berusia 20.000-10.000 tahun sejak era moderenmodern dan tidak ter[[fosil]]isasi. Hal ini bertentangan dengan anggapan sebelumnya yang menyatakan bahwa hanya ''H. sapiens'' yang bertahan di Nusantara pada masa itu. Perdebatan ini belum tuntas, karena penentangnya menganggap ''H. floresiensis'' adalah ''H. sapiens'' yang menderita penyakit sehingga berukuran katai.
''[[Homo sapiens]]'' moderen pertama masuk ke Nusantara diduga sekitar 100.000 tahun lalu, melalui [[India]] dan [[Indocina]]. Fosil ''Homo sapiens'' pertama di Jawa ditemukan oleh van Rietschoten (1889), anggota tim Dubois, di [[Wajak]], dekat [[Campurdarat, Tulungagung]], di tepian Sungai Brantas.<ref>[http://www.rtg.wa.edu.au/loanpool/skulls/HSwadjak.htm Foto H. sapiens wadjakensis]</ref> Ia ditemukan bersamaan dengan tulang [[tapir]], hewan yang pada masa kini tidak hidup di Jawa. Fosil Wajak dianggap bersamaan ras dengan fosil [[Gua Niah]] di [[Sarawak]] dan [[Gua Tabon]] di [[Pulau Palawan]]. Fosil Niah diperkirakan berusia 40.000-25.000 tahun (periode [[Pleistosen]]) dan menunjukkan [[fenotipe]] "[[Australomelanesoid]]".<ref>M.D. Poesponegoro dan N. Notosusanto. 1992. ''Sejarah Nasional Indonesia 1: Jaman Prasejarah di Indonesia''. Balai Pustaka. p.92.</ref> Mereka adalah pendukung budaya [[kapak perimbas]] (''chopper'') dan termasuk dalam kultur [[paleolitikum]] (Zaman Batu Tua).
 
Pengumuman pada tahun 2003 tentang penemuan ''[[Homo floresiensis]]'' yang dianggap sebagai spesies ''[[Homo]]'' primitif oleh para penemunya memantik perdebatan baru mengenai kemungkinan adanya spesies mirip manusia yang hidup dalam periode yang bersamaan dengan ''H. sapiens'', karena hanya berusia 20.000-10.000 tahun sejak era moderen dan tidak ter[[fosil]]isasi. Hal ini bertentangan dengan anggapan sebelumnya yang menyatakan bahwa hanya ''H. sapiens'' yang bertahan di Nusantara pada masa itu. Perdebatan ini belum tuntas, karena penentangnya menganggap ''H. floresiensis'' adalah ''H. sapiens'' yang menderita penyakit sehingga berukuran katai.
 
<!-- == Alur waktu ==
*[[2000 SM]] - Bangsa Austronesia melakukan imigrasi ke kepulauan Indonesia melalui [[Malaya]] ke [[Jawa]] dan juga [[Formosa]], [[Filipina]] ke sebagian [[Kalimantan]] dan Jawa. Perpindahan ini tidak diketahui penyebabnya. Tetapi yang jelas bangsa Austronesia ini yang akan menjadi nenek moyang langsung Indonesia. Cara hidup mereka dengan berburu dan berladang. Alat yang digunakan anak panah dan tombak. Mereka hidup di gua-gua untuk sementara dengan mengembara berpindah-pindah tempat. Pada masa ini dikenal dengan sebutan zaman batu muda atau [[Neolitikum]].
*[[500 SM]] - Terjadi perpindahan gelombang kedua. Perpindahan yang dilakukan sudah dengan membawa kebudayaan [[Dongson]] melalui jalan barat lewat Malaysia barat. [[Kebudayaan Dongson]] yaitu kebudayaan yang telah memakai logam sebagai alat bantu kehidupan dikenal dengan sebutan [[zaman perunggu]]. Mereka sudah mulai tinggal menetap. -->
 
== Migrasi manusia ==
 
Bukti-bukti ''Homo sapiens'' pertamatertua di nusantara diketahui dari tengkorak dan sisa-sisa tulang hominin di [[Gua Wajak]], [[Kabupaten Tulungagung]] dan Gua Niah (Serawak[[Sarawak]]), sertaPulau Kalimantan.<ref>{{Cite journal|last=Setiyabudi|first=Erick|date=4 November 2019|title=Konservasi Geologi Lokasi Fosil Vertebrata dan Manusia Purba, Daerah Tulungagung Selatan, Jawa Timur|url=https://jgsm.geologi.esdm.go.id/index.php/JGSM/article/download/453/415|journal=Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral|volume=20|issue=4|pages=193|doi=10.33332/jgsm.2019.v20.4.187-197p}}</ref><ref>{{Cite web|title="Deep Skull" Menuliskan Kembali Sejarah Evolusi Manusia - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/13305808/deep-skull-menuliskan-kembali-sejarah-evolusi-manusia|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2020-09-02}}</ref> Menyusul temuan-temuan baru diberikutnya [[Pegununganyang Sewu]]telah diidentifikasi sejak awal paruh kedua abad ke-20, hinggasalah sekarangsatunya di Gua Song Terus, membentangujung daritimur [[KabupatenPegunungan GunungkidulSewu]], [[YogyakartaKabupaten Pacitan]],.<ref>{{Cite hinggajournal|last=Suprapta|first=Blasius|date=4 kawasanJuli [[Teluk2018|title=Pemanfaatan Pacitan]],Cagar Budaya Di [[Kabupaten Pacitan]] Sebagai Media Penunjang Pendidikan Sejarah|url=http://www.jurnalpsi.com/index.php/jpsi/article/download/10/3/|journal=Jurnal TemuanPendidikan diSejarah Indonesia|volume=1|issue=1|pages=98|doi=}}</ref> Ras Wajak, ini mungkin meliputi juga manusia yang pertamahidup kalisekitar ditemukan25.000-40.000 sulittahun ditentukanyang penanggalannya,lalu namundi fosilAsia Tenggara seperti manusia Niah di Sarawak (Malaysia) dan manusia Tabon di pulau Palawan (Filipina).<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1975|url=https://books.google.co.id/books?id=-7QC0Oo1BDkC&q=niah++%22tahun+yang+lalu%22&dq=niah++%22tahun+yang+lalu%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj7-sK34sTrAhVKlEsFHUOWDJ0Q6AEwBnoECAYQAg|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman prasejarah di Indonesia|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|pages=74|language=id|url-status=live}}</ref> ''Homo sapiens'' di Gua Niah menunjukkanmenurut usiapenanggalan sekitarradiokarbon hidup kira-kira 40.000 tahun yang lalu. Usia fosil utuh di Gua Braholo (Gunungkidul, ditemukan tahun 2002) dan Song (Gua) Keplek dan Terus (Pacitan) berusia lebih muda (sekitar 10.000 tahun sebelum era moderenmodern atau tahun 0 Masehi). Pendugaan ini berasal dari bentuk perkakas yang ditemukan menyertainya.
 
Walaupun berasal dari masa budaya yang berbeda, fosil-fosil itu menunjukkan ciri-ciri [[Austromelanesoid]], suatu subras dari ras [[Negroid]] yang sekarang dikenal sebagai penduduk asli [[Pulau Papua]], [[Melanesia]], dan [[Benua Australia]]. Teori mengenai asal- usul ras ini pertama kali dideskripsikan oleh [[Fritz Sarasin|Fritz]] dan [[Paul Sarasin]], dua sarjana bersaudara (sepupu satu sama lain) asal [[Swiss]] di akhir abad ke-19. Dalam kajiannya, mereka melihat kesamaan ciri antara orang [[Vedda]] yang menghuni [[Sri Lanka]] dengan beberapa penduduk asli berciri sama di [[Asia Tenggara]] kepulauan dan Australia.
 
Pada Agustus 2017, jurnal sains internasional ''[[The Nature (jurnal)|The Nature]]'' melaporkan temuan fosil gigi ''Homo sapiens'' di [[Gua Lida Ajer]], Sumatera Barat yang diyakini berusia antara 73.000–63.000 tahun. Temuan itu berdasarkan kajian tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ilmuwan dari [[Universitas Macquarie|Macquarie University]].<ref>{{Cite web|last=Westaway|first=Kira|title=Old teeth from a rediscovered cave show humans were in Indonesia more than 63,000 years ago|url=http://theconversation.com/old-teeth-from-a-rediscovered-cave-show-humans-were-in-indonesia-more-than-63-000-years-ago-82075|website=The Conversation|language=en|access-date=2020-08-31}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Westaway|first=K. E.|last2=Louys|first2=J.|last3=Awe|first3=R. Due|last4=Morwood|first4=M. J.|last5=Price|first5=G. J.|last6=Zhao|first6=J.-x|last7=Aubert|first7=M.|last8=Joannes-Boyau|first8=R.|last9=Smith|first9=T. M.|date=2017-08|title=An early modern human presence in Sumatra 73,000–63,000 years ago|url=https://www.nature.com/articles/nature23452|journal=Nature|language=en|volume=548|issue=7667|pages=322–325|doi=10.1038/nature23452|issn=1476-4687}}</ref> Sebelumnya, penyelidikan terhadap gua-gua di Sumatera Barat pernah dilaukan oleh ahli anatomi berkebangsaan Belanda [[Eugène Dubois]] pada 1880-an, tapi hasilnya ia hanya menemukan tulang-belulang hewan dan manusia subresen.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=1982|url=https://books.google.co.id/books?id=QTVIAAAAMAAJ&q=%22penyelidikannya+di+gua+-+gua+Sumatera+Barat+,+tetapi+hanya+tulang+-+tulang+hewan+dan%22&dq=%22penyelidikannya+di+gua+-+gua+Sumatera+Barat+,+tetapi+hanya+tulang+-+tulang+hewan+dan%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiXgq3Q58TrAhUaU30KHT6MALkQ6AEwAXoECAAQAg|title=Sejarah nasional Indonesia|location=|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=|pages=61|language=id|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Tony Djubiantono|first=|date=1990|url=https://books.google.co.id/books?id=SSWFCgAAQBAJ&pg=PA3&dq=%22Eugene+Dubois%22+%22gua%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiq_Zq958TrAhUPU30KHZqlBZUQ6AEwAHoECAQQAg#v=onepage&q=%22Eugene%20Dubois%22%20%22gua%22&f=false|title=Lebih dari satu juta tahun yang lalu... Mereka menemukan pulau Jawa|location=|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=978-979-8041-13-6|pages=3|language=id|url-status=live}}</ref>
==Kronologi==
===Paleolitik= Periodisasi ==
=== Paleolitik ===
''Homo erectus'' diketahui menggunakan alat batu kasar khas [[paleolitik]] dan juga alat yang terbuat dari cangkang kerang, hal ini berdasarkan temuan di Sangiran dan [[Ngandong]]. Analisis bekas irisan pada fosil tulang mamalia yang berasal dari era Pleistosen mencatat 18 luka bekas irisan akibat alat serpihan cangkang kerang saat menyembelih lembu purba, ditemukan pada formasi Pucangan di Sangiran yang berasal dari kurun 1,6 sampai 1,5 juta tahun lalu. Tanda bekas irisan pada tulang ini menunjukkan penggunaan alat batu pertama yang menunjukkan bukti tertua penggunaan alat serpihan cangkang kerang yang ditajamkan di dunia.<ref>[http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S030544030600077X Shell tool use by early members of Homo erectus in Sangiran, central Java, Indonesia: cut mark evidence ]</ref>
Periode paleolitik di Nusantara diketahui dari alat-alat batu kasar (paleolit) atau terbuat dari cangkang kerang yang ditemukan di berbagai penjuru. Temuan-temuan fosil tengkorak dan tulang-belulang di Jawa menjadi petunjuk penting periode ini. Hingga 2014 telah ditemukan fosil-fosil [[hominidae|hominid]] di [[Situs Purbakala Patiayam|Patiayam]] ([[Jekulo, Kudus]]), Miri ([[Kabupaten Sragen|Sragen]]), [[Sangiran]] (Sragen), [[Sambungmacan, Sragen|Sambungmacan]] (Sragen), [[Trinil]] ([[Kabupaten Ngawi|Ngawi]]), [[Punung, Pacitan|Punung]] ([[Kabupaten Pacitan|Pacitan]]), Ngandong ([[Kradenan, Blora]])), Wajak ([[Kabupaten Tulungagung|Tulungagung]]), Kedungbrubus ([[Kabupaten Madiun]]),<ref>[http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/27/lozxx3-fosil-manusia-dan-hewan-purba-ditemukan-di-madiun Fosil Manusia dan Hewan Purba Ditemukan di Madiun]. Republika Online. Rabu, 27 Juli 2011, 21:36 WIB</ref> dan Perning (Jetis, Mojokerto). Pada 2013 di Pulau Flores, ditemukan fosil kerangka manusia kerdil yang diperdebatkan apakah termasuk ''Homo erectus'' atau ''Homo sapiens''.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2006-05-22|title=Hobbit Memancing Kontroversi|url=https://koran.tempo.co/read/ilmu-dan-teknologi/71958/hobbit-memancing-kontroversi|website=Tempo|language=id|access-date=2020-08-31}}</ref> Pada 2006, Dean Falk dari Universitas Negeri Florida mempublikasikan penelitiannya yang mengungkapkan bahwa manusia di Flores bukan merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda. Manusia Flores adalah spesies baru yang dinamakan ''[[Homo floresiensis]]''.<ref>{{Cite web|title=Hobbit Flores Terbukti Sebagai Spesies Baru|url=http://lipi.go.id/berita/single/Hobbit-Flores-Terbukti-Sebagai-Spesies-Baru/1910|website=lipi.go.id|language=en|access-date=2020-08-31}}</ref><ref>{{Cite web|title='Manusia Flores' Spesies Baru|url=https://news.detik.com/berita/d-736098/manusia-flores-spesies-baru|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-08-31}}</ref>
 
''Homo erectus'' diketahui menggunakan alat batu kasar khas [[paleolitik]] dan juga alat yang terbuat dari cangkang kerang, hal ini berdasarkan temuan di Sangiran dan [[Ngandong]]. Analisis bekas irisan pada fosil tulang mamalia yang berasal dari era Pleistosen mencatat 18 luka bekas irisan akibat alat serpihan cangkang kerang saat menyembelih lembu purba, ditemukan pada formasi Pucangan di Sangiran yang berasal dari kurun 1,6 sampai 1,5 juta tahun lalu. Tanda bekas irisan pada tulang ini menunjukkan penggunaan alat batu pertama yang menunjukkan bukti tertua penggunaan alat serpihan cangkang kerang yang ditajamkan di dunia.<ref>[http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S030544030600077X Shell tool use by early members of Homo erectus in Sangiran, central Java, Indonesia: cut mark evidence ]</ref>
===Neolitik===
Batu yang diasah adalah bukti peradaban [[neolitik]], misalnya mata kapak batu dan mata cangkul batu yang diasah. Batu yang diasah dan dihaluskan ini dikembangkan oleh orang-orang [[Austronesia]] yang menghuni kepulauan Indonesia. Pada periode ini pula berkembang struktur batu besar atau [[megalitik]] di Nusantara.
 
===Megalitik Neolitik ===
Batu yang diasah adalah bukti peradaban [[neolitik]], misalnya mata kapak batu dan mata cangkul batu yang diasah. Batu yang diasah dan dihaluskan ini dikembangkan oleh orang-orang [[Austronesia]] yang menghuni kepulauan Indonesia. Pada periode ini pulainilah berkembang struktur batu besar atau [[tradisi megalitik]] di Nusantara. yang tampaknya berkembang secara independen dari tempat-tempat lain, dan menjadi dasar tradisi asli Indonesia pada masa-masa berikutnya.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Het verslepen van de steen 'Darodaro' voor de gestorven Saoenigeho van Bawamataloea Nias TMnr 1000095b.jpg|thumb|left|200 px|Masyarakat di pulau [[Nias]] di [[Indonesia]] tengah memindahkan sebuah megalit ke kawasan pembangunan, sekitar tahun 1915.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Monolithen in Toraja TMnr 10005152.jpg|thumb|200 px|right|Monolitik [[Toraja]] sekitar tahun 1935.]]
 
==== Tradisi Megalitik ====
[[Nusantara]] adalah rumah bagi banyak situs [[megalitik]] bangsa Austronesia pada masa lalu hingga masa kini. Beberapa struktur megalitik telah ditemukan, misalnya [[menhir]], [[dolmen]], meja batu, patung nenek moyang, dan [[piramida berundak]] yang lazim disebut ''Punden Berundak''. Struktur megalitik ini ditemukan di [[Jawa]], [[Sumatera]], [[Sulawesi]], dan [[Kepulauan Sunda Kecil]].
{{utama|Tradisi megalitik}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Het verslepen van de steen 'Darodaro' voor de gestorven Saoenigeho van Bawamataloea Nias TMnr 1000095b.jpg|thumbjmpl|leftkiri|200 px|Masyarakat di pulau [[Nias]] di [[Indonesia]] tengah memindahkan sebuah megalit ke kawasan pembangunan, sekitar tahun 1915.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Monolithen in Toraja TMnr 10005152.jpg|thumbjmpl|200 px|rightka|Monolitik [[Toraja]] sekitar tahun 1935.]]
 
[[Nusantara]] adalah rumah bagi banyak situs [[megalitik]] bangsa Austronesia pada masa lalu hingga masa kini. Beberapa struktur megalitik telah ditemukan, misalnya [[menhir]], [[dolmen]], meja batu, patung nenek moyang, dan [[piramida berundak]] yang lazim disebut ''Punden Berundak''. Struktur megalitik ini ditemukan di [[Jawa]], [[SumateraSumatra]], [[Sulawesi]], dan [[Kepulauan Sunda Kecil]].
Punden berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Pagguyangan, Cisolok dan Gunung Padang, [[Jawa Barat]]. Situs megalitik Cibuntu Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Candi [[Borobudur]] dari abad ke-8 dan candi [[Sukuh]] dari abad ke-15 tak ubahnya adalah struktur punden berundak.
 
Punden berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Paguyangan, Cisolok dan Gunung Padang, [[Jawa Barat]].<ref>{{Cite journal|last=Sutarman|first=Sutarman|date=November 2016|title=Gunung Padang Cianjur : Pelestarian Situs Megalitikum Terbesar Warisan Dunia|url=http://eprints.ummi.ac.id/20/2/GUNUNG%20PADANG%20CIANJUR%20%20PELESTARIAN%20SITUS%20MEGALITIKUM%20TERBESAR%20WARISAN%20DUNIA%20%20.pdf|journal=Jurnal Surya : Seri Pengabdian kepada Masyarakat|volume=2|issue=1|pages=58|doi=}}</ref> Situs megalitik Cipari yang juga ditemukan di Jawa Barat menunjukkan struktur monolit, teras batu, dan [[sarkofagus]].<ref>[http://www.sunda.org/SundaClippings/Word_Clippings/img026.doc] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303171034/http://www.sunda.org/SundaClippings/Word_Clippings/img026.doc|date=2016-03-03}}|Cipari archaeological park discloses prehistoric life in West Java.</ref> Punden berundak ini dianggap sebagai strukstur asli Nusantara dan merupakan rancangan dasar bangunan [[candi]] pada zaman kerajaan Hindu-Buddha Nusantara setelah penduduk lokal menerima pengaruh peradaban Hindu-Buddha dari India. Candi [[Borobudur]] dari abad ke-8 dan candi [[Sukuh]] dari abad ke-15 tak ubahnya adalah struktur punden berundak.
Di [[Taman Nasional Lore Lindu]], [[Sulawesi Tengah]], ditemukan beberapa relik megalitik yang menampilkan patung nenek moyang. Kebanyakan terletak di lembah Bada, Besoa, dan Napu.<ref>[http://www.toraja-sulawesi.com/lore-lindu.html]|Lore Lindu National Park, Central Sulawesi.</ref>
 
Di [[Taman Nasional Lore Lindu]], [[Sulawesi Tengah]], ditemukan beberapa relik megalitik yang menampilkan patung nenek moyang. Kebanyakan terletak di lembah Bada, Besoa, dan Napu.<ref>[http://www.toraja-sulawesi.com/lore-lindu.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100223085745/http://www.toraja-sulawesi.com/lore-lindu.html|date=2010-02-23}}|Lore Lindu National Park, Central Sulawesi.</ref>
Tradisi megalitik yang hidup tetap bertahan di [[Nias]], pulau yang terisolasi di lepas pantai barat Sumatera, Kebudayaan [[Batak]] di pedalaman Sumatera Utara, pulau [[Sumba]] di [[Nusa Tenggara Timur]], serta kebudayaan [[Toraja]] di pedalaman Sulawesi Selatan. Tradisi megalitik ini tetap bertahan, terisolasi, dan tak terusik hingga akhir abad ke-19.
 
Tradisi megalitik yang hidup tetap bertahan di [[Nias]], pulau yang terisolasi di lepas pantai barat SumateraSumatra, Kebudayaan [[Batak]] di pedalaman Sumatera Utara, pulau [[Sumba]] di [[Nusa Tenggara Timur]], serta kebudayaan [[Toraja]] di pedalaman Sulawesi Selatan.<ref>{{Cite journal|last=Koestoro|first=Lucas|date=2 Maret 2016|title=Geologi Situs Bawömataluö, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara|url=https://media.neliti.com/media/publications/197081-ID-geologi-situs-bawomataluo-kecamatan-fana.pdf|journal=Berkala Arkeologi Sangkhakala|volume=19|issue=1|pages=54-55|doi=}}</ref> Tradisi megalitik ini tetap bertahan, terisolasi, dan tak terusik hingga akhir abad ke-19.
=== Zaman Perunggu===
Kebudayaan [[Dong Son]] menyebar ke Indonesia membawa teknik peleburan dan pembuatan alat logam perunggu, pertanian padi lahan basah, ritual pengorbanan kerbau, praktik megalitik, dan [[tenun ikat]]. Praktik tradisi ini ditemukan di masyarakat Batak dan Toraja serta beberapa pulau di Nusa Tenggara. Artifak peradaban ini adalah gendang perunggu [[Nekara]] yang ditemukan di seantore Nusantara serta kapak perunggu upacara.kufvg
 
=== Zaman Perunggu ===
==Sistem kepercayaan==
Kebudayaan [[Kebudayaan Dongson|Dong Son]] menyebar ke Indonesia membawa teknik peleburan dan pembuatan alat logam perunggu, pertanian padi lahan basah, ritual pengorbanan kerbau, praktik megalitik, dan [[tenun ikat]]. Praktik tradisi ini ditemukan di masyarakat Batak, Toraja serta beberapa pulau di Nusa Tenggara dan Bali.<ref>{{Cite journal|last=Suprapta|first=Blasius|date=2016|title=Prasejarah Indonesia Dalam Konteks Perkembangan Prasejarah Asia Tenggara: Kajian Arkeologi Pos-Prosesual Perspektif Strukturalisme Levi-Strauss|url=http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/download/1520/815|journal=Jurnal Sejarah dan Budaya|volume=10|issue=2|pages=140|doi=10.17977/um020v10i22016p131}}</ref> Artifak peradaban ini berupa kapak perunggu untuk upacara dan gendang perunggu [[Nekara]] yang ditemukan di wilayah nusantara.<ref>{{Cite journal|last=Wijaya|first=Hanny|date=April 2013|title=Nekara: Peninggalan Seni Budaya dari Zaman Perunggu|url=https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/download/3431/2817|journal=HUMANIORA|volume=4|issue=1|pages=220|doi=10.21512/humaniora.v4i1.3431}}</ref>
Warga Indonesia purba adalah penganut [[animisme]] dan [[dinamisme]] yang memuliakan roh alam dan roh nenek moyang. Arwah Leluhur yang telah meninggal dunia dipercaya masih memiliki kekuatan spiritual dan mempengaruhi kehidupan keturunannya. Pemuliaan terhadap arwah nenek moyang menyebar luas di masyarakat kepulauan Nusantara, mulai dari masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Pemuliaan ini misalnya diwujudkan dalam upacara sukuran panen yang memanggil roh dewata pertanian, hingga upacara kematian dan pemakaman yang rumit untuk mempersiapkan dan mengantar arwah orang yang baru meninggal menuju alam nenek moyang. Kuasa spiritual tak kasat mata ini dikenali sebagai [[hyang]] di Jawa dan Bali dan hingga kini masih dimuliakan dalam agama Hindu Dharma Bali.
 
==Penghidupan= Zaman Besi ===
Zaman Besi adalah periode akhir dari tiga zaman yang mengklasifikasikan masa prasejarah manusia. Perkakas pada Zaman Besi seperi Pedang, Tombak dan alat pertanian sebenarnya tidak sama pada Zaman Perunggu. Alih-alih berbasis pada suku-suku, Kerajaan sudah mulai terbentuk pada zaman ini yang disertai dengan berbagai penaklukan. Pada zaman besi pertanian dan perternakan sudah berkembang. Rakyat sudah mulai membudidayakan berbagai macam tanaman sekaligus hewan ternak. Zaman Besi berahir pada abad ke-4 SM di sebagian besar dunia dengan penganut kepercayaan animisme<ref>https://www.amazine.co/25233/apa-itu-zaman-besi-fakta-sejarah-informasi-lainnya/</ref>.
 
== Sistem kepercayaan ==
Warga Indonesia purba adalah penganut [[animisme]] dan [[dinamisme]] yang memuliakan roh alam dan roh nenek moyang. Arwah Leluhur yang telah meninggal dunia dipercaya masih memiliki kekuatan spiritual dan mempengaruhi kehidupan keturunannya. Pemuliaan terhadap arwah nenek moyang menyebar luas di masyarakat kepulauan Nusantara, mulai dari masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Pemuliaan ini misalnya diwujudkan dalam upacara sukuran panen yang memanggil roh dewata pertanian, hingga upacara kematian dan pemakaman yang rumit untuk mempersiapkan dan mengantar arwah orang yang baru meninggal menuju alam nenek moyang. Kuasa spiritual tak kasat matakasatmata ini dikenali sebagai [[hyang]] di Jawa dan Bali dan hingga kini masih dimuliakan dalam agama Hindu Dharma Bali.
 
== Penghidupan ==
Mata pencaharian dan penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia berkisar antara kehidupan berburu dan meramu masyarakat hutan, hingga kehidupan pertanian yang rumit, dengan kemampuan bercocok tanam padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga mampu membuat kerajinan tenun dan tembikar.
 
Kondisi pertanian yang ideal memungkinkan upaya bercocok tanam padi lahan basah (sawah) mulai berkembang sekitar abad ke-8 SM.<ref>
{{cite book |last=Taylor |first=Jean Gelman |authorlink= |coauthors= |title=Indonesia |publisher=Yale University Press |date= |location=New Haven and London |pages=8–9 |url= |doi= |isbn=0-300-10518-5}}</ref><!--BCE is correct, not CE!--> memungkinkan desa dan kota kecil mulai berkembang pada abad pertama Masehi. Kerajaan ini yang lebih mirip kumpulan kampung yang tunduk kepada seorang kepala suku, berkembang dengan kesatuan suku bangsa dan sistem kepercayaan mereka. Iklim tropis Jawa dengan curah hujan yang cukup banyak dan tanah vulkanik memungkinkan pertanian padi sawah berkembang subur. Sistem sawah membutuhkan masyarakat yang terorganisasi dengan baik dibandingkan dengan sistem padi lahan kering (ladang) yang lebih sederhana sehingga tidak memerlukan sistem sosial yang rumit untuk mendukungnya.
 
[[Kebudayaan Buni]] berupa budaya tembikar berkembang di pantai utara Jawa Barat dan Banten sekitar 400 SM hingga 100 M.<ref name="Zahorka-2007">
{{cite book| last = Zahorka| first = Herwig| publisher = Yayasan cipta Loka Caraka| title = The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory| date =| year = 2007| url =| accessdate =}}</ref> Kebudayaan Buni mungkin merupakan pendahulu kerajaan [[Tarumanagara]], salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang menghasilkan banyak [[prasasti]] yang menandai awal berlangsungnya periode sejarah di pulau Jawa.
 
== Peninggalan masa prasejarah ==
Baris 78 ⟶ 79:
 
Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:
* Situs [[Batu Brak]], [[Liwa]], [[Sumatra]].
* Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan
* Lembah Sangiran, sekarang menjadi [[Sangiran|Taman Purbakala Sangiran]]
* Situs Purbakala Wajak, Tulungagung
* [[Liang Bua]], Pulau Flores
* Gua Leang-leang, Sulawesi
* [[Situs Gua Perbukitan Sangkulirang]], [[Kutai Timur]]
* [[Situs Pasemah]] di Pagaralam Sumatera SelatanLampung
* [[Situs Cibedug]], [[Banten]]<ref>[http://indocropcircles.wordpress.com/2012/05/31/wah-ada-lagi-situs-megalitikum-ketiga-di-cibedug-banten/ Ada Lagi Situs Megalitikum, Kali Ini di Cibedug Banten]</ref>
* Situs Pangguyangan, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat
Baris 91 ⟶ 93:
* [[Situs Gunungpadang]], [[Cianjur]], [[Jawa Barat]]
* [[Situs Gunungpadang Cilacap]], [[Cilacap]], [[Jawa Tengah]]<ref>[http://indocropcircles.wordpress.com/2012/05/29/gunung-padang-cilacap/ Ada Lagi Mirip “Gunung Padang” di Cilacap]</ref>
* [[Situs Dusun Mbolu]], [[Desa Ngepo]], [[Kecamatan Tanggunggunung]], [[Kabupaten Tulungagung]], [[Jawa TengahTimur]]<ref>[http://indocropcircles.wordpress.com/2012/04/16/ratusan-fosil-purba-berusia-40-ribu-tahun-ditemukan-di-tulungagung/ Ratusan Fosil Purba Berusia 40.000 SM Ditemukan di Tulungagung]</ref>
* [[Situs Gilimanuk]], [[Jembrana]], [[Bali]]
* [[Situs Desa Keramas]], [[Kecamatan Blahbatuh]], [[Gianyar]], [[Bali]]<ref>[http://indocropcircles.wordpress.com/2012/02/08/ditemukan-benda-purbakala-sarkofagus-rangka-manusia-megalitikum-di-bali/ Ditemukan Benda Purbakala Sarkofagus & Rangka Manusia Megalitikum di Bali]</ref>
* Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM)<ref name="Papua Kaya Situs Arkeologi Kuno">[http://oase.kompas.com/read/xml/2009/04/17/02375458/papua.kaya.situs.arkeologi.kuno Papua Kaya Situs Arkeologi Kuno] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090420074850/http://oase.kompas.com/read/xml/2009/04/17/02375458/papua.kaya.situs.arkeologi.kuno |date=2009-04-20 }}. Kompas daring. Edisi 17-04-2009.</ref>
* Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat
* [[Situs Tutari]], Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum)<ref>[http://oase.kompas.com/read/xml/2009/04/17/02375458/papua.kaya.situs.arkeologi.kuno name="Papua Kaya Situs Arkeologi Kuno]. Kompas daring. Edisi 17-04-2009.<"/ref>
* [[Gua Babi]] di Gunung Batu Buli, desa Randu, [[Muara Uya, Tabalong]]
 
== Catatan kaki ==
 
{{reflist}}
 
== Daftar Pustaka ==
{{refbegin|1}}
* {{cite book|title=A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation|url=https://archive.org/details/briefhistoryofin0000hann|last=Hannigan|first=Tim|publisher=TUTTLE Publishing|year=2015|isbn=9781462917167|location=Tokyo; Vermont: Singapore|ref={{sfnref|Hannigan|2015}}|url-status=live}}
* {{cite book|title=A Short History of Indonesia: The Unlikely Nation?|url=https://archive.org/details/shorthistoryofin0000brow|last=Brown Colin|first=|publisher=Allen&Unwin|year=2003|isbn=9781865088389|location=Australia|ref={{sfnref|Brown|2003}}|url-status=live}}
 
== Pranala luar ==
* P. M. Alhamidi [http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-%E2%80%9Catlantis-nusantara%E2%80%9D/ Kerajaan Kandis "Atlantis Nusantara": Antara Cerita dan Fakta (Sebuah HipotesaHipotesis Lokasi Awal Peradaban di Indonesia)]. Makalah Seminar.
* [http://kenedinurhan.blogspot.com/2008/01/arkeologi_4229.html Kenedi Nurhan. Memburu Jejak Manusia Purba di Tepi Kali Baksoka. Mirror dari Artikel di Kompas daring Edisi 8 Desember 2000]
 
{{indo-sejarah-stub}}
{{Topik Indonesia}}