Babakan, Ciwaringin, Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zainul hakim (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
memperjelas konteks kalimat
 
(32 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tempat lain|Babakan}}'''Babakan''' adalah sebuah [[desa]] yang terletak di [[Ciwaringin, Cirebon|Kecamatan Ciwaringin]], [[Kabupaten Cirebon]], [[Jawa Barat|Provinsi Jawa Barat]], [[Indonesia]].
 
== Sejarah ==
== <big>Asal - Usul Desa Babakan Ciwaringin Cirebon</big> ==
{{desa
KI GEDE LEMAH ABANG dari Indramayu yang terkenal dengan kesaktiannya, sedang memanggul pohon jati yang sangat besar dari daerah Gunung Galunggung untuk membantu pendirian masjid di Cirebon. Di tengah perjalanan ia dihadang seekor macan putih yang langsung menyerangnya untuk merebut pohon jati dari panggulannya. Melihat seekor macan putih yang ingin merebut pohon jati dari panggulannya, Ki Gede Lemahabang tidak tinggal diam. Dengan sekuat tenaga ia mempertahankan jati yang dipanggulnya itu jangan sampai berpindah tangan.
|peta =
|nama = Babakan
|provinsi = Jawa Barat
|dati2 = Kabupaten
|nama dati2 = Cirebon
|kecamatan = Ciwaringin
|kode pos = 45167
|luas = ±174,175 Ha
|penduduk = ± 4.748
|kepadatan = -
}}
 
Babakan adalah nama sebuah pecantilan, yang pada waktu itu masyarakat mengenalnya dengan nama padukuan. Tempat kepemerintahannya berada di Desa Budur. Tetapi walaupun Babakan hanya sebuah padukuan, namanya lebih dikenal masyarakat luas dibandingkan dengan nama Budur yang menjadi desanya.
Terjadilah perebutan pohon jati antara Ki Gede Lemahabang dengan seekor macan putih yang sebenarnya adalah jelmaan Ki Kuwu Cerbon. Tujuan Ki Kuwu menghadang perjalanan Ki Gede Lemahabang, agar pohon jati tersebut jangan terlalu cepat sampai ke Cirebon. Jika hal itu terjadi, maka ilmu kewalian harus diajarkan kepada para santri yang belum memenuhi syarat untuk menerima ilmu tersebut.
Perebutan pohon jati itu membuat suasana di tempat itu sangat mengerikan. Kedua makhluk itu saling mengeluarkan ilmu kesaktian, sehingga menimbulkan prahara dan di sekelilingnya banyak pohon yang tumbang. Pepohonan yang tumbang itu seperti terbabak benda tajam. Daerah tempat terjadinya peristiwa itu kemudian dijadikan nama sebuah pedukuhan Babakan.
Waktu terus berlalu, rupanya kesaktian Ki Gede Lemahabang berada di bawah kesaktian Ki Kuwu Cerbon yang berwujud macan putih. Dia tidak sanggup lagi mempertahankan apa yang di panggulnya. Pohon jati itu hilang dalam panggulannya, bersamaan dengan hilangnya macan putih yang menghalang-halangi perjalanannya.
Kini pedukuhan Babakan telah berubah menjadi Desa Babakan dalam wilayah Kecamatan Ciwaringin. Desa Babakan terletak di ujung sebelah barat, merupakan daerah perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Kabupaten Majalengka.
Menginjak tahun 1705, seorang pengembara yang selalu menyebarkan agama Islam bernama Syekh Hasanudin bin Abdul Latif berasal dari Kajen Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon datang di pedukuhan Babakan. Di Pedukuhan Babakan Syekh Hasanudin membangun sebuah mushala kecil. Di depan mushalahnya ada dua pohon jati yang sangat besar. Untuk kehidupan sehari-harinya Syekh Hasanudin bertanam palawija di sekitar tempat itu.
Dalam menyiarkan agama Islam, Syekh Hasanudin banyak mendapat rintangan, ejekan, cercaan, dan tantangan dari beberapa daerah di sekitarnya seperti dari Desa Budur, Pedukuhan Jati Gentong, Pedukuhan Tangkil yang ada di bawah kekuasaan Ki Gede Brajanata yang tidak mau masuk Islam. Tantangan tersebut bahkan datang dari Pedukuhan Babakan itu sendiri, namun semua rintangan itu tidak menyurutkan tekad Syekh Hasanudin menyebarkan agama Islam.
Pada usianya yang telah tua, Ki Gede Brajanata meninggal dunia. Sepeninggal Ki Gede Brajanata, penyebaran agama Islam yang dilakukan Syekh Hasanudin mengalami kemajuan. Telah banyak masyarakat yang mau memeluk agama Islam dan memperdalam ilmu syariat Islam. Walau masih banyak pengikut-pengikut Ki Gede Brajanata yang terus menentangnya tidak menjadi pengahalang yang berarti bagi Syekh Hasanudin untuknterus berjuang. Mushala yang kecil itu sudah tidak bisa lagi menampung orang-orang yang ingin belajar ilmu. Para santri bersepakat untuk membangun lagi mushala yang lebih besar.
Pada saat membangun mushala itulah para santri memberi julukan kepada Syekh Hasanudin sebagai gurunya dengan panggilan Ki Jatira, karena kebiasaan gurunya itu beristirahat di depan mushala di bawah dua pohon jati yang besar. Jati = pohon jati, dan ra = loro (dua).
Nama Ki Jatira menjadi terkenal sampai ke pusat ajaran Islam yang ada di Amparanjati, Gunung Sembung. Begitu pula nama Ki Jatira yang mengajarkan ilmu agama Islam dan ilmu kanuragan terdengar oleh pihak Belanda, yang dianggapanya akan membahayakan kekuasaanya di Cirebon.
Pada tahun 1718, serdadu belanda datang dan menyerang padepokan Ki Jatira di Pedukuhan Babakan. Serangan itu mendapat perlawanan yang sengit dari para santri. Karena peperangan itu tidak seimbang, akhirnya para santri dapat dikalahkan dan padepokan Ki Jatira dihancurkan dibakar habis. Peristiwa itu dikenal dengan nama Perang Ki Jatira, yang banyak mengorbankan para santri, tewas sebagai syuhada. Ki Jatira sendiri dapat diselamatkan oleh muridnya dan dibawa ke Desa Kajen.
Pada tahun 1721, Ki Jatira datang lagi ke pedukuhan Babakan untuk meneruskan syiar Islamnya. Kedatangannya itu disambut gembira oleh masyarakat, kemudian tahun 1722 Ki Jatira bersama-sama masyarakat membangun kembali padepokan yang telah hancur itu. Tempatnya dipindahkan ± 400 m ke sebelah selatan dari padepokan yang lama.
 
Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk padukuan, masyarakat padukuan merasa sudah cukup mampu untuk mengurus masalah kepemerintahannya sendiri, yang selama ini ada di bawah kepemerintahan Desa Budur.
Ketenaran dan keharuman nama Ki Jatira yang mengajarkan ilmu agama Islam dan ilmu kanuragan, tercium lagi oleh Belanda. Pada tahun 1751 serdadu Belanda kembali menyerang padepokan Ki Jatira. Akan tetapi sebelumnya, rencana Belanda tersebut sudah di ketahui oleh Ki Jatira. Sehingga sebelum penjajah itu datang untuk menyerang padepokan, terlebih dahulu Ki Jatira membubarkan para santrinya dan Ki Jatira sendiri mengungsi ke Desa Kajen, menunggu situasi aman. Setibanya para serdadu Belanda di padepokan Ki Jatira telah kosong tidak ada penghuninya. Untuk kedua kalinya padepokan Ki Jatira dibakar oleh serdadu Belanda.
Dalam pengungsiannya, Ki Jatira terserang penyakit pada usianya yang telah uzur. Pada waktu sakit, beliau berpesan kepada keponakannya yang sekaligus menantunya bernama Nawawi untuk datang ke Pedukuhan Babakan meneruskan perjuangannya. Pada tahun 1753 Ki Jatira wafat dan dimakamkan di Desa kelahirannya sendiri yaitu Desa Kajen Kecamatan Plumbon.
Tahun 1756, Ki Nawawi membangun sebuah mushala panggung yang sangat besar, bentuknya menyerupai masjid. Jaraknya ± 300 m ke arah selatan dari padepokan Ki Jatira yang kedua.
Tahun 1810, pada periode cucu Ki Nawawi bernama Ki Ismail, para santri mulai membangun tempatnya masing-masing yang dikenal dengan nama Pondokgede. Ki Ismail wafat tahun 1916, pengasuh Pondokgede diteruskan oleh keponakannya yang juga menantunya bernama Kiai Muhamad Amin bin Irsyad, yang dikenal dengan sebutan Ki Amin Sepuh berasal dari Desa Mijahan Kecamatan Plumbon. Pada masa itu Pondokgede mencapai masa keemasan. Mushala yang dibangun Ki Nawawi pada tahun 1769 resmi dijadikan masjid. Pondokgede akhirnya dikenal dengan nama Pondok Pesantren Raudlatultholibin.
Tahun 1952, pada masa agresi Belanda ke-2, Pondokgede saat diasuh Ki Amin Sepuh diserang kembali oleh Belanda. Kitab suci dan kitab-kitab lain diobrak-abrik serta dibakar. Para santri bersama Ki Amin Sepuh dan seluruh keluarganya mengungsi.
Dua tahun kemudian yaitu tahun 1954, Kiai Sanusi salah seorang santri Ki Amin Sepuh datang ke Pondokgede dan menata kembali bangunan dan sisa-sisa kitab yang dibakar, sehingga bangunan dan halaman Nampak rapih kembali, tahun 1955 Ki Amin Sepuh datang kembali ke Pondokgede diikuti oleh para santrinya untuk melanjutkan pembelajaran agama Islam, sampai wafatnya pada tahun 1972.
 
Masyarakat Padukuan Babakan berkeinginan untuk memilih pemimpin padukuan dari putra daerahnya sendiri. Yang tujuannya yaitu agar supaya lebih mengupayakan perbaikan ekonomi, melindungi keamanan dan keadilan yang selama dalam pemerintahan Desa Budur terasa terabaikan.
Setelah wafatnya Ki Sanusi pada tahun 1986, pengasuh pondok dilanjutkan oleh Ki H. Fuad Amin sampai tahun 1997. Dilanjutkan oleh K.H. Abdullah Amin sampai tahun 1999. Ki Bisri Amin mengasuh pondok hanya setahun yaitu dari tahun 1999 – 2000. Kini Pondok Pesantren di asuh oleh K.H. Azhari Amin dan K.H. Zuhri Affif Amin, keduanya adalah putra K.H. Amin Sepuh. Beliau berdua bekerja keras untuk meningkatkan pendidikan agama Islam, juga pendidikan umum lainnya diterapkan kepada para santrinya untuk bekal hidupnya di dunia dan akhirat.
 
Semula Babakan hanya daerah pedukuhan yang merupakan cantilan dari Desa Budur. Atas kehendak masyarakat, pada tahun 1773 memisahkan diri dari Desa Budur menjadi desa yang mandiri, yaitu Desa Babakan. Kuwu yang pertama adalah Surmi dari tahun 1798 – 1830.
Dengan tekad yang bulat, keinginan masyarakat Padukuan Babakan itu dikabulkan oleh Allah SWT. Orang yang pertama yang disetujui dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin padukuan itu adalah '''Surmi'''. Dan selanjutnya Surmi bersama-sama dengan tokoh masyarakat, mengubah nama Padukuan Babakan menjadi Desa Babakan. Dan sekaligus Surmi adalah orang pertama yang menjadi Kuwu di Desa Babakan. Itu terjadi sekitar tahun 1773.
Nama-nama kuwu Desa Babakan, yaitu :
 
1. Surmi : 1798 – 1830
Kuwu Surmi yang diharapkan oleh masyarakat Desa Babakan tidak bisa berbuat banyak, karena kekuasaannya dibawah kendali pemerintah penjajah. Pada waktu itu masyarakat dilanda kelaparan, perampokan dan perampasan hakpun sering terjadi di dalam masyarakat. Semua itu terjadi demi untuk mempertahankan hidupnya masing-masing.
2. Retimah : 1830 – 1879
 
3. Siban / Badak : 1879 – 1911
Enam puluh tiga tahun telah berlalu. Kuwu Surmi merasa tidak sanggup lagi menjalankan urusan kepemerintahan desa. Dan dia mengembalikan lagi kepercayaan yang diberikan kepadanya kepada masyarakat, untuk memilih calon pengganti dirinya yang sudah sangat tua. Dan akhirnya masyarakat Desa Babakan mengadakan pemilihan Kepala Desa untuk menggantikan Kuwu Surmi.
4. Parta : 1911 – 1946
 
5. Asmari : 1946 – 1949
Dalam pemilihan kuwu kedua Desa Babakan, masyarakat Desa Babakan yang terpilih menjadi Kuwu Desa Babakan pada waktu itu adalah '''Retimah''' . Dia menjadi kuwu selam 32 tahun, yaitu mulai tahun 1830 sampai tahun 1879.
6. Murlakim / Taklek : 1949 – 1962
 
7. Asmu’I Rofiqi : 1962 – 1980
Sepeninggalnya Kuwu Retimah, masyarakat Desa babakan mengangkat Siban untuk menjadi kuwu Desa Babakan yang ketiga dengan cara pemilihan uwi-uwian (dengan cara banyak-banyakan orang yang berdiri di belakang calon), dan nama '''Kuwu Siban''' lebih dikenal dengan nama '''Kuwu Badak'''. Masa kepemerintahan Kuwu Badak mulai tahun 1879 sampai tahun 1911.
8. Murita : 1985 – 1995
 
9. Syatori Yusuf : 1995 – 2003
Setelah Kuwu Siban/ Kuwu Badak tidak sanggup lagi untuk menjalankan roda kepemerintahan desanya, masyarakat desa memilih lagi pengantinya. Dan dalam pemilihan Kepada Desa yang keempat itu, masyarakat Desa Babakan yang terpilih adalah Parta. Masa kepemerintahan kuwu '''Parta''' mulai tahun 1911 sampai tahun 1946.
10. Moh. Qosim Hanafie : 2003 – sekarang
 
Sepeninggalnya Kuwu Parta, masyarakat Desa Babakan mengadakan pemilihan Kepala Desa lagi dengan cara memasukkan biting/ lidi ke dalam bumbung/ kotak. Siapa yang mendapat biting/ lidi yang banyak, dialah yang menjadi Kuwu Desa Babakan. Pada waktu itu ada dua calon kuwu yaitu Asmari Bin Kuwu Parta dengan Asror/ Bapak Asral orang Karangsembung yang menjadi menantu Kiyai Ali Babakan. Dan pada pemilihan Kuwu Desa Babakan yang kelima itu dimenangkan oleh '''Asmari Bin Kuwu Parta''' dengan perolehan suara selisih tiga biting/ lidi. Masa kepemerintahan Kuwu Asmari mulai tahun 1946 sampai tahun 1949.
Setelah Kuwu Asmari meninggal dunia pada tahun 1949 yang dibunuh oleh gerombolan, masyarakat Desa Babakan mengadakan pemilihan Kuwu untuk yang keenam kalinya. Dan pada pemilihan waktu itu dimenangkan oleh '''Murtaqim''' lebih dikenal dengan nama Kuwu '''Taklek''', yang garis keluarganya sampai pada Kuwu Badak. Masa kepemerintahannya sampai dengan tahun 1962.
 
Pada tahun 1962, masyarakat Desa Babakan mengadakan pemilihan Kepala Desa yang ketujuh. Pada waktu itu Asmu’i Rofiqi yang didukung oleh kalangan pesantren mengalahkan Sukijah. '''Kuwu Asmu’I Rofiqi''' yang garis keluarganya sampai pada Kuwu Badak memegang tampuk kepemerintahnya sampai dengan tahun 1980.
Setelah Kuwu Asmu’i Rofiqi meletakkan jabatannya sebagai Kepala Desa, karena pada waktu itu mulai diadakan pembatasan masa jabatan. Desa Babakan mengalami kekosongan Kepala Desa selama lima tahun. Untuk menjalankan roda kepemerintahan , posisi Kepala Desa sementara dijabat oleh '''Ismail Bin Madari''' selama tiga tahun, tepatnya mulai tahun 1980 sampai tahun 1983. Dan yang dua tahunnya dijabat oleh Markino, yaitu mulai tahun 1983 sampai tahun 1985.
Pada tahun 1985, masyarakat Desa Babakan untuk yang kedelapan kalinya memilih Kepala Desa secara demokrasi. Dalam pemilihan pada waktu itu '''Murita''' terpilih menjadi Kuwu. Masa jabatannya mulai tahun 1985 sampai dengan tahun 1995, termasuk masa jabatan yang dibatasi selama sepuluh tahun.
Kuwu Murita yang masih dari garis keturunan keluarga Kuwu Badak, Dan pada tahun 1995 dia mencalonkan lagi untuk dipilih kembali oleh masyarakat. Tetapi sayang impian Kuwu Murita itu tidak terwujud, karena dia dikalahkan oleh '''Syatori''' yang menjadi lawan dalam pemilihan Kepala Desa pada waktu itu. Syatori yang menjadi Kuwu Desa Babakan yang kesembilan adalah cucu tiri dari Kuwu Parta. Masa jabatannya mulai tahun 1995 sampai dengan 2003.
Sehubungan dengan berakhirnya masa jabatan Kuwu Syatori, masyarakat Desa Babakan kembali mencari calon pemimpin . Pada tahun 2003, tim penjaring dan penyaring calon Kepala Desa Babakan akhirnya mendapatkan dua orang calon yang dianggap pantas untuk dijagokan dalam pemilihan Kepala Desa Babakan yang kesepuluh. Dalam pemilihan kali ini, '''Mohamad Qosim Bin H. Hanafie Bin H. Ilyas Bin Kuwu Parta''' mengalahkan Zaenuddin Bin Manan menantu dari KH. Haririe, dengan perolehan selisih suara yang cukup mutlak.
Seiring berakhirnya jabatan Kuwu Syatori, maka pada tahun 2003 diadakan pemilihan kuwu untuk kesepuluh kalinya. Pada tahun ini, bersaing dua orang calon yaitu Moh. Qosim bin H. Hanafi yang merupakan cicit dari Kuwu Parta. Hasil pemilihan menempatkan Moh. Qosim sebagai pemenang. Beliau adalah kuwu pertama pasca reformasi. Bahkan karena aturan yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon memberikan kesempatan kepadanya untuk memimpin selama 10 tahun di era reformasi. Karena setelah itu, berdasarkan undang-undang masa jabatan kuwu dibatasi hanya 6 tahun. Kuwu Qosim memerintah mulai tahun 2003 dan akan berakhir tahun 2013.
Pada tahun 2013 diadakan pemilihan kuwu yang ke sebelas kalinya, pada tahun 2013 bersaing 4 calon yakni Lis Haryati, Makmuri, Ir. Nasrullah dan Syatori dan dimenangkan oleh '''Ir. Nasrullah.''' Seiring masa berakhirnya jabatan kuwu Ir.Nasrullah beliau meninggal dunia, untuk mengisi kekosongan jabatan kuwu di jabat oleh '''PJS Abas Sirojudin'''. Pada akhir pemerintahan tahun 2019 desa babakan kembali mengadakan pemilihan kuwu yang kedua belas kali dan bersainglah 4 calon kuwu yaitu Asep Saefudin, Senadi Hadiwijaya, Syatori, dan Sayidi. Dan pada pemilihan ini di menangkan oleh '''Syatori''', yang berarti Syatori menjabat sebagai kuwu dua periode yakni pada tahun 1995 – 2003 dan 2019 sampai dengan sekarang. Harapan masyarakat pada Kuwu Desa Babakan yang ke dua belas ini sangat besar untuk perubahan desa babakan yang lebih baik maju. -->
.http://babakanciwaringin.desa.cirebonkab.go.id
 
== Demografi ==
 
=== 1. Letak Geografis ===
Desa Babakan terletak di kecamatan Ciwaringin, kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Desa seluas sekitar ± 174,175 Ha dengan medan datar, dengan luas wilayah pemukiman penduduk sebesar 50 Ha ini, terletak di perbatasan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, berjarak sekitar 30&nbsp;km dari pusat kabupaten Cirebon.
 
Lahan desa Babakan Ciwaringin terbagi atas pemukiman penduduk, sawah dengan irigasi, pekarangan, tegalan, wilayah penggembalaan, kolam tambak dan wilayah kayu-kayuan.
 
hampir semua wilayah terhubung dengan jalan-jalan yang terawat baik. Desa Babakan Ciwaringin memiliki wilayah pemukiman yang cukup padat, sebagian wilayah dapat dicapai melalui gang-gang yang hanya dapat dilewati kendaraan roda dua. Di wilayah RW 02 dan 03 dimana sebagian besar pondok pesantren berdiri, rumah penduduk rapat berdiri berdampingan dengan bangunan-bangunan tinggi pesantren.
 
Desa Babakan yang berpenduduk ± 4.748,- jiwa dan luas ± 174,175 ha, yang terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT). Desa Babakan memiliki perbatasan sebagai berikut :
 
Sebelah Utara : Desa Tangkil Kecamatan Susukan
 
Sebelah Barat : Desa Budur Kec. Ciwaringin
 
Sebelah Selatan : Desa Walahar Kecamatan Gempol
 
Sebalah Timur : Desa Ciwaringin Kec. Ciwaringin/
 
=== 2. Topologi ===
Wilayah desa Babakan Ciwaringin terbagi atas enam Rukun Warga (RW) - atau sering disebut sebagai blok oleh masyarakat setempat - dan empat belas Rukun Tetangga (RT). Ke 6 Rukun Warga tersebar dalam wilayah memanjang dari utara ke selatan dengan pemanfaatan wilayah, selain sebagai pemukiman, sebagai sawah dengan irigasi, pekarangan dan tegalan.
 
Desa Babakan merupakan desa yang berada dilingkup Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.
 
Desa Babakan termasuk desa dengan penghasil beras untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Penduduk Desa Babakan hampir 85% berpenghasilan dari perdagangan dan Buru sebagian tani.
 
Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan
 
Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Babakan bisa digunakan secara produktif, hanya sedikit saja wilayah pertanian yang tidak dipergunakan untuk produksi pertanian'''.'''
 
Tabel Lahan Menurut Jenis Penggunaan
{| class="wikitable"
|
|Sawah (ha)
|
|
|Darat (ha)
| colspan="2" |
|-
|Teknis
|Non Teknis
|Tadah Hujan
|Pemukiman
|Kuburan
|Perkantoran
|Lainnya
|-
|65.00
|20.00
|23,7
|50.00
|2.00
|7,5
|6,5
|}
 
== Keadaan Sosial ==
 
=== Kependudukan ===
Pemukiman penduduk terpadat terdapat di wilayah blok 2 dan blok 3 dimana sebagian besar pesantren terpusat, terutama di blok 2. Sawah, pekarangan dan tegalan lebih banyak terdapat di wilayah blok 5 dan 6, sementara di wilayah blok 1 lebih banyak terdapat industri rumahan jual beli besi dan pabrik pembuatan batu-bata dan genteng. Penyebaran wilayah ini terbentuk dari/dan membentuk karakteristik wilayah dan sumber penghidupan masyarakat yang berbeda-beda.
 
{{Ciwaringin, Cirebon}}
{{Authority control}}