Pakubuwana II: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Tokoh Jawa menggunakan HotCat |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(80 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
|name = Pakubuwana II<br />{{java|ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧒꧇}}
|
|caption
|title
|succession = [[Susuhunan Mataram]]
|moretext = ke-9
|reign
|reign-type = Bertakhta
|predecessor = [[Amangkurat IV|Susuhunan Amangkurat IV]]
|
|successor = [[Amangkurat V|Susuhunan Amangkurat V]]
|succession2 = [[Susuhunan Surakarta]]
|moretext2 = [[ke-1]]
|
|reign-type2 = Bertakhta
|predecessor2=
|
|successor2 = [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]]
|regnal name = ''Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping II in ngari Surakarta Hadiningrat ''
|posthumous name = Sunan Kumbul
|native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
|native_lang1_name1 = ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧒꧇
|house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
|father = [[Amangkurat IV|Susuhunan Amangkurat IV]]
|mother
|birth_name = Raden Mas Prabasuyasa
|birth_date = [[8 Desember]] [[1711]]<br />(Slasa Paing 26 Sawal Alip 1635 AJ)
|birth_place = {{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kartasura, Mataram]]
|death_date = {{Death date and age|1749|12|20|1711|12|8}}
|death_place = {{flagicon image|Flag of Sunanate of Surakarta.svg}} [[Karaton Surakarta]], [[Surakarta Hadiningrat]]
|burial_place = [[Pemakaman Imogiri|Astana Pakubuwanan]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]
|religion = [[Islam]]
|spouses
}}
'''Sri Susuhunan Pakubuwana II''' ({{lang-jv|ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧒꧇|Pakubuwana Kapindho|Pakubuwana Dua}}, dikenal juga sebagai ''Sunan Kombul'' yang lahir pada {{lahirmati|[[Kartasura, Mataram]]|08|12|1711|[[Sala]], [[Surakarta]]|20|12|1749}}) adalah Susuhunan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] kesembilan yang memerintah tahun [[1726]]–[[1742]] dan menjadi Susuhunan pertama [[Kasunanan Surakarta|Surakarta]] yang memerintah tahun [[1745]]–[[1749]], setelah pemberontakan [[Amangkurat V]]. Ia juga merupakan kakak dari [[Pangeran Mangkubumi]] (kemudian bergelar [[Hamengkubuwana I]]) dan paman dari [[Pangeran Sambernyawa]] (kemudian bergelar [[Mangkunagara I]]).
== Silsilah ==
Sunan Pakubuwana II atau Sunan Kumbul memiliki nama asli Raden Mas Prabasuyasa, ia merupakan putra [[Amangkurat IV]] dan Ratu Amangkurat (GKR. Kencana) atau Ratu Mas Kadipaten, seorang permaisuri keturunan [[Sunan Kudus]]. Ia dilahirkan pada tanggal [[8 Desember]] [[1711]].
Raden Mas Prabasuyasa naik takhta sebagai Pakubuwana II pada tanggal [[15 Agustus]] [[1726]] pada usia 15 tahun. Karena masih sangat muda, beberapa tokoh istana bersaing untuk mempengaruhinya. Para pejabat keraton pun terbagi menjadi dua kubu, yaitu golongan yang bersahabat dengan [[VOC]] dipelopori Ratu Amangkurat ([[ibu suri]]) dan golongan anti-[[VOC]] dipelopori Patih Cakrajaya.
== Pemerintahan ==
=== Terusir dari Kartasura ===
[[Cakraningrat IV]], bupati Madura Barat, adalah ipar Pakubuwana II, tetapi membenci pemerintahannya yang dianggapnya bobrok. Ia menawarkan diri membantu [[VOC]] asalkan dibantu lepas dari [[Mataram II|Mataram]]. VOC jelas menerima tawaran menggiurkan itu.
Keadaan pun berbalik. Para pemberontak Tionghoa pimpinan [[Sunan Kuning]] dipukul mundur. Pakubuwana II menyesal telah memusuhi [[VOC]] yang kini unggul setelah dibantu [[Pulau Madura|Madura]]. Perdamaian pun dijalin. Kapten Baron von Hohendorff tiba di [[Kartasura, Mataram|Kartasura]] bulan Maret 1742 sebagai wakil VOC menandatangani perjanjian damai dengan Pakubuwana II.
Perdamaian ini membuat para pemberontak sakit hati. Mereka mengangkat raja baru, yaitu Raden Mas Garendi sebagai [[Amangkurat V]] (juga disebut ''Sunan Kuning'' karena memimpin kaum berkulit kuning), Amangkurat V adalah seorang cucu dari [[Amangkurat III]] yang masih berusia muda. Mayoritas pemberontak kini bukan lagi kaum Tionghoa, melainkan juga pribumi [[Jawa]] yang anti [[VOC]], semakin banyak bergabung.
Pada 18 Juni 1742 Patih Natakusuma ditangkap oleh VOC atas keinginan Pakubuwana II. Patih Natakusuma ditangkap karena diduga secara diam-diam bersekongkol dengan pasukan pemberontak pimpinan Sunan Kuning. Kemudian oleh VOC ia diasingkan ke Sri Lanka. Hal ini memamncing kemarahan para pemberontak yang akhirnya melakukan penyerangan ke Kartasura.<ref>{{Cite journal|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|date=20 September 2021|title=Islam and the Reign of Pakubuwana II, 1726–49|url=https://brill-com.wikipedialibrary.idm.oclc.org/view/book/edcoll/9789004452091/B9789004452091_s018.xml?rskey=aPlmUy&result=13|journal=Islam:Essays on Scripture, Thought and Society|volume=28|pages=237-252}}</ref>
=== Mengungsi ke Ponorogo ===
Pada 30 Juni 1742, tentara Jawa-Tionghoa yang dipimpin [[Raden mas garendi|Raden Mas Garendi]] telah mengalahkan pasukan Pakubuwono II secara total dan langsung menuju ke [[Keraton Kartasura|Kartasura]]. Sang raja berhasil melarikan diri dan hanya dikawal oleh segelintir orang yang setia dan petugas [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]]. Ia kemudian pergi ke [[Keresidenan Madiun|Madiun]] untuk mengumpulkan para pendukungnya dan dari sana melakukan upaya yang sia-sia untuk mendapatkan kembali mahkotanya yang hilang. Putus asa karena bertumpuk-tumpuk kesengsaraan, ia tetap tinggal di sana untuk sementara waktu. Ia kemudian pergi ke [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] untuk bertemu Kiai Ageng Muhammad Besari di [[Tegalsari, Jetis, Ponorogo|Tegalsari]] atas saran kawan-kawannya.{{Sfn|Reinhart|2021|p=335–336}}
Di Tegalsari, Pakubuwono II memohon pada Kiai Ageng untuk menjadi perantara antara dirinya dan [[Allah]] serta berdoa supaya ia mendapatkan kembali takhtanya. Raja juga bersumpah bahwa seumpamanya ia dipulihkan martabatnya sebagai raja, ia akan menjadikan Tegalsari sebagai tempat rujukan belajar [[Islam]] di kerajaannya dan menganugerahkan pengaturan desa kepada Kiai Ageng dan keturunannya, serta mengangkat desa itu sebagai desa perdikan, yaitu desa yang dibebaskan dari [[pajak]], pengiriman [[upeti]], dan kewajiban pelayanan kepada kerajaan.{{Sfn|Reinhart|2021|p=336}}
Pada November 1742, [[Cakraningrat IV]] dari [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]] bersama pasukannya berhasil mengusir Mas Garendi dari Kartasura. [[Kompeni]] kemudian mengangkat kembali Pakubuwono II sebagai raja. Ia pun menepati janjinya pada Kiai Ageng, dengan syarat sang [[kiai]] tetap mengajar ajaran [[Muhammad|Nabi Muhammad]].{{Sfn|Reinhart|2021|p=336–337}}
=== Mendirikan Surakarta ===
Berawal dari peristiwa Geger Pacinan yang melibatkan orang Tionghoa membentuk perlawanan untuk mempertahankan diri, semakin lama pasukan mereka menjadi kuat karena mendapat dukungan dari para bupati pesisir serta mengangkat [[Sunan Kuning]] sebagai raja Mataram dan berhasil menguasai Keraton Kartasura dengan gelar Amangkurat V.
Pakubuwana II beserta keluarganya melarikan diri ke Ponorogo dan meminta bantuan VOC untuk mengusir Amangkurat V dan para pengikutnya dari Keraton Kartasura dan VOC membantu permintaan dari Pakubuwana II untuk mengusir Amangkurat V, usaha ini pun berhasil Pakubuwana II kembali menduduki takhta Mataram.<ref>Ricklefs, M.C. (1998) ''The seen and unseen worlds in Java, 1726–49: History, literature and Islam in the court of Pakubuwana II''. St. Leonards NSW: The Asian Studies Association of Australia in association with Allen and Unwin; Honolulu : The University of Hawai'i Press.</ref>
Menurut kepercayaan Jawa jika sebuah istana kerajaan telah rusak akibat peperangan dianggap sudah tidak memiliki wahyu keprabon lagi. Hal tersebut mengakibatkan Pakubuwana II ingin mendirikan istana baru ke daerah lain yang layak dihuni. Setelah dilakukan pencarian wilayah pengganti Keraton Kartasura akhirnya terpilih desa Sala sebagai lokasi keraton baru. Pada tanggal [[17 Februari]] [[1745]] keraton baru di desa [[Sala]] secara resmi digunakan sebagai pengganti keraton lama, kemudian diberi nama Surakarta.<ref>{{cite journal|title= Abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat tahun 2004-2014|authors= Dani Eko Kristiyanto, Syafruddin Yusuf, Alian Syair|journal= Journal of Indonesian History|volume= 8|number= 2|year= 2019|issn= 2252-6633|url= https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih/article/view/35976}}</ref>
Pada periode selanjutnya di tahun [[1755]] pasca [[Perjanjian Giyanti]] yang disepakati oleh putra dan adik -nya, yaitu [[Pakubuwana III]] dengan [[Pangeran Mangkubumi]], mengakibatkan terbelahnya Mataram menjadi dua kubu antara Pakubuwana III di [[Surakarta]] dan Pangeran Mangkubumi di [[Yogyakarta]]. Setelah perjanjian itu disepakati, Mataram yang semula memiliki pemerintahan tunggal dibawah Pakubuwana III, terbagi menjadi dua poros kerajaan. Peristiwa tersebut ditandai dengan istilah ''Palihan Nagari'' dan menandai berakhirnya kedaulatan Mataram.<ref name=Brown63>{{cite book|last=Brown|first=Colin|year=2003|title=A Short History of Indonesia: The Unlikely Nation?|location=Crows Nest, Australia|publisher=Allen & Unwin|isbn=978-1-86508-838-9|url=https://books.google.com/books?id=uGrIdxXzupYC}}</ref>
== Sayembara ==
[[Berkas:Taman Sari, het waterpaleis, in Djokjakarta KITLV 500403.tiff|jmpl|Pesanggrahan Garjitawati (sekarang [[Taman Sari Yogyakarta]]), didirikan oleh Sunan Kumbul (Pakubuwana II) sebagai tempat istirahat kereta kuda.]]
Posisi [[Cakraningrat IV]] makin kuat. Ia banyak merebut daerah-daerah di timur [[Jawa]] dalam penumpasan Geger Pacinan. Daerah-daerah tersebut ingin diambil alih olehnya, tetapi ditolak VOC.
[[Cakraningrat IV]] pun akhirnya memberontak. VOC secara resmi memerangi bekas sekutunya itu pada [[Februari]] [[1745]]. Beberapa bulan kemudian Cakraningrat IV terdesak dan melarikan diri ke [[Banjarmasin]]. Namun, sultan negeri itu justru menangkap dan menyerahkannya kepada [[VOC]]. Cakraningrat IV akhirnya dibuang ke [[Tanjung Harapan]].<ref>{{cite book|pages=223|title=The History of Java|volume=2|first=Sir Thomas Stamford|last=Raffles|publisher=Printed for Black, Parbury, and Allen, Booksellers to the Hon. East-India Company ... and John Murray|year=1817}}</ref>
Sisa-sisa pendukung pemberontakan Tionghoa yang masih bertahan adalah [[Pangeran Sambernyawa]] putra [[Pangeran Mangkunagara]]. Pakubuwana II mengumumkan sayembara berhadiah tanah Sukawati (sekarang [[Sragen]]), bagi siapa saja yang berhasil merebut daerah itu dari tangan Pangeran Sambernyawa.
[[Pangeran Mangkubumi]] adik dari Pakubuwana II memenangkan sayembara itu pada tahun [[1746]]. Sebelumnya, ia juga pernah ikut terlibat mendukung pemberontakan Tionghoa, tetapi kembali ke Surakarta dan diterima Pakubuwana II. Namun, Patih Pringgalaya membujuk Pakubuwana II supaya tidak menyerahkan tanah Sukawati kepada Pangeran Mangkubumi.
VOC kembali muncul melakukan perannya, [[Baron van Imhoff]] memperkeruh suasana. Ia datang ke [[Surakarta]] mendesak Pakubuwana II agar menyewakan daerah pesisir kepada [[VOC]] dengan harga 20.000 [[real Spanyol]] tiap tahun. Pangeran Mangkubumi menentang hal itu. Terjadilah pertengkaran di mana Baron van Imhoff menghina Pangeran Mangkubumi di depan umum.
Pangeran Mangkubumi sakit hati dan kabur dari [[Surakarta]] dan memilih bergabung dengan pasukan Pangeran Sambernyawa sejak [[Mei]] [[1746]].
== Akhir pemerintahan ==
Pakubuwana II jatuh sakit pada akhir tahun [[1749]]. Baron von Hohendorff, yang kini menjabat gubernur pesisir [[Jawa]] bagian timur, tiba menjenguknya di [[Surakarta]] sebagai saksi [[VOC]] atas jalannya pergantian raja (suksesi). Pakubuwana II bahkan terpaksa menyerahkan kedaulatan Mataram kepada von Hohendorff, akibat api pemberontakan yang tak kunjung padam. Perjanjian pun ditandatangani tanggal [[11 Desember]] [[1749]] sebagai titik awal hilangnya kedaulatan [[Mataram II|Mataram]] ke tangan [[Belanda]].
Pakubuwana II akhirnya meninggal dunia pada tanggal [[20 Desember]] [[1749]], dan digantikan oleh Raden Mas Suryadi, putranya yang bergelar [[Pakubuwana III]]. Pakubuwana III pada pemerintahannya harus dihadapkan pada kaum pemberontak yang dipelopori [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] dan [[Pangeran Sambernyawa]]. Di kemudian hari pada tahun [[1755]], kedua belah pihak antara [[Pakubuwana III]] dan [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] menyepakati isi [[Perjanjian Giyanti]]. Disusul [[Perjanjian Salatiga]] pada tahun [[1757]] yang disepakati oleh ketiga pihak yakni [[Pakubuwana III]], [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] dan [[Pangeran Sambernyawa]].
== Referensi ==
{{reflist}}
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite book|year=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Antara_Lawu_dan_Wilis/EKpNEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|title=Antara Lawu dan Wilis|location=|publisher=[[Kepustakaan Populer Gramedia]]|isbn=978-602-481-644-5|editor-last=Reinhart|editor-first=Christopher|language=Indonesia|ref=harv|authorlink=}}
{{refend}}
== Bacaan lanjut ==
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
* Moedjanto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
*
== Lihat pula ==
* [[Kesultanan Mataram|Kasunanan
* [[Kesunanan Surakarta|Kasunanan
* [[Kadipatèn Mangkunagaran|Kadipatèn Mangkunegaran]]
{{s-start
{{s-hou|[[Wangsa Mataram]]||1711||1749}}
{{s-reg|}}
{{s-bef|before=[[Amangkurat IV|Susuhunan Amangkurat IV]]}}
{{s-ttl|title=[[Susuhunan Mataram]]|years=1726 – 1742}}
{{s-aft|after=[[Amangkurat V|Susuhunan Amangkurat V]]}}
{{s-break}}
{{s-new|reason=''Pendiri Surakarta''}}
{{s-ttl|title=[[Susuhunan Surakarta]]|years=1745 ‒ 1749}}
{{s-aft|after=[[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]]}}
{{s-end}}
{{Authority control}}
{{Pakubuwana}}
<!-- Bantulah wikipedia menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim -->
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort =
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
|tgl_lahir_m = 18
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m = Desember
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1711
|tempat_lahir = Kartasura
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat = Sakit
|tempat_wafat = Surakarta
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m = 20
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m = Desember
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 1749
|tempat_makam =
}}
{{DEFAULTSORT:Pakubuwana 02}}
|