(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{tanpa referensi|date=18 Juli 2012}}
'''Batu Kelenang''' merupakan salah satu peninggalansitus sejarah di Desa [[Sambelia]] Kecamatan Sambelia Kabupaten [[Lombok Timur]] Provinsi [[Nusa Tenggara Barat]] Indonesia. [[Situs]] sejarah ini terletak di bagiansebelah selatan wilayah desa, tepatnya yaitu sekitar 1 km ke arah Barat Daya dari Montong Amak Ayat Dusun GbGubuk Daya. Dari susunan katanya, [[Batu Kelenang]] terdiri atas "batu" yang berarti batu, alam dan "kelenang" yang dalam bahasa setempat berarti Kulintangkulintang. Jadi [[Batu Kelenang]] ini adalah situs peninggalansejarah sejarahyang berupa 3 buah batu yangdengan polanyapola menyerupai alat musik tradisional kulintang.
== Sejarah Kampung ==
Menurut cerita tokoh masyarakatdan sesepuh desa setempat, dahulu wilayah sekitar Batu Kelenang dulunya merupakan lokasi perkampungan yang pertamatertua. NamunKonon karenapernah diserangterjadi "balaq", para penduduk pergi meninggalkanserangan kampung. Waktu itu mereka percayabalaq "balaq" atau sejenis wabah kolera", yang menyebabkan kematian masalmassal. Pada waktu itu masyarakat meyakini sebagai akibat kemarahan bangsa jin, setan dan roh jahat. Sehingga asumsinya dengan menyingkirsolusi kepergi seberangmeninggalkan kampung, kehidupan mereka tidak akan diganggu lagi. Setidaknya begitulahBegitulah cerita yang populer kitayang dengarsering daridiperdengarkan para tetuaTetua adatAdat di Balai Pertemuan, tinimbang versi lain yang mensinyalirmenghubungkan kepindahanperpindahan penduduk karenadengan dikeluarkanoperasi petugas kehutanan. Situs Batu Kelenang juga menggambarkan peradaban masyarakat pada waktu itu. Mungkin kondisinya mirip kehidupan zaman neolitikum dimana masyarakat mengelola sumberdaya alam dan segenap isinya dengan mengolah hutan sebagai ladang, menanam berbagai jenis tanaman, dan memelihara hewan ternak. Mereka hidup menetap dan membangun rumah-rumah dengan cara bergotong royong. Bentuk rumahnya hampir sama dan sangat sederhana karena fungsi utamanya lebih sebagai pelindung dari mara bahaya dan ancaman binatang buas.
Secara tidak langsung situs batu kelenang ini bisa menggambarkan kondisi masyarakat pada waktu itu. Saya membayangkannya mirip dengan kehidupan masyarakat zaman neolitikum. Mereka mengelola sumberdaya alam dengan segenap isinya, antara lain dengan mengolah hutan sebagai ladang, menanam berbagai jenis tanaman dan memelihara hewan ternak. Mereka juga telah hidup menetap dan membangun rumah-rumah sederhana dengan cara bergotong royong. Fungsi rumah lebih sebagai pelindung dari mara bahaya dan ancaman binatang buas.
== Gambaran Tentang Situs ==
Sekitar tahun 1980-an, situs "Batu Kelenang" ini masih utuh berjumlah tiga3 buah. Namun kinisekarang tidak bisa dipastikan apakah masih lengkapada atau tidak. Batu dibagian tengah lebih besar dari kedua batu pengapitnya, dengan susunan mirip kulintang. JikaKalau dipukul secara beraturan bisasuaranya menghasilkan irama layaknyaseperti kulintang., Dulu kalau kebetulan melintasi sekitar tempat itu,dulu saya suka memainkannya. SuaranyaMemang memangsuaranya tidak terlalubegitu nyaring, tetapi apa yang saya lihat dan rasakan di sana cukupauranya memberi kesan kuat bahwa apa yang diceritakan para tetuacerita adatTetua desaAdat itu benar adanya. Lokasi di sekitarnya relatif datar, bervegetasi dominan semak belukar dan pepohonan sejenisjenis lengkukun. Selain keberadaan situs Batu Kelenang, pertanda lokasi ini bekas perkampungan yaituditunjukkan dioleh beberapa tempat bisa ditemukan sisapuing bangunan sepertiberupa serpihan batu bata dan genteng (WG - Warga GampungGampong)