Pierre Tendean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 114.79.1.188 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh EmausBot
Dikembalikan ke revisi 26383713 oleh Glorious Engine (bicara) (kira-kira hikaru)
Tag: Pembatalan
 
(171 revisi perantara oleh 95 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Minahasa|'[[Tendean]]'}}
{{Infobox person
{{hatnote|Untuk halte busway, lihat [[Halte Transjakarta Tendean]]}}
| image = Pierre Tendean.jpg
{{Infobox Officeholder
| caption =
| honorific-prefix = <small>[[Kapten]] [[Zeni|Czi.]] ([[Anumerta]])</small>
| birth_date = {{birth date|1939|2|21}}
| birth_placename = [[Jakarta]]Pierre Tendean
| birth_nameimage = Pierre Andreas Tendean.jpg
| death_date caption = Tendean, {{dda|1965|10|1|1939|2|21circa}} 1963
| birth_date = {{birth date|1939|2|21}}
| death_place = [[Jakarta]]
| death_date = {{dda|1965|10|1|1939|2|21}}
| criminal_charge =
| birth_place = [[Batavia]], [[Hindia Belanda]]
| criminal_penalty =
| death_place = [[Jakarta]], [[Lubang Buaya]]
| death_cause =
| death_cause = Disiksa lalu dibunuh di [[Lubang Buaya]], [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| parents =
| allegiance = {{flag|Indonesia}}
| occupation =
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| serviceyears = 1961—1965
| rank = [[File:15-TNI Army-CPT.svg|25px]] [[Kapten]] ([[Anumerta]])
| unit = [[Zeni]]
| awards = [[Berkas:Star.svg|10px]] [[Pahlawan Revolusi]] - [[Anumerta|KPLB Anumerta]]
| father = Aurelius Lammert Tendean
| mother = Maria Elizabeth Cornet
| relations = Mitzi Tendean (kakak)<br/>Rooswidiati Tendean (adik) Rukmini Chamim (kekasih)
| occupation = [[Tentara]]
| alma_mater = [[Akademi Militer Nasional]] (1961)
}}
'''Kapten Czi (Anm.) Pierre Andreas Tendean''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|21|2|1939|[[Jakarta]]|1|10|1965}}) adalah salah seorang korban pada peristiwa [[Gerakan 30 September]] dan merupakan pahlawan nasional [[Indonesia]] dan dimakamkan di [[TMP Kalibata]], Jakarta.
 
[[Kapten]] [[Zeni|Czi.]] ([[Anumerta]]) '''Pierre Andries Tendean''' ({{lahirmati||21|2|1939||1|10|1965}}) adalah seorang perwira militer Indonesia yang menjadi salah satu korban peristiwa [[Gerakan 30 September]] pada saat dia bertugas sebagai ajudan [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] [[Abdul Haris Nasution]]. Tendean dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]] dan ditetapkan sebagai [[Pahlawan Revolusi Indonesia]] pada tanggal 5 Oktober 1965.
Beliau adalah ajudan dari [[Abdul Harris Nasution|Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution]] (Menko Hankam/Kepala Staf [[ABRI]]) pada era [[Soekarno]]. Abdul Harris Nasution lolos dari peristiwa penculikan tetapi anaknya, [[Ade Irma Suryani Nasution]] tewas tertembus peluru. Pierre Tendean sendiri ditangkap oleh segerombolan penculik dan dibunuh di [[Lubang Buaya]]. Ia diculik karena dikira adalah [[Abdul Harris Nasution|Jenderal Besar DR. A.H. Nasution]].
 
== Kehidupan awal ==
Pierre adalah pria blasteran [[Minahasa]] - [[Perancis]] yang fasih berbahasa [[Jawa]]. Lulusan ATEKAD tahun [[1961]] ini bergabung dengan corps Genie (sekarang corps Zeni) dan posisinya dua tahun junior di bawah mantan Wapres [[Try Sutrisno]].
 
Pierre lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]), [[Hindia Belanda]], di sebuah rumah sakit rakyat bernama ''Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting'' (CBZ) (sekarang [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo]]).<ref name="masykuri_1">[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 1.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 1.</ref> Ayah Pierre yang bernama Aurelius Lammert Tendean adalah seorang [[dokter]] berdarah [[Suku Minahasa|Minahasa]] yang pada saat kelahiran Pierre sedang bekerja di CBZ. Dr. Tendean kemudian sempat menjadi wakil kepala Rumah Sakit Jiwa Keramat di [[Magelang]] (sekarang Rumah Sakit Jiwa Soerojo) dan kepala Rumah Sakit Jiwa Pusat [[Semarang]] (sekarang Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo).<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 2, 3.</ref> Ibu Pierre yang bernama Maria Elizabeth Cornet adalah seorang keturunan [[Prancis]] yang berasal dari [[Leiden]], [[Belanda]]. Nama Pierre sendiri diambil dari kakek pihak ibunya sedangkan Andries diambil dari kakek pihak ayahnya.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 1, 3.</ref> Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara; kakaknya bernama Mitze Farre Tendean dan adiknya bernama Rooswidiati Tendean.<ref name="masykuri_1" />
Setelah lulus dari pendidikan [[militer]], ia langsung mengajukan diri untuk bergabung dengan garis depan dalam peristiwa [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia]]. Wajah indo-nya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia - [[Singapura]] sebagai intelijen untuk mengumpulkan data. Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali, yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh
 
[[Berkas:Pierre Rema.png|jmpl|Tendean waktu SMA]]
Saat ini sedang direncanakan tentang pembuatan film mengenai Pierre Tendean dengan judul ''Pierre''.
Tendean mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Boton (sekarang ditempati SMP Negeri 4) di Magelang.<ref>[[#putra2018|Putra dan Lisna (2018)]], hlm. 11.</ref> Dia lalu melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Semarang pada saat ayahnya tugas di sana. Pada tahun 1952, Tendean mulai belajar di SMP Negeri 1 dan kemudian pada tahun 1955 di SMA bagian B (sekarang [[SMA Negeri 1 Semarang|SMA Negeri I]]).<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 3, 4.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 13, 20.</ref> Setelah lulus SMA, Tendean ingin menjadi tentara, namun orang tuanya ingin dia menjadi dokter atau insinyur. Atas permintaan orang tuanya dia mendaftar ujian masuk di [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] (FKUI) dan di [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB), tapi Tendean dengan sengaja tidak serius menyelesaikan ujian masuk kedua sekolah tersebut sehingga dia dinyatakan tidak lulus. Melihat hasil ini, akhirnya orang tuanya memperbolehkan dia mengikuti ujian masuk [[Akademi Militer|Akademi Militer Nasional]] (AMN). Tendean dianjurkan untuk memilih satuan [[Zeni]] yang merupakan cabang teknis militer angkatan darat, supaya dia di kemudian hari mempunyai kesempatan untuk melanjutkan studi ke ITB.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 5.</ref> Setelah diterima menjadi taruna AMN, Tendean memilih untuk masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD). Tendean diterima sebagai calon taruna ATEKAD angkatan ke-6 pada bulan November 1958 dan dilantik pada tanggal 26 November 1958 di Stadion Siliwangi.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 34, 36.</ref>
 
== LihatKarier jugamiliter ==
 
* [[Abdul Haris Nasution|Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution]]
=== Operasi 17 Agustus ===
* [[Ade Irma Suryani Nasution]]
 
* [[Museum Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution]]
Setelah menyelesaikan pelatihan dasar militer (''basic training''), pada tanggal 23 Januari 1959 Tendean dikukuhkan menjadi prajurit taruna. Kemudian pada tanggal 1 April 1959, Tendean dinaikkan pangkatnya menjadi kopral taruna.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 42, 45.</ref> Dalam rangka penumpasan gerakan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI), satu batalyon taruna Zeni dibentuk untuk mendukung [[Operasi 17 Agustus]]. Tendean ditempatkan di Peleton 3 Kompi I Batalyon Taruna Zeni dan setelah melakukan latihan persiapan di Pusat Latihan Pertempuran (sekarang Depo Pendidikan Bela Negara) di [[Cikole, Lembang, Bandung Barat|Cikole]], para taruna diberangkatkan ke [[Sumatra]] pada tanggal 6 Oktober 1959. Batalyon ini diperbantukan pada Resimen Tim Pertempuran (RTP) III/Diponegoro. Setelah tiba di [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada tanggal 8 Oktober 1959, Tendean bersama taruna Zeni lainnya diberangkatkan ke daerah [[Danau Singkarak]] dan ditugaskan untuk merehabilitasi jalur kereta api yang dirusak PRRI. Setelah tugas Batalyon Taruna Zeni berakhir pada tanggal 31 Desember 1959, Tendean kembali ke Jakarta bersama taruna ATEKAD lainnya pada tanggal 6 Januari 1960. Bulan itu juga, Tendean mendapat penghargaan Satya Lencana Sapta Marga atas jasanya dalam operasi militer di Sumatra. Selain itu, dia dan rekan-rekannya naik pangkat ke sersan taruna.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 50–52, 56, 57.</ref>
 
=== Operasi Dwikora ===
 
Pada tanggal 19 Desember 1961, Tendean dilantik menjadi perwira muda dengan pangkat letnan dua (Czi). Dia masih melanjutkan studinya di ATEKAD selama satu tahun lagi untuk menyelesaikan kursus aplikasi bidang teknik konstruksi. Setelah menyelesaikan kursus aplikasi, pada tanggal 13 Desember 1962 Tendean ditugaskan ke Batalyon Zeni Tempur 1 [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Daerah Militer II/Bukit Barisan]]. Batalyon ini terdiri dari empat Kompi Zeni Tempur (Kizipur) dan Tendean dipercayakan untuk menjadi Komandan Peleton (Danton) 1 Kizipur A.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 87, 90, 94, 98.</ref> Setahun kemudian, dia dipanggil untuk mengikuti pendidikan di sekolah intelijen [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI AD]] di [[Bogor]]. Setamat dari sana, ia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk memimpin pasukan gerilya sukarelawan untuk menjadi mata-mata ke [[Malaysia]] sehubungan dengan [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia|konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia]]. Mereka bermarkas di [[Selatpanjang (kota)|Selat Panjang]], [[Riau]].<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 22.</ref> Tendean berhasil menyusup ke wilayah Malaysia tiga kali. Pada penyusupan yang ketiga, kapal motor yang ditumpangi Tendean bersama anak buahnya dikejar oleh sebuah [[kapal perusak]] milik [[Inggris]]. Mereka berhasil lolos dari kejaran kapal Inggris dengan meninggalkan kapal motor dan berenang menuju sebuah kapal nelayan. Mereka bersembunyi dengan cara bergantungan di belakang kapal nelayan tersebut.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 22,23.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 113, 114.</ref>
 
=== Ajudan Nasution ===
 
[[Berkas:Jenderal Nasution menerima pataka yang dibawa Pierre.png|jmpl|Tendean menyerahkan pataka kepada Jenderal Nasution]]
 
Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi letnan satu dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab). Dia menggantikan [[G.A. Manullang|Kapten Kav Adolf Gustaf Manullang]], ajudan Nasution yang gugur dalam misi perdamaian di [[Republik Demokratik Kongo]] Afrika tahun 1963.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 26.</ref> Nasution sebelumnya telah kenal baik dengan keluarga Tendean. Pada saat Tendean mengikuti ujian masuk FKUI di Jakarta, dia menumpang di rumah Nasution di [[Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution|Jl. Teuku Umar No. 40]].<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 31.</ref> Dan Nasutionlah yang menanjurkan agar Tendean memilih satuan Zeni pada saat dia diterima di AMN.
 
== Kematian ==
[[Berkas:Pierre Tendean - TMP Kalibata(1).jpg|jmpl|226x226px|Nisan makam Pierre Tendean di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]]]
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan [[Gerakan 30 September]] (G30S) mendatangi rumah dinas Nasution dengan tujuan untuk menculiknya. Tendean yang sedang tidur di paviliun yang berada di belakang rumah dinas Jenderal Nasution dibangunkan oleh Yanti Nasution (putri sulung Nasution) setelah dia mendengar suara tembakan dan keributan. Tendean pun mengambil senjata [[M1 Garand|garandnya]] dan keluar untuk memeriksa keadaan di luar. Menurut kesaksian [[Ajun Komisaris Polisi|AKP]] Hamdan Mansjur, ajudan Nasution yang bertugas bersama Tendean pada malam itu, dan Alpiah, pengasuh Ade Irma Nasution (putri bungsu Nasution), pada waktu Tendean keluar dia disergap oleh penculik. Dia kemudian berkata, "Saya ajudan Nasution". Yang mendengar pernyataan Tendean tersebut mungkin tidak sepenuhnya mendengar kata "ajudan" dan ditambah keadaan penerangan yang gelap sehingga mereka mengira Tendean adalah Nasution sendiri. Nasution sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 72–74.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 197, 200, 201.</ref>
 
Tendean lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah [[Lubang Buaya]]. Dia ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama keenam perwira lainnya.{{sfn|Luhulima|2006|p=73}} Pada tanggal 4 Oktober 1965, jenazah-jenazah dalam sumur di Lubang Buaya diangkat oleh prajurit-prajurit [[KKO]] dan [[Komando Pasukan Khusus|RPKAD]]. Kopral Anang dari RPKAD ditugaskan mengangkat jenazah yang paling atas di dalam sumur. Jenazah pertama yang diangkat itu adalah jenazah Pierre Tendean.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 89.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 251.</ref> Jenazah-jenazah kemudian dibawa ke [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat]] (RSPAD) untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan perintah Panglima [[Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat]] (KOSTRAD) [[Soeharto|Mayjen Soeharto]]. [[Lim Joey Thay|Dr. Lim Tjoe Thay]] (kemudian dikenal dengan nama Indonesia dr. Arief Budianto) yang memeriksa jenazah Tendean.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 23, 25.</ref> Pada waktu itu, dr. Budianto adalah seorang lektor Ilmu Kedokteran Kehakiman di Universitas Indonesia. Hasil ''[[visum et repertum]]'' menyatakan bahwa pada jenazah Tendean terdapat empat luka tembak yang masuk dari bagian belakang dan dua luka tembak yang keluar pada bagian muka. Selain itu, luka-luka lecet terdapat di dahi dan tangan kiri, dan pada kepala terdapat tiga luka menganga karena kekerasan tumpul.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 33, 37.</ref>
 
Pada tanggal 5 Oktober 1965, Tendean bersama keenam perwira lainnya dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]]. Prosesi pemakaman dimulai dari Markas Besar AD. Peti jenazah Tendean diangkut di atas panser Saracen dengan dikawal oleh Direktur Zeni AD Brigjen Dandi Kadarsan.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 266.</ref>
 
== Penghargaan ==
 
Untuk menghargai jasa-jasanya, pada tanggal 5 Oktober 1965 Tendean bersama enam orang perwira tinggi Angkatan Darat yang gugur diberikan kenaikan pangkat secara [[anumerta]]. Tendean sendiri dipromosikan menjadi kapten berdasarkan Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando Operasi Tertinggi (Keppres) No. 110/KOTI/1965. Pada hari itu juga, berdasarkan Keppres No. 111/KOTI/1965, Tendean dianugerahi gelar [[Pahlawan Revolusi Indonesia]]. Kemudian pada Hari Pahlawan tanggal 10 November 1965, Tendean dianugerahi [[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] berdasarkan Keppres No. 50/BTK/1965.
 
Patung yang didirikan untuk mengenang Tendean terdapat di [[Lubang Buaya]] yaitu [[Monumen Pahlawan Revolusi]], di [[Manado]] (bersama patung [[Robert Wolter Mongisidi|Robert Wolter Mongisdi]]),{{sfn|Sumarauw (21 Mei 2023)}} dan di Semarang.{{sfn|Babel (11 April 2021)}} Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya di berbagai kota di Indonesia.
 
=== Tanda jasa ===
 
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Adipradana.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Sapta Marga.gif|width=100}}
|}
 
{| class="wikitable" width="30%" style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
!Baris ke-1
| colspan="1"|[[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] (1965)
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Sapta Marga]] (1960)
|}
 
== Dalam budaya populer ==
 
* Dalam film ''[[Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI]]'' (1982), Pierre Tendean diperankan oleh [[Wawan Wanisar]].
 
== Galeri foto ==
 
<gallery>
Berkas:Pierre Bayi.png|Tendean menjelang satu tahun pada tahun 1940
Berkas:Kartu Tanda Penduduk Pierre Andries Tendean (1958).png|Kartu tanda penduduk Tendean tahun 1958
Berkas:Pierre Tendean 1966 Indonesia stamp.jpg|Perangko Tendean keluaran tahun 1966
Berkas:Monumen Pancasila Sakti.jpg|Monumen Pahlawan Revolusi
Berkas:Statue of Pierre Tendean in Semarang.jpg|Patung Tendean di Semarang
</gallery>
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
'''Sumber referensi'''
 
* {{cite book
| author1 = Abie Besman
| author2 = Iffani Saktya
| author3 = Irma Rachmania Dewi
| author4 = Laricya Umboh
| author5 = Neysa Ramadhani
| author6 = Noviriny Drivina
| author7 = Ziey Sullastri
| date = 2019
| title = Sang Patriot: Biografi Resmi Pierre Tendean
| location = Jakarta
| publisher = Kompas
| isbn = 978-602-412-652-0
| ref = besman2019
}}
 
* {{cite book
| url = http://books.google.co.id/books?isbn=9786023716210
| isbn = 9786023716210
| title = Jejak Sang Ajudan: Sebuah Biografi Pierre Tendean
| author1 = [[Ahmad Nowmenta Putra]]
| author2 = Agus Lisna
| publisher = LeutikaPrio
| year = 2018
| ref = putra2018
}}
 
* {{cite web
| url = https://halosemarang.id/patung-pahlawan-piere-tendean-dibangun-di-taman-kota-semarang
| first = Yulianto
| last = Babel
| access-date = {{date|2023-09-23}}
| date = {{date|2021-04-11}}
| work = Halo Semarang
| title = Patung Pahlawan Piere Tendean Dibangun di Taman Kota Semarang
| ref = {{sfnRef|Babel (11 April 2021)}}
}}
 
* {{cite book
| url= http://books.google.co.id/books?isbn=9797092666
| isbn = 9797092666
| title = Menyingkap Dua Hari Tergelap di Tahun 1965: Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain
| last = Luhulima
| first = James
| publisher = Kompas Media Nusantara
| year = 2006
| ref = luhulima2006
}}
 
* {{cite book
| url= https://repositori.kemdikbud.go.id/8364/1/PIERE%20TENDEAN.pdf
| title = Pierre Tendean
| author = Masykuri
| location = Jakarta
| publisher = Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
| year = 1983
| ref = masykuri1983
}}
 
* {{cite web
| url = https://manado.tribunnews.com/2023/05/21/potret-patung-pieretendean-dan-rw-monginsidi-di-kota-manado-pahlawan-nasional-dari-sulawesi-utara
| first = Risky
| last = Sumarauw
| access-date = {{date|2023-09-23}}
| date = {{date|2023-05-21}}
| work = Tribun Manado
| title = Potret Patung Pierre Tendean dan Robert Mongisidi di Manado, Pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara
| ref = {{sfnRef|Sumarauw (21 Mei 2023)}}
}}
 
* {{ cite web
| title = Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 – sekarang
| url = https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf
| publisher = Sekretariat Negara Republik Indonesia
| date = {{date|2010-01-07}}
| access-date = {{date|2021-10-04}}
| ref={{sfnref|Sekretariat Negara Republik Indonesia (7 Januari 2010))}}
}}
 
{{Authority control}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.mabesad.mil.id/artikel/g30spki/artikel_pierre.htm Kapten Czi Anumerta Pierre Andries Tendean]
{{DEFAULTSORT:Tendean, Pierre}}
{{Pahlawan Revolusi}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1939|1965}}
{{indo-bio-stub}}
 
{{DEFAULTSORT:Tendean, Pierre}}
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuhTNI]]
[[Kategori:Tokoh Minahasamiliter Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Indonesia]]
[[Kategori:Prancis-Indonesia]]
[[Kategori:Marga Tendean]]
[[Kategori:Eropa-IndonesiaTokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana]]
[[Kategori:pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]]