Pandawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
M. Adiputra (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh Turmadan (bicara) ke revisi terakhir oleh M. Adiputra Tag: Pengembalian |
||
(217 revisi perantara oleh 97 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Draupadi and Pandavas.jpg|ka|275px|jmpl|Para Pandawa dan istri mereka dalam lukisan [[India]].{{br}}Keterangan: [[Nakula]] dan [[Sadewa]] (kiri-kanan atas), [[Arjuna]] (kanan bawah), [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] (kiri bawah), [[Yudistira]] dan [[Dropadi]] (tengah).]]
'''Pandawa''' {{Sanskerta|पाण्डव|Pāṇḍava}} merupakan istilah dalam [[bahasa Sanskerta]], yang secara [[harfiah]] berarti anak [[Pandu]], yaitu seorang Raja [[Hastinapura]] dalam wiracarita ''[[Mahabharata]]''. Para Pandawa terdiri dari lima orang: [[Yudistira]], [[Bima (Mahabharata)|Bima]], [[Arjuna]], [[Nakula]] dan [[Sadewa]]. Mereka adalah tokoh [[protagonis]] dalam ''Mahabharata'', sedangkan yang [[antagonis]] adalah para [[Korawa]], yaitu para putra [[Dretarastra]], saudara [[Pandu]]. Dalam ''Mahabharata'', kelima Pandawa menikah dengan [[Dropadi]] yang diperebutkan dalam sebuah [[sayembara]] di [[Kerajaan Panchala]], dan masing-masing anggota Pandawa memiliki seorang putra darinya.
Para Pandawa merupakan tokoh utama dalam bagian penting dari wiracarita ''[[Mahabharata]]'', yaitu [[perang Kurukshetra|pertempuran besar]] di daratan [[Kurukshetra]]; pertempuran para Pandawa melawan para [[Korawa]] beserta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa bermain dadu.
Menurut ''[[Mahabharata]]'', setiap anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari [[Dewa (Hindu)|dewa]] tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain yang merujuk kepada karakteristik masing-masing. Contohnya Bima yang memiliki nama lain "Wrekodara" (वृकोधार ''Vṛkodhāra''), arti [[harfiah]]nya adalah "perut [[serigala]]", karena ia diceritakan sebagai orang yang gemar makan.
== Silsilah ==
Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, tiga di antaranya ([[Yudistira]], [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], dan [[Arjuna]]) merupakan putra kandung [[Kunti]], sedangkan yang lainnya ([[Nakula]] dan [[Sadewa]]) merupakan putra kandung [[Madri]], tetapi ayah mereka sama, yaitu [[Pandu]].
<center>
{{familytree/start}}
{{familytree | | WYD | | | | | | | | DSK | | | RJM | | | | |WYD='''[[Yadawa|Wangsa{{br}} Yadawa]]'''|DSK='''[[Kerajaan Kuru|Dinasti{{br}}Kuru]]'''|RJM='''Raja {{br}}[[Kerajaan Madra|Madra]]'''}}
{{familytree | | |!| | | | | | | | | |!| | | |,|^|.| | | |}}
{{familytree | | SUR | | BYS |~|y|~| AML | | SLY |!| | |SUR=[[Surasena]]|BYS=[[Byasa]]|AML=[[Ambalika]]|SLY=[[Salya]]}}
{{familytree | | |!| | | | | | |!| | | | | | | | |!| | | | | |}}
{{familytree | | KUN |~|y|~|~| PDU |~|~|~|y|~|~| MDR |KUN=[[Kunti]]|PDU=[[Pandu]]|MDR=[[Madri]]}}
{{familytree | |,|-|-|-|+|-|-|-|.| | | |,|^|-|.|}}
{{familytree |YUDI | |BIMA | |ARJA | |NKLA | |SDWA |YUDI='''[[Yudistira]]'''|BIMA='''[[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]'''|ARJA='''[[Arjuna]]'''|NKLA='''[[Nakula]]'''|SDWA='''[[Sadewa]]'''
|boxstyle_YUDI = background-color:#ccccff
|boxstyle_BIMA = background-color:#ccccff
|boxstyle_ARJA = background-color:#ccccff
|boxstyle_NKLA = background-color:#ccccff
|boxstyle_SDWA = background-color:#ccccff}}
{{familytree/end}}
</center>
== Penitisan ==
Menurut tradisi [[Hindu]], kelima putra Pandu tersebut merupakan penitisan tidak secara langsung dari masing-masing Dewa. Hal tersebut diterangkan sebagai berikut:
* [[Yudistira]] penitisan dari Dewa [[Yama (Hindu)|Yama]], dewa akhirat;
* [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] penitisan dari Dewa [[Bayu]], dewa angin;
* [[Arjuna]] penitisan dari Dewa [[Indra]], dewa perang;
* [[Nakula]] dan [[Sadewa]] penitisan dari dewa kembar [[Aswin]], dewa pengobatan.
== Anggota ==
[[Berkas:Pandavas_with_Draupadi_OR_ayudhapurushas_facing_Madhu_Kaitabha.jpg|jmpl|275px|Figur yang di tengah adalah Yudistira. Dua orang di sebelah kirinya adalah Bima dan Arjuna. Si kembar Nakula dan Sadewa berada di sebelah kirinya. Istri mereka, yang paling kiri, adalah Dropadi. Ukiran di Kuil Dasavatar, Deogarh, India.]]
=== [[Yudistira]] ===
[[Yudistira]] (युधिष्ठिर ''Yudhiṣṭhira'') merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa [[Yama (Hindu)|Yama]] dan lahir dari [[Kunti]]. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka memaafkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan ''Dharmasuta'' (putra [[Dharma]]), ''Ajathasatru'' (yang tidak memiliki musuh), dan ''Bhārata'' (keturunan [[Bharata (raja)|Maharaja Bharata]]). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah [[Perang Kurukshetra|perang akbar]] di [[Kurukshetra]] berakhir dan mengadakan upacara [[Aswamedha]] demi menyatukan [[kerajaan India Kuno|kerajaan-kerajaan India Kuno]] agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung [[Himalaya]] bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.
=== [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] ===
[[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] (भीम ''Bhīma'') merupakan putra kedua [[Kunti]] dengan [[Pandu]]. Nama ''Bhimā'' dalam [[bahasa Sanskerta]] memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa [[Bayu]] sehingga memiliki nama julukan ''Bayusutha''. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata [[gada]]. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki ''Wrekodara''. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam [[Perang Kurukshetra|pertempuran akbar]] di [[Kurukshetra]]. Ia memiliki seorang putra dari ras [[rakshasa|raksasa]] bernama [[Gatotkaca]], turut serta membantu ayahnya berperang, tetapi gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, [[Yudistira]]. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung [[Himalaya]]. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga.
=== [[Arjuna]] ===
[[Arjuna]] (अर्जुन) merupakan putra bungsu [[Kunti]] dengan [[Pandu]]. Namanya (dalam [[bahasa Sanskerta]]) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari [[Indra]], sang dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai [[kesatria]] terbaik oleh [[Drona]]. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat [[Perang di Kurukshetra|pertempuran akbar di Kurukshetra]]. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya ''Dhananjaya'' (perebut kekayaan, karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara [[Rajasuya]] yang diselenggarakan [[Yudistira]]); ''Kirti'' (yang bermahkota indah, karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa [[Indra]] saat berada di [[surga]]); ''Partha'' (putra [[Kunti]], karena ia merupakan putra Perta alias [[Kunti]]). Dalam [[perang Kurukshetra|pertempuran]] di [[Kurukshetra]], ia berhasil memperoleh kemenangan dan [[Yudistira]] diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung [[Himalaya]] bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.
=== [[Nakula]] ===
[[Nakula]] (नकुल) merupakan salah satu putra kembar pasangan [[Madri]] dan [[Pandu]]. Ia merupakan penjelmaan dewa kembar bernama [[Aswin]], dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama [[Sadewa]], yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan [[Aswin]] juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh [[Kunti]], istri [[Pandu]] yang lain. Nakula pandai memainkan senjata [[pedang]]. [[Dropadi]] berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang kesatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, tetapi ia hidup kembali atas permohonan [[Yudistira]]. Dalam penyamaran di [[Kerajaan Matsya]] yang dipimpin oleh Raja [[Wirata]], ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung [[Himalaya]] bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.
=== [[Sadewa]] ===
[[Sadewa]] (सहदेव ''Sahadeva'') merupakan salah satu putra kembar pasangan [[Madri]] dan [[Pandu]]. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama [[Aswin]], dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama [[Nakula]], yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa [[Aswin]] juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh [[Kunti]], istri [[Pandu]] yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu [[astronomi]]. [[Yudistira]] pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan [[Wrehaspati]], guru para [[Dewa (Hindu)|dewa]]. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di [[Kerajaan Matsya]] yang dipimpin oleh Raja [[Wirata]], ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung [[Himalaya]] bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.
== Riwayat singkat ==
=== Masa kanak-kanak ===
[[File:Pandu Shoots the Ascetic Kindama.jpg|ki|jmpl|Lukisan dari [[Himachal Pradesh]], menggambarkan [[Pandu]] memanah Resi [[Kindama]]. Lukisan ini kini disimpan di [[Museum Seni Rupa Philadelphia]], [[Amerika Serikat]].]]
Dalam kitab ''[[Adiparwa]]'' ber[[bahasa Sanskerta]] yang diterjemahkan [[Kisari Mohan Ganguli]], dikisahkan bahwa [[Pandu]] dari [[Hastinapura]] telah membunuh (tanpa sengaja) seorang [[resi]] bernama [[Kindama]] saat sang resi sedang [[kopulasi|bersenggama]].<ref>{{citation| url=https://mahabharataonline.com/translation/mahabharata_01119.php| title= Mahabharata Adi Parva | chapter=Sambhava Parva. Section CXVII | author=K.M. Ganguly |publisher=Mahabharata Online}}</ref> Menjelang kematiannya, sang resi mengutuk agar Pandu mati saat melakukan hubungan seksual. Pada waktu itu, Pandu merupakan seorang raja yang belum dikaruniai keturunan. Kutukan dari sang resi telah memupus semangatnya untuk melanjutkan jabatan sebagai raja. Akhirnya ia memutuskan untuk berkhalwat dan menyerahkan takhta [[kerajaan Kuru]] kepada kakaknya yang buta, [[Dretarastra]]. Dengan ditemani dua istrinya yang bernama [[Kunti]] dan [[Madri]], Pandu memutuskan untuk hidup sederhana di tengah hutan (''[[caturasrama|wanaprastha]]''). Di sana Kunti membeberkan rahasia bahwa ia telah diajarkan sebuah [[mantra]] oleh Resi [[Durwasa]], yang berguna untuk memanggil dewa serta memperoleh keturunan dari dewa tersebut. Atas anjuran Pandu, Kunti memanggil Dewa [[Yama (Hindu)|Yama]], [[Bayu]], dan [[Indra]]. Agar bersikap adil terhadap istri keduanya, Pandu menyuruh agar Kunti mengajarkan mantra tersebut kepada [[Madri]]; Madri pun memanggil [[Aswin]] kembar. Dari pemanggilan dewa tersebut, Pandu dikaruniai lima putra. Urutan kelahiran putra Pandu mulai dari yang sulung adalah: [[Yudistira]], [[Arjuna]], [[Bima (Mahabharata)|Bima]], [[Nakula]] dan [[Sadewa]].
Pada suatu hari, Pandu tidak mampu lagi menahan hasratnya untuk bercinta dengan Madri, yang akhirnya menyebabkan kematiannya. Madri memutuskan untuk melakukan ''[[sati (praktik)|sati]]'' (melompat ke dalam api [[kremasi]]) dan menitipkan kedua putranya kepada Kunti, kemudian Kunti bersama lima putra Pandu kembali ke istana [[Hastinapura]] untuk tinggal bersama anggota [[Dinasti Kuru]], yaitu keluarga besar Pandu: [[Bisma]], [[Dretarastra]], [[Widura]], dan [[Krepa]].<ref>{{citation| url=https://mahabharataonline.com/translation/mahabharata_01126.php| title= Mahabharata Adi Parva | chapter=Sambhava Parva. Section CXXV–CXXVI | author=K.M. Ganguly |publisher=Mahabharata Online}}</ref> Dretarastra dan [[Gandari]] memiliki seratus putra yang disebut [[Korawa]]—yang sulung bernama [[Duryodana]]—dan seorang putri bernama [[Dursala]]. Baik lima Pandawa dan sepupu-sepupunya tinggal bersama dalam suatu istana. Di antara lima Pandawa, [[Bima (Mahabharata)|Bima]] selalu tidak akur dengan para Korawa, terutama Duryodana; Duryodana pun menganggap Bima sebagai musuh abadinya. Dalam akhir bab ''Shambawaparwa'' diceritakan bahwa Dretarastra merasa gelisah dan tidak senang, sebab para Pandawa—terutama Bima dan [[Arjuna]]—selalu tampil menunjukkan kehebatan melebihi para Korawa.<ref>{{citation| url=https://mahabharataonline.com/translation/mahabharata_01143.php| title= Mahabharata Adi Parva | chapter=Sambhava Parva. Section CXLII | author=K.M. Ganguly |publisher=Mahabharata Online}}</ref>
=== Kebakaran Laksagreha ===
[[Berkas:The Palace of the Pandava Brothers Set.jpg|jmpl|Ilustrasi terbakarnya ''[[Laksagreha]]'' buatan [[Purocana]], yang dimaksudkan untuk membunuh para Pandawa.]]
{{main|Laksagreha}}
Dalam bagian ''Jatugrihaparwa'', kitab ''[[Adiparwa]]'' dikisahkan bahwa [[Duryodana]] bersekongkol dengan [[Sangkuni]], pamannya dari pihak ibu untuk menyingkirkan para Pandawa, dan mengajak [[Dretarastra]] untuk mewujudkan rencana tersebut.<ref>{{citation| url=https://mahabharataonline.com/translation/mahabharata_01144.php| title= Mahabharata Adi Parva | chapter=Jatugriha Parva. Section CXLIII | author=K.M. Ganguly |publisher=Mahabharata Online}}</ref> Rencana dilaksanakan bertepatan dengan masa perayaan untuk memuja [[Siwa]] yang diselenggarakan penduduk [[Waranawata]]. Atas anjuran dari Dretarastra, maka Pandawa dan [[Kunti]] berangkat menuju ke sana, lalu tinggal di sebuah istana yang dibangun oleh [[Purocana]], orang suruhan Duryodana. Istana tersebut direncakan bakal dibakar oleh Purocana saat Pandawa dan ibu mereka mulai kerasan tinggal di sana. Namun sesuatu yang sudah direncanakan Duryodana dibocorkan oleh [[Widura]] yang merupakan paman dari Pandawa. Sebelum berangkat ke Waranawata, Widura mewanti-wanti Yudistira, lalu mengirimkan penggali terowongan yang bekerja secara rahasia ketika Pandawa telah tiba di Waranawata.<ref>{{citation| last=Rajagopalachari| first=C. | title=Mahabharata (Kitab Epos Mahabharata)| translator=Yudhi Murtanto| publisher=Penerbit Laksana | place=Yogyakarta| year=2017| isbn=978-602-407-178-3}}</ref> Para Pandawa tinggal di Waranawata dalam waktu yang cukup lama, dan Purocana menungguh saat yang tepat untuk membakar istana kediaman Pandawa. Sebelum Purocana melaksanakan rencananya, Kunti mengadakan pesta bagi Purocana dan penjaga, dengan tujuan untuk membuat mereka mabuk. Kemudian Pandawa membakar istana tersebut dari dalam, lalu pergi melalui terowongan yang sudah dibuat oleh orang suruhan Widura. Terowongan itu membawa mereka ke tepi sungai Gangga. Dengan diantarkan pesuruh Widura, para Pandawa dan ibu mereka menyeberangi sungai, lalu mengembara di hutan.
=== Menikahi Dropadi ===
[[Berkas:The Bride's Choice.jpg|ka|jmpl|[[Dropadi]] mengalungkan bunga di leher [[Arjuna]] sebagai pemenang dalam sayembara. Ilustrasi ini dari buku ''Maha-Bharata, The Epic of Ancient India'' yang disadur oleh Romesh Dutt, 1899.]]
Di tengah hutan, para Pandawa dan ibu mereka hidup bersama para [[resi]] dan memperoleh wawasan dari mereka. Dari informasi para resi, para Pandawa mengetahui akan diadakan [[sayembara]] di [[Kerajaan Panchala]] dengan syarat, barang siapa yang dapat membidik sasaran dengan tepat boleh menikahi putri Raja [[Panchala]] ([[Drupada]]) yang bernama Pancali atau [[Dropadi]]. [[Arjuna]] pun mengikuti sayembara itu dan berhasil memenangkannya. Pandawa pulang ke pondok kediaman mereka dengan membawa serta Dropadi. Sesampainya di sana, mereka datang menghadap [[Kunti]] dan mengatakan bahwa mereka membawa ''biksa'' (sedekah; hasil meminta-minta).<ref name="subramaniam"/> Kunti menyuruh agar mereka membagi rata ''biksa'' yang telah diperoleh. Namun ia terkejut ketika tahu bahwa putra-putranya tidak hanya membawa hasil meminta-minta saja, tetapi juga seorang wanita. Kunti tidak mau berdusta maka Dropadi pun menjadi istri lima Pandawa.<ref name="subramaniam">{{citation|title=Mahabharata |author=Kamala Subramaniam| year=2007| publisher=Bharatiya Vidya Bhavan| url=https://books.google.co.id/books/about/Mahabharata.html?id=n_nVpReXJ9MC&redir_esc=y}}</ref><ref name="gopalachari">{{citation|title=Mahabharata| author=C. Rajagopalachari| publisher=Bharatiya Vidya Bhavan| url=https://www.goodreads.com/book/show/118252.Mahabharata | year=1950}}</ref> Lima Pandawa bersepakat bahwa mereka akan menjadi suami Dropadi secara bergiliran dengan jangka waktu satu tahun untuk satu Pandawa; hukuman bagi yang melanggar perjanjian tersebut adalah pengasingan selama setahun.<ref name="johnson-arjuna">{{cite encyclopedia|last=Johnson|first=W. J. |article=Arjuna |title=A Dictionary of Hinduism|publisher=Oxford University Press|year=2009|doi=10.1093/acref/9780198610250.001.0001|isbn=978-0-19861-025-0}}</ref>
=== Permainan dadu ===
Setelah Pandawa mendapatkan [[Dropadi]], Pandawa kembali ke [[Hastinapura]]. Agar tidak terjadi pertempuran sengit, [[Kerajaan Kuru]] dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan [[Korawa]]. Korawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibu kota [[Hastinapura]], sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibu kota [[Indraprastha]]. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah [[Duryodana]] tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Pandawa. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.
[[Berkas:Draupadi Vastra Haran.jpg|ki|jmpl|Dursasana mencoba menarik pakaian Dropadi setelah Pandawa kalah main dadu.]]
Untuk merebut kekayaan dan kerajaan [[Yudistira]], [[Duryodana]] mengundang Yudistira untuk main dadu. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke [[Hastinapura]]. Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh [[Sangkuni]] sebagai bandar dadu, yang memiliki kesaktian untuk mengendalikan angka dadu yang ia kehendaki. Pada mulanya, mereka bertaruh akan harta dan senjata, tetapi lambat laun taruhan terus meningkat menjadi kerajaan, hingga akhirnya Yudistira mempertaruhkan adik-adiknya, termasuk dirinya sendiri. Saat Yudistira tidak memiliki apa-apa lagi, atas hasutan Duryodana dan Sangkuni, ia mempertaruhkan [[Dropadi]]. Seperti sebelumnya, Yudistira pun kalah. Pakaian Dropadi ditarik oleh [[Dursasana]] (adik Duryodana) karena ia sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, tetapi usaha tersebut tidak berhasil berkat pertolongan gaib dari [[Kresna]].
Melihat istrinya dihina, [[Bima (Mahabharata)|Bima]] bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, pertanda alam yang buruk muncul di [[Hastinapura]]. [[Dretarastra]] merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, sehingga ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan. [[Duryodana]] yang merasa kecewa akhirnya membujuk Dretarastra untuk mengizinkannya menyelenggarakan permainan dadu yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, [[Yudistira]] mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah.
=== Pengasingan ===
[[File:Virata's Palace.jpg|jmpl|ka|Ilustrasi [[Yudistira]] menghadap Raja [[Wirata]], dalam rangka hidup dalam masa penyamaran selama setahun setelah menjalani masa pengasingan selama 12 tahun.]]
Setelah kekalahan Yudistira dalam permainan dadu untuk yang kedua kalinya, para Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun. Masa pengasingan mereka di dalam hutan diceritakan dalam kitab ''[[Wanaparwa]]''.
Setelah hidup di hutan selama 12 tahun, Pandawa pun pergi ke [[Kerajaan Matsya]]—yang dipimpin Raja [[Wirata]]—selama setahun untuk menyamar. Di sana [[Yudistira]] menyamar sebagai ''[[caturasrama|sanyasin]]'' bernama Kangka, [[Bima (Mahabharata)|Bima]] sebagai juru masak istana bernama Balawa, [[Arjuna]] sebagai penari bernama Wrehanala, [[Nakula]] sebagai pengembala kuda bernama Grantika, [[Sadewa]] sebagai pengembala sapi bernama Tantipala, dan [[Dropadi]] sebagai pelayan (''sairandri'') bernama Malini.
Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin [[Duryodana]]. Namun [[Duryodana]] tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa. Misi damai dilakukan oleh [[Kresna]], tetapi berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.
=== Perang Kurukshetra ===
[[File:The start of the great battle.jpg|jmpl|ki|Lukisan pertempuran antara Pandawa melawan [[Korawa]] di [[Kurukshetra]]. Lukisan dari studio [[Ravi Varma]], 1910-an.]]
{{main|Perang Kurukshetra}}
Pertempuran besar di Kurukshetra (atau lebih dikenal dengan istilah ''[[Bharatayuddha]]'' di [[Indonesia]]) merupakan pertempuran sengit yang berlangsung selama delapan belas hari. Pihak Pandawa maupun pihak [[Korawa]] sama-sama memiliki kesatria-kesatria besar dan angkatan perang yang kuat. Pasukan kedua belah pihak hampir gugur semuanya, dan kemenangan berada di pihak Pandawa karena mereka berhasil bertahan hidup dari pertempuran sengit tersebut. Semua Korawa gugur di tangan mereka, kecuali [[Yuyutsu]], satu-satunya Korawa yang memihak Pandawa sesaat sebelum pertempuran berlangsung.
=== Akhir riwayat ===
Dalam ''[[Prasthanikaparwa]]'' dikisahkan bahwa setelah [[Kresna]] wafat, [[Byasa]] menyarankan para Pandawa agar meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup sebagai pertapa ([[caturasrama|sanyasin]]). Sebelum meninggalkan kerajaan, [[Yudistira]] menyerahkan takhta [[kerajaan Kuru]] kepada [[Parikesit]], cucu [[Arjuna]], sementara [[Indraprastha]] dipimpin oleh [[Bajra (Mahabharata)|Bajra]] dari bangsa [[Yadawa]]. Setelah menyelesaikan urusan di kerajaannya, para Pandawa beserta [[Dropadi]] melakukan perjalanan mengelilingi tempat-tempat suci di [[Bharatawarsha]] ([[sejarah India|India Kuno]]), dengan tujuan akhir di Gunung [[Himalaya]]. Sebelum sampai di puncak, satu per satu dari mereka meninggal dalam perjalanan. Hanya Yudistira yang masih bertahan hidup dan didampingi oleh seekor anjing yang setia. Sesampainya di puncak, Yudistira dijemput oleh Dewa [[Indra]] yang menaiki kereta kencana. Sang dewa mengajak Yudistira ke sorga, tetapi anjing yang menemani perjalanannya dilarang untuk ikut. Yudistira pun menolak untuk mencapai surga jika harus meninggalkan anjingnya. Karena sikap tulus yang ditunjukkan oleh Yudistira, anjing tersebut menampakkan wujud aslinya, yaitu Dewa [[Yama|Dharma]]. Dewa Dharma berkata bahwa Yudistira telah melewati ujian yang diberikan kepadanya dengan tenang dan ia berhak berada di surga.
Sesampainya di surga, [[Yudistira]] terkejut karena ia tidak melihat saudara-saudaranya; sebaliknya ia melihat [[Duryodana]] beserta sekutunya di surga. Dewa [[Indra]] berkata bahwa saudara-saudara Yudistira berada di neraka. Mendengar hal itu, Yudistira lebih memilih tinggal di neraka bersama saudara-saudaranya daripada tinggal di surga. Pada saat itu, pemandangan tiba-tiba berubah. Dewa Indra pun berkata bahwa hal tersebut merupakan salah satu ujian yang diberikan kepadanya, dan sebenarnya saudara Yudistira telah berada di surga. Akhirnya Yudistira pun berkumpul bersama para saudaranya di surga.
== Lihat pula ==
* [[Bharatayuddha]]
* [[Perang Kurukshetra]]
* [[Silsilah Dinasti Kuru dan Yadu|Silsilah Pandawa dan Korawa]]
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
{{commonscat|Pandavas|Pandawa}}
* {{en}} [http://www.sacred-texts.com/hin/maha/index.htm ''The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa''] (1883–1896), diterjemahkan dari bahasa Sanskerta ke bahasa Inggris oleh [[Kisari Mohan Ganguli]].
{{Mahabharata}}
[[Kategori:Pandawa| ]]
|