Surabaya (novel): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
udah dikembangin
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Desember 2022}}
 
{{Infobox book
<!-- |italic title = (see above) -->
Baris 26 ⟶ 28:
"'''Soerabaja'''" ([[EYD]] "'''Surabaya'''", atau "'''Surabaja'''") adalah salah satu [[novel]] yang ditulis oleh [[Idrus]] dan dipublikasikan tahun 1946 atau 1947.
 
== Latar belakang ==
"Surabaya" ditulis oleh [[Idrus]] (1921-1979), seorang [[penulis]] [[Minangkabau]] dari [[Padang]], [[Sumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]. Idrus memulai kariernya dalam [[sastra]] sebagai [[editor]] di [[Balai Pustaka]], penerbit resmi pemerintah kolonial Belanda, pada tahun 1943.{{sfn|Jakarta City Government, Idrus}} Dalam periode ini ia mulai menulis [[cerita pendek]].{{sfn|Balfas|1976|p=88}}
 
Cerita pendek pertama Idrus adalah "Ave Maria", menunjukkan petunjuk dari [[romantisisme]], pada saat menulis "Surabaya", bagaimanapun, dia telah menjadi letih dengan realitas kehidupan.{{sfn|Jassin|1985|p=50}} Dia telah menjadi [[saksi]] untuk beberapa peristiwa yang kemudian menjadi bagian dari karyanya.{{sfn|Balfas|1976|p=89}}
 
== Plot ==
"Surabaya" kata yang dalam [[wikt:fragmen|fragmen]], dengan tidak ada [[karakter utama]] tunggal.{{sfn|Jassin|1985|pp=55–56}} Cerita dimulai dengan sekelompok [[Orang Indo]] mengibarkan [[bendera Belanda]] diatas [[hotel Yamato]] kota [[Surabaya]] setelah [[Jepang]] yang [[pendudukan Jepang di Indonesia|menginvasi]] pada tahun 19421945 [[kapitulasi Jepang|menyerah]]. Bendera [[Insiden Hotel Yamato|diturunkan]] oleh orang [[pribumi]] pro-nasionalis dan diganti dengan bendera negara ([[bendera Indonesia]]) yang baru [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikan]]. Kemudian, [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|pasukan Sekutu]] mendarat di kota. Setelah pasukan pribumi mengabaikan [[ultimatum]] untuk menyerahkan senjata mereka, pertempuran pecah, yang berpuncak dengan [[Pertempuran Surabaya|pengeboman Surabaya]] pada 10 November 1945.
 
Penduduk sipil Indonesia meninggalkan kota, menuju [[Krian, Sidoarjo|Krian]] dan [[Sidoarjo]]. Mereka sangat mencurigai dan membunuh siapapun yang dituduh [[mata-mata]]. Dalam kelompok besar pengungsi, laki-laki dan perempuan menjadi rentan terhadap perselingkuhan. Sementara itu, tentara muda di Surabaya berjuang untuk mempertahankan kota tapi dengan cepat menjadi tertekan karena kurangnya senjata dan perlengkapan. Cerita berakhir pada bulan Mei 1946.
 
== Referensi ==
{{reflist}}