Tauhid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Esbeer (bicara | kontrib)
k Penambahan informasi #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(236 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{gabung ke|Allah (Islam)}}
{{Aqidah}}
{{IslamAllah}}
{{Islam|rukuniman}}
'''Tauhid''' ([[Bahasa Arab|Arab]] :توحيد), adalah konsep dalam [[aqidah]] [[Islam]] yang menyatakan keesaan [[Allah]].
'''Tauhid''' ({{lang-ar|توحيد}}) merupakan dasar agama [[Islam]] yang secara persis diungkapkan dalam frasa “''Lā ilāha illallāh''”.{{sfn|Philips|2005|p=11}} Dalam konsep Islam tauhid adalah konsep dalam [[akidah]] [[Islam]] yang menyatakan keesaan [[Allah]].{{sfn|Miswanto|2012|p=49}} Islam mengajarkan bahwa Allah esa (satu) tidak dari segi bilangan. Melainkan dari segi bahwa Allah tidak mempunyai sekutu atau serupa. Allah satu dari segi Dzatnya, dengan makna bahwa tidak ada dzat yang serupa dengan Dzat Allah. Karena Dzat Allah bukanlah benda dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda, karena Allah-lah yang menciptakan seluruh benda beserta segenap sifat-sifatnya. Allah sudah ada sebelum seluruh ciptaan ini ada. Allah tidak dapat dibayangkan karena bayangan benak manusia hanya bisa menjangkau hal-hal yang biasa dijumpai, dilihat, didengar, atau dirasakannya dengan panca indera. Dan Allah tidaklah serupa dengan hal-hal demikian. Mengamalkan tauhid dan menjauhi [[syirik]] merupakan konsekuensi dari kalimat [[syahadat]] yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
 
Dalam [[Tauhid#Rububiyah|tauhid rububiyah]], Allah diakui sebagai satu-satunya ''Rabb'' (Yang Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ''‘abd'' (hamba/budak/yang dikuasai).{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|pp=15-16}} Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan kerajaan alam semesta.{{sfn|Al-Utsaimin|2000|p=21}} Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi manfaat dan bahaya.{{sfn|Zaki|2017}} Allah yang mengurus segala sesuatu; semua urusan yang Dia tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa terhadap apa yang Dia kehendaki.{{sfn|Zaki|2017}} [[Sumber-sumber hukum Islam|Dalilnya]] adalah ayat dalam [[#Sumber hukum dan ajaran Islam|Alquran]], “Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.”{{Cite quran|b=n|7|54}}{{sfn|Al-Utsaimin|2000|p=21}}
Tauhid menurut (salafi) dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid [[rububiyah]], [[uluhiyah]] dan [[Asma wa Sifat]].
 
Mengamalkan tauhid dan menjauhi [[syirik]] merupakan konsekuensi dari kalimat [[syahadat|syahadat]] yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Allah juga diakui memiliki kesempurnaan [[#Asmaul Husna|nama]] dan sifat (sifat perangai dan sifat perbuatan) selain mencipta, mengurus, dan merajai alam semesta; hal ini dibahas dalam [[Tauhid#Asma wa sifat|tauhid asma wa sifat]] (keesaan nama dan sifat).{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=17}} Nama dan sifat Allah diketahui melalui dan ditetapkan dengan [[Alquran]] dan [[Sunnah]] pada makna tersuratnya dan tidak bisa ditetapkan oleh akal semata.{{sfn|Al-Utsaimin|1984|p=6-8}} Namun, nama dan sifat Allah tidak terbatas; selain dari yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah dirahasiakan dalam ilmu gaib-Nya.{{sfn|Al-Utsaimin|1984|p=8}}
 
Dalam [[Tauhid#Uluhiyah/Ibadah|tauhid uluhiyah]], Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala bentuk [[#Ibadah|peribadahan]] dari seluruh makhluk-Nya.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=17}} Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=18}} Ibadah atau penghambaan diri kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=21}} Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=26}} Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik (mempersekutukan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=26}}
{{Teks quran blok|s=31|tanpa nomor=y
|a=13|t=Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”
|attr={{cite quran|style=ref|31|13}}}}
 
== Etimologi ==
Kata tauhid adalah kata benda infinitif (masdar) dalam bahasa Arab ''waḥḥada-yuwaḥḥidu-tawḥīdan'' yang berarti menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan.{{Sfnm|1a1=Philips|1y=2005|1p=17|2a1=Al-Fauzan|2y=2001|2p=9|3a1=Yulian|3y=2011}} Syaikh [[Muhammad bin Shalih Al Utsaimin]] menambahkan bahwa makna ini akan sempurna jika ditambahkan penafikan segala sesuatu selain yang dijadikan satu tersebut.{{sfn|Yulian|2011}} Kata tauhid, dalam bentuk masdarnya maupun bentuk lainnya, tidak muncul dalam Alquran. Kata ini muncul di beberapa hadis Nabi Muhammad dalam bentuk kata kerja. Misalnya, Nabi Muhammad menyebutkan kata ini ketika akan mengutus [[Mu'adz bin Jabal]] untuk berdakwah ke Yaman, {{lang|ar|فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَ}} “Jadikanlah ajakan pertamamu kepada mereka adalah mentauhidkan Allah ta'ala.”{{efn|[https://sunnah.com/bukhari:7372 HR Bukhari 7372]}}<ref name="Binbaz dalil tauhid">Ibn Baz. "[https://binbaz.org.sa/fatwas/56/الدليل-على-كلمة-التوحيد Al-Dalīl ‘alā kalimat al-tawḥīd]".</ref>
 
== Kedudukan tauhid dalam Islam ==
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakanditerimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan [[Rasulullah]]. Adapun yang dimaksud syarat adalah apa-apa yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan harus sampai akhir pelaksanaan. Hal ini berhubungan dengan niat sesorang. Jika seseorang melakukan sesuatu hanya karena Allah, maka syarat untuk diterimanya semua bentuk amal perbuatanibadah disampingialah niat karena Allah tersebut harus tetap sama sampai akhir. Disamping itu, jika apa yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tuntunan dan sunnah Rasulullah, maka kemungkinan besar amalan tersebut diterima sebagai ibadah di hadapan Allah. Dan sebaliknya, jika apa-apa yang dilakukan di landaskan selain karena Allah, atau ternyata niatnya sudah karena Allah tetapi ditengah-tengah niatnya berubah maka sudah barang tentu amalan tersebut tertolak di hadapan Allah walaupun sudah sesuai tuntunan Rasulullah.
 
== Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan &dan keagungan tauhid ==
Berikut ini adalah dalil dari Qur'an mengenai keutamaan dan keagungan tauhid, di antaranya adalah:
Allah Subhaanahu Wa Ta{{Cquote|'aalaa berfirman: ''"Dan...dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.''" (QS An-Nahl 16: 36)}}
 
{{Cquote|''"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan".'' (QS At-Taubah: 9:31)}}
 
{{Cquote|''"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)".'' (QS Az-Zumar: 39:2-3)}}
 
{{Cquote|''"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.''" (QS Al-BayinahBayyinah 98: 5)}}
 
== Perkataan ulama tentang tauhid ==
{{Noref section}}
SyaikhulPakar Islamilmu keyakinan islam (''[[aqidah]]'') asal Arab Saudi, [[Ibnu Taimiyah]] rahimahullah mengatakan: ''"{{kutipan|Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullahrasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam{{saw}}. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullahrasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam{{saw}} dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya"'' (|Majmu' Fatawa 15/25)}}
 
Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka [[setan|setan]] adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Setan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.
 
Jika setan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, setan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bidah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4)
 
== PembagianPenjabaran tauhid ==
Al-Qur'an adalah rujukan utama dalam memahami Tauhid. Setiap muslim menyakini bahwa mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah tidak mungkin, kecuali Dia sendirilah yang memberitahukannya kepada manusia, karena pada kenyataannya Tuhan tidak mampu dijangkau pandangan dan indera manusia. Oleh karenanya Allah memberitahukan kepada manusia melalui wahyu kepada para nabi yang termuat dalam kitabNya dan Haditsnya. Menurut dalil-dalil yang terdapat didalam Al-Qur'an, Tauhid dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
 
=== Ar-[[Tauhid rububiyah|Tauhid Rububiyah]] ===
Yaitu berimanBeriman bahwa hanya Allah satu-satunya [[Rabb]] yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana yang terdapat dalam [[Al Quran]] yang berbunyi:
{{QuoteCquote|"''Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu"|([[surat Az Zumar|QS.'' (Az-Zumar]], ayat 39:62)}}
{{Quote|"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu"|(QS. Ash-Shaffat, ayat 96)}}
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah
{{Quote|"“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“|(QS. Ath-Thur: 35-36)}}
 
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah :
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah saja belumlah menjadikan seseorang menjadi beragama Islam, karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rasulullahpun mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,
{{QuoteCquote|"“Apakah''Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“|'' (QS. Ath-Thur: 35-36)}}
{{Quote|“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’”|(QS. Al-Mu’minun: 86-89)}}
 
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah sajaini belumlahtidaklah menjadikan seseorang menjadi beragama Islam, karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rasulullahpunrasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,
=== Uluhiyah/Ibadah ===
{{QuoteCquote|“Katakanlah''Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy[[Arsy]] yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’”|''' (QS. Al-Mu’minun: 86-89)}}
Yaitu beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya.
{{Quote|''"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana"''|(QS. 'Ali 'Imran: 18)}}
Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para Rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu
 
=== [[Tauhid uluhiyah|Tauhid Uluhiyah]]/Ibadah ===
{{Quote|“Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” |(QS. Shaad: 5). }}
Uluhiyah dapat diartikan sebagai mentauhidkan atau mengesakan Allah dari segala bentuk peribadahan baik yang dzohir (terlihat) maupun batin<ref>{{Cite book|title=Syarh Tauhid|last=Al Jadid|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=17|url-status=live}}</ref> Itu artinya Kita beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, yaitu dengan menunjukkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah Taala, seperti salat, puasa, zakat, haji, jihad, doa, sujud, cinta, marah, bersumpah, pengagungan, rasa takut, ras harap, meminta perlindungan, meminta pertolongan di kala sulit, menyembelih, nazar, dan selainnya.<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=Zulhijjah 1441 / Juli 2020|title=MULIA DENGAN MANHAJ SALAF|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=281|url-status=live}}</ref> ''"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). {{Cquote|''Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.'' ('Al 'Imran 3:18)}}
Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNyarububiyah-Nya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. DimanaDi mana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para Rasulrasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu {{Cquote|''Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.'' (Shaad 38:5)}} Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
 
=== [[Tauhid asma dan sifat|Tauhid Asma wa Sifat]] ===
{{Quote|“Katakanlah : Siapakah yang memberimu rezeki dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengetur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab “Allah” Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” |(QS. Yunus : 31)}}
Yaitu mengimani sifat-sifat Allah yang mulia dan nama-nama-Nya yang indah menurut cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa [[tahrif]] (merubah maknanya), tanpa [[takyif]] (menggambarkan sifatnya), tanpa [[takwil]] (menyelewengkan makna sifat dari makna sebenarnya), tanpa [[ta'til]] (menolak sifat-sifat-Nya) dan tanpa [[tafwid]] menyerahkan makna dari suatu sifat allah Kepada-Nya).<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=Zulhijjah 1441 / Juli 2020|title=MULIA DENGAN MANHAJ SALAF|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=282|url-status=live}}</ref>
 
Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut:
=== Al-Asma wa as-Sifat ===
Yaitu beriman bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya.
 
''“Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah”.''<ref>{{Cite web|url=https://islamhariini.com/penjelasan-dan-penerapan-ilmu-tauhid/|title=Penjelasan Konsep Ilmu Tauhid dengan Praktik yang Benar {{!}} IslamHariIni|date=2017-05-06|website=Berita Islam Hari Ini|language=id-ID|access-date=2018-12-07}}</ref>
{{Quote|"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."|(QS.Asy-Syura, ayat 11)}}
 
=== Tidak ada tauhid mulkiyah ===
Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.
Tauhid itu adacuma tigasatu macamsesuai makna asalnya yaitu meng-esa-kan Allah, dengan penjabaran seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah [[Tauhid Mulkiyah]] ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]
{{Quote|"Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.”|(HR. Bukhari, no.2736, Muslim, no.2677 dan Ahmad, no.7493).}}
{{Cquote|''Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.'' (Yusuf 12:40)}}
 
==Catatan kaki dan referensi==
Selain 99 asmaul Husna tadi masih ada nama-nama dan sifat-sifat lain bagi Allah, berdasarkan hadits:
===Catatan kaki===
{{Quote|"Saya meminta kepada-Mu dengan perantara semua nama-Mu, yang Engkau gunakan untuk menamakan diri-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang diantara makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam sebagai rahasia di sisi-Mu.”|(HR. Ahmad, Ibn Hibban, dan dishahihkan Syua’aib Al-Arnauth).}}
{{notelist}}
 
===Sitasi===
Ibnul Qayim mengatakan dalam Syifaul Alil Hal. 472,
{{reflist}}
{{Quote|"Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: 'Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama' tidaklah meniadakan bahwa Allah memiliki nama-nama yang lain. Sebagaimana ada orang mengatakan, “Fulan memiliki 100 budak untuk dijual dan 100 budak untuk pasukan perang.” Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama. Tidak sebagaimana pendapat Ibnu Hazm, yang beranggapan bahwa nama-nama Allah hanya terbatas 99 saja."|(Al-Qawaidul Mutsla, Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Hal. 13 – 14).}}
 
===Daftar pustaka===
=== Tidak ada tauhid mulkiyah ===
{{refbegin|indent=yes}}
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]
*{{cite book |ref=harv |last=Al-Fauzan |first=Shalih Fauzan Abdullah |authorlink=Shalih bin Fauzan al-Fauzan |year=2001 |title=Al-Mulakhkhaṣ fī Syarḥ Kitāb al-Tawḥīd |language=Arab |url=https://waqfeya.com/book.php?bid=1980 |location=Riyadh |publisher=Darul 'Ashimah |isbn=9960-837-43-2 }}
*{{cite book |ref=harv |last=Al-Utsaimin |first=Muhammad ash-Shalih |authorlink=Muhammad bin Shalih al-Utsaimin |year=1984 |title=Syarḥ Lum‘at al-I‘tiqād al-Hādī ilā Sabīl al-Rasyād |location=Damaskus |publisher=Muassasatur Risalah, Maktabatur Rusyd |url=https://waqfeya.com/book.php?bid=8933 |language=Arab}}
*{{cite book |ref=harv |last=Al-Utsaimin |first=Muhammad ash-Shalih |year=2000 |title=Syarḥ al-‘Aqīdah al-Wāṣiṭīyah |location=Riyadh |publisher=Dar Ibnul Jauzy |volume=1 |language=Arab |url=http://waqfeya.com/book.php?bid=2837 |authormask=4}}
*{{cite book |ref=harv |last=At-Tuwaijiri |first=Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah |title=Mukhtaṣar al-Fiqh al-Islāmī fī Ḍaw’ al-Qur’ān was-Sunnah |year=2010 |language=Arab |url=http://waqfeya.com/book.php?bid=6921 |location=Qasim, Arab Saudi |publisher=Dar Ashdaa`il Mujtama'}}
*{{Cite book |ref=harv |title=Agama, Keyakinan, dan Etika |last=Miswanto |first=Agus |publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang |year=2012 |isbn=978-602-18110-0-9 |location=Magelang}}
*{{cite book |ref=harv |last=Philips |first=Abu Ameenah Bilal |year=2005 |edition=2 |title=The Fundamentals of Tawḥeed |language=Inggris |url=https://archive.org/details/FP1151 |location=Riyadh |publisher=International Islamic Publishing House |isbn=9960-9648-0-9 }}
*{{cite web |ref=harv |last=Zaki |first=Ahmad |date=2017-01-14 |df=dmy |title=Mā Huwa Tawḥīd al-Rubūbīyah |language=Arab |website=Maudhū‘ |url=https://mawdoo3.com/ما_هو_توحيد_الربوبية |access-date=26 April 2019}}
 
'''Situs web'''
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
 
{{Cite web |ref=harv |url=http://www.muslim.or.id/6615-makna-tauhid.id.html |title=Makna Tauhid |last=Yulian |first=Purnama |date=26 Juli 2011 |access-date=18 September 2019}}
== Referensi ==
{{refend}}
* {{id}} [http://www.almanhaj.or.id/content/1544/slash/0 RUKUN IMAN Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]
* {{id}} [http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detail&id_online=30 http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detail&id_online=30]
* {{id}} [http://www.konsultasisyariah.com/99-nama-asmaul-husna/ 99 nama asmaul husna]
* Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan
* {{id}} [http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=44&Itemid=9 Kedudukan Tauhid - MediaMuslim.Info]
* {{id}} [http://muslim.or.id/aqidah/hakekat-tauhid.html Hakikat dan Kedudukan Tauhid]
 
== PranalaBacaan luarlanjut ==
* Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan
* {{id}} [http://www.almanhaj.or.id/ Al-Manhaj Berjalan di atas manhaj As Salafus Shaleh]
* ''Al Istighatsah'', karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4.
* {{id}} [http://www.mediamuslim.info/ MediaMuslim INFO Website]
{{Topik Islam}}
* {{id}} [http://www.kisahislam.com/ Kisah ISlam COM Online]
{{Authority control}}
* {{id}} [http://www.arsipmoslem.wordpress.com/ Arsip Moslem Blogs]
* {{id}} [http://www.aqidahislam.wordpress.com/ Aqidah Islam Blogs]
* {{id}} [http://pondasi-islam.blogspot.com/ Arsip Dasar-Dasar Islam Blogs]
 
[[Kategori:MuslimTauhid| ]]
[[Kategori:Islam]]
[[Kategori:Allah]]
[[Kategori:Iman]]
[[Kategori:Tauhid| ]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Kata dan frasa Arab]]
[[Kategori:IslamTeologi Syiah]]