Raden Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Smankusors (bicara | kontrib)
Mengganti link "Raden Saleh Art Gallery" dengan link "Situs Web Raden Saleh"
Daeng Hanif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(106 revisi perantara oleh 55 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox person
{{tone}}
| pre-nominals = Raden
{{Infobox artis indonesia
| name = Raden = Saleh Sjarif Boestaman
| image = Carl Johann Baehr - Porträt des Raden Saleh Syarif Bustaman.jpg
| image = RadenSaleh.jpg
| imagesize = 200px
| caption = "''Potret studio Raden Saleh Syarif Bustaman''", 1872.oleh Carl Johann Baehr, sekitar 1840
| birthname = Saleh Sjarif Boestaman
| birthdatebirth_date = 1807<ref name="nusantara">[http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: The Romantic Aristocrat]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191127054620/http://www.nusantara.com/heritage/raden.html |date=27 November 2019 }}</ref><ref name="casema">[http://home.casema.nl/stamesko/dutchpainters.html Versi lain] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081013072909/http://home.casema.nl/stamesko/dutchpainters.html |date=13 Oktober 2008 }} menyebutkan 18101811.</ref> atau 1811<ref name="saleh">[{{Cite web |url=http://www.raden-saleh.org/english.html |title=Prince Raden Saleh: Aristocrat, Artist, Scientist and Patriot] |access-date=4 Juni 2013 |archive-date=28 Februari 2012 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120228225252/http://www.raden-saleh.org/english.html |dead-url=yes }}</ref>
| birthplacebirth_place = {{negara|Belanda}} = [[Semarang]], [[Hindia Belanda]]
| deathdatedeath_date = {{Death date|1880|4|23}}
| deathplacedeath_place = {{negara|Belanda}} = [[Buitenzorg]], [[Hindia Belanda]]
| restingplace = [[Bogor]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
| restingplacecoordinates =
| othername =
| occupation = [[Seniman]], = [[Pelukis]]
| yearsactive = 1829 - 1880
| spouse = Raden Ayu Danudirdja
| domesticpartnerchildren =
| parents = Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin [[Yahya Ba’alawi|Yahya]]<br>Mas Adjeng Zarip Husen
| children =
| website =
| parents= Sayyid Hoesen<br>Mas Adjeng Zarip Hoesen
| awards =
| influences =
| influenced =
| website =
| awards =
}}
'''Saleh Sjarif Boestaman''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Saleh Syarif Bustaman'''; {{lahirmati|[[Semarang]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]||05|1807|[[Bogor]], [[Jawa Barat]]|23|14|1880}}) atau dikenal sebagai '''Raden Saleh''' adalah seorang pelukis [[Hindia Belanda]] beretnis [[Arab-Indonesia|Arab]]-[[suku Jawa|Jawa]] yang menjadi pionir seni modern [[Indonesia]] (saat itu [[Hindia Belanda]]). Lukisannya merupakan perpaduan [[Romantisisme]] yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa si pelukis.<ref name=":0">{{Cite news|last=Setyaningrum|first=Puspasari|date=23 Januari 2022 |title=Biografi Singkat Raden Saleh dan Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro|url=https://regional.kompas.com/read/2022/01/23/224259978/biografi-singkat-raden-saleh-dan-makna-lukisan-penangkapan-pangeran|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=5 Juni 2022|editor-last=Setyaningrum|editor-first=Puspasari}}</ref>
'''Raden Saleh Sjarif Boestaman''' ([[Kota Semarang|Semarang]], 1807<ref name="nusantara"/><ref name="casema"/> atau 1811<ref name="saleh"/> - [[Buitenzorg]] (sekarang Bogor), [[23 April]] [[1880]]) adalah salah seorang pelukis terkenal dari [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]).
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het huis van de kunstschilder Raden Saleh door hemzelf gebouwd. TMnr 60005156.jpg|jmpl|300px|Rumah Raden Saleh di ''[[Batavia]]'' tahun [[1875]]-[[1885]]; sekarang bernama [[Rumah Sakit Primaya PGI Cikini]].]]
 
== Masa kecil ==
[[Berkas:Raden Saleh (1814-1880), Painter in Batavia WDL2907.jpg|jmpl|kiri]]
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Suku Jawa|Jawa]] ningrat. Dia adalah cucu dari [[Sayyid]] Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>{{cite book|author=Algadri, Hamid |year=1994|page=187|location=Jakarta, Indonesia|title=Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia|publisher=LP3ES|isbn=979-8391-31-4 |url=http://books.google.com/books?id=kGJwAAAAMAAJ&q=raden+saleh+bustaman&dq=raden+saleh+bustaman&hl=en&ei=p9y5TaDnKOXdiAKunJAV&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDEQ6AEwAA |accessdate=April 28, 2011}}</ref> Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Suku Jawa|Jawa]] ningrat. Dia adalah cucu dari [[Sayyid]] Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>{{cite book|author=Algadri, Hamid|year=1994|page=187|location=Jakarta, Indonesia|title=Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia|publisher=LP3ES|isbn=979-8391-31-4|url=http://books.google.com/books?id=kGJwAAAAMAAJ&q=raden+saleh+bustaman&dq=raden+saleh+bustaman&hl=en&ei=p9y5TaDnKOXdiAKunJAV&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDEQ6AEwAA|accessdate=28 April 2011}}</ref> Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, Semarang. Ada versi lain menyatakan bahwa Beliau sesungguhnya adalah seorang bangsawan yang merupakan putra dari Raden Syarief Husein yang merupakan putra langsung dari Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam <ref>{{Cite book|last=Wisetrotomo|first=Suwarno|date=2009|title=Raden Saleh: Bangsawan, Pelukis, dan Ilmuan|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite web|date=2013-04-21|title=Kisah Keturunan Raden Saleh yang Hidup Sebagai Tukang Permak Pakaian|url=https://news.detik.com/berita/d-2226032/kisah-keturunan-raden-saleh-yang-hidup-sebagai-tukang-permak-pakaian|website=Detiknews|access-date=2024-08-08}}</ref> . Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').<ref name=":0" />
 
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang [[Belanda]] dan lembaga-lembaga elite Hindia- Belanda. Seorang kenalannya, Prof. [[C.G.C. Reinwardt|Caspar Reinwardt]], pendiri [[Kebun Raya Bogor]] sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk [[Jawa]] dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan [[Belgia]], [[A.A.J. Payen]] yang didatangkan dari [[Belanda]] untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen ''van Kolonieen'' di [[Belanda]]. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
 
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di [[Belanda]], namuntetapi mantan mahaguru Akademi Senirupa di [[Doornik]], Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami [[seni lukis]] Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan [[cat minyak]]. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling [[Jawa]] mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang [[Indonesia]] di daerah yang disinggahi.
 
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke [[Belanda]]. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] yang memerintah waktu itu ([[1819]]-[[1826]]), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
 
Tahun [[1829]], nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan [[Pangeran Diponegoro]] oleh [[Jenderal]] [[Hendrik Merkus de Kock]], Capellen membiayai Saleh belajar ke [[Belanda]]. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi [[Belanda]] untuk Departemen ''van Kolonieen'' tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, [[Bahasa Jawa]], dan [[Bahasa Melayu]]. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
 
== Belajar ke Eropa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kunstschilder Raden Saleh. TMnr 60005151.jpg|rightka|thumbjmpl|"''PotretFoto diristudio Raden Saleh''", karyadi pelukis Belanda [[Friedrich Carl Albert Schreuel]] (sekitar tahunBatavia, 1840)1872.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret met de echtgenote van kunstschilder Raden Saleh en een bediende Batavia TMnr 60043601.jpg|thumbjmpl|PotretFoto studio istri Raden Saleh dan pembantunya di Batavia (sekitar tahun 1860-1872).]]
Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari [[Cornelis Kruseman]] dan tema pemandangan dari [[:en:Andreas Schelfhout|Andreas Schelfhout]] karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang [[Belanda]] saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah [[Belanda]] dan keluarga kerajaan.
Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.
 
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan [[Amsterdam]]. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "''Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia''", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.
 
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, [[Willem I dari Belanda|Raja Willem I]] ([[1772]]-[[1843]]), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari [[Cornelis Kruseman]] dan tema pemandangan dari [[Andries Schelfhout]] karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang [[Belanda]] saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah [[Belanda]] dan keluarga kerajaan.
 
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu,<ref>{{Cite web|title=Pengembaraan Raden Saleh ke Eropa dan Pemikiran Tentang Bangsanya - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/133280027/pengembaraan-raden-saleh-ke-eropa-dan-pemikiran-tentang-bangsanya|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=5 Juni 2022}}</ref> misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan [[Amsterdam]]. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
 
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme [[Ferdinand Victor Eugene Delacroix]] ([[1798]]-[[1863]]), pelukis [[Prancis]] legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara [[Kementerian Hubungan Kerajaan dan Jajahan|Menteri Jajahan]], [[Willem I dari Belanda|Raja Willem I]] ([[1772]]-[[1843]]), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
 
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari [[1848]] di [[Paris]], yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Prancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, [[Horace Vernet]], ke [[Aljazair]] untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: [[Austria]] dan [[Italia]]. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun [[1851]] ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
 
== Kembali ke Hindia Belanda ==
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh [[romantisme]] [[Ferdinand Victor Eugene Delacroix]] ([[1798]]-[[1863]]), pelukis [[Perancis]] legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
[[Berkas:Villa van Raden Saleh, 1863 - 1866 - Rijksmuseum edit.jpg|al=|kiri|jmpl|300x300px|Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang menjadi bagian dari [[Rumah Sakit PGI Cikini]])]]
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "Di sini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat. Saleh membangun sebuah rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]] yang didasarkan istana Callenberg, di mana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, [[Taman Ismail Marzuki]] dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai [[Rumah Sakit PGI Cikini]].
 
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Kraton Yogyakarta]] bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke [[Bogor]], dimana ia menyewa sebuah rumah dekat [[Kebun Raya Bogor]] yang berpemandangan [[Gunung Salak]]. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.<!--Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari [[1848]] di [[Paris]], yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, [[Horace Vernet]], ke [[Aljazair]] untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: [[Austria]] dan [[Italia]]. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun [[1851]] ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
 
Di [[Batavia]] ia tinggal di rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]]. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi [[Taman Ismail Marzuki]]. Sementara rumahnya menjadi [[Rumah Sakit PGI Cikini]], [[Jakarta]].
== Kembali ke Hindia ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het huis van de kunstschilder Raden Saleh door hemzelf gebouwd. TMnr 60005156.jpg|thumb|300px|Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang [[Rumah Sakit PGI Cikini]])]]
Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
 
Di [[Batavia]] ia tinggal di rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]]. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi [[Taman Ismail Marzuki]]. Sementara rumahnya menjadi [[Rumah Sakit PGI Cikini]], [[Jakarta]].
 
Tahun [[1875]] ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun [[1878]]. Selanjutnya, ia menetap di [[Bogor]] sampai wafatnya pada [[23 April]] [[1880]] siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.
 
Tertulis pada nisan makamnya di [[Bondongan, Bogor Selatan, Bogor|Bondongan]], [[Kota Bogor|Bogor]], "''Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda''". Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh.-->
 
== Lukisan ==
Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di PerancisPrancis ([[1844]] - [[1851]]).
 
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis PerancisPrancis [[Gerricault]] ([[1791]]-[[1824]]) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.
Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan.
 
Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas
Wajar bila muncul pendapat, meski menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkan mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda. Ini diwujudkannya dalam lukisan ''Penangkapan Pangeran Diponegoro''.
 
di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan.
[[Berkas:Nicolaas Pieneman - The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock.jpg|thumbnail|right|Lukisan "''Penyerahan Diri Diponegoro''" karya pelukis Belanda [[Nicolaas Pieneman]] (1835).]]
Meski serupa dengan karya [[Nicolaas Pieneman]], ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya [[Pangeran Diponegoro]] yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang [[Jenderal de Kock]] berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.
 
=== ''Penangkapan Diponegoro'' ===
Berbeda dengan versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun [[1857]] itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan [[Ramadhan]]. Maknanya, Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik. Namun, perundingan gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jenderal de Kock tahu musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadhan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam [[tasbih]].
[[Berkas:Raden Saleh - Diponegoro arrest.jpg|jmpl|300px|kiri|"''Penangkapan Pangeran Diponegoro''" karya Raden Saleh (1857).]]
[[Berkas:Nicolaas Pieneman - The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock.jpg|jmpl|300px|kiri|"''Penyerahan Diri Diponegoro''" karya [[Nicolaas Pieneman]] (1835).]]
Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, ''Penangkapan Pangeran Diponegoro'',<ref name=ng26>National Geographic. "Pionir di Celah Dua Loka" (2012), h.26</ref> yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada [[Pangeran Diponegoro]] yang mengakhiri [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] pada 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di [[Magelang]] untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, tetapi pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun ditangkap.
 
Pada waktu Saleh, peristiwa tersebut telah dilukis oleh pelukis Belanda [[Nicolaas Pieneman]] dan dikomisikan oleh [[Jenderal de Kock]]. Diduga Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak setuju dengan gambaran Pieneman, Raden memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari kiri. Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Pieneman memberi judul lukisannya ''Penyerahan Diri Diponegoro'', Saleh memberi judul ''Penangkapan Diponegoro''. Diketahui bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan kepala yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan.<ref name=ng26/>
[[Berkas:Raden Saleh - Diponegoro arrest.jpg|thumbnail|right|Lukisan "''Penangkapan Diponegoro''" karya Raden Saleh (1857).]]
Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun [[1830]] yang terjadi di rumah kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ke tempat pembuangan.
 
Perubahan-perubahan ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Saleh akan tanah kelahirannya di [[pulau Jawa|Jawa]]. Hal ini juga dapat terlihat pada busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri tidak pernah ke [[Hindia Belanda]], dan karena itu ia menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab.<ref name=ng26/> Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain [[batik]] dan [[blangkon]] yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detail menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan [[Ramadhan]], karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.
Pada saat penangkapan itu, beliau berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dari usaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila beliau mendapat predikat sebagai Pahlawan Bangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Saleh dikenang dengan rasa bangga.
 
Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja [[Willem III]] di [[Den Haag]]. ''Penangkapan Pangeran Diponegoro'' baru pulang ke Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau. Namun dari itu, lukisan ''Penangkapan'' tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari Istana Kerajaan Belanda dan sekarang dipajang di [[Istana Negara]], [[Jakarta]].<ref name=ng26/>
Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan dengan baik di [[Istana Mangkunegaran]], [[Solo]]. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 [[gulden]]. Berapa nilainya sekarang mungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu lukisannya yang berukuran besar, ''Berburu Rusa'', tahun [[1996]] terjual di [[Balai Lelang Christie's]] [[Singapura]] seharga Rp 5,5 miliar.
 
<!--Meski serupa dengan karya [[Nicolaas Pieneman]], ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya [[Pangeran Diponegoro]] yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang [[Jenderal de Kock]] berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.
== Peringatan dan penghargaan ==
Tahun [[1883]], untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di [[Amsterdam]], di antaranya yang berjudul ''Hutan Terbakar'', ''Berburu Kerbau di Jawa'', dan ''Penangkapan Pangeran Diponegoro''. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain oleh Raja [[Willem III]] dan [[Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha]].
 
Berbeda dengan versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun [[1857]] itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan [[Ramadhan]]. Maknanya, Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik. Namun, perundingan gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jenderal de Kock tahu musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadhan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam [[tasbih]].
Memang banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi pelukis yang semasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat Jawa lengkap dengan [[blangkon]]. Di antara mereka adalah bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu [[Victoria]], dan sejumlah gubernur jenderal seperti [[Johannes van den Bosch]], [[Jean Chrétien Baud]], dan [[Herman Willem Daendels]].
 
Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun [[1830]] yang terjadi di rumah kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawanya ke tempat pembuangan.
Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang ''Ridder der Orde van de Eikenkoon'' (R.E.K.), ''Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde'' (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), ''Ridder van de Witte Valk'' (R.W.V.), dll.
 
Pada saat penangkapan itu, ia berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dari usaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila ia mendapat predikat sebagai Pahlawan Bangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Saleh dikenang dengan rasa bangga.
Sedangkan penghargaan dari pemerintah [[Indonesia]] diberikan tahun [[1969]] lewat [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]], secara [[anumerta]] berupa ''Piagam Anugerah Seni'' sebagai ''Perintis Seni Lukis di Indonesia''. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di [[Bogor]] yang dilakukan oleh [[Frederich Silaban|Ir. Silaban]] atas perintah Presiden [[Soekarno]], sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun [[1967]], PTT mengeluarkan [[perangko]] seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.
 
Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan dengan baik di [[Istana Mangkunegaran]], [[Solo]]. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 [[gulden]]. Berapa nilainya sekarang mungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu lukisannya yang berukuran besar, ''Berburu Rusa'', tahun [[1996]] terjual di [[Balai Lelang Christie's]] [[Singapura]] seharga Rp 5,5 miliar.-->
Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti [[Rijkmuseum]], [[Amsterdam]], [[Belanda]], dan dipamerkan di museum bergengsi [[Louvre]], [[Paris]], Perancis.
 
== Peringatan dan penghargaan ==
Pada tahun 2008, sebuah [[Raden Saleh (kawah)|kawah]] di planet [[Merkurius]] dinamai darinya.<ref>http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=2&gallery_id=2&image_id=276</ref><ref>http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=3&gallery_id=2&image_id=120</ref>
Selama hidupnya, banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang mengagumi Raden Saleh. Lukisannya dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu [[Victoria]], dan sejumlah gubernur jenderal seperti [[Johannes van den Bosch]], [[Jean Chrétien Baud]], dan [[Herman Willem Daendels]]. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat bintang ''Ridder der Orde van de Eikenkoon'' (R.E.K.), ''Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde'' (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan ''Ridder van de Witte Valk'' (R.W.V.).
 
Pada tahun 1883, diadakan pameran lukisan Raden Saleh di [[Amsterdam]] untuk memperingati tiga tahun wafatnya Saleh, atas prakarsa Raja [[Willem III]] dan Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha. Di antaranya terdapat lukisan ''Hutan Terbakar'', ''Berburu Kerbau di Jawa'', dan ''Penangkapan Pangeran Diponegoro''
==Galeri karya==
 
{{commonscat|Raden Saleh}}
Sedangkan penghargaan dari pemerintah [[Indonesia]] diberikan pada tahun 1969 lewat [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]] secara [[anumerta]], berupa ''Piagam Anugerah Seni'' sebagai ''Perintis Seni Lukis di Indonesia''. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di [[Bogor]] yang dilakukan oleh [[Frederich Silaban|Ir. Silaban]] atas perintah Presiden [[Soekarno]], sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan [[prangko]] seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya.
{{commonscat|Paintings by Raden Saleh|Lukisan karya Raden Saleh}}
 
Pada tahun 2008, sebuah [[Raden Saleh (kawah)|kawah]] di planet [[Merkurius]] dinamai darinya.<ref>{{Cite web |url=http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=2&gallery_id=2&image_id=276 |title=New Names for a Second Set of Craters on Mercury |access-date=23 Oktober 2011 |archive-date=15 April 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20130415145703/http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=2&gallery_id=2&image_id=276 |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=3&gallery_id=2&image_id=120 |title=New Names for a Second Set of Craters on Mercury |access-date=23 Oktober 2011 |archive-date=15 April 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20130415145849/http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=3&gallery_id=2&image_id=120 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Galeri karya ==
<gallery>
Berkas:Posthumous Portrait of Herman Willem Daendels, Governor-General of the Dutch East Indies - Rd Saleh.jpg|''Potret [[Herman Willem Daendels]]'', 1838
Berkas:Raden Saleh - hunt.jpg| "''Berburu Rusa''" (1846).
Berkas:Raden Sarief Bastaman Saleh - Johannes Graaf van den Bosch.jpg|"''Potret diri [[Johannes Graaf vanVan den Bosch]]''", Gubernur-Jenderal1836, Hindia Belanda[[Rijksmuseum]], 1830-1833 (1836).Amsterdam
Berkas:Raden Saleh Last Resort 1842JeanChrétienBaud.jpg|"''PerlindunganPotret TerakhirJean Chrétien Baud''", (1842).1835
Berkas:Raden Saleh - Javanese Landscape, with Tigers Listening to the Sound of a Travelling Group.jpg|''Pemandangan Jawa, dengan Harimau yang Mendengarkan Suara Pengembara'', 1849
Berkas:Herman Willem Daendels.png|"''Potret diri [[Herman Willem Daendels]]''" Gubernur-Jenderal Hindia Belanda 1808-1810 (1838).
Berkas:Raden Saleh - Six Horsemen Chasing Deer, 1860.jpg|''Enam Pengendara Kuda Mengejar Rusa'', 1860
Berkas:Raden Saleh - hunt.jpg|''Perburuan Rusa'', 1846, Mesdag Museum, The Hague
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een overstroming op Java TMnr 3728-464.jpg|''Sebuah Banjir di Jawa'', 1865-1875
Berkas:Raden Saleh - Javanese Mail Station, 1876.jpg|''Stasiun Pos Jawa'', 1876
Berkas:Raden Saleh Bustaman Winterlandschaft.jpg|''Pemandangan Musim Dingin'', 1830
Berkas:Raden Saleh - Study of tiger.jpg|Sketsa cat air harimau
Berkas:Raden Saleh - Study of walking tiger.jpg|Sketsa cat air harimau berjalan
Berkas:Raden Sarief Bustaman Saleh - British marine vessel in heavy weather.jpg| ''Kapal Dilanda Badai,'' 1837
Berkas:Raden Sarief Bustaman Saleh - Wounded Lion.jpg
Berkas:Forest and Native House by Raden Saleh.jpg|"''Forest and Native House''" dilukis sekitar tahun 1860 dan tersimpan di Smithsonian American Art Museum, Amerika Serikat
</gallery>
 
Baris 114 ⟶ 125:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.raden-saleh.org Situs Web {{commonscat|Raden Saleh]}}
* {{id}} [http://www.solusihukum.com/tokoh/tokoh32.php Raden Saleh Sang Pangeran Ajaib]
* {{en}} [http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: the romantic aristocrat]
 
* {{en}} [http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: the romantic aristocrat]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191127054620/http://www.nusantara.com/heritage/raden.html |date=27 November 2019 }}
{{DEFAULTSORT:Saleh, Raden}}
 
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Saleh, Raden}}
[[Kategori:Kematian 1880]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia]]
[[Kategori:Pelukis romantisme]]
[[Kategori:Perupa Indonesia]]
[[Kategori:Arab-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Freemason Indonesia]]
[[Kategori:Sayyid]]
[[Kategori:Raden Syarif]]