Loano, Loano, Purworejo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
rintisan |
k →Sejarah: clean up |
||
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6:
|nama dati2 =Purworejo
|kecamatan =Loano
|kode pos =54181
|nama pemimpin =
|
|
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
'''Loano''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Loano, Purworejo|Loano]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Loano berbatasan langsung dengan desa [[Trirejo, Loano, Purworejo|Trirejo]] dan [[Kali Nongko, Loano, Purworejo|kalinongko]] disebelah selatan, [[Sungai Bogowonto|sungai bogowonto]] disebelah timur dan desa [[Maron, Loano, Purworejo|maron]] di utara serta desa [[Jetis, Loano, Purworejo|Jetis]].
<!--
== Sejarah ==
Dalam cerita tutur setempat, Haryo Bangah dari Kerajaan Galuh di Jawa Barat, berjalan ke arah timur untuk mencari adiknya, Raden Tanduran. Dia menyingkir ke timur setelah kalah bertarung dengan Ciung Wanara. Menurut Saleh Danasasmita dalam ''Babad Pakuan atau Babad Pajajaran I'', Haryo Bangah merupakan pewaris takhta Kerajaan Galuh.
Hingga di tepi sungai Bogowonto, Haryo Bangah putus asa karena belum juga menemukan adiknya. “Haryo Bangah jatuh sakit di daerah yang namanya Pagelen. Dia sakit karena tak kunjung dapat menemukan adiknya,” seperti tercatat dalam ''Babad Lowano''. Dia pun memutuskan tidak meneruskan perjalanan dan menetap di daerah ini.
{{kelurahan-stub}}▼
Haryo Bangah dalam perjalanannya ditemani beberapa pendamping dan meminta mereka membuat perkubuan sederhana. Perlahan mereka mulai berinteraksi dengan penduduk setempat. Haryo Bangah selalu bercerita ihwal perjalanannya kepada penduduk. Penduduk pun menyebut rombongan Haryo Bangah sebagai ''sing gelo'' atau mereka yang kecewa.
Haryo Bangah menyunting seorang gadis desa dan menurunkan beberapa putra. Salah satunya sering dipanggil Anden yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Anden Lowano.
Bukan saja dapat membangun keluarga, perkubuan sederhana Haryo Bangah pun berkembang. Hingga pada akhirnya daerah itu lebih dikenal sebagai Singgelopuro.
Pangeran Anden tumbuh menjadi pemuda tangkas. Dia diproyeksikan sebagai penguasa selanjutnya dari Kadipaten Singgelopuro. Guna menambah pengalaman, Haryo Bangah meminta Pangeran Anden menjadi prajurit Majapahit. Singkat cerita, dia sukses menjadi perwira di Majapahit. Bahkan, dia menyunting Ratna Marlengen, saudara perempuan dari salah satu selir raja. Namun, mahligai keluarga mereka tak tenteram karena dirongrong oleh Jayakusuma, yang juga masih kerabat Majapahit.
Anden mengetahui asmara terpendam Jayakusuma terhadap istrinya. Saat kesabarannya hilang, mereka memutuskan duel. Anden kalah sedangkan Jayakusuma menghilang.
Sejak itu, Anden merasa malu kepada istrinya, Ratna Marlengen. Hingga beberapa lamanya, mereka tak bertegur sapa, meski masih seatap.
Hingga pada satu waktu, Ratna Marlengen diiringi pembantunya berjalan di dekat pertemuan sungai Bogowonto dan sungai Kodil dan menemukan sebuah telaga yang kini disebut sendang Ngumbul. Di dekat telaga itu terdapat pohon besar yang berbuah menarik.
“Apa nama pohon itu?” tanyanya kepada para pembantunya. Tak ada yang menyahut karena tak tahu nama pohon dan buah itu.
“Itu namanya pohon Lo,” jawab seorang laki-laki. Ratna Marlengen menoleh kaget. Ternyata suaminya, Adipati Anden, sudah berdiri tak jauh dari tempatnya.
Akhirnya, ujar Erwan, kebekuan yang terjadi menjadi cair. Mereka saling berbicara kembali. Masyarakat pun kemudian menyebut lokasi itu sebagai Lowano: ''Lo'' (pohon) dan ''wanuh'' (menyapa).
-->
Secara administratif, nama Loano diganti Lowano, dan di beberapa literatur disebut juga Lowanu.
{{Loano, Purworejo}}
{{Authority control}}
|