Abimanyu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rian asw (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(86 revisi perantara oleh 42 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
'''Abimanyu''' ([[bahasa Sansekerta|Sansekerta]]: अभिमन्यु, ''abhimanyu''), adalah seorang tokoh dari [[wiracarita]] [[Mahabharata]]. Ia adalah raja [[Hastina]] dan putra [[Arjuna]] dari istrinya [[Subadra]]. Ditetapkan bahwa Abimanyulah yang akan meneruskan [[Yudistira]]. Ia dalam wiracarita Mahabharata dianggap seorang pahlawan yang tragis. Sebagai ksatria termuda dari kubu [[Pandawa]] (menurut kisah baru 16 tahun), ia tewas dalam pertempuran di perang besar [[Bharatayuddha]]. Abimanyu adalah ayah dari [[Parikesit]] yang lahir setelah ia tewas.
|Image = Abhimanyu on Foot.jpg
|Caption = llustrasi Abimanyu dari buku ''Maha-Bharata, The Epic of Ancient India'' oleh Romesh Dutt, 1899.
|Nama = Abimanyu
|Devanagari = अभिमन्यु
|Ejaan_Sanskerta = Abhimanyu (''Abhi-man-yu'')
|Nama_lain = Partasuta, Partatmaja, Saubadra, Sakratmajatmaja{{br}}'''Versi wayang:'''{{br}}Angkawijaya, Jaka Pengalasan, Jaya Murcita, Wanudara, Wirabatana
|Asal = [[Kerajaan Kuru]]
|Istri =
* [[Utari]]
* Sasirekha (''Mahabharata'' versi Telugu)
* Siti Sundari (versi wayang Jawa)
|Senjata = [[panah]]
|Kitab = ''[[Mahabharata]]''
|Ayah = [[Arjuna]]
|Ibu = [[Subadra]]
|Kasta = kesatria
|Tokoh = ''Mahabharata''
|Dinasti = [[Dinasti Kuru|Kuru]]
|Wangsa = Candrawangsa
|Tempat =
* [[Dwaraka]]
* Plangkawati (versi wayang)
|Anak = [[Parikesit]]
}}
'''Abimanyu''' {{Sanskerta|अभिमन्यु|Abhimanyu|diucapkan 'abi-man-yu'}} adalah seorang tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia adalah putra [[Arjuna]] dan [[Subadra]]. Dalam wiracarita ''[[Mahabharata]]'', ditetapkan bahwa Abimanyulah yang akan meneruskan [[Yudistira]] sebagai pewaris takhta. Riwayatnya dituturkan sebagai pahlawan yang tragis. Ia gugur dalam [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] sebagai salah satu [[kesatria]] termuda dari pihak [[Pandawa]], karena baru berusia enam belas tahun. Abimanyu menikah dengan [[Utari]], putri Raja [[Wirata]] dan memiliki seorang putra bernama [[Parikesit]], yang lahir tak lama setelah ia gugur.
 
Menurut [[mitologi Hindu]], Abimanyu adalah [[inkarnasi]] Warcasa, putra [[Candra|Dewa bulan]]. Ia membuat perjanjian bahwa putranya tinggal di Bumi hanya selama 16 tahun, sebagaimana ia tak dapat menahan perpisahan dengan putranya. Abimanyu berusia 16 tahun saat ia terbunuh dalam pertempuran.<ref name="MH67">{{Cite web |title=The Mahabharata, Book 1: Adi Parva: Sambhava Parva: Section LXVII |url=https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01068.htm |access-date=2023-02-13 |website=www.sacred-texts.com}}</ref>
 
== Arti nama ==
== Abimanyu dalam pewayangan Jawa ==
Abimanyu terdiri dari dua kata [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]], yaitu ''abhi'' (artinya 'berani') dan ''manyu'' (artinya 'tabiat'; diucapkan seperti kata 'maniyu'). Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''Abhimanyu'' (diucapkan seperti 'Abimaniyu') berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".<ref name = "name"/> '''Partasuta''' (पार्थसुत; ''Pārthasuta'') atau '''Partatmaja''' (पार्थात्मज; ''Pārthātmaja''), yang berarti anak Parta (nama lain Arjuna), adalah nama yang biasanya muncul dalam naskah adaptasi ''Mahabharata'' ber[[bahasa Kawi]], contohnya ''[[Kakawin Bharatayuddha]]''. Beberapa nama lainnya juga terdapat dalam naskah ''Mahabharata'' berbahasa Sanskerta, antara lain:
[[image:Abimanyu.jpg|thumb|right|Raden Abimanyu dalam bentuk wayang kulit Jawa]]
* Sakratmajatmaja (शक्रात्मजत्माज; ''Śakrātmajatmāja''), anak dari putranya Dewa [[Indra|Sakra]] (yang dimaksud putra Dewa Sakra yaitu [[Arjuna]]).<ref name = "name" />
Dalam khazanah pewayangan Jawa, Abimanyu, sebagai putra Arjuna, merupakan tokong penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam budaya Jawa yang sudah berkembang lain daripada tokoh yang sama di India.
* Arjuni (आर्जुनि; ''Ārjuni''), [[patronim]] dari nama Arjuna.<ref name="name">{{Cite book |last=Gandhi |first=Maneka |url=https://books.google.com/books?id=PkW6hs1OjyEC&q=Abhimanyu+ |title=The Penguin Book of Hindu Names |date=1993 |publisher=Penguin Books India |isbn=978-0-14-012841-3 |language=en}}</ref>
* Arjunatmaja (अर्जुनात्मज; ''Arjunātmaja''), putra Arjuna.<ref name = "name"/>
* Saubadra (सौभद्र; ''Saubhadra''), putra [[Subadra]].<ref name = "name"/>
* Janmawira (जन्मविर; ''Janmavira''), pemberani sejak lahir.<ref name = "name" />
 
== Kehidupan awal ==
Dikisahkan Abimanyu karena kuat tapanya mendapatkan [[Wahyu Makutha Raja]], wahyu yang menyatakan bahwa keturunannyalah yang akan menjadi penerus raja raja [[Hastina]].
Dalam kitab ''Mahabharata'' dikisahkan bahwa semasih berada dalam rahim ibunya, Abimanyu sudah dapat mendengarkan percakapan antara ibu dan ayahnya. ''[[Mahabharata]]'' menjelaskan bahwa dari dalam rahim, ia bisa menguping pembicaraan [[Arjuna]] yang sedang mengajari [[Subadra]] tentang suatu formasi mematikan yang sulit ditembus bernama [[Cakrabyuha]]. Setelah Arjuna selesai membahas cara memasuki Cakrabyuha, akhirnya Subadra tertidur, sehingga Abimanyu tidak memiliki kesempatan untuk tahu bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.<ref>{{Cite web|date=2009-11-29|title=Abhimanyu and the Battle of Kurukshetra|url=https://www.utahkrishnas.org/abhimanyu-and-the-battle-of-kurukshetra/|access-date=2020-08-09|website=Radha Krishna Temple in Utah|language=en-US}}</ref> Setelah lahir, Abimanyu tinggal bersama ibunya di [[Dwaraka]].
 
Dalam ''[[Sabhaparwa]]'' dikisahkan bahwa para [[Pandawa]] (termasuk [[Arjuna]], ayah Abimanyu) kalah berjudi dengan para [[Korawa]]. Taruhannya adalah hukuman pengasingan selama 12 tahun, ditambah hidup dalam penyamaran selama setahun. Pada masa pengasingan itu, Abimanyu diasuh di bawah bimbingan pamannya, [[Kresna]].
Abimanyu dikenal pula dengan nama : Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia merupakan putra [[Arjuna]], salah satu dari lima satria [[Pandawa]] dengan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini. Ia mempunyaai 13 orang saudara lain ibu, yaitu : Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada.
 
Dalam ''[[Wirataparwa]]'' dikisahkan bahwa Arjuna mengakhiri masa hukumannya di keraton Raja [[Wirata]] dengan menyamar sebagai guru tari. Setelah penyamarannya diakhiri, Arjuna menikahkan Abimanyu dengan [[Utari]], putri Raja Wirata, untuk mempererat hubungan antara [[Pandawa]] dengan keluarga Raja Wirata, selain untuk menjalin persekutuan apabila perang antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]] tak bisa dielakkan.<ref>{{cite web | url=https://www.sacred-texts.com/hin/m04/m04072.htm | title=The Mahabharata, Book 4: Virata Parva: Go-harana Parva: Section LXXII }}</ref>
Abimanyu merupakan makhluk kekasih [[Dewata]]. Sejak dalam kandungan ia telah mendapat “[[Wahyu Hidayat]]”, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa ia mendapat “[[Wahyu Cakraningrat]]”, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar.
 
== Perang di Kurukshetra ==
Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan; halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, [[Bagawan Abiyasa]].
Abimanyu turut serta membela ayahnya dalam [[perang di Kurukshetra]], yang menjadi klimaks [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Perang itu dilatarbelakangi dengan pertikaian antara para [[Pandawa]] dan para [[Korawa]]. Dikisahkan bahwa setelah masa hukuman para Pandawa sudah habis, dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa yang dipimpin [[Yudistira]] berniat mengambil kembali kerajaan yang seharusnya menjadi hak mereka. Namun, [[Duryodana]], pemimpin para Korawa tidak mau menyerahkan kerajaan kepadanya. Perundingan untuk mendamaikan mereka dilakukan oleh [[Kresna]], tetapi gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan. Mereka memilih [[Kurukshetra]]—suatu lapangan di sebelah utara kerajaan mereka—sebagai medan perang. ''Mahabharata'' mencatat bahwa pertempuran berlangsung selama 18 hari.<ref name = "VM" >{{Cite book|last=Mani|first=Vettam|url=https://archive.org/details/puranicencyclopa00maniuoft/page/n12/mode/1up?view=theater|title=Puranic Encyclopedia: A Comprehensive Work with Special Reference to the Epic and Puranic Literature|date=1975|publisher=Motilal Banarsidass|isbn=978-81-208-0597-2|language=en|pages=1}}</ref>
 
Sebagai cucu Dewa [[Indra]]—dewa senjata ajaib sekaligus dewa peperangan—Abimanyu merupakan ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan kemampuan ayahnya, Abimanyu mampu melawan kesatria-kesatria besar dari pihak Korawa seperti [[Drona]], [[Karna]], [[Duryodana]] dan [[Dursasana]]. Ia dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia yang tinggi terhadap ayah, paman, dan sekutunya.<ref>{{Cite web |title=The Mahabharata, Book 5: Udyoga Parva: Uluka Dutagamana Parva: Section CLXXI |url=https://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05171.htm |access-date=2023-02-14 |website=www.sacred-texts.com}}</ref>
Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Ia mempunyai dua orang isteri, yaitu : 1. Dewi Siti Sundari, putri Prabu [[Kresna]], Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, dan 2. Dewi [[Uttari]], putri Prabu Matswapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara [[Wirata]], dan berputra [[Parikesit]].
 
=== Kematian ===
Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda setelah sebelumnya seluruh saudaranya mendahului gugur, pada saat itu ksatria dari Pihak Pandawa yang berada dimedan laga dan menguasai gelar strategi perang hanya 3 orang yakni [[Werkodara]], [[Arjuna]] dan Abimanyu. [[Gathotkaca]] menyingkir karena [[Karna]] merentangkan senjata Kuntawijayandanu. Wrekudara dan Arjuna dipancing oleh satria dari pihak [[Kurawa]] untuk keluar dari medan pertempuran, maka tinggalah Abimanyu.
[[File:Abhimanyu - Pratap Mullick.jpg|ka|thumb|Ilustrasi karya Pratap Mullick yang menggambarkan pertahanan terakhir Abimanyu di tengah formasi Cakrabyuha.]]
[[Berkas:Abhimanyu Vadh.jpg|jmpl|Abimanyu dibunuh beramai-ramai oleh para perwira Korawa. Ilustrasi dari Raja Ravi Varma Press.]]
 
Pada pertempuran pada hari ketiga belas, pihak [[Korawa]] menantang [[Pandawa]] untuk mematahkan formasi tempur melingkar yang dikenal sebagai [[Cakrabyuha]]. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena [[Kresna]] dan [[Arjuna]] tahu bagaimana cara mematahkan berbagai formasi tempur. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja [[Susarma]] dari [[kerajaan Trigarta|Trigarta]] dan laskar [[Samsaptaka]] yang dikenal tahan banting. Karena [[Pandawa]] telanjur menerima tantangan tersebut, mereka tidak memiliki pilihan selain menaruh harapan kepada Abimanyu yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrabyuha, tetapi tidak tahu bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tidak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mengawal Abimanyu dan membantu sang pemuda keluar dari Cakrabyuha.<ref name = "Drona">{{Cite web |last=Ganguli |first=Kisari Mohan |date=2015-01-10 |title=The Thirteenth Day at Kurukshetra; The Death of Abhimanyu [Chapter 3] |url=https://www.wisdomlib.org/hinduism/book/mahabharata/d/doc118444.html |access-date=2023-02-14 |website=www.wisdomlib.org |language=en}}</ref>
Ketika tahu semua saudaranya gugur Abimanyu menjadi lupa untuk mengatur gelar perang, dia maju sendiri ketengah barisan Kurawa dan terperangkap dalam formasi Chakra Vyuha, formasi mematikan yakni menyerbu musuh dari berbagai penjuru dan mengurungnya dalam sebuah lingkaran sepasukan bersenjata. Tak menyiakan kesempatan untuk bersiap-siap, [[Kurawa]] menghujani senjata ketubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya ''"arang kranjang"'' (banyak sekali) dan Abimanyu terlihat seperti landak karena berbagai senjata ditubuhnya) sebagai risiko pengucapan sumpah ketika melamar Dewi Utari bahwa dia masih belum punya istri dan apabila telah beristri maka dia siap mati tertusuk berbagai senjata ketika perang Bharatayuda, padahal ketika itu sudah beristrikan Dewi Siti Sundari.
 
Abimanyu berhasil menembus Cakrabyuha. Pandawa bersaudara dan sekutu mereka mencoba untuk mengikuti, tetapi dihadang oleh [[Jayadrata]], Raja [[Kerajaan Sindhu|Sindhu]], yang memakai anugerah [[Siwa]] sehingga mampu menahan serangan para [[Pandawa]]—kecuali [[Arjuna]]—hanya untuk satu hari. Setelah tertinggal, Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi serangan pasukan [[Korawa]]. Abimanyu membunuh beberapa kesatria yang mendekatinya, termasuk putra [[Duryodana]], yaitu [[Laksmanakumara|Laksmana]]. Menyaksikan putra kesayangannya terbunuh, Duryodana menjadi murka dan memerintahkan segenap perwira [[Korawa]] yang ada di sana—meliputi [[Dursasana]], [[Sangkuni]], [[Aswatama]], [[Karna]]—untuk segera membunuh Abimanyu. Tanpa menghiraukan aturan perang, mereka menyerang Abimanyu secara serentak. Setelah gagal menghancurkan baju [[zirah]] Abimanyu, [[Karna]] menghancurkan busur Abimanyu dari belakang. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh senjatanya terbuang. Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang ia pakai sebagai [[perisai]] hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu dibunuh oleh putra Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan [[gada]].<ref name = "VM" />
Dengan senjata yang menancap diseluruh tubuhnya sehingga dia tidak bisa jalan lagi tidak membuat Abimanyu menyerah dia bahkan berhasil membunuh putra mahkota [[Astina]] (Lesmono Mondrokumoro) dengan melemparkan keris Pulanggeni setelah menembus tubuh 4 prajurit lainnya, pada saat itu pihak kurawa tahu bahwa untuk membunuh Abimanyu harus memutus langsang yang ada didadanya, kemudian Abimanyupun gugur oleh gada Kyai Glinggang/Galih Asem milik [[Jayadrata]], satria Banakeling.
 
Abimanyu gugur saat istrinya sedang hamil tua. Putra Abimanyu, yaitu [[Parikesit]], lahir setelah kematiannya. Ia merupakan satu-satunya keturunan Arjuna yang masih hidup setelah [[Bharatayuddha]], dan melanjutkan garis keturunan [[Dinasti Kuru]]. Abimanyu sering kali dianggap sebagai kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang mengorbankan dirinya pada peperangan dalam usia yang masih sangat muda.<ref name = "MH67 />
 
=== Pembalasan dendam Arjuna ===
{{Tokoh Mahabharata}}
 
Berita kematian Abimanyu membuat [[Arjuna]] sangat sedih dan sakit hati. Ia sadar bahwa seandainya [[Jayadrata]] tidak menghalangai para [[Pandawa]] memasuki formasi [[Cakrabyuha]], Abimanyu pasti mendapat bantuan. Ia bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari berikutnya sebelum matahari tenggelam. Kalau gagal menunaikan sumpahnya, Arjuna siap membakar diri hidup-hidup. Pihak [[Korawa]] yang mengetahui sumpah tersebut segera mengatur strategi agar Jayadrata berada sangat jauh dan terlindungi dari Arjuna pada hari berikutnya. Ribuan prajurit dan kesatria Korawa mengelilingi dan mengawal Jayadrata. Arjuna berusaha menjangkau Jayadrata, tetapi ribuan pasukan Korawa mengahalanginya. Hingga matahari hampir terbenam, Jayadrata masih jauh dari jangkauan Arjuna.
{{mahabharata-stub}}
 
Karena khawatir bahwa Arjuna tidak mampu menuntaskan sumpahnya, maka [[Kresna]] terpaksa memanfaatkan kesaktiannya. Dengan pusaka sakti [[Cakra Sudarsana]], ia menutupi sebagian matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Baik pihak Korawa maupun [[Pandawa]] mengira hari sudah malam, dan sesuai aturan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tidak melanjutkan pertarungan sehingga Jayadrata tidak berada dalam perlindungan mereka lagi. Saat kereta perang Arjuna mendekati kereta perang Jayadrata, matahari muncul kembali. Kresna segera menyuruh Arjuna agar menggunakan kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutuskan leher Jayadrata. Tepat setelah itu, hari sudah sore, matahari tenggelam dan Arjuna berhasil menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.
----
Kembali ke:
* [[Daftar Tokoh Wayang]]
 
== Pewayangan Jawa ==
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Berkas:Angkawijaya.jpg|jmpl|Lukisan [[wayang kulit]] Raden Angkawijaya alias Raden Abimanyu]]
Dalam khazanah [[pewayangan]] [[Jawa]], Abimanyu merupakan tokoh penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam budaya [[Jawa]], yang sudah berkembang dan berbeda daripada tokoh yang sama di [[India]].
 
=== Riwayat ===
[[de:Abhimanyu]]
Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia merupakan putra [[Arjuna]] (salah satu dari lima kesatria [[Pandawa]]) dengan Dewi [[Subadra|Sembadra]] atau Roro Ireng (putri Prabu [[Basudewa]] [penguasa [[Mandura]]] dengan Dewi [[Dewaki]]). Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang [[Irawan]], Kumaladewa, Kumalasakti, [[Wisanggeni]], Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan kesayangan [[dewata]]. Sejak dalam kandungan ia telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala hal. Dikisahkan bahwa karena pertapaannya yang khusyuk, Abimanyu mendapatkan Wahyu Makutha Raja, yaitu wahyu yang menyatakan bahwa keturunannya akan menjadi penerus takhta penguasa [[Astina]].<ref name="pitoyo"/><ref name="guritno"/>
[[en:Abhimanyu]]
 
[[pt:Abhimanyu]]
Dalam pewayangan, Abimanyu diceritakan sebagai tokoh yang bersifat lembut, bertingkah laku baik, jujur, berhati teguh, bertanggung jawab, dan pemberani. Pendidikan militernya diajarkan langsung oleh ayahnya, sedangkan ilmu kebatinan ia dapatkan dari kakeknya, [[Byasa|Bagawan Abiyasa]]. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah mengalahkan Prabu Jayamurcita. Ia mempunyai dua orang istri, yaitu:
[[ta:அபிமன்யு]]
* Dewi Siti Sundari, putri Prabu [[Kresna]], raja negara [[Dwaraka|Dwarawati]] dengan Dewi Pratiwi. Kisah pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari pertama kali muncul dalam ''Kakawin Gatotkacasraya'' karya [[Mpu Panuluh]], dan dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul ''Alap-Alapan Siti Sundari'' atau ''Jaya Murcita Ngraman''.<ref name="agus"/>
* Dewi [[Utari]], putri Prabu [[Wirata|Matsyapati]] dengan [[Sudesna|Dewi Ni Yutisnawati]], dari negara [[Wirata]], dan berputra [[Parikesit]]. Kisah pernikahan Abimanyu dengan [[Utari]] dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul ''Putu Rabi Nini'' atau ''Kalabendana Gugur''.<ref name="agus"/>
 
=== Bharatayuddha ===
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangpop van karbouwenhuid voorstellende Abimanyu TMnr 809-163i.jpg|300px|thumb|Wayang Abimanyu versi [[Bali]], menggambarkan kondisi tubuh Abimanyu yang tertancap banyak senjata menjelang kematiannya di rana Bharatayuddha.]]
Abimanyu gugur dalam [[Baratayuda]], yaitu pertempuran antara kubu [[Korawa]] melawan [[Pandawa]] di lapangan [[Kurusetra]]. Pada saat itu, kesatria dari pihak [[Pandawa]] yang berada di medan laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang, yakni [[Bima (Mahabharata)|Bima]], [[Arjuna]], dan Abimanyu. [[Gatotkaca]] menyingkir karena [[Karna]] merentangkan senjata ''Kunta Wijayadanu''. Bima dan Arjuna dipancing oleh kesatria lain dari pihak [[Korawa]] agar keluar dari medan pertempuran, sehingga Abimanyu saja yang diandalkan pihak [[Pandawa]] pada saat itu.<ref name="guritno">{{citation | url= https://books.google.com/books?id=mGrVCgAAQBAJ&q=abimanyu+budaya+tokoh|author= Sri Guritno, Purnomo, Soimun HP|title= Karakter Tokoh Pewayangan Mahabrata Seri v| date= 2002}}</ref>
 
Setelah semua saudaranya gugur, Abimanyu lupa untuk mengatur formasi perang. Dia maju sendirian ke tengah barisan Korawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang disiapkan musuhnya. Korawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya—dalam pewayangan digambarkan lukanya ''arang kranjang'' (banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti [[landak]] karena berbagai senjata menancap di tubuhnya. Menurut cerita, kejadian itu merupakan risiko pengucapan [[sumpah]] ketika melamar Dewi [[Utari]]. Abimanyu pernah bersumpah bahwa dia masih bujang, dan menyatakan apabila dia mengucapkan sumpah palsu, maka dia siap mati dikeroyok dan tertusuk berbagai senjata para musuhnya. Padahal Abimanyu mengucapkan sumpah palsu, karena saat itu dia sudah menikahi Dewi Siti Sundari.<ref name="agus">{{citation | url= https://books.google.com/books?id=GqhdDwAAQBAJ&q=abimanyu+budaya+tokoh| author= Agus Kurniawan | title= Mengenal Tokoh Wayang: Belajar Mengenal Tokoh Wayang Kulit "Seri A"}}</ref>
 
Dengan berbagai senjata yang menancap diseluruh tubuhnya, Abimanyu tidak bisa berjalan lagi. Meski demikian, Abimanyu tidak menyerah. Bahkan dia berhasil membunuh calon putra mahkota [[Astina]], yaitu [[Laksmanakumara|Lesmana Mandrakumara]] putra Prabu [[Duryodana]], dengan cara melemparkan [[keris]] ''Pulanggeni'', setelah menembus tubuh empat prajurit lainnya. Pada saat itu pihak Korawa tahu bahwa untuk membunuh Abimanyu, mereka harus memutus ''langsang'' yang ada di dadanya. Akhirnya Abimanyu gugur oleh [[gada]] ''Kyai Glinggang'' atau ''Galih Asem'' milik [[Jayadrata]], kesatria dari Banakeling.<ref name="pitoyo">{{citation | url= https://books.google.com/books?id=5q8DEAAAQBAJ&q=abimanyu+budaya+tokoh&pg=PT174 |title= Tokoh Wayang Inspiratif| date=|last1= Amrih|first1= Pitoyo}}</ref>
 
== Kakawin Bharatayuddha ==
Kutipan di bawah ini diambil dari ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'', yang menceritakan pertempuran terakhir Sang Abimanyu.
 
{| class="wikitable" style="border:0; font-size:95%";
|-
|align=center width="50%" bgcolor="#ccccff"|'''Sloka'''||align=center bgcolor="#ccccff"|'''Terjemahan'''
|-
|''Ngkā Sang Dharmasutā tĕgĕg mulati tingkahi gĕĕlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrĕkodara Dhanañjaya wĕnanga rumāmpakang gĕlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gĕlar mahā dwija, manggĕh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tama''
 
|Pada saat itu [[Yudistira]] tercengang melihat formasi perang pemimpin [[Korawa]] ([[Duryodana]]), sebab [[Bima (Mahabharata)|Bima]] dan [[Arjuna]] tak ada, padahal merekalah yang dapat menghancurkannya. Hanya putra Arjuna, yaitu Abimanyu yang bersedia merusak formasi yang disusun pendeta [[Drona]] itu. Ia berkata bahwa ia yakin dapat menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja ia belum tahu bagaimana cara keluar dari sana.
 
|-
|''Sāmpun mangkana śighra sāhasa masuk marawaśa ri gĕlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja śūra sāra rumusuk sakĕkĕsika linañcaran panah, śirṇa ngwyuha lilang tĕkap Sang Abhimanyu tĕka ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krĕpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.''
 
|Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu merupakan kekuatan yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sebagai akibat serangan Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Drona dan [[Krepa]] mengadakan serangan balasan, sehingga Duryodana dapat melarikan diri dan tidak dikejar lagi.
 
|-
|''Ṇda tan dwālwang i śatru śakti mangaran Krĕtasuta sawatĕk Wrĕhadbala. Mwang Satyaśrawa çūra mānta kĕna tan panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiśéṣa putra Kurunātha mati malara kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangśa Lakṣmanakumāra ngaranika kasih Suyodhana.''
 
|Dengan ini tak dapat dimungkiri lagi musuh yang sakti mulai berkurang, seperti Kertasuta dan keluarga [[Wrehadbala]]. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum dapat menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putra pemimpin Korawa yang berani juga gugur setelah tertusuk panah. Ia terkenal di antara keluarga Korawa, yaitu [[Laksmanakumara]], yang disayangi [[Duryodana]].
 
|-
|''Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan aśwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linakṣa kinrĕpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurĕk anyakra makapalaga punggĕling laras. Dhīramūk mangusir yaśānggĕtĕm atén pĕjaha makiwuling Suyodhana.''{{br}}
 
|Pada waktu itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka menghujankan senjata. Baik kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Ia memegang roda keretanya dan dengan panah yang patah ia mengadakan serangan. Dengan ketetapan hati ia mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam, ia gugur di tangan Duryodana.
 
|-
|''Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tĕnyuh araras kadi śéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Śinaśah alindi sahantimun ginintĕn.''
 
|Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Terenyuh untuk dilihat bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti mentimun.
 
|}
 
== Galeri ==
<gallery mode=packed heights=200>
File:Avimanyu's_farewell_to_Uttara.jpg|Lukisan [[Utari]] berpisah dari Abimanyu yang akan berangkat ke [[Kurukshetra]]. Karya B.P. Banerjee.
File:The Pandava brothers' nephew Abhimanyu battles the Kaurava brother Duhshasana, from a manuscript of the Mahabharata.jpg|Ilustrasi Abimanyu bertarung melawan [[Dursasana]], dari naskah ''Mahabharata'', [[abad ke-19]], [[Himachal Pradesh]].
File:Laksmana_Kumara_shoots_arrows_at_Abimanyu,_and_Burisrawa_aims_at_him_with_a_discus._Mredah_fights_Sangut,_Or._3390_178.tiff| Lukisan Bali menggambarkan [[Laksmanakumara]] memanah Abimanyu, sementara [[Burisrawa]] memegang senjata [[cakram]].
</gallery>
 
== Lihat pula ==
{{Commonscat|Abhimanyu}}
* [[Laksmanakumara]]
* [[Perang Kurukshetra]]
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://moralstories.wordpress.com/2006/08/09/veera-abhimanyu/ Moral Stories.com: Kisah yang menceritakan keberanian Abimanyu]
* {{en}} [http://www.mahabharataonline.com/ Mahabharata Online: Situs tentang tokoh dan cerita Mahabharata]
 
{{Mahabharata}}
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]