Bima (Mahabharata): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20240709)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot |
|||
(155 revisi perantara oleh 83 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{redirect|Bhima|pengertian lain|Bima (disambiguasi)}}{{DISPLAYTITLE:Bima (''Mahabharata'')}}
{{TMH Infobox|
| Image = Bhima with mace.jpg
| Nama = Bima
| Devanagari = भीम
| Kitab = ''[[Mahabharata]]'', ''[[Bhagawadgita]]'', ''[[Purana]]''
| Ejaan_Sanskerta = Bhīma
| Nama_lain = {{flatlist|
* Werkodara
* Bimasena
* Bayusuta
* Bratasena
* Jagal Abilawa
}}
| Profesi = Juru masak (saat masa penyamaran), pegulat (saat masa penyamaran)
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Tempat = [[Hastinapura]], lalu pindah ke [[Indraprastha]]
| Dinasti = [[Kuru (raja)|Kuru]]
| Kasta = kesatria
| Ayah = [[Bayu]] (''de facto''),{{br}} [[Pandu]] (sah)
| Ibu = [[Kunti]]
| Anak = {{flatlist|
* [[Gatotkaca]]
* [[Sutasoma]]
* Sarwaga}}
Versi wayang: {{flatlist|
* [[Antareja]]
* [[Antasena]]
* Srenggini
* Sena Pideksa
* Sri Pancasena
}}
| Asal = [[Kerajaan Kuru]]
| Senjata = [[gada]]
{{br}}Versi pewayangan Jawa: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala
| Istri = {{flatlist|
* [[Dropadi]]
* [[Hidimbi]]
* Valandhara}}
Versi pewayangan: {{flatlist|
* Nagagini
* Urangayu
* Rekatawati
}}
}}
'''Bima''' {{Sanskerta|भीम|Bhīma}} atau '''Werkodara''' {{Sanskerta|वृकोदर|Vṛkodhara}} adalah seorang tokoh protagonis dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan putra [[Kunti]], dan dikenal sebagai tokoh [[Pandawa]] yang kuat, selalu bersifat kasar dan menakutkan bagi musuh,<ref>{{cite book|last=|first=|title=The Bhagavad Gita|year=2009|publisher=State University of New York Press|location=Albany|isbn=9781438428420|page=24|edition=Peringatan 25 tahun|author=Smith, with a preface by Christopher Key Chapple}}</ref> walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah [[Hanoman]], [[wanara]] terkenal dalam epos ''[[Ramayana]]''.
== Etimologi ==
Kata ''bhīma'' dalam [[bahasa Sanskerta]] artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'.<ref>{{citation| url=http://www.sanskritdictionary.com/bh%C4%ABma/164240/1 |title = Arti kata ''bhīma'' |publisher = Sanskritdictionary.com |author=Monier-Williams}}</ref> Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam [[IAST|alih aksara bahasa Sanskerta]] dieja ''vṛkodhara'', artinya ialah "perut [[serigala]]", dan merujuk ke kegemarannya makan.<ref>{{citation |url=http://www.sanskritdictionary.com/v%E1%B9%9Bkodara/220309/1 |publisher=Sanskritdictionary.com |author=Monier-Williams |title=Arti kata ''vṛkodhara''}}</ref> Nama julukan yang lain adalah ''Bhīmasena'' yang berarti [[panglima]] perang.
Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', bagian ''[[Adiparwa]]'' dikisahkan bahwa [[Pandu]], raja [[Hastinapura]], dikutuk oleh Resi [[Kindama]] agar mati saat melakukan [[hubungan seksual]]. Sang raja merasa bahwa ia tidak akan bisa memperoleh keturunan untuk mewarisi takhtanya. Ia pun menyerahkan jabatan raja kepada [[Dretarastra]], kakaknya yang buta, sedangkan ia sendiri makzul dan berkhalwat ke hutan bersama dua istrinya, [[Kunti]] dan [[Madri]].
Di hutan, Kunti mengaku bahwa saat masih gadis, ia diajari suatu mantra oleh Resi [[Durwasa]] yang berfungsi untuk memanggil dewa-dewi tertentu dan memperoleh anak dari dewa-dewi yang dipanggil. Pandu pun memohon kepada Kunti untuk mempraktikkan mantra tersebut. Pada awalnya, Kunti menujukan mantranya kepada Dewa [[Yama (Hindu)|Yama]], dan memperoleh putra yang diberi nama [[Yudistira]]. Beberapa tahun kemudian, melalui mantranya ia berseru kepada Dewa [[Bayu]], dan memperoleh putra yang diberi nama Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.
Menurut [[sastra Hindu]], Bima dan [[Hanoman]] adalah saudara seayah secara rohani, sebab mereka berdua merupakan anak yang terlahir melalui anugerah Dewa [[Bayu]]. Ia memuja Bayu dan mengagumi saudaranya, Hanoman.<ref>{{cite book|last=Rao|first=Shanta Rameshwar|title=The Mahabharata (Illustrated)|year=1985|publisher=Orient Blackswan|isbn=9788125022800|pages=25–26}}</ref>
== Masa muda ==
Bersama para pangeran [[Dinasti Kuru]] lainnya, Bima belajar ilmu [[agama]], sains, tata negara, dan bela diri di bawah bimbingan para sesepuh dan guru keraton, [[Krepa]] dan [[Drona]]. Ia dan [[Duryodana]] ([[Korawa]] sulung) menguasai ilmu menggunakan senjata [[gada]], dan berlatih di bawah bimbingan [[Baladewa]]. Keunggulan Bima sebagaimana yang diceritakan dalam wiracarita ''Mahabharata'' ialah kekuatannya yang hebat. Saat murka, ia menjadi terlampau kuat bahkan sulit bagi [[Indra]] (Dewa Perang) untuk menaklukkannya.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05022.htm|title=Mahabharata Text}}</ref>
Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya.<ref>{{cite book|last=Menon|first=translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|page=[https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse/page/93 93]}}</ref> Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Duryodana sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk membunuh Bima. Pada suatu hari ketika para [[Korawa]] serta [[Pandawa]] pergi bertamasya di daerah [[sungai Gangga]], [[Duryodana]] menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan [[racun]]. Karena Bima tidak curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh pingsan, lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Secara ajaib, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu [[Wasuki]].
Saat Wasuki mendengar kabar bahwa putra [[Pandu]] yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05022.htm|title=Mahabharata Text}}</ref> Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang.
== Pembakaran Laksagreha ==
[[File:Myths of the Hindus & Buddhists - The House of Lac.jpg|thumb|Lukisan penyelamatan diri para Pandawa dan Kunti dari kebakaran Laksagreha, karya [[Nandalal Bose]]. Bima memegang peran penting semasa penyelamatan para Pandawa dan Kunti dari pembakaran Laksagreha. Dalam lukisan, Bima tampak sebagai figur yang berukuran paling besar, sedang menggendong seorang wanita (Kunti).]]
{{main|Laksagreha|Purocana}}
[[Duryodana]]{{mdash}}atas saran [[Sangkuni]], pamannya dari pihak ibu{{mdash}} berencana melenyapkan para Pandawa dalam suatu konspirasi agar upaya pembunuhan terlihat seperti suatu kecelakaan. Ia memberi penawaran kepada para Pandawa dan [[Kunti]] untuk berlibur di [[Waranawata]], tempat diselenggarakannya festival ''Pasupati'', pemujaan kepada [[Siwa]].<ref>{{citation| url=https://sacred-texts.com/hin/m01/m01146.htm| Title=The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa| chapter=Jatugriha Parva: Section CXLV| author=Kisari Mohan Ganguli| year=1883-1896| publisher=Sacred-Text.com}}</ref> Di sana, Bima dan [[Yudistira]] sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka telah dirancang untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh Duryodana, yaitu [[Purocana]] telah membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar, yang disebut "[[Laksagreha]]". Bima hendak segera pergi, tetapi atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa bulan. Sementara itu, [[Widura]], paman Yudistira yang telah mengetahui konspirasi Duryodana dan Sangkuni mengirim penambang untuk menggali terowongan penyelamatan apabila Laksagreha dibakar.
Pada suatu malam setelah pesta, Purocana tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti. Tanpa diketahui, seorang wanita [[kerajaan Nishada|Nishada]] dan kelima anaknya{{mdash}}yang turut menghadiri pesta{{mdash}}tertidur di pelataran istana. Sementara itu Bima segera menyuruh ibu dan saudara-saudaranya untuk melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat oleh kuli tambang yang diutus Widura. Kemudian, Bima mulai membakar Laksagreha beserta Purocana agar Purocana tewas dalam perangkap yang dibuatnya sendiri.<ref name="Mahabharata Text">{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02029.htm|title=Mahabharata Text}}</ref> Wanita Nishada dan kelima anaknya yang tidur di pelataran juga ikut terbakar dalam peristiwa tersebut.
Dalam perjalanan menyelamatkan diri dari kebakaran Laksagreha, Bima memegang peran penting karena badan dan kekuatannya yang besar sangat berguna. Ia menggotong ibu dan saudara-saudaranya yang merasa mengantuk dan lelah. Kunti digendong di punggungnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]] berada di pahanya, sedangkan [[Yudistira]] dan [[Arjuna]] berada di lengannya.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02029.htm|title=Mahabharata Text}}</ref> Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di [[sungai Gangga]]. Di sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura.
== Pengembaraan pascakebakaran Laksagreha ==
[[file:Pandavs Journeying With Their Mother.jpg|left|thumb|[[Kunti]] mengembara bersama anak-anaknya setelah peristiwa kebakaran [[Laksagreha]].{{br}}Ilustrasi dari buku ''Maha-Bharata, The Epic of Ancient India'' oleh Romesh Dutt (1899).]]
Setelah para Pandawa berhasil menyelamatkan diri dari kebakaran Laksagreha, [[Kunti]] menyarankan agar mereka tidak kembali ke [[Hastinapura]], melainkan hidup dalam penyamaran untuk menghindari konflik dengan para [[Korawa]]. Namun pada akhirnya, Pandawa dan Kunti akhirnya kembali ke Hastinapura, setelah mereka melewati petualangan dan Bima membantai sejumlah [[rakshasa|raksasa]] dalam pengembaraan tersebut.
=== Hidimbawana===
{{main|Hidimba|Hidimbi}}
Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati Sidawata sampai Hidimbawana ("Hutan Hidimba"). Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan raksasa wanita bernama [[Hidimbi]]. Hidimbi menyamar menjadi wanita normal dan jatuh cinta kepada Bima. [[Hidimba]] (kakak Hidimbi) marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Perkara itu berujung pada perkelahian antara Bima dengan Hidimba. Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba. Kemudian Bima menikah dengan Hidimbi. Seorang putra yang diberi nama [[Gatotkaca]] lahir dari perkawinan mereka. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.
=== Ekacakra ===
{{main|Bakasura (Mahabharata)}}
Setelah melewati Hidimbawana, para Pandawa beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama [[Ekacakra]].<ref>{{Cite web |title=Kaivara {{!}} Chikkaballapur District, Government of Karnataka {{!}} India |url=https://chikkaballapur.nic.in/en/tourist-place/kaivara/ |access-date=2023-06-04 |language=en-US}}</ref> Di sana mereka menumpang di rumah keluarga [[brahmana]]. Pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama [[Bakasura (Mahabharata)|Bakasura]] meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, tetapi sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan megutus Bima untuk membunuh raksasa Baka. Pada hari yang telah ditentukan, Bima pergi menuju gua Bakasura dan menantang raksasa tersebut untuk bertarung. Setelah pertarungan berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas usaha Bima, kota Ekacakra menjadi tenang kembali.<ref>{{cite web|title=Mahabharata Text|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01167.htm}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://ritsin.com/some-more-facts-from-mahabharata-little-known-indian-mythology-drona-bheema-kichak-draupadi-karna-anjalika.html/|title = Seven little known facts from the Mahabharata (4)|date = 10 August 2012}}</ref>
=== Kampilya ===
[[File:The wedding of Draupadi.jpg|thumb|300px|Kromolitografi yang menggambarkan pernikahan Dropadi dengan para Pandawa, dibuat seniman [[Eropa]], awal [[abad ke-20]].]]
{{main|Dropadi}}
Bima, Kunti, dan empat Pandawa lainnya tinggal di Ekacakra selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk melanjutkan pengembaraan mereka. Sebagai tujuan berikutnya, mereka pergi ke [[Kampilya]], ibu kota [[Kerajaan Panchala]], setelah mendengar cerita dari seorang [[brahmana]] mengenai sayembara memperebutkan Putri [[Dropadi]], anak Raja [[Drupada]]. Dengan menyamar sebagai brahmana, para Pandawa mendatangi lokasi sayembara sementara [[Kunti]] menunggu di gubuk. Sayembara tersebut dimenangkan oleh [[Arjuna]], yang menimbulkan ketidakpuasan bagi peserta lainnya karena merasa kaum brahmana tidak layak mengikuti sayembara. Kericuhan pun terjadi, yang segera diatasi oleh Bima. Berkat kekuatan Bima, para Pandawa berhasil pergi dari lokasi sayembara, dan menuju gubuk tempat ibu mereka menunggu. Atas suatu kesalahpahaman, kelima Pandawa menikahi Dropadi. Beberapa tahun setelah pernikahan, Bima mempunyai anak dari Dropadi yang bernama [[Pancakumara|Sutasoma]].
=== Kembali ke Hastinapura ===
Setelah menikah dengan Dropadi, persekutuan antara Pandawa dan [[Drupada]] terjalin. Kabar pernikahan Pandawa dengan Dropadi tersiar hingga ke keraton [[Hastinapura]]. Para tetua dan pemimpin Dinasti Kuru akhirnya mengadakan rekonsiliasi dan mengajak para Pandawa dan ibu mereka kembali ke Hastinapura. Pada waktu itu, [[Duryodana]] telah diangkat sebagai putra mahkota karena Yudistira dan saudara-saudaranya [[dugaan kematian|diduga tewas]] dalam kebakaran [[Laksagreha]] di Waranawata. Untuk mencegah konflik lebih lanjut lagi, atas saran [[Bisma]] maka Kerajaan Kuru pun dibagi menjadi dua: [[Korawa]] di Hastinapura, dan Pandawa di [[Indraprastha]].<ref>{{Cite web|url=https://sacred-texts.com/hin/m02/m02001.htm|title = The Mahabharata, Book 2: Sabha Parva: Section I}}</ref>
== Rajasuya di Indraprastha ==
[[File:Bhima and Jarasandh Wrestling.jpg|thumb|Bima bergulat dengan [[Jarasanda]], penguasa [[Magadha]], yang menentang pelaksanaan Rajasuya oleh Yudistira. Ilustrasi karya [[Raja Ravi Varma]].]]
Beberapa tahun setelah Indraprastha berdiri, Yudistira menyelenggarakan Upacara [[Rajasuya]] untuk mengumumkan kekuasaannya atas Indraprastha kepada para raja di penjuru [[Bharatawarsha]].<ref>{{cite web |title=Rajasuya, Rajasūya, Rājasūya, Rajan-suya: 17 definitions |date=2012-06-27 |website=wisdomlib.org |url=https://www.wisdomlib.org/definition/rajasuya#sanskrit |access-date=2022-11-27 |lang=en}}</ref> Ia memerintahkan empat saudaranya untuk berkelana ke empat penjuru India untuk mengundang raja-raja dan mengambil persembahan dari mereka. Bima mendapat tugas untuk menaklukkan daerah India Timur, meliputi [[kerajaan Magadha]] dan [[kerajaan Chedi|Chedi]]. Dalam perjalanannya, ia menaklukkan para penguasa, terutama [[Jarasanda]], penguasa Magadha.
Jarasanda adalah kesatria perkasa yang menjadi penghalang Yudistira dalam melakukan Rajasuya. Para Pandawa merasa perlu untuk melenyapkannya agar Rajasuya dapat diadakan. Maka mereka mengatur suatu strategi yang dibantu oleh [[Kresna]]. Bersama dengan Kresna, [[Arjuna]] dan Bima pergi ke Magadha dengan menyamar sebagai kaum [[brahmana]]. Jarasanda menjamu mereka secara takzim. Dalam pertemuan tersebut, Kresna menyatakan bahwa maksud kedatangan mereka, dan Jarasanda diperbolehkan untuk memilih lawan tanding di antara mereka bertiga. Jarasanda pun memilih Bima sebagai lawannya. Pertempuran berlangsung selama berhari-hari dan tidak ada satu pun yang mengaku kalah. Atas petunjuk dari Kresna, Bima membelah tubuh Jarasanda menjadi dua bagian, dan melempar kedua bagian tubuh tersebut ke arah yang berlawanan. Setelah kematian Jarasanda, seratus raja yang ditawan olehnya akhirnya dibebaskan. Seratus raja tersebut akhirnya mengakui [[Yudistira]] sebagai [[Cakrawarti]] (Adiraja).<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02024.htm|title=Mahabharata Text}}</ref>
Selain [[Magadha]], kerajaan yang ditaklukkan oleh Bima antara lain: [[Kerajaan Chedi]], [[Kerajaan Dasarna]], [[Kerajaan Matsya]], [[Kerajaan Nishada]]. Kemudian suku bangsa yang ditaklukkannya meliputi: suku Sarmaka, suku Warmaka, suku Somadheya, suku Bharga, bangsa Malada dan negeri yang bernama Madahara, negeri Mahidara, Watsabhumi. Wilayah yang ditaklukkannya meliputi: [[Malla (India)|Malla]] Selatan, dan pegunungan Bhagawanta. Saat tiba di [[kerajaan Angga]], Raja [[Karna]] sempat melakukan perlawanan tetapi Bima mampu menaklukkannya.<ref>{{Cite web|title=The Mahabharata, Book 2: Sabha Parva: Jarasandhta-badha Parva: Section XXIX|url=https://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02029.htm|access-date=2020-09-22|website=www.sacred-texts.com}}</ref>
Setelah Upacara Rajasuya dilangsungkan, Duryodana merasa semakin iri terhadap para Pandawa. Ia pun ingin merebut istana beserta wilayah yang dikuasai oleh Yudistira dalam suatu permainan dadu, yang diatur secara gaib oleh [[Sangkuni]] agar kemenangan selalu berada di pihak Korawa.
== Dalam masa pengasingan ==
Kitab ''Mahabharata'' bagian ''[[Wanaparwa]]'' dan ''[[Wirataparwa]]'' menceritakan kisah pengasingan para [[Pandawa]] dan istri mereka setelah kalah dalam permainan dadu melawan [[Korawa]]. Sesuai dengan perjanjian pascapermainan, mereka harus mengasingkan diri ke suatu hutan dan menetap di sana selama 12 tahun, kemudian hidup dalam penyamaran di suatu kerajaan selama setahun, dan setelah itu boleh kembali ke kerajaan mereka sebagai bangsawan. Apabila penyamaran mereka terbongkar, maka mereka harus mengulang lagi masa pengasingan diri di hutan selama 12 tahun. Selama masa pengasingan dan penyamaran tersebut, Bima bertemu dengan beberapa [[rakshasa|raksasa]] dan orang kuat; semuanya dapat dikalahkan olehnya.
===Melawan Kirmira===
Pada masa awal pengasingan (di hutan Kamyaka), para Pandawa bertemu dengan raksasa [[Kirmira]], saudara [[Bakasura]], dan teman bagi raksasa [[Hidimba]]. Pertarungan sengit terjadi antara Bima melawan raksasa tersebut. Keduanya merupakan petarung yang sebanding dan kerap saling melemparkan batu atau kayu satu sama lain. Pada akhirnya. Bima memenangkan pertarungan.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m03/m03010.htm|title=Mahabharata Text}}</ref><!--
===Saugandhika's search and encounter with Hanuman===
Being unused to the water of the pond, Bhima fell asleep on its shore. Later, the Pandavas arrived with Krishna and Draupadi in search of Bhima. They met Kubera who offered them baskets of Saugandhika lotuses and sent them on their way. Kubera was especially happy, as the slaughter of Maniman had relieved him of the curse too. Bhima meets Hanuman when the latter's tail is in his way. When requested to move the tail out of the way, Hanuman being sleepy asks Bhima to move around it or lift it out of his way, as a test of humility. Bhima tries to move Hanuman's tail out of the way and fails, upon which Hanuman reveals his identity and the fact that he is Bhima's half-brother since both of them are sons of Vayu, the God of Wind.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m03/m03154.htm|title=Mahabharata Text}}</ref>
===Killing Jatasura===
In another minor incident in the epic, [[Jatasura]], a [[rakshasa]] disguised as a Brahmin abducted Yudhishthira, Draupadi and the twin brothers, Nakula, and Sahadeva during their stay at [[Badrinath|Badarikashrama]]. His objective was to seize the weapons of the Pandavas. Bhima, who was gone hunting during the abduction, was deeply upset when he came to know of Jatasura's evil act on his return. A fierce encounter followed between the two gigantic warriors, where Bhima emerged victorious by decapitating Jatasura and crushing his body.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m03/m03156.htm|title=Mahabharata Text}}</ref><ref>{{cite book|last=Gupta|first=Rashmi|title=Tibetans in exile : struggle for human rights|year=2010|publisher=Anamika Publishers & Distributors|location=New Delhi|isbn=9788179752487|page=625}}</ref>
-->
=== Di negeri Matsya ===
[[file:Draupdadi watching Kichaka and Bhima fighting (crop).jpg|thumb|280px|Ilustrasi dari naskah kitab ''Mahabharata'', melukiskan pergulatan Bima (tengah) melawan Kicaka.]]
Setelah para Pandawa menghabiskan masa pengasingan selama 12 tahun di hutan, mereka menghabiskan tahun ke-13 dengan hidup dalam penyamaran di [[kerajaan Matsya]] yang dipimpin Raja [[Wirata]]. Di sana, Bima menyamar sebagai juru masak yang bernama '''Balawa''', sementara para Pandawa memanggilnya dengan nama '''Jayanta'''.<ref>{{cite book|editor-last=Kapoor|editor-first=Subodh|title=The Indian encyclopaedia : biographical, historical, religious, administrative, ethnological, commercial and scientific|year=2002|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi|isbn=9788177552577|page=4462|edition=1st}}</ref>
Pada suatu perayaan di Matsya, orang-orang dari sejumlah negari tetangga berkunjung ke kerajaan Matsya. Dalam kesempatan itu ada suatu pertandingan gulat yang mempertemukan para pegulat dari berbagai negeri. Pegulat Jimuta tidak terkalahkan dalam pertandingan tersebut. Bima menantang Jimuta, lalu mengalahkannya dalam waktu singkat, membuat takjub Raja Wirata dan rakyat Matsya. Kejadian itu meningkatkan reputasi para Pandawa di wilayah yang asing.<ref>{{cite web|title=Mahabharata Text|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m04/m04013.htm}}</ref>
[[Kicaka]], panglima tinggi kerajaan Matsya, melakukan [[pelecehan seksual]] terhadap [[Dropadi]], yang sedang menyamar sebagai pelayan bernama Malini. Dropadi melaporkan kejadian tersebut kepada Bima. Akhirnya mereka merencanakan suatu pembalasan kepada Kicaka. Pada hari yang ditentukan, Dropadi berpura-pura mengajak Kicaka untuk bertemu di suatu tempat. Di tempat yang dijanjikan, Bima membungkus diri dengan pakaian wanita untuk menyaru sebagai Dropadi. Saat Kicaka datang, Bima segera membuka penyamarannya lalu bergulat dengan Kicaka. Ia membunuh Kicaka dan menghacurkan jenazahnya hingga sulit untuk dikenali. Kemudian kerabat Kicaka mencoba untuk memubunuh Dropadi—yang dituduh sebagai penyebab musibah pada Kicaka—tetapi Bima menghancurkan mereka semua.<ref>{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|page=645}}</ref>
== Perang Kurukshetra ==
Dalam [[perang Kurukshetra]], Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Sebelum pertempuran dimulai, Bima mengusulkan [[Satyaki]] sebagai panglima pasukan Pandawa, tetapi [[Yudistira]] dan [[Arjuna]] memilih [[Drestadyumna]]. Sebagai salah satu komandan, Bima bertarung dengan mengendarai [[kereta perang]], dikemudikan oleh kusir bernama Wisoka. Pada keretanya terdapat panji berwarna putih dengan gambar singa keperakan, matanya berupa permata [[lapis lazuli]]. Keretanya ditarik oleh kuda hitam, sehitam [[beruang kungkang|beruang]] atau [[antelop]] hitam.<ref>{{cite web|title=Mahabharata Text|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m07/m07023.htm}}</ref><ref>{{cite book|editor-last=Kapoor|editor-first=Subodh|title=The Indian encyclopaedia : biographical, historical, religious, administrative, ethnological, commercial and scientific|year=2002|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi|isbn=9788177552713|page=4462|edition=1st}}</ref> Sebagai kelengkapan perang, Bima memiliki sebuah busur sakti bernama Wayabya (artinya "pemberian Dewa [[Bayu]]"), [[trompet kerang]] bernama Paundra, dan sebuah [[gada]] pemberian [[Hanoman]] yang kekuatannya setara dengan ratusan ribu gada.
=== Duel melawan Duryodana ===
Pada hari terakhir perang Kurukshetra, hanya [[Duryodana]] yang sintas di antara [[Korawa]]. Ia pergi dari medan laga dan bersembunyi di dasar sebuah danau. Para Pandawa dan [[Kresna]] menantangnya untuk [[perang tanding]] untuk menentukan hasil akhir perang. Pandawa menyatakan bahwa Duryodana bebas memilih salah satu Pandawa sebagai lawannya; apabila Duryodana menang, maka perang tidak perlu berlanjut lagi dan para Pandawa akan mengakui kekalahan mereka. Pada kesempatan itu, Duryodana memilih Bima sebagai lawannya. Bima berkelahi melawan [[Duryodana]] dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya [[Kresna]] mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana saat Duryodana sedang melompat ke arah Bima.<ref>{{cite web | url=https://sacred-texts.com/hin/m09/m09058.htm | title=The Mahabharata, Book 9: Shalya Parva: Section 58 }}</ref> Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah dan tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan. Menyaksikan kejadian tersebut, [[Baladewa]] marah karena Bima telah mengincar bagian tubuh yang seharusnya tidak diserang dalam pertarungan dengan gada. Ia pun ingin menghukum Bima, tetapi ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.<ref>{{cite web | url=https://sacred-texts.com/hin/m09/m09059.htm | title=The Mahabharata, Book 9: Shalya Parva: Section 59 }}</ref>
== Pewayangan Jawa ==
[[Berkas:Bima wayang.jpg|jmpl|Bima dalam penggambaran wayang Jawa]]
Pada masa [[sejarah Nusantara era kerajaan Hindu-Buddha|penyebaran agama Hindu-Buddha]] di [[Nusantara]], kitab ''[[Mahabharata]]'' yang ber[[bahasa Sanskerta]]—beserta sejumlah besar [[sastra Hindu|kitab-kitab Hindu]] lainnya—diterjemahkan ke dalam [[bahasa Jawa Kuno]] dan disertai adaptasi seperlunya, sehingga kejadian yang berlatar belakang di [[India|Tanah India]] dibuat seolah-olah terjadi di [[pulau Jawa]]. Kisah ''Mahabharata'' juga diadaptasi menjadi lakon pertunjukan [[wayang]]. Tokoh Bima dalam pewayangan pun mengalami adaptasi, tetapi dengan garis besar cerita yang sama dengan kitab aslinya.
=== Karakter ===
Dalam pewayangan Jawa, Bima digambarkan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh, jujur dan bijaksana serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (''krama inggil'') ataupun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa ''krama inggil'' dan duduk) hanya ketika menjadi seorang [[resi]] dalam lakon ''Bima Suci'', dan ketika dia bertemu dengan [[Dewaruci]]. Ia mahir bermain [[gada]], serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa ([[kapak]] besar), dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: ''Aji Bandungbandawasa'', ''Aji Ketuglindhu'', ''Aji Bayubraja'' dan ''Aji Blabak Pangantol-antol''.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah [[Dewa (Hindu)|dewata]] yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.
Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh gurunya—yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima—yang terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu ''gung susuhing angin'' dan air ''banyu perwitasari'', yang akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci.
[[Berkas:Bima pandawa lima.jpg|jmpl|Bima dalam representasi [[Wayang wong|Wayang Wong]]]]
=== Istri dan keturunan ===
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah [[Indraprastha]]. Ia mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:
# Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya [[Antareja|Anantareja]],
# Dewi [[Hidimbi|Arimbi]], berputra Raden [[Gatotkaca]] dan
# Dewi Urangayu, berputra Arya [[Antasena|Anantasena]].
Menurut versi [[Banyumas]], Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.
== Lihat pula ==
{{Commonscat|Bhima}}
* [[Pandawa]]
* ''[[Mahabharata]]''
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{Tokoh Mahabharata}}
[[Kategori:Pandawa]]
|