Suwarsih Djojopuspito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wadaihangit (bicara | kontrib)
Menambahkan foto ke infobox #WPWP
 
(34 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Penulis
[[Berkas:suwarsih.jpg|right|thumb|Suwarsih Djojopuspito]]
| name = Suwarsih Djojopuspito
 
| image = Soewarni Pringgodigdo en Soewarsih Djojopoespito circa 1925.jpg
'''Suwarsih Djojopuspito''' ({{lahirmati|Cibatok, [[Bogor]]|21|4|1912|[[Yogyakarta]]|24|8|1977}}) adalah ''penulis wanita Indonesia'' (suku Sunda) yang menulis novel dalam 3 bahasa: Sunda, Belanda, dan Indonesia. <ref> Biografi Suwarsih Djojopuspito, ''Encyclopadia Indonesia'', 3 Volume
| imagesize = 200px
</ref>
| caption =
 
| pseudonym =
| birth_name =
| birth_date = 20 April 1912
| birth_place = Cibatok, Bogor
| death_date = 24 Agustus 1977
| death_place = Yogyakarta
| death_cause =
| occupation = Penulis novel
| nationality =
| ethnicity = Sunda
| citizenship =
| period =
| genre =
| subject =
| movement =
| notableworks = Manusia Bebas
| spouse = [[Sugondo Djojopuspito]]
| partner =
| children =
| relatives =
| influences =
| influenced =
| awards =
| signature =
| website =
| portaldisp =
}}
'''Suwarsih Djojopuspito''' ([[Ejaan Van Ophuijsen]]: '''Soewarsih Djojopoespito'''; {{lahirmati|Cibatok, [[Bogor]]|20|4|1912|[[Yogyakarta]]|24|8|1977}})<ref>{{Cite book|date=1996|url=https://books.google.co.nz/books?id=fz9wAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA139&dq=soewarsih+djojopoespito+20+april&hl=id&redir_esc=y|title=Mengenal Taman Wijaya Brata: makam pahlawan pejuang bangsa|publisher=Diterbitkan oleh Majelis Luhur Tamansiswa bersama dengan PT BP Kedaulatan Rakyat dan ahli waris|language=id}}</ref> adalah seorang penulis Indonesia dari suku Sunda yang menulis novel dalam 3 bahasa, yaitu bahasa Sunda, bahasa Belanda, dan bahasa Indonesia.<ref>Biografi Suwarsih Djojopuspito, ''Encyclopadia Indonesia'', 3 Volume
</ref><ref>{{Cite web|url=https://historia.id/kultur/articles/menjadi-manusia-bebas-DAoWg|title=Menjadi Manusia Bebas|last=Janti|first=Nur|date=|website=Historia|access-date=10 Maret 2020}}</ref>
 
== Latar Belakang dan Pendidikan ==
LahirSuwarsih padalahir tanggalpada [[2120 April]] [[1912]] di ''Cibatok'', [[Bogor]] dengandan memiliki nama kecil Tjitjih. Ia berasal dari keluarga tani,yang bernamasederhana. Ayahnya, Raden Bagoes Noersaid Djajasapoetra, asalberasal dari [[Kabupaten Cirebon,|Cirebon]]. yangWalaupun buta huruf namun ayahnya mampu menjadi dalang wayang kulit dalam 3 bahasa (Jawa, Sunda, dan Indonesia).
 
PendidikanIa dan kakak perempuannya, Nining, sama-sama bersekolah di [[Kartini School]] (setingkatyang didirikan oleh Van Devanter di [[HISBogor]]. didirikanSekolah olehtersebut van Deventer -merupakan Sekolah Dasar 7selama tujuh tahun khusus perempuan) didan setingkat dengan [[BogorHIS]]. tahunSuwarsih bersekolah di sana selama 1919-1926,. Ia kemudian meneruskan dengan bea siswabeasiswa ke [[MULO]], (SMP[[Sekolah menengah pertama|Sekolah Menengah Pertama]] di zaman Belanda), tahunpada [[1926]]-[[1929]] di [[Bogor]]. jugaSetelah itu, dania terakhirjuga mendapatmendapatkan bea siswabeasiswa penuh (berupa pembayaran uang sekolah dan penyediaan asrama) untuk bersekolah di [[Europeesche Kweekschool]] di [[Surabaya]] pada [[1929]]-[[1932]]. [[Europeesche Kweekschool]] (Sekolahmerupakan Gurusekolah Atasguru Belanda saat itu. Ketika Suwarsih bersekolah di sana, hanya ada 2 orang pribumi dari 28 murid) di [[Surabaya]] tahun 1929-1932.
 
== Biografi ==
=== Masa Kebangkitan Nasional (1928-1942) ===
Setelah lulus pada tahun 1932, Suwarsih pindah ke [[Purwakarta]] kesempatandan pertamamendapat kesempatan menjadi guru di sana,. kemudianSetahun tahunsetelahnya, 1933ia menikah dengan [[Sugondo Djojopuspito]] di Cibadak dan pindah ke [[Bandung]]. Di sana, Suwarsih menjadi guru di Perguruan Tamansiswa Bandung, di mana KepalaSugondo Sekolahmenjadi adalahkepala suaminya,sekolahnya. padahalMeskipun memiliki ijazah sebagai guru sekolah Belanda yangdan seharusnyamemiliki kesempatan untuk mengajar di sekolah Belanda namun ia lebih memilih bekerja di perguruan pribumi. danIa juga aktif dalam ''Perkoempoelan Perempoean Soenda'' sebagai anggota. Kakaknya, yang bernama Suwarni, menikah dengan Mr. [[A.K.Pringgodigdo]].
 
Tahun 1934, suaminya ([[Sugondo Djojopuspito]]) kena larangan mengajar (Onderwijs Verbod) oleh Pemerintah Hindia Belanda ketika di bawah pimpinan Gubernur General Mr. [[Bonifacius Cornelis de Jonge]], bersamaan dengan ditangkapnya para aktivis politik (tahun 1933 [[Soekarno]] dibuang ke [[Flores]] kemudian dipindahkan ke [[Bengkulu]], tahun 1934 [[Mohammad Hatta]] dan [[Sutan Syahrir]] dibuang ke [[Boven Digoel]], kemudian dipindahkan ke [[Banda Neira]]). Namun kemudian tahun 1935 Onderwijs Verbod dicabut oleh Pemerintah Hindia Belanda.
 
TahunPada 1935[[1934]], itusuami jugaSuwarsih pindahterkena kelarangan Bogor, setelahmengajar (''Onderwijs Verbod'') (laranganoleh mengajar)Pemerintah dari[[Hindia suaminyaBelanda]] di bawah pimpinan Gubernur General [[Bonifacius Cornelis de Jonge]]. Namun kemudian pada [[1935]] larangan ini dicabut oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun yang sama, danSuwarsih mendirikan sekolah ''Loka Siswa'', namun taksekolah adatersebut murid,terpaksa sehinggaharus ditutup. Kemudiankarena tahuntidak 1936ada pindahmurid. keKetika Semarang mencari pekerjaan ikut suami yangsuaminya diterima bekerja sebagai guru di Tamansiswa [[Semarang,]] danpada [[1936]], Suwarsih pun ikut pindah ke kota tersebut dan bekerja di sekolah Drs. Sigit. Kemudian pada tahun [[1938]], ia pindah ke Bandung dan mengajar di Pergoeroean Soenda.
 
Ketika keadaan Eropa genting, menjelang Perang Dunia II, maka pada tahun 1940 Soewarsih pindah ke Batavia mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda. Ia menjadi guru di GOSVO (Gouvernement Opleiding School voor Vak Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri Pasar Baru Batavia - sekarang SMKN 27 Pasar Baru). Seperti diketahui pada waktu itu hanya ada 2 SGKP, yang lain adalah OSVO Soerabaia. Ia juga dipercaya oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah elite Menteng (Tjioedjoengweg, sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI).
 
=== Satu Naskah Dalam 3 Bahasa: Maryanah (1936), Buiten het Gareel (1940), dan Manusia Bebas (1974) ===
 
Ada suatu cerita yang menarik tentang buku ''Buiten het Gareel'' yang ditulis dalam bahasa Belanda dan terbit di Negeri Belanda. Hal ini terjadi di masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.
 
Ketika Suwarsih telah menikah, maka pada tahun 1936 naskah buku ''Maryanah'' telah selesai ditulis di Yogyakarta dengan anak satu, menunggu kelahiran anak kedua. Pada umumnya, seseorang terpelajar pada waktu itu hanya bisa berbahasa ibu (untuk Suwarsih adalah Sunda) dan bahasa pergaulan Belanda.
 
Suwarsih, yang ayahnya adalah seorang dalang, maka bakat bercerita sudah terlihat ketika ia masih anak-anak duduk di kelas 5 HIS, pada waktu itu ''Isteri Gubernur General'' sedang berkunjung di ''Kartini School Bogor'', maka oleh sekolah Suwarsih ditugasi menjadi juru penerang pameran sekolah. ''Nyonya Gubernur General'' terkesima kebolehan Suwarsih menerangkan pameran dalam bahasa Belanda dengan lancer sekali, sehingga diperintahkan untuk mendapatkan bea siswa pada jenjang yang lebih atas (MULO dan Kweek School).
 
Tahun 1933, setelah Suwarsih kawin denga Sugondo, maka mulai mengenal para aktivis pergerakan, antara lain ''Ir. Sukarno'', ''Drs. Mohammad Hatta'', ''Sutan Syahrir'', ''Ki Hadjar Dewantara'', dan lain-lain. Pengalaman sehari-hari ditulisnya dalam ''buku harian''. Pada tahun 1936, ketika keluarga Suwarsih membutuhkan uang (untuk persiapan kelahiran anak kedua), maka atas saran Sugondo sebaiknya buku harian tersebut ''ditulis dalam sebuah novel'', dan naskah ''Maryanah'' selesai ditulis dalam bahasa Sunda pada tahun 1936, kemudian naskah dikirim ke ''Balai Poestaka Batavia''. Alangkah kecewanya, naskah tersebut ditolak oleh Balai Poestaka, karena mencamtumkan tokoh politik pada waktu itu.
 
Tahun 1940, ketika Suwarsih pindah ke Batavia, ia bertemu dengan sastrawan ''E. du Peron'', dan atas anjurannya agar naskah ''Maryanah'' bisa ditulis kembali dalam Bahasa Belanda dan berjudul ''Buiten het Gareel'' (di luar pelana kuda). Oleh ''E. du Peron'', naskah ''Buiten het Gareel'' dibawa ke ''Negeri Belanda'', dan dicarikan penerbit, akhirnya bisa terbit tahun 1940 itu juga.
 
Naskah ''Maryanah'' baru terbit tahun 1959 oleh ''PT Balai Pustaka Jakarta'', sedangkan terjemahannya ''Manusia Bebas'' terbit tahun 1975 oleh ''PT Jambatan Jakarta'' atas bantuan ''Pemerintah Belanda'', agar bisa dibaca oleh ''masyarakat luas di Indonesia''.
 
=== Masa Pendudukan Jepang (1943-1945) ===
Baris 38 ⟶ 51:
 
=== Masa Revolusi Fisik (1945-1949) ===
Pada masa revolusi fisik berhubung berpindah-pindah tempat tinggal dari Jakarta, Cirebon, Purworejo, dan Yogyakarta, maka tidak sempat menulis novel, karena mengikuti suami yang Anggota BP-KNIP <ref>{{Cite web |url=http://www.dpr.go.id/tentang/sejarah.php |title=Salinan arsip |access-date=2008-05-30 |archive-date=2008-05-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080522162422/http://www.dpr.go.id/tentang/sejarah.php |dead-url=yes }}</ref> di [[Jakarta]] dan [[Purworejo]]. Tahun 1948 menetap di [[Yogyakarta]] ikut suami Sugondo Djojopuspito ketika BP-KNIP pindah ke Yogyakarta, kemudian suaminya diangkat menjadi Menteri Pembangunan Masyarkat pada Kabinet dr. Abdul Halim pada tahun 1949
 
=== Masa Kemerdekaan setelah RIS (setelah 1950) ===
Awalnya pada tahun 1951 ia menjadi guru SGKP Lempuyangan Yogyakarta, kemudian berhenti menjadi guru tahun 1953 setelah ke Amsterdam, karena mendapat undangan dari Pemerintah Kerajaan Belanda untuk tinggal di Amsterdam selama 6 bulan atas biaya Pemerintah Kerajaan Belanda (tinggal di rumah kontrakan bilangan Kijzerkracht).
 
Ketika kembali ke Indonesia, ia mulai kegiatan menulis atau menterjemahkan buku-buku (dari bahasa Perancis, Belanda, Jerman, maupun Inggris karena mahir berbahasa tersebut), yaitu untuk menambah keuangan keluarga (pensiun suami sebagai bekas Menteri sangat kecil). Banyak novel ditulis pada masa ini.
 
Wafat pada [[24 Agustus]] [[1977]] serta mendapat kehormatan dimakamkan di Pemakamam Tamansiswa [[Taman Wijayabrata]] di Celeban, Umbulharjo - Yogyakarta.
 
Ketika kembali ke Indonesia, ia mulai kegiatan menulis atau menterjemahkan buku-buku (dari [[bahasa PerancisPrancis]], Belanda, Jerman, maupun Inggris karena mahir berbahasa tersebut), yaitu untuk menambah keuangan keluarga (pensiun suami sebagai bekas Menteri sangat kecil). Banyak novel ditulis pada masa ini.
=== Senang Main Piano dan Menyanyi ===
Seperti halnya dengan [[Ibu Sud]] belajar biola dan [[Amir Pasaribu]] belajar piano, yang berkesempatan belajar musik di Hogere Kweek School (HKS - Sekolah Guru Atas) Bandung, maka Ny. Soewarsih juga belajar piano di Eropeesche Kweekschool Surabaya, dan juga senang menyanyi. Anak-anaknya semua kemudian diajarkan piano juga. Pada waktu menidurkan anak bungsunya, ia suka menyanyikan '''Wiegenlied''' Ciptaan '''W.A. Mozart''' dengan terjemahan ''Tidurlah Putra Bunda''. Teks lagu itu adalah:
 
::'''Tidurlah Putra Bunda'''
Baris 63 ⟶ 73:
:''Tidur, tidurlah anakku''
 
=== BintangKematian Kehormatandan Republik IndonesiaPenghargaan ===
WafatSuwarsih wafat pada [[24 Agustus]] [[1977]] serta mendapat kehormatan dimakamkan di Pemakamam Tamansiswa [[Taman Wijayabrata]] di Celeban, Umbulharjo - Yogyakarta.
Dalam rangka hari ulang tahun ''[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]'' yang ke-68, maka Pemerintah telah menganugerahkan ''Tanda Kehormatan'' '''[[Bintang Budaya Parama Dharma]]''' pada tanggal 14 Agustus 2013 di [[Istana Negara]] oleh Presiden SBY kepada ahli warisnya.<ref>[http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4535 Penerima Tanda Kehormatan RI dalam Rangka HUT-68 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia] Setneg.go.id, diakses 16 September 2013</ref><ref>[http://www.antaranews.com/berita/390367/ini-tokoh-penerima-tanda-kehormatan Ini tokoh penerima tanda kehormatan] Antara, diakses 16 September 2013</ref>
 
Dalam rangka hari ulang tahun ''[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]'' yang ke-68, maka Pemerintah telah menganugerahkan ''Tanda Kehormatan'' '''[[Bintang Budaya Parama Dharma]]''' pada tanggal 14 Agustus 2013 di [[Istana Negara]] oleh Presiden SBY kepada ahli warisnya.<ref>[http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4535 Penerima Tanda Kehormatan RI dalam Rangka HUT-68 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia] Setneg.go.id, diakses 16 September 2013</ref><ref>[http://www.antaranews.com/berita/390367/ini-tokoh-penerima-tanda-kehormatan Ini tokoh penerima tanda kehormatan] Antara, diakses 16 September 2013</ref>
 
== Karya Novel ==
=== Karya Novel yang telah diterbitkan ===
Hanya 1 roman dibuat sebelum kemerdekaan (1938), karena beliaudia hanya bisa berbahasa Sunda dan Belanda, sedangkan yang lain seteleh RIS (1949)setelah bisa berbahasa Indonesia [http://www.damescompartiment.nl/wesoe.htm]
* 1. Buiten het gareel, De Haan Uitgevery, Utrecht, 1940. Dengan kata pengantar dari [[E. du Perron]], Cetakan ke-dua Amsterdam, 1946 [http://id.shvoong.com/social-sciences/1684535-dari-alat-kolonial-ke-persero/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080528002932/http://id.shvoong.com/social-sciences/1684535-dari-alat-kolonial-ke-persero/ |date=2008-05-28 }}, terbit atas usaha sastrawan Eduard du Peron
* 2. Tudjuh tjeritera pendek, Pustaka Rakjat - Jakarta, 1951. Karangan pertama dari beliaudia dalam bahasa Indonesia setelah Kemerdeakaan, diterbitkan atas bantuan Prof. Takdir Alisyahbana (pemilik Pustaka Rakyat)
* 3. Empat serangkai. Kumpulan tjerita pendek. Pustaka Rakyat - Jakarta, 1954. Diterbitkan atas bantuan Prof. Takdir Alisyahbana (pemilik Pustaka Rakyat)
* 4. Riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. Bulan Bintang - Jakarta, 1956 (cetakan kedua 1976), dengan kata pengantar H. HAMKA
* 5. Marjanah. Balai Pustaka (1959)- Jakarta, 1959. Novel berbahasa Sunda, karangan pertama dari beliaudia tahun 1938, namuntetapi ditolak oleh Balai Poestaka, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Belanda sebagai ''Buiten het Gareel' pada tahun 1939 dan terbit di Utrecht tahun 1940 atas bantuan sastrawan Eduard du Peron
* 6. Siluman Karangkobar. Pembangunan - Jakarta, 1963. Terbit atas bantuan Hassan Sadhily
* 7. Hati wanita. Pembangunan - Jakarta, 1964. Terbit atas bantuan Hassan Sadhily
* 8. Manusia bebas. Djambatan - Jakarta, 1975. Penulisan ulang: Buiten het Gareel, terbit atas bantuan Pemerintah Kerajaan Belanda
* 9. Maryati. Pustaka Jaya - Jakarta, 1982. Terbit atas bantuan Ayip Rosyadi
 
=== Artikel yang pernah ditulis: ===
Lihat ''Levensbericht Jaarboek van de Maatschappij der Nederlandse Letterkunde te Leiden 1978-1979''.
* 1. "De Indonesische vrouw en het passief kiesrecht". pada ''Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift I 1938'', halaman 75-76 (Fragment)
* 2. "De Indonesische vrouw van Morgen". pada ''Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift I, 1938'', halaman 145-147
* 3. "Onze moslim-zusters in en buiten Indonesië". pada ''Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrif I 1938'', halaman 279-280
* 3. "De taal der Soendanese jongeren". pada ''Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift I l939'', halaman 348-350.
* 4. "In memoriam E. du Perron". pada ''Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift 3, l940'', halaman l92-l93
* 5. "In de schaduw van de Leider". pada ''Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift 4'', l941, halaman 191-l92
* 6. "In memoriam E. du Perron". pada ''Criterium 4'', 1946, halaman 386-388
* 7. "Ontmoeting met E. du Perron". pada ''Vrij Nederland'', 14 december 1946
* 8. "Eddy du Perron, de vriend die nooit gestorven is". pada ''Tirade 17'', 1973, halaman 68-70
* 9. "De thuiskomst van een oud-strijder". pada ''Tirade 21'', 1977, halaman 38-47
 
=== Artikel yang tidak diterbitkan: ===
 
* 1. Eddy Du Perron, de vriend die nooit gestorven is'. Typoscript uit 1971, 7 pag. Door Soewarsih Djojopoespito aan Rob Nieuwenhuys gegeven tijdens zijn verblijf in Indonesië in oktober 1971. Aanwezig in het HISDOC van het KITLV, signatuur D H 1019a. Welwillend afgestaan voor transscriptie aan het Damescompartiment.
 
=== Ulasan penulis Belanda ===
 
# "Buiten het gareel". Oleh ''Rob Nieuwenhuys'' pada majalah ''Oost-Indische Spiegel'', edisi 1978, halaman 401-404
#* "Buiten het gareel". Oleh ''Rob Nieuwenhuys'' pada majalah ''Oost-Indische Spiegel'', edisi 1978, halaman 401-404
* "Soewarsih Djojopoespito, Cibatok 20 april 1912 -- Yogyakarta 24 augustus 1977" oleh ''Gerard Termorshuizen'' pada ''Maatschappij der Nederlandse Letterkunde Yaarboek'' di Leiden 1978-1979, halaman 39-48.
#* "Een leven buiten het gareel" oleh ''Gerard Termorshuizen'' pada ''Engelbewaarder Winterboek 1979'', halaman 109-122
#* "Soewarsih Djojopoespito, E. du Perron dan novel Buiten het gareel" oleh ''Robert-Henk Zuidinga'' pada ''Indische Letteren'', 1986, halaman 158 e.v.
#* "Maryanah, Novel Sunda dari Soewarsih Djojopoespito{" oleh ''5. J. Noorduyn'' pada ''Indisch-Nederlande Literatuur'' dengan redaksi ''[[Reggie Baay]] dan [[Peter van Zonneveld]]'', [[Utrecht]], 1988, halaman 232-242
#* "A life free from trammels : Soewarsih Djojopoespito and her novel Buiten het gareel" pada ''Canadian Journal of Netherlandic Studies'' Vol. XII, no. ii (Spring 1991)
#* "Bij de dood van een vriendin" oleh ''Beb Vuyck'' pada ''NRC'', 2 september 1977
 
== Keluarga ==
 
* '''[[Sugondo Djojopuspito]]''', (1905-1978), suami, tahun 1928 sebagai Ketua Kongres Pemuda 1928, anggauta BP-KNIP 1945-1948, Menteri Pembangunan Masyarakat RI (Kabinet Dr. Halim, 1949), mendapat anugrah Bintang Jasa Utama tahun 1978
* '''Sunartini Djanan Chudori, SH''' (almarhum, Lahir Bandung 1935 - Wafat Yogyakarta 1996), anak pertama, Sarjana Hukum lulusan UGM, aktivis LBH Yogyakarta
Baris 111 ⟶ 126:
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} Soewarsih Djojopoespito (1912-1977) [http://www.damescompartiment.nl/biosoe.htm]
* {{id}} Postkolonialisme Indonesia, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU - Pustaka Pelajar, Februari 2008. 497 halaman [http://www.panyingkul.com/view.php?id=828&jenis=bukukita] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080529052634/http://www.panyingkul.com/view.php?id=828&jenis=bukukita |date=2008-05-29 }}
* {{nl}} ''Buiten het gareel'' [http://www.litweb.net/biogs/yamin muhammad.html] adalah novel yang aslinya berbahasa Sunda kemudian dibuat bahasa Belanda, karena pernah ditolak untuk diterbitkan oleh Balai Pustaka [http://id.shvoong.com/social-sciences/1684535-dari-alat-kolonial-ke-persero/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080528002932/http://id.shvoong.com/social-sciences/1684535-dari-alat-kolonial-ke-persero/ |date=2008-05-28 }}
* {{id}} Relevansi Sastra dalam Memahami Kolonialisasi di Indonesia [http://www.panyingkul.com/view.php?id=828&jenis=bukukita] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080529052634/http://www.panyingkul.com/view.php?id=828&jenis=bukukita |date=2008-05-29 }}
* {{id}} Daftar Penulis Wanita [http://www.damescompartiment.nl/name1.htm]
 
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Djojopuspito, Suwarsih}}
 
{{DEFAULTSORT:Djojopuspito, Suwarsih}}
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Cirebon]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Bogor]]