Candi Mendut: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Anangyb001 (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
|||
(25 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Mendut Temple Afternoon.jpg|
'''Candi Mendut''' ({{lang-jv|ꦕꦟ꧀ꦝꦶꦩꦼꦤ꧀ꦢꦸꦠ꧀|Candhi Mendut}}) adalah sebuah [[candi]] bercorak [[Buddha]]. Candi yang terletak di Desa Mendut, Jalan Mayor Kusen [[Mungkid (Kota)|Kota Mungkid]], [[Kabupaten Magelang]], [[Jawa Tengah]] ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer dari
== Masa pembuatan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Candi Mendut TMnr 10015974.jpg|
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan [[Raja Indra]] dari dinasti [[Syailendra]]. Di dalam [[prasasti Karangtengah]] yang bertarikh [[824]] Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama ''wenuwana'' yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama [[J.G. de Casparis]], kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
== Arsitektur candi ==
Bahan bangunan candi sebenarnya adalah [[batu bata]] yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah ''basement'' yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas ''basement'' terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan [[stupa]]-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah.
Tinggi bangunan adalah 26,4 meter.
== Hiasan
[[Berkas:Buddha Mendut.jpg|
Hiasan yang terdapat pada
Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita [[Pancatantra]] dan [[jataka]].
[[Berkas:Mendhut-relief.jpg|
Dinding candi dihiasi [[relief]] Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, [[Maitreya]], Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang ''[[yaksi]]'' yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka.
[[Berkas:Mendhut-Buddha02.jpg|
Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha [[Wairocana]] dengan sikap tangan (''[[mudra]]'') ''dharmacakramudra''. Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi.
== Relief-relief ==
Di bawah ini pembicaran mendetail beberapa relief akan disajikan.
▲[[Berkas:Mendhut-Tantri02.jpg|thumb|Brahmana dan seekor kepiting.]]
Pada relief ini terdapat lukisan cerita hewan atau [[fabel]] yang dikenal dari Pancatantra atau jataka. Cerita lengkapnya disajikan di bawah ini:
:''Maka adalah seorang brahmana yang datang dari dunia bawah dan bernama Dwijeswara. Ia sangat sayang terhadap segala macam hewan.
:''Maka berjalanlah
:''Adalah seekor ular yang berteman dengan seekor gagak dan merupakan ancaman bagi sang brahmana. Maka kata si ular kepada kawannya si gagak: “Jika ada orang datang ke mari untuk tidur, ceritakan padaku, aku mangsanya.”
Baris 41 ⟶ 40:
=== Relief 2 (Angsa dan kura-kura) ===
[[Berkas:Mendhut-Tantri01.jpg|
Pada relief ini terdapat lukisan cerita hewan atau fabel yang dikenal dari Pancatantra atau jataka. Cerita lengkapnya disajikan di bawah ini. Namun cerita yang disajikan di bawah ini agak berbeda versinya dengan lukisan di relief ini:
:''Ada kura-kura bertempat tinggal di danau Kumudawati. Danau itu sangat permai, banyak tunjungnya beranekawarna, ada putih, merah dan (tunjung) biru.
:''Ada angsa jantan betina, berkeliaran mencari makan di danau Kumudawati yang asal airnya dari telaga Manasasara.Adapun nama angsa itu, si Cakrangga (nama) angsa jantan, si Cakranggi (nama) angsa betina. Mereka itu bersama-sama tinggal di telaga Kumudawati.
:''Maka sudah lamalah bersahabat dengan kura-kura. Si Durbudi (nama) si jantan, sedangkan si Kacapa (nama) si betina.
:''Maka sudah hampir tibalah musim kemarau. Air di danau Kumudawati semakin mengeringlah. [Kedua] angsa, si Cakrangga dan si Cakranggi lalu berpamitan kepada kawan mereka si kura-kura; si Durbudi dan si Kacapa. Katanya:
:'' “Wahai kawan kami meminta diri pergi dari sini. Kami ingin pergi dari sini, sebab semakin mengeringlah air di danau. Apalagi menjelang musim kemarau.Tidak kuasalah kami jauh dari air. Itulah alasannya kami ingin terbang dari sini, mengungsi ke sebuah danau di pegunungan Himawan yang bernama Manasasana. Amat murni airnya bening dan dalam. Tidak mengering walau musim kemarau sekalipun. Di sanalah tujuan kami kawan.” Begitulah kata si angsa.Maka si kura-kurapun menjawab, katanya:
:''“Aduhai sahabat, sangat besar cinta kami kepada anda, sekarang anda akan meninggalkan kami, berusaha untuk hidupmu sendiri.
:''Bukankah (keadaannya) sama kami dengan anda, tidak bisa jauh dari air? Ke mana pun anda pergi kami akan ikut, dalam suka dan duka anda. Inilah hasil persahabatan kami dengan kalian.
:''Angsa menjawab: “Baiklah kura-kura. Kami ada akal. Ini ada kayu, pagutlah olehmu tengah-tengahnya, kami akan memagut ujungnya sana dan sini dengan isteriku. Kuatlah kami nanti membawa terbang kamu, [hanya] janganlah kendor anda memagut, dan lagi jangan berbicara. Segala yang kita atasi selama kami menerbangkan anda nanti, janganlah hendaknya anda tegur juga. Jika ada yang bertanya jangan pula dijawab. Itulah yang harus anda lakukan, jangan tidak mentaati kata-kata kami. Apabila anda tidak mematuhi petunjuk kami tak akan berhasil anda sampai ke tempat tujuan, akan berakhir mati.”Maka demikianlah kata angsa.
:''Lalu dipagutlah tengah-tengah kayu itu oleh si kura-kura, ujung dan pangkalnya dipatuk oleh angsa, di sana dan di sini, laki bini, kanan kiri.Segera terbang dibawa oleh angsa, akan mengembara ke telaga Manasasara, tempat tujuan yang diharapkannya. Telah jauh terbang mereka, sampailah di atas ladang Wilanggala.Maka adalah anjing jantan dan betina yang bernaung di bawah pohon mangga. Si Nohan nama si anjing jantan, si Babyan nama si betina. Maka mendongaklah si anjing betina, melihat si angsa terbang, keduanya sama menerbangkan kura-kura. Lalu katanya.“Wahai bapak anakku, lihatlah itu ada hal yang amat mustahil. Kura-kura yang diterbangkan oleh angsa sepasang!”Lalu si anjing jantan menjawab: “Sungguh mustahil kata-katamu. Sejak kapan ada kura-kura yang dibawa terbang oleh angsa? Bukan kura-kura itu tetapi tahi kerbau kering, sarang karu-karu! Oleh-oleh untuk anak angsa, begitulah adanya!” Begitulah kata si anjing jantan.
:''Terdengarlah kata-kata anjing itu oleh kura-kura, marahlah batinnya. Bergetarlah mulutnya karena dianggap tahi kerbau kering, sarang karu-karu.
:''Maka mengangalah mulut si kura-kura, lepas kayu yang dipagutnyam jatuhlah ke tanah dan lalu dimakan oleh serigala jantan dan betina.Si angsa malu tidak dipatuhi
=== Relief 3 (Dharmabuddhi dan Dustabuddhi) ===
[[Berkas:Mendhut-Dharmabuddhi-Dustabuddhi.jpg|
Cerita ini mengenai dua orang sahabat anak para saudagar. Suatu hari Dharmabuddhi menemukan uang dan bercerita kepada kawannya Dustabuddhi. Lalu mereka berdua menyembunyikan uang ini di bawah sebuah pohon. Setiap kali mereka membutuhkan uang, Dharmabuddhi mengambil sebagian dan membagi secara adil. Tapi Dustabuddhi tidak puas dan suatu hari mengambil semua uang yang tersisa. Ia lalu menuduh Dharmabuddhi dan menyeretnya ke pengadilan. Tetapi akhirnya Dustabuddhi ketahuan dan dihukum.
=== Relief 4 (Dua burung betet yang berbeda) ===
[[Berkas:Mendhut-Tantri-2 parrots.jpg|
Relief ini melukiskan cerita dua burung betet bersaudara namun berbeda kelakuannya karena yang satu dididik oleh seorang penyamun. Sedangkan yang satu oleh seorang pendeta.
==
[[Berkas:Mendhut-Buddha-Jepang01.jpg|
Persis di sebelah
== Referensi ==
Baris 75 ⟶ 74:
* {{id}} L. Mardiwarsito, [[1983]], ''Tantri Kāmandaka''. Ende: Nusa Indah/Kanisius.
== Pranala
* {{Id}} [http://www.magelangonline.com/wisata-candi-mendut-magelang/ Wisata candi Mendut] di [[Magelang]]
* {{Id}} [http://sobatjogja.com/candi-mendut-peninggalan-kerajaan-medang/ Candi Mendut Peninggalan Kerajaan Medang]
{{Candi Buddha Indonesia}}
Baris 83:
[[Kategori:Pancatantra]]
[[Kategori:Tempat ziarah agama Buddha]]
[[Kategori:Vihara Mendut]]
[[Kategori:Mungkid, Magelang]]
|