Herman Johannes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(122 revisi perantara oleh 64 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|name = {{PAGENAME}}
|image = Herman Johannes, Kami Perkenalkan (1952), p17.jpg
|imagesize =
|caption =
|office = Menteri Pekerjaan Umum Republikdan Rekonstruksi Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum
|order = ke-7
|term_start = [[6 September]] [[1950]]
|term_end = [[27 April]] [[1951]]
|president = [[Soekarno]]
|predecessor primeminister = [[SitompulMohammad Natsir]]
|predecessor = [[Mananti Sitompul]]
|successor = [[Ukar Bratakusumah]]
|office2 = Rektor Universitas Gadjah Mada
|order2 = ke-2
|term_start2 = [[1961]]
|term_end2 = [[1966]]
|predecessor2 = [[Sardjito|Prof. Dr. M. Sardjito]]
|successor2 = [[Nazir Alwi|Drg. M. Nazir Alwi]]
|birth_date = {{birth date|1912|5|28}}
|birth_place = {{negara|Belanda}}Keka, [[Rote]] Selatan, [[NTTRote Ndao]], [[HindiaNusa Tenggara BelandaTimur]]
|death_date = {{death date and age|1992|10|17|1912|5|28}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|party =
|spouse = {{marriage|Annie Marie Gilbertine Amalo|1955}}
|relations =
|children = 4, termasuk [[Helmi Johannes|Helmi]]
|alma_mater = {{ubl|[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]|[[Universitas Gadjah Mada]]}}
|occupation = Politikus
|profession = Ilmuwan
|religion =
|signature =
|website =
|footnotes =
}}
'''Prof. Dr. Ir. Herman Johannes''', sering juga ditulis sebagai '''Herman Yohannes''' atau '''Herman Yohanes''' ({{lahirmati|[[Rote]], [[NTT]]|28|5|1912|[[Yogyakarta]]|17|10|1992}}) adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan [[Indonesia]], [[guru besar]] [[Universitas Gadjah Mada]] ([[UGM]]), dan [[Pahlawan Nasional Indonesia]]. Ia pernah menjabat [[Rektor]] [[UGM]] (1961-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] ([[DPA]]) [[RI]] (1968-1978), dan [[Menteri]] Pekerjaan Umum (1950-1951).
 
'''[[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] [[Insinyur|Ir.]] '''Herman Johannes''', seringterkadang jugasalah ditulisdieja sebagai '''Herman Yohannes''' atau '''Herman Yohanes''' ({{lahirmati|[[Keka, Rote]], [[NTT]]|28|5|1912|[[Yogyakarta]]|17|10|1992}}) adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan [[Indonesia]], [[guru besar]] [[Universitas Gadjah Mada]] ([[UGM]]), dan [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]]. Ia pernah menjabat [[RektorDaftar Menteri Pekerjaan Umum Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum]] (1950–1951), [[UGMDaftar Rektor Universitas Gadjah Mada|Rektor Universitas Gadjah Mada]] (1961-19661961–1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-19791966–1979, dan anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] ([[DPA]]) [[RI]] (1968-1978), dan [[Menteri]] Pekerjaan Umum (1950-19511968–1978).
== Karier ==
Herman Johannes menjadi mahasiswa ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' ([[THS]]) sejak tahun 1934, namun dengan jatuhnya Hindia Belanda pada tanggal 8 Maret 1942 THS Bandung ditutup. Tahun 1944 Jepang membuka kembali sekolah ini dengan nama [[Bandung Kogyo Daigaku]] (BKD), setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 BKD diubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung yang kemudian hijrah ke Yogyakarta menjadi [[Sekolah Tinggi Teknik Bandung]] di Yogyakarta di awal tahun 1946. Sekitar bulan Oktober 1946 Herman Johannes menyelesaikan studinya di STT Bandung di Yogya yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada di mana dia termasuk salah satu perintisnya. Herman Johannes banyak mengabdikan dirinya kepada kepentingan negara dan bangsanya, terutama rakyat kecil. Hingga menjelang akhir hayatnya, ia masih melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan [[briket arang biomassa]]. Keprihatinannya akan tingginya harga minyak bumi, selalu mendorongnya untuk mencari bahan bakar alternatif yang bisa dipakai secara luas oleh masyarakat. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan [[lamtoro gung]], [[nipah]], [[widuri]], [[limbah]] [[pertanian]], dan [[gambut]] sebagai bahan bakar.
 
== Riwayat Hidupkarir ==
Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarier di bidang [[militer]].<ref>[[Julius Pour]] 1993. ''Herman Johannes: Tokoh yang Konsisten dalam Sikap dan Perbuatan''. [[Gramedia]], Jakarta. [[Biografi]].</ref>. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno (kemudian menjadi ayah dari [[Yapto Soerjosoemarno]]) yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat Letjen [[Urip Sumohardjo]], yang isinya agar segera hadir dan melapor ke [[Markas Tertinggi Tentara]] di Yogyakarta. Ternyata Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI, karena pemerintah Indonesia saat itu sedang mengalami krisis persenjataan. Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni jika laboratorium itu sudah bisa berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang lain sebab Herman Johannes ingin melanjutkan kariernya di bidang pendidikan. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan [[Sekolah Menengah Tinggi]] ([[SMT]]) [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] ini selama perang kemerdekaan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.
Setelah lulus dari [[Algemeene Middelbare School|AMS]] Salemba di Jakarta tahun 1934, Herman Johannes menjadimelanjutkan mahasiswapendidikannya ke ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' ([[THS]]) sejakpada tahun akademik 1934-1935. Pada bulan Juni 1939, ia sudah lulus tahap ''candidaat-ingenieur'' (lulus tingkat III)<ref>{{nl}} [http://kranten.delpher.nl/nl/view/index?image=ddd%3A011121299%3Ampeg21%3Aa0235 "Technische Hoogeschool" dalam Harian ''"Soerabaijasch Handelsblad"'' edisi 12 Juni 1939, Tahun ke-87 No.134.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140822111732/http://kranten.delpher.nl/nl/view/index?image=ddd%3A011121299%3Ampeg21%3Aa0235 |date=2014-08-22 }}</ref> dan tinggal menyelesaikan tingkat IV - tahap keinsinyurannya, yang jika lancar dapat ditempuh dalam satu tahun untuk mencapai gelar ''civiel-ingenieur'' - insinyur sipil, namun dengan jatuhnya Hindia Belanda pada tanggal 8 Maret 1942 THS Bandung ditutup, sehingga studinya terpaksa terhenti. Tahun 1944 Jepang membuka kembali sekolah ini dengan nama [[Bandung Kogyo Daigaku]] (BKD), setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 BKD diubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung yang kemudian hijrah ke Yogyakarta menjadi [[Sekolah Tinggi Teknik Bandung]] di Yogyakarta di awal tahun 1946. Sekitar bulan Oktober 1946 Herman Johannes menyelesaikan studinya di STT Bandung di Yogya yang kemudian menjadi cikal bakal [[Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada]] di mana dia termasuk salah satu perintisnya. Herman Johannes banyak mengabdikan dirinya kepada kepentingan negara dan bangsanya, terutama rakyat kecil. Hingga menjelang akhir hayatnya, ia masih melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan [[briket arang biomassa]]. Keprihatinannya akan tingginya harga minyak bumi, selalu mendorongnya untuk mencari bahan bakar alternatif yang bisa dipakai secara luas oleh masyarakat. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan [[lamtoro gung]], [[nipah]], [[widuri]], [[limbah]] [[pertanian]], dan [[gambut]] sebagai bahan bakar.
 
Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarier di bidang [[militer]].<ref>[[Julius Pour]] 1993. ''Herman Johannes: Tokoh yang Konsisten dalam Sikap dan Perbuatan''. [[Gramedia]], Jakarta. [[Biografi]].</ref>. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno (kemudian menjadi ayah dari [[Yapto S. Suryosumarno|Yapto Soerjosoemarno]]) yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat Letjen [[Urip Sumohardjo]], yang isinya agar segera hadir dan melapor ke [[Markas Tertinggi Tentara]] di Yogyakarta. Ternyata Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI, karena pemerintah Indonesia saat itu sedang mengalami krisis persenjataan. Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni jika laboratorium itu sudah bisa berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang lain sebab Herman Johannes ingin melanjutkan kariernya di bidang pendidikan. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|Sekolah Menengah Tinggi]] ([[SMT]]) [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] ini selama perang kemerdekaan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.
Keahlian Herman Johannes sebagai [[fisika]]wan dan [[kimia]]wan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama ''clash'' I dan II. Bulan Desember 1948, Letkol [[Soeharto]] sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api [[Sungai Progo]]. Karena ia menguasai teori [[jembatan]] saat bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. Januari 1949, Kolonel GPH [[Djatikoesoemo]] meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan [[Akademi Militer]] di sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104 Yogyakarta. Dengan markas komando di Desa Kringinan dekat [[Candi Kalasan]], lagi-lagi Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan [[Bogem]] yang membentang di atas [[Sungai Opak]]. Jembatan akhirnya hancur dan satu persatu jembatan antara Yogya-[[Solo]] dan Yogya-[[Kaliurang]] berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Aksi gerilya ini melumpuhkan aktivitas pasukan Belanda sebab mereka harus memutar jauh mengelilingi [[Gunung Merapi]] dan [[Gunung Merbabu]] melewati [[Magelang]] dan [[Salatiga]] untuk bisa masuk ke wilayah Yogyakarta.
 
Keahlian Herman Johannes sebagai [[fisika]]wan dan [[kimia]]wan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama ''clash'' I dan II(Agresi Militer 1 dan 2 ). Bulan Desember 1948, Letkol [[Soeharto]] sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api [[Sungai Progo]]. Karena ia menguasai teori [[jembatan]] saat bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. Januari 1949, Kolonel GPH [[Djatikoesoemo]] meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan [[Akademi Militer]] di sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104 Yogyakarta. Dengan markas komando di Desa Kringinan dekat [[Candi Kalasan]], lagi-lagi Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan [[Bogem]] yang membentang di atas [[Sungai Opak]]. Jembatan akhirnya hancur dan satu persatu jembatan antara Yogya-[[Solo]] dan Yogya-[[Kaliurang]] berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Aksi gerilya ini melumpuhkan aktivitas pasukan Belanda sebab mereka harus memutar jauh mengelilingi [[Gunung Merapi]] dan [[Gunung Merbabu]] melewati [[Magelang]] dan [[Salatiga]] untuk bisa masuk ke wilayah Yogyakarta.
Pengalamannya ber[[gerilya]] membuat Herman Johannes juga ikut serta dalam [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] yang menyerbu kota Yogyakarta di pagi buta dan bisa menduduki ibukota Republik selama enam jam. Herman Johannes juga menjadi saksi sumbangan [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Letnan [[Soesilo Soedarman]] dan Letnan Djajadi, Mayor Johannes pernah bertugas ke [[Wedi, Klaten]], untuk melakukan koordinasi perjuangan. Mereka bertiga berangkat memakai seragam baru hadiah dari [[Sultan Hamengkubuwono IX|Sultan Yogya]]. Sultan pun memberi gaji seratus [[rupiah]] [[Oeang Republik Indonesia]] (ORI) setiap bulan kepada para taruna Akademi Militer.
 
Pengalamannya ber[[gerilya]] membuat Herman Johannes juga ikut serta dalam [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] yang menyerbu kota Yogyakarta di pagi buta dan bisa menduduki ibukotaibu kota Republik selama enam jam. Herman Johannes juga menjadi saksi sumbangan [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Letnan [[Soesilo Soedarman]] dan Letnan Djajadi, Mayor Johannes pernah bertugas ke [[Wedi, Klaten]], untuk melakukan koordinasi perjuangan. Mereka bertiga berangkat memakai seragam baru hadiah dari [[Sultan Hamengkubuwono IX|Sultan Yogya]]. Sultan pun memberi gaji seratus [[rupiah]] [[Oeang Republik Indonesia]] (ORI) setiap bulan kepada para taruna Akademi Militer.
Dalam sebuah makalahnya Herman Johannes pernah mengemukakan bahwa Sri Sultan dan [[Paku Alam VIII|Paku Alam]] bersama Komisi PBB menjemput para gerilyawan masuk kota Yogyakarta pada [[29 Juni]] [[1949]]. Pasukan Akademi Militer masuk kota dari arah [[Gondokusuman, Yogyakarta|Pengok]] dan dijemput langsung Paku Alam VIII, dan Herman Johannes kemudian harus berpisah dengan teman-teman seperjuangannya utuk kembali ke dunia pendidikan. Jasanya di dalam perang kemerdekaan membuat Herman Johannes dianugerahi [[Bintang Gerilya]] pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI. Almarhum Herman Johannes mendapat anugerah gelar [[Pahlawan Nasional]] dari Presiden Yudhoyono dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2009.<ref>[http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/11/09/brk,20091109-207172,id.html Profesor Herman Johanes Mendapat Gelar Pahlawan]</ref> <ref>[http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2009/11/09/4853.html Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan RI]</ref>
 
Dalam sebuah makalahnya Herman Johannes pernah mengemukakan bahwa Sri Sultan dan [[Paku Alam VIII|Paku Alam]] bersama Komisi PBB menjemput para gerilyawan masuk kota Yogyakarta pada [[29 Juni]] [[1949]]. Pasukan Akademi Militer masuk kota dari arah [[Gondokusuman, Yogyakarta|Pengok]] dan dijemput langsung Paku Alam VIII, dan Herman Johannes kemudian harus berpisah dengan teman-teman seperjuangannya utukuntuk kembali ke dunia pendidikan. Jasanya di dalam perang kemerdekaan membuat Herman Johannes dianugerahi [[Bintang Gerilya]] pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI. Almarhum Herman Johannes mendapat anugerah gelar [[Pahlawan Nasional]] dari Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono|Yudhoyono]] dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 2009.<ref>[{{Cite web |url=http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/11/09/brk,20091109-207172,id.html |title=Profesor Herman Johanes Mendapat Gelar Pahlawan] |access-date=2009-11-09 |archive-date=2009-11-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20091112132114/http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/11/09/brk,20091109-207172,id.html |dead-url=yes }}</ref> <ref>[{{Cite web |url=http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2009/11/09/4853.html |title=Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan RI] |access-date=2009-11-14 |archive-date=2011-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110721121758/http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2009/11/09/4853.html |dead-url=yes }}</ref>
== Riwayat Hidup ==
 
=== Umum ===
== Riwayat hidup ==
Herman Johannes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo (lahir [[18 Juni]] [[1927]]), seorang putri raja dari wilayah Leli{{fact}} di Pulau [[Rote]]. Mereka dikaruniai empat anak: Christine yang menikah dengan Dr. Wisnu Susetyo, seorang Wakil Presiden [[Freeport Indonesia]]; Henriette yang menikah dengan Robby Mekka, seorang musikus dan dosen musik di [[Institut Seni Indonesia]]; Daniel Johannes yang bekerja di [[Schlumberger Information Solutions]]; dan [[Helmi Johannes]], seorang [[presenter berita]] televisi di [[VOA]]. Herman Johannes adalah sepupu Pahlawan Nasional Dr. [[Wilhelmus Zakaria Johannes]]. Herman Johannes meninggal dunia pada [[17 Oktober]] [[1992]] karena kanker prostat. Meski sebagai pemegang Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra almarhum berhak dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan]], namun sesuai amanat beliau sebelum meninggal, maka keluarganya memakamkannya di [[Pemakaman Keluarga UGM]] di [[Sawitsari]], Yogyakarta, bersama dengan para koleganya sesama pendidik bangsa. Pada tahun 2003, nama Herman Johannes diabadikan oleh [[Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada]] (KATGAMA), atas prakarsa Ketua Katgama saat itu, [[Airlangga Hartarto]], menjadi sebuah penghargaan bagi karya utama penelitian bidang ilmu dan teknologi: [[Herman Johannes Award]]. Sesuai Keputusan Presiden RI ([[Keppres]]) No. 80 Tahun 1996, nama Herman Johannes diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya bagi kelompok hutan Sisinemi-Sanam seluas 1.900 [[hektare]] di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Prof Herman Johannes juga diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan Kampus UGM dengan Jalan Solo dan Jalan Jenderal Sudirman di kota Yogyakarta.
=== UmumKeluarga ===
Herman Johannes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo (18 Juni 1927 – 12 Juli 2017), seorang putri raja dari wilayah Leli{{fact}} di [[Pulau Rote]]. Mereka dikaruniai empat anak: Christine yang menikah dengan Dr. Wisnu Susetyo, seorang petinggi [[Freeport Indonesia]]; Henriette yang menikah dengan Robby Mekka, seorang musikus dan dosen musik di [[Institut Seni Indonesia]]; Daniel Johannes yang bekerja di [[Schlumberger Information Solutions]]; dan [[Helmi Johannes]], seorang [[presenter berita]] televisi di [[Voice of America|VOA]]. Herman Johannes adalah sepupu Pahlawan Nasional [[Wilhelmus Zakaria Johannes]].
 
=== Kematian ===
Herman Johannes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo (lahir [[18 Juni]] [[1927]]), seorang putri raja dari wilayah Leli{{fact}} di Pulau [[Rote]]. Mereka dikaruniai empat anak: Christine yang menikah dengan Dr. Wisnu Susetyo, seorang Wakil Presiden [[Freeport Indonesia]]; Henriette yang menikah dengan Robby Mekka, seorang musikus dan dosen musik di [[Institut Seni Indonesia]]; Daniel Johannes yang bekerja di [[Schlumberger Information Solutions]]; dan [[Helmi Johannes]], seorang [[presenter berita]] televisi di [[VOA]]. Herman Johannes adalah sepupu Pahlawan Nasional Dr. [[Wilhelmus Zakaria Johannes]]. Herman Johannes meninggal dunia pada [[17 Oktober]] [[1992]] karena kanker prostat. Meski sebagai pemegang Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra almarhum berhak dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan]], namun sesuai amanat beliauamanatnya sebelum meninggal, maka keluarganya memakamkannya di [[Pemakaman Keluarga UGM]] di [[Sawitsari]], Yogyakarta, bersama dengan para koleganya sesama pendidik bangsa. Pada tahun 2003, nama Herman Johannes diabadikan oleh [[Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada]] (KATGAMA), atas prakarsa Ketua Katgama saat itu, [[Airlangga Hartarto]], menjadi sebuah penghargaan bagi karya utama penelitian bidang ilmu dan teknologi: [[Herman Johannes Award]]. Sesuai Keputusan Presiden RI ([[Keppres]]) No. 80 Tahun 1996, nama Herman Johannes diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya bagi kelompok hutan Sisinemi-Sanam seluas 1.900 [[hektare]] di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Prof Herman Johannes juga diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan Kampus UGM dengan Jalan Solo dan Jalan Jenderal Sudirman di kota Yogyakarta.
=== Pendidikan ===
 
* Sekolah Melayu, Baa, Rote, NTT, 1921
* ''Europesche Lagere School'' ([[ELS]]), Kupang, NTT, 1922
Baris 59 ⟶ 63:
 
=== Pekerjaan ===
 
* Guru, ''Cursus tot Opleiding van Middelbare Bouwkundingen'' (COMB), Bandung, 1940
* Guru, Sekolah Menengah Tinggi (SMT), Jakarta, 1942
* Dosen Fisika, Sekolah Tinggi Kedokteran, Salemba, Jakarta, 1943
* Lektor, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Yogyakarta, 1946–1948
* Mahaguru, STT Bandung di Yogyakarta, Juni 1948
* Dekan [[Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada|Fakultas Teknik UGM]], Yogyakarta, 1951–1956
* Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FIPA) UGM, Yogyakarta , 1955–1962
* Rektor, [[Universitas Gadjah Mada]], Yogyakarta, 1961–1966<ref>[httphttps://wapediablogsekolah.mobinet/idsiapakah-herman-johannes/Universitas_Gadjah_Mada#2. Rektor UGM]</ref>
* Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti), DIJ-Jateng, 1966–1979
* Ketua, Regional Science and Development Center (RSDC), Yogyakarta, 1969
 
=== Karier (lain-lain) ===
 
* Anggota, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), 1945–1946
* Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga RI, 1950–1951
Baris 84 ⟶ 90:
 
=== Karier Militer ===
 
* Kepala Laboratorium Persenjataan, Markas Tertinggi Tentara, Yogyakarta, 1946
* Anggota Pasukan Akademi Militer Yogyakarta, Sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104, Desember 1948–Juni 1949
Baris 91 ⟶ 98:
 
=== Organisasi ===
 
* ''Christen Studenten Vereniging'' (CSV), Bandung, 1934
* ''Indonesische Studenten Vereniging'' (ISV), Bandung, 1934
Baris 98 ⟶ 106:
* Partai Indonesia Raya (PIR) 1948
* Ketua, Yayasan Hatta, 1950–1992
* Pernah menjadi Ketua [[Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada]] ([[KAGAMA]]), 1958-1961, 1973-1981<ref>[{{Cite web |url=http://kagama.ugm.ac.id/sejarah.php |title=Sejarah KAGAMA] |access-date=2009-11-14 |archive-date=2009-12-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20091208055647/http://kagama.ugm.ac.id/sejarah.php |dead-url=yes }}</ref>
* Pernah menjadi Ketua Legiun Veteran Yogyakarta
* Pernah menjadi pengurus [[Legiun Veteran Republik Indonesia]] ([[LVRI]]) Pusat
Baris 104 ⟶ 112:
 
=== Penghargaan ===
 
* [[Bintang Gerilya]], 1958
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 100,-<ref>{{Cite news|url=https://finance.detik.com/moneter/d-3375118/harunya-anak-herman-johannes-saat-sosok-sang-ayah-terpampang-di-uang-rupiah|title=Harunya Anak Herman Johannes Saat Sosok Sang Ayah Terpampang di Uang Rupiah|publisher=detikFinance|author=Maikel Jefriando|date=19 Desember 2016|accessdate=19 Desember 2016|first=Maikel|last=Jefriando|work=[[Detik.com|detikcom]]}}</ref>
* Satya Lencana Perjuangan Kemerdekaan, 1961
* Satya Lencana Wirakarya, 1971
* [[Bintang Mahaputra]], 1973
* Doktor ''Honoris Causa'', UGM, 1975
* [[Anugerah Hamengkubuwono IX|Anugerah Sri Sultan Hamengkubuwono IX]], 1991
* Bintang Legiun Veteran RI, 1981
* Anugerah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 1991
* Pahlawan Nasional, 2009
 
; Tanda kehormatan
* [[Berkas:Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|55px]] [[Bintang Gerilya]] (1958)
* [[Berkas:PIta (Ribbon) Bintang Mahaputera Utama.png|55px]] [[Bintang Mahaputera Utama]] (2 Oktober 1963)<ref name="mahaputera">{{Cite web|title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf|website=Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=2021-12-16}}</ref>
* [[Berkas:Satyalencana Peringatan Kemerdekaan.png|55px]] [[Satyalancana Peringatan Kemerdekaan]] (1961)
* [[Berkas:Pita (Ribbon) Satyalencana Wira Karya.png|55px]] [[Satyalancana Wira Karya]] (1971)
* [[Berkas:Pita (Ribbon) Medali Veteran Perdamaian.png|55px]] Bintang Legiun Veteran Indonesia (1981)
 
== Karya tulis (sebagian) ==
 
* ''Zarrah-zarrah Fisika Modern'', (Jajasan Fonds Universitit Negeri Gadjah Mada, 1953)
* ''Pantjasila Seichtisar dalam Kata-Kata Bung Karno'', (Universitas Gadjah Mada, 1963)
Baris 124 ⟶ 137:
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}8. Bernadus Barat Daya dan Silvester Detianus Gea. 2017. ''Mengenal Tokoh Katolik Indonesia: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara.'' Labuan Bajo: Yayasan Komodo Indonesia. ISBN 978-602-60620-1-7.
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} [http://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/herman.htm Para penemu dari Indonesia]
* {{id}} [http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=129 Biodata pada Kepustakaan Presiden RI]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
{{kotak suksesi|pendahulu=[[Sitompul]]|tahun=1950-1951|pengganti=[[Ukar Bratakusumah]]|jabatan=[[Menteri Pekerjaan Umum]]}}
{{s-bef|before=[[Mananti Sitompul]]|as=Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Universitas Gadjah Mada#Rektor|Rektor Universitas Gadjah Mada]] | tahun = [[1961]] - [[1966]] | pendahulu = [[Sardjito|Prof. Dr. M. Sardjito]]| pengganti =[[Nazir Alwi|Drg. M. Nazir Alwi]]}}
{{s-ttl|title=[[Menteri Pekerjaan Umum Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum dan Rekonstruksi Indonesia]]|years=1950–1951}}
{{s-aft|after=[[Ukar Bratakusumah]]|as=Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga}}
{{s-aca}}
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Universitas Gadjah Mada#Rektor|Rektor Universitas Gadjah Mada]] | tahun = [[1961]] - [[1966]]1961–1966 | pendahulu = [[Sardjito|Prof. Dr. M. Sardjito]]| pengganti =[[Nazir Alwi|Drg. M. Nazir Alwi]]}}
{{Kotak_selesai}}
 
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Johannes, Herman}}
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
 
[[Kategori:MenteriPahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Insinyur Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Rektor Indonesia]]
[[Kategori:Rektor Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Alumni Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Tokoh dari Rote]]
[[Kategori:RektorTokoh UniversitasNusa GadjahTenggara MadaTimur]]
[[Kategori:AnggotaTokoh DPAKristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pekerjaan Umum Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Dewan Pertimbangan Agung]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Penerima Anugerah Hamengku Buwono IX]]
* [[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]], 1958
[[Kategori:pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]]