Wilayah Kesultanan Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k ~ |
||
(30 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
<noinclude>'''Wilayah Kesultanan Banjar Raya''' adalah negeri-negeri yang menjadi wilayah pengaruh [[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] [[Kesultanan Banjar]] khususnya sampai pertengahan abad ke-17 dan abad sebelumnya.<ref>
Kesultanan Banjar merupakan penerus dari kerajaan Hindu di Kalimantan Selatan dengan wilayah inti meliputi 5 distrik besar di Kalimantan Selatan yaitu Kuripan ([[Distrik Amuntai|Amuntai]]), Daha ([[Distrik Negara|Nagara]]-[[Distrik Mrgasari|Margasari]]), Gagelang ([[Distrik Alabio|Alabio]]), [[Pudak Setegal, Kelua, Tabalong|Pudak Sategal]] ([[Distrik Kelua|Kalua]]) dan Pandan Arum ([[Distrik Tabalong|Tanjung]]).<ref>Bondan, A.H.K.; Suluh Sedjarah Kalimantan, Padjar, Banjarmasin, 1953.</ref> Sejak awal abad ke-16 berdirilah Kesultanan Banjar yang bertindak sebagai wakil [[Kesultanan Demak]] di Kalimantan
Teritorial kerajaan Banjar pada abad ke 15-17 dalam tiga wilayah meskipun terminologi ini tidak dipergunakan dalam sistem politik dan pemerintahan dalam kerajaan, yaitu
# [[Negara Agung]] (wilayah sentral budaya Banjar yaitu wilayah Banjar Kuala, Batang Banyu dan Pahuluan)
# [[Mancanegara]] (daerah rantau: Kepangeranan Kotawaringin, Tanah Dusun, Tanah Laut, Pulau Laut, Tanah Bumbu, dan Paser)
# [[Daerah Pesisir]] (daerah tepi/
Pada mulanya
Dari bagian timur Kalimantan sampai ke Tanjung Sambar terdapat beberapa distrik/kerajaan kecil yang berada di bawah pengaruh mandala kekuasaan [[Sultan Banjar]] yaitu Berau, Kutai, Paser, Tanah Bumbu, Tanah Laut, [[Pulau Tatas|Tatas]], Dusun Hulu, Dusun Ilir, Bakumpai, Dayak Besar (Kahayan), Dayak Kecil (Kapuas Murung), Mendawai, Sampit, Pembuang, dan Kotawaringin. Inilah yang disebut "negara Kerajaan Banjar". Daerah-daerah kekuasaan [[Sultan Banjar]] yang paling terasa di Paser, Tanah Bumbu, [[Tanah Laut]], [[Pulau Bakumpai|Bakumpai]] dan [[Tanah Dusun|Dusun]].<ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA110&dq=Tanah%20Laut.&pg=PA110#v=onepage&q=Tanah%20Laut.&f=false
[[Berkas:Banjar Sultanate (orthographic projection) 1700.png|thumb|ka|260px|Wilayah Kesultanan Banjar pada tahun 1700-an, dengan [[negara vasal]] ditandai dengan warna hijau muda.]]
Kerajaan Banjar menaungi hingga ke wilayah Sungai Sambas adalah dari awal abad ke-15 M hingga pertengahan abad ke-16 M yaitu pada masa Kerajaan Melayu hindu Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas. Kerajaan Melayu hindu Sambas ini kemudian runtuh pada pertengahan abad ke-16 M dan dilanjutkan dengan Panembahan Sambas hindu yang merupakan keturunan Bangsawan Majapahit dari Wikramawadhana. Pada saat memerintah Panembahan Sambas hindu ini bernaung dibawah Dipati/Panembahan Sukadana (bawahan Sultan Banjar) sampai awal abad ke-17 M yang kemudian beralih bernaung dibawah Kesultanan Johor. Panembahan Sambas hindu ini kemudian runtuh pada akhir abad ke-17 M dan digantikan dengan [[Kesultanan Sambas]] yang didirikan oleh keturunan Sultan Brunei melalui Sultan Tengah pada tahun 1675 M. Sejak berdirinya [[Kesultanan Sambas]] hingga seterusnya [[Kesultanan Sambas]] adalah berdaulat penuh yaitu tidak pernah bernaung atau membayar upeti kepada pihak manapun kecuali pada tahun 1855 yaitu dikuasai / dikendalikan pemerintahannya oleh Hindia Belanda (seperti juga Kerajaan-Kerajaan lainnya diseluruh Nusantara terutama di Pulau Jawa yang saat itu seluruhnya yang berada dibawah Pemerintah Hindia Belanda di Batavia) yaitu pada masa Sultan Sambas ke-12(Sultan Umar Kamaluddin).
Dalam perjalanan sejarah ketetapan wilayah Kesultanan Banjar tersebut tidak dapat dilihat dengan jelas dengan batas yang tetap karena dipengaruhi oleh keadaan yang tidak stabil dan batas wilayah yang fleksibel disebabkan oleh berkembangnya atau menurunnya kekuasaan [[Sultan Banjar]].
* Sejak
* Wilayah teritorial/ring kedua, '''Negara Agung''' terdiri dari
# Tanah Laut atau Laut Darat terdiri
## [[Distrik Satui|Satui]]
## [[Distrik Pleihari|Tabunio]]. Diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787.
## [[Distrik Maluka|Maluka]], daerah yang dikuasai Inggris pada 1815 – 1816 yaitu [[Maluka Baulin, Kurau, Tanah Laut|Maluka]], [[Liang Anggang, Bati-Bati, Tanah Laut|Liang Anggang]], [[Kurau, Tanah Laut|Kurau]] dan Pulau Lamai.
# Daerah Banjar Lama/Kuin (Banjarmasin bagian Utara) dan Pulau Tatas (Banjarmasin bagian Barat). Tahun 1709<ref>{{en}} {{cite book|title=The conquest of Java|last=Thorn|first=
# [[Distrik Margasari|Margasari]]. Wilayah kerajaan sampai 1860.
# [[Distrik Benua Empat|Banua Ampat]] artinya ''banua nang empat'' yaitu [[Banua Padang]], [[Banua Halat]], [[Parigi, Bakarangan, Tapin|Banua Parigi]] dan [[Gadung, Bakarangan, Tapin|Banua Gadung]]. Wilayah kesultanan sampai 1860.
Baris 28 ⟶ 30:
# [[Distrik Labuan Amas|Labuan Amas]]. Wilayah kerajaan sampai 1860.
# [[Distrik Batang Alai|Alay]]. Wilayah kerajaan sampai 1860.
# [[Banua Lima]] artinya ''lalawangan nang lima'' yaitu [[Distrik Negara|Negara]], [[Distrik Alabio|Alabio]], [[Amuntai Selatan, Hulu Sungai Utara|Sungai Banar]], [[Distrik Amuntai|Amuntai]] dan [[Distrik Kelua|Kalua]]. Wilayah kerajaan sampai 1860.
# [[Distrik Bakumpai|Pulau Bakumpai]] yaitu tebing barat [[sungai Barito]] dari kuala [[Andaman, Anjir Pasar, Barito Kuala|Anzaman]] ke hilir sampai kuala [[Lupak Timur, Kapuas Kuala, Kapuas|Lupak]]. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 4 Mei 1826 bersama daerah [[Pulau Burung]].
# [[Tanah Dusun]] yaitu dari kuala Marabahan sampai hulu sungai [[Barito]]. Pada [[13 Agustus]] [[1787]], Dusun Atas diserahkan kepada VOC-Belanda
* Teritorial/ring ketiga, yaitu '''Mancanegara''', dengan tambahan kedua daerah ini merupakan wilayah asal Kesultanan Banjar sebelum pemekaran yang terdiri dari
** Wilayah Barat yaitu wilayah Negara bagian Kotawaringin dan Tanah Dayak (Biaju) yaitu meliputi daerah [[Kerajaan Kotawaringin]] (dengan distrik-distriknya: [[landschap Djelei|Jelai]] dan [[Kumai, Kotawaringin Barat|Kumai]]), [[Distrik Pembuang|Pembuang]], [[Distrik Sampit|Sampit]], [[Distrik Mendawai|Mendawai]] serta daerah milik Kotawaringin di Kalbar yang dihuni Dayak Ot Danum yaitu Lawai atau Pinoh (sebagian [[Kabupaten Melawi]]) yang letaknya bersebelahan dengan kawasan udik sungai Katingan/Mendawai dan berbatasan dengan Kerajaan Sintang. Perbatasan Kerajaan Kotawaringin dengan Kerajaan Sukadana/Matan terletak di Tanjung Sambar. Juga turut diklaim wilayah [[Tanah Dayak]] ([[Rumpun Ot Danum]]), yang ber''pusat mandala'' di udik sungai Kahayan (Tumbang Anoi) yaitu daerah-daerah suku Dayak Biaju dan Dayak Pari (Ot Danum) beserta semua daratan yang takluk kepadanya. Semua distrik-distrik di wilayah Tanah Kotawaringin dan [[Tanah Dayak]] diserahkan kepada VOC-Belanda pada 13 Agustus 1787. Secara resmi daerah-daerah Dayak pedalaman tersebut diduduki Belanda sejak Perjanjian Tumbang Anoi pada Tahun 1894.
** Wilayah Timur (Kalimantan Tenggara)
* Teritorial/ring keempat, adalah '''Pesisir''' yaitu daerah terluar, maka dengan tambahan kedua wilayah ini teritorial kerajaan semakin bertambah luas lebih kurang sama dengan [[Provinsi Borneo]] pada masa kolonial Hindia Belanda. Perjanjian Sultan [[Tamjidullah I]] dengan VOC pada [[20 Oktober]] [[1756]] yang berencana untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang melepaskan diri yaitu Sanggau, Sintang, Lawai, Paser, Kutai dan Berau. Daerah Pesisir terdiri dari
|first=Sartono
** '''Pesisir Timur''' disebut ''tanah yang di atas angin'' meliputi kawasan timur Kalimantan dan jika digabung dengan kawasan selatan Kalimantan menjadi '''Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo''' pada masa kolonial Hindia Belanda.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false {{nl}} Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849]</ref> Kerajaan-kerajaan di Kaltim tergolang sebagai negara dependen di dalam Kesultanan Banjar.<ref name="Royal Geographical Society">{{en}}{{cite book|first=Royal Geographical Society (Great Britain)| last= | url=http://books.google.com/books?id=grENAAAAQAAJ&dq=banjarmassin&hl=id&pg=PA841#v=onepage&q=banjarmassin&f=false | title=A Gazetteer of the world: or, Dictionary of geographical knowledge, compiled from the most recent authorities, and forming a complete body of modern geography -- physical, political, statistical, historical, and ethnographical, Volume 5 | publisher=A. Fullarton | year=1856}}</ref> ▼
|last=Kartodirdjo
|authorlink=Sartono Kartodirdjo
|url=https://books.google.co.id/books?id=TYYeAAAAMAAJ&q=sambas+De+kroniek+van+Bandjarmasin&dq=sambas+De+kroniek+van+Bandjarmasin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjxnrS0rI3eAhUETn0KHUycD14Q6AEIPTAD
|pages=121
|title=Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium
|location=Indonesia
|publisher=Gramedia
|year= 1987
|isbn=9794031291}} ISBN 978-979-403-129-2</ref>
▲** '''Pesisir Timur''' disebut ''tanah yang di atas angin'' meliputi kawasan timur Kalimantan dan jika digabung dengan kawasan selatan Kalimantan menjadi '''Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo''' pada masa kolonial Hindia Belanda.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false {{nl}} Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849]</ref> Kerajaan-kerajaan di Kaltim tergolang sebagai negara dependen di dalam Kesultanan Banjar.<ref name="Royal Geographical Society">{{en}} {{cite book|first=Royal Geographical Society (Great Britain)|
# Wilayah [[Kesultanan Kutai|Negara bagian Kutai]]. Tahun 1735 Kerajaan Kutai Kartanegara berubah dari pemerintahan Pangeran Adipati menjadi kesultanan. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826. Tahun [[1844]] Sultan Kutai mengakui kedaulatan Hindia Belanda.
# Wilayah [[Kesultanan Berau|Negara bagian Berau]]/Kuran (sejak 1810-an terbagi menjadi [[Kesultanan Gunung Tabur|Gunung Tabur]] dan [[Kesultanan Sambaliung|Tanjung]]) beserta daerah-daerah Berau yang melepaskan diri pada abad ke-18 dan bawah pengaruh Kesultanan Sulu (& Brunei) yaitu [[Kesultanan Bulungan|Tanah Bulungan]] dan [[Kerajaan Tidung kuno|Tanah Tidung]]. Diserahkan kepada Hindia Belanda pada 13 Agustus 1787 dan 4 Mei 1826.<ref>{{en}} {{cite journal
|pages=438
# Wilayah terluar di timur yang telah lama melepaskan diri dan kemudian di bawah pengaruh Brunei yaitu '''Negara bagian Karasikan''' atau '''Buranun/Banjar Kulan (Banjar Kecil).<ref name="Ongsotto, Et Al">{{en}}{{cite book|first=Ongsotto, Et Al | last=Ongsotto, Et Al | url=http://books.google.co.id/books?id=ITLRpPrrcykC&lpg=PA39&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=PA39#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true | title=Philippine History Module-based Learning I' 2002 Ed. | publisher=Rex Bookstore, Inc. | year=2002 | isbn=9789712334498}} ISBN [http://books.google.co.id/books?id=ITLRpPrrcykC&printsec=copyright#v=onepage&q&f=false 971-23-3449-X]</ref><ref name="Edward Balfour">{{en}}{{cite book|first=[[Edward Balfour|Edward]] | last=Balfour | url=http://books.google.co.id/books?id=SIq_FvJUr40C&lpg=RA3-PA18-IA1&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=RA3-PA18-IA1#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true |title=The cyclopædia of India and of eastern and southern Asia, commercial industrial, and scientific: products of the mineral, vegetable, and animal kingdoms, useful arts and manufactures, Jilid 2 | publisher=Bernard Quaritch | year=1885}}</ref><ref name="Theodor Waitz">{{de}}{{cite book|first=[[Theodor Waitz|Theodor]] | last=Waitz | coauthors=Georg Karl Cornelius Gerland | url=[http://books.google.co.id/books?id=U5otAAAAYAAJ&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=PA54#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true |title=Anthropologie der naturvölker: Die Völker der Südsee. Pt.1 Die Malaien. Pt.2. Die Mikron esier und nordwestlichen Polynesier | publisher=F. Fleischer | year=1865}}</ref><ref name="Malayan miscellanies">{{en}}{{cite book|first=Malayan miscellanies | last=Malayan miscellanies | url=http://books.google.co.id/books?id=fBYIAAAAQAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=RA4-PA1#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false |title=Malayan miscellanies | publisher=Malayan miscellanies | year=1820}}</ref><ref name="J. H. Moor">{{en}}{{cite book|first=[[J. H. Moor|Moor]] | last=J. H. |url=http://books.google.co.id/books?id=fHhNAAAAYAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=RA1-PA31#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false |title=Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ... | publisher=F.Cass & co. | year=1837}}</ref><ref name="Gesellschaft für Erdkunde">{{de}}{{cite book|first=Gesellschaft für Erdkunde | last=Berlin | url=http://books.google.co.id/books?id=VBZDAAAAcAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=PA122#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false |title=Zeitschrift der Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin: zugl. Organ d. Deutschen Geographischen Gesellschaft, Volume 2 | publisher=Gesellschaft für Erdkunde | year=1867}}</ref><ref name="Zeitschrift">{{de}}{{cite book|first=Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin| last=Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin | url=http://books.google.co.id/books?id=WKBNBfF74IAC&dq=banjar%20kulan&pg=PA122#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false |title=Zeitschrift | publisher=D. Reimer | year=1867}}</ref> ▼
|url=https://books.google.co.id/books?id=sJAaAQAAIAAJ&pg=PA438&dq=Berou,+consisting+of+Bulongan,+Gunong+tebur+and+Tanjong,&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjXuaPS6YLeAhUBbysKHe3jDt0Q6AEIKTAA#v=onepage&q=Berou%2C%20consisting%20of%20Bulongan%2C%20Gunong%20tebur%20and%20Tanjong%2C&f=false
|title=The Journal of the Indian archipelago and eastern Asia
|volume=2
|year=1848}}</ref>
▲# Wilayah terluar di timur yang telah lama melepaskan diri dan kemudian di bawah pengaruh Brunei yaitu '''Negara bagian Karasikan''' atau '''Buranun/Banjar Kulan (Banjar Kecil).<ref name="Malayan miscellanies">{{en}} {{cite book|first=Malayan miscellanies|last=Malayan miscellanies|url=http://books.google.co.id/books?id=fBYIAAAAQAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=RA4-PA1#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false|title=Malayan miscellanies|publisher=Malayan miscellanies|year=1820}}</ref><ref name="Ongsotto, Et Al">{{en}} {{cite book|first=Ongsotto, Et Al
** '''Pesisir Barat''' disebut ''tanah yang di bawah angin'' meliputi kawasan barat Kalimantan yang kemudian menjadi Karesidenan '''Borneo Barat''' pada masa kolonial Hindia Belanda.
# Wilayah '''Batang Lawai''' atau [[sungai Kapuas]] (Negara bagian Sanggau, [[Kerajaan Sintang|Negara bagian Sintang]] dan [[Kabupaten Melawi|Negara bagian Lawai]]).<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KK4WAQAAIAAJ&dq=tajan&pg=PA570#v=onepage&q=tajan&f=true {{nl}} Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia, Madjalah ilmu alam untuk Indonesia. Indonesian journal for natural science, Volume 2, 1851]</ref> Wilayah Batang Lawai mengirim upeti melalui anak-anak sungai Melawi dilanjutkan dengan jalan darat menuju sungai Katingan yang bermuara ke laut Jawa dilanjutkan perjalanan laut dekat sungai Barito di Banjarmasin. Kerajaan Sintang mulai diperintah Dinasti Majapahit semenjak pernikahan Patih Logender dari Majapahit dengan Dara Juanti (Raja Sintang ke-9). Tahun 1600 Raja Sintang mengirim utusan ke Banjarmasin untuk menyalin kitab suci Al-Quran. [[Kerajaan Sintang]] dan Mlawai ([[Kabupaten Melawi]]) dan Jelai termasuk daerah yang diserahkan oleh [[Sultan Adam]] kepada Hindia Belanda pada [[4 Mei]] [[1826]]. Mlawai sebelumnya termasuk daerah-daerah yang diserahkan oleh [[Sunan Nata Alam]] kepada VOC-Belanda pada [[13 Agustus]] [[1787]]. Belakangan Tanah Sanggau ditaklukan dan berada di bawah supremasi pemerintahan Sultan Pontianak (protektorat VOC Belanda).
# Wilayah [[Kerajaan Sukadana|Negara bagian Sukadana/Tanjungpura]] (sebagian besar Kalbar)<ref>Cabang-cabang Kerajaan Tanjungpura/Sukadana merupakan sebagian besar Kalbar seperti [[Kerajaan Tayan]], [[Kerajaan Meliau]], [[Kerajaan Sekadau]], [[Kerajaan Mempawah]], tidak termasuk Sambas, Landak, [[Sanggau]], Sintang dan Mlawai/Melawi. Belakangan Sanggau ditaklukan Sultan Pontianak atas perintah VOC</ref> Kerajaan Sukadana/Tanjungpura diperintah oleh Dinasti Majapahit. Kerajaan Sukadana menjadi vazal sejak era Kerajaan Banjar-Hindu. Sejak pernikahan Raden Saradewa/Giri Mustaka dengan Putri Gilang (Dayang Gilang) cucu Sultan Mustainbillah maka sebagai hadiah perkawinan Sukadana/Matan dibebaskan dari membayar upeti.<ref name="hikayat banjar"/> Saat itu Raja Sukadana memiliki bisnis dan tinggal di Banjarmasin dan termasuk anggota Dewan Mahkota. Pada tahun 1622, kerajaan Sukadana berubah dari pemerintahan [[Panembahan]] menjadi [[kesultanan]], selanjutnya Panembahan Giri Mustaka bergelar Sultan Muhammad Safi ad-Din. Pada tahun [[1661]] Sukadana/Matan terakhir kalinya Sukadana mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar. Di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin kembali mengirim upeti sebagai daerah perlindungan Kesultanan Banjar. Kemudian Sukadana dianggap sebagai vazal [[Kesultanan Banten]] setelah mengalami kekalahan dalam perang Sukadana-Landak pada tahun 1700 (dimana Landak dibantu Banten & VOC), kemudian Banten menyerahkan Landak (vazal Banten) dan Tanah Sukadana/Tanjungpura (sebagian besar Kalbar) kepada VOC-Belanda pada [[26 Maret]] [[1778]], kemudian diserahkan oleh VOC di bawah supremasi pemerintahan Sultan Pontianak, karena itu gelar Sultan untuk penguasa Sukadana/Matan diubah menjadi [[Panembahan]]<ref name="Soekmono">{{en}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=cAyEYpbYUrsC&lpg=PA72&dq=sultan%20banjar&pg=PA72#v=onepage&q=sultan%20banjar&f=true
# Wilayah terluar di barat adalah [[Kerajaan Sambas|Negara bagian Sambas]]. Menurut Hikayat Banjar, sejak era pemerintahan kerajaan Banjar-Hindu, wilayah Sambas kuno menjadi taklukannya dan terakhir kalinya Pangeran Adipati Sambas (Panembahan Sambas) mengantar upeti dua biji intan yang besar yaitu '''si Misim''' dan '''si Giwang''' kepada Sultan Banjar IV Marhum Panembahan ([[1595]]-[[1642]]).<ref name="hikayat banjar">{{ms}}{{cite book|first=[[Johannes Jacobus Ras|Johannes Jacobus]]|last=Ras|title=''[[Hikayat Banjar]]'' diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]]|publisher=[[Malaysia]]: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka|year= 1990|isbn=9789836212405}}ISBN 983-62-1240-X</ref><ref name="Tijdschrift 23">{{en}} {{cite journal|author=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |url=http://books.google.co.id/books?id=sAxBAAAAcAAJ&dq=panembahan%20Mabrhoem&pg=PA218#v=onepage&q=panembahan%20Mabrhoem&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |volume= 23|issue=1-2|pages=218 | year=1861 }}</ref><ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=ghVJAAAAMAAJ&dq=Moestakim-billah&pg=RA1-PA243#v=onepage&q=Moestakim-billah&f=false |pages=243 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 | author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year=1857}}
Pada abad ke-18 Pangeran [[Tamjidullah I]] berhasil memindahkan kekuasaan pemerintahan kepada dinastinya dan menetapkan [[Pangeran Nata Dilaga]] sebagai Sultan yang pertama sebagai '''Panembahan Kaharudin Khalilullah'''. Pangeran Nata Dilaga yang menjadi raja pertama dinasti Tamjidullah I dalam masa kejayaan kekuasaannya, menyebutkan dirinya '''Susuhunan Nata Alam''' pada tahun [[1772]]. Putera dari '''Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah''' yang bernama Pangeran Amir, atau cucu Sultan Hamidullah melarikan diri ke negeri Pasir, dan meminta bantuan pada pamannya yang bernama Arung Tarawe (dan Ratu Dewi). Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerbu Kesultanan Banjar dengan pasukan orang Bugis yang besar pada tahun [[1757]], dan berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena takut kehilangan tahta dan kekuatiran jatuhnya kerajaan di bawah kekuasaan orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta bantuan kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut dan mengirimkan '''Kapten Hoffman''' dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis itu. Sedangkan Pangeran Amir terpaksa melarikan diri kembali ke negeri Pasir. Beberapa waktu kemudian Pangeran Amir mencoba pula untuk meminta bantuan kepada para bangsawan Banjar di daerah Barito yang tidak senang kepada Belanda, karena di daerah Bakumpai/Barito diserahkan Pangeran Nata kepada VOC. Dalam pertempuran yang kedua ini Pangeran Amir tertangkap dan dibuang ke [[Sri Langka]] pada tahun [[1787]]. Sesudah itu diadakan perjanjian antara Kesultanan Banjar dengan VOC, dimana raja-raja Banjar memerintah kerajaan sebagai peminjam tanah VOC. Dalam tahun [[1826]] diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan [[Sultan Adam]], berdasarkan perjanjian dengan VOC yang terdahulu, berdasarkan perjanjian ini, maka Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan [[Putra Mahkota]] dan [[Mangkubumi]], yang mengakibatkan rusaknya adat kerajaan dalam bidang ini, yang kemudian menjadikan salah satu penyebab pecahnya [[Perang Banjar]].
Perjanjian itu terdiri atas [[28]] pasal dan ditandatangani dalam loji Belanda di Banjarmasin pada tanggal [[4 Mei]] [[1826]] atau 26 Ramadhan 1241 H. Selain Sultan Adam al Watsiq Billah, perjanjian itu juga ditandatangani oleh Paduka [[Abdur Rahman dari Banjar|Pangeran Ratu]] (Putra Mahkota), [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata|Pangeran Mangkubumi]], Pangeran Dipati, Pangeran Ahmad dan disaksikan oleh para Pangeran lainnya. Perjanjian inilah yang menjadi dasar hubungan politik dan ekonomi antara Kesultanan Banjar dengan pemerintah Hindia Belanda di [[Batavia]]. Dalam perjanjian tersebut Kesultanan Banjar mengakui ''suzerinitas'' atau pertuanan Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi sebuah '''Leenstaat''', atau negeri pinzaman. Berdasarkan perjanjian ini maka kedaulatan kerajaan keluar negeri hilang sama sekali, sedangkan kekuasaan ke dalam tetap berkuasa dengan beberapa pembatasan dan Residen berperan sebagai agen politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Isi perjanjian [[1826]] itu antara lain adalah
# Kerajaan Banjar tidak boleh mengadakan hubungan dengan lain kecuali hanya dengan Belanda.
# Wilayah Kerajaan Banjar menjadi lebih kecil, karena beberapa wilayah menjadi bagian dibawah pemerintahan langsung Hindia Belanda. Wilayah-wilayah milik Hindia Belanda seperti tersebut dalam Pasal 4
## [[Pulau Tatas]] dan [[Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Kuwin]] sampai di seberang kiri [[Antasan Kecil Timur, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Antasan Kecil]].
## [[Pulau Burung]] mulai Kuala Banjar seberang kanan sampai di [[Mantuil, Banjarmasin Selatan, Banjarmasin|Mantuil]],
## Mantuil seberang [[Pulau Tatas]] sampai ke Timur pada [[Pulau Rantauan Keliling|Rantau Keliling]] dengan sungai-sungainya [[Kelayan]] Kecil, Kelayan Besar dan kampung di seberang Pulau Tatas.
## [[Seberang Mesjid, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|Sungai Mesa]] di hulu [[Gedang, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|kampung Cina]] sampai ke darat [[Sungai Baru, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|Sungai Baru]] sampai Sungai Lumbah.
## [[Pulau Bakumpai]] mulai dari Kuala Banjar seberang kiri mudik sampai di Kuala Anjaman di kiri ke hilir sampai [[Kuala Lupak, Tabunganen, Barito Kuala|Kuala Lupak]].
## Segala [[Tanah Dusun]] semuanya desa-desa kiri kanan mudik ke hulu mulai [[Mengkatip, Dusun Hilir, Barito Selatan|Mangkatip]] sampai terus [[Tanah Siang, Murung Raya|negeri Siang]] dan hilir sampai di Kuala [[Marabahan, Barito Kuala|Marabahan]].
## [[Tanah Dayak]] [[
## [[Kabupaten Katingan|Tanah Mandawai]].
## [[Kabupaten Kotawaringin Timur|Sampit]]
## [[Kabupaten Seruyan|Pambuang]] semuanya desa-desa dengan segala tanah yang takluk padanya
## [[Kabupaten Kotawaringin Barat|Tanah Kotawaringin]], [[Kabupaten Sintang|Sintang]], [[Kabupaten Melawi|Lawai]], [[Kabupaten Sukamara|Jelai]] dengan desa-desanya.
## Desa [[Tabanio, Takisung, Tanah Laut|Tabanio]] dan segala [[Tanah Laut]] sampai di [[Tanjung Selatan]] dan ke Timur sampai batas dengan [[Kota Pagatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu|Pagatan]], ke utara sampai ke Kuala [[Maluka Baulin, Kurau, Tanah Laut|Maluku]], mudik sungai Maluku, Selingsing, [[Liang Anggang, Bati-Bati, Tanah Laut|Liang Anggang]], [[Banyu Irang, Bati-Bati, Tanah Laut|Banyu Irang]] sampai ke timur [[Gunung Pamaton]] sampai perbatasan dengan [[Kerajaan Pagatan|Tanah Pagatan]].
## Negeri-negeri di pesisir timur: [[Kerajaan Pagatan|Pagatan]], [[Kerajaan Pulau Laut|Pulau Laut]], [[Kerajaan Batulicin|Batu Licin]], [[Kesultanan Paser|Pasir]], [[Kesultanan Kutai Kartanegara|Kutai]], [[Kesultanan Berau|Berau]] semuanya dengan yang takluk padanya.
# Penggantian [[Pangeran Mangkubumi]] harus mendapat persetujuan pemerintah Belanda.
# Belanda menolong [[Sultan]] terhadap musuh dari luar kerajaan, dan terhadap musuh dari dalam negeri.
# Beberapa daerah padang perburuan Sultan yang sudah menjadi tradisi, diserahkan pada Belanda. Semua padang perburuan itu dilarang bagi penduduk sekitarnya untuk berburu menjangan. Padang perburuan itu, meliputi
## Padang pulau Lampi sampai ke ''Batang Banyu'' Maluka
## Padang Bajingah
## Padang Penggantihan
Baris 76 ⟶ 93:
## Padang Simupuran
## Padang Ujung Karangan
# Belanda juga memperoleh pajak penjualan intan sepersepuluh dari harga intan dan sepersepuluhnya untuk Sultan. Kalau ditemukan intan yang lebih dari 4 karat harus dijual pada Sultan. Harga pembelian intan itu, sepersepuluhnya diserahkan pada Belanda.
[[Berkas:Kesultanan Banjar 1826-1860.PNG|thumb|ka|260px|Wilayah terakhir Kesultanan Banjar pada masa [[Adam dari Banjar|Sultan Adam]] yang telah menyusut antara tahun 1826-1860 sebelum dibubarkan Hindia Belanda, karena wilayah sekelilingnya telah diserahkan kepada [[VOC]] Belanda oleh [[Sultan Banjar]]. Wilayah Banjar yang lebih kuno terbentang dari [[Tanjung Sambar]] sampai [[Tanjung Aru, Tanjung Harapan, Paser|Tanjung Aru]]<ref>{{nl}} {{cite book|pages=9|url=http://books.google.co.id/books?id=zTwsAAAAYAAJ&dq=aroeng%20van%20pagattan&pg=PA9#v=onepage&q=aroeng%20van%20pagattan&f=false|title=De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart|volume=1|first=Willem Adriaan|last=van Rees|publisher=D. A. Thieme|year=1865}}</ref><ref>{{en}} (1846){{cite book|pages=506|url=http://books.google.com/books?id=3ZRCAAAAYAAJ&dq=Banjirmassin&hl=id&pg=PA506#v=onepage&q=Banjirmassin&f=false|title=The Chinese repository|volume=15|editor=Elijah Coleman Bridgman, Samuel Wells Williams}}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneoc19-1.html |title=Borneo, 1800-1857 |access-date=2011-07-22 |archive-date=2012-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120505140826/http://www.indonesianhistory.info/map/borneoc19-1.html |dead-url=yes }}</ref>]]
Gambaran umum abad ke-19 bagi Kesultanan Banjar, bahwa hubungan kerajaan keluar sebagaimana yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus khususnya dalam masalah hubungan perdagangan internasional. Tetapi kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdautat menjalani kekuasaan sebagai seorang Sultan. Pada tahun 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan dan digantikan pemerintahan regent yang berkedudukan masing-masing di Martapura (Pangeran Jaya Pemenang) dan di Amuntai (Raden Adipati Danu Raja). Adat istiadat sembah menyembah tetap berlaku hingga meninggalnya [http://books.google.co.id/books?id=S0oVAAAAYAAJ&dq=pangeran%20soeria%20winata&pg=PA358#v=onepage&q=pangeran%20soeria%20winata&f=true Pangeran Suria Winata], Regent Martapura saat itu. Jabatan regent di daerah ini akhirnya dihapuskan pada tahun 1884. ▼
▲Gambaran umum abad ke-19 bagi Kesultanan Banjar, bahwa hubungan kerajaan keluar sebagaimana yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus khususnya dalam masalah hubungan perdagangan internasional. Tetapi kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdautat menjalani kekuasaan sebagai seorang Sultan. Pada tahun 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan dan digantikan pemerintahan regent yang berkedudukan masing-masing di Martapura (Pangeran Jaya Pemenang) dan di Amuntai (Raden Adipati Danu Raja). Adat istiadat sembah menyembah tetap berlaku hingga meninggalnya [http://books.google.co.id/books?id=S0oVAAAAYAAJ&dq=pangeran%20soeria%20winata&pg=PA358#v=onepage&q=pangeran%20soeria%20winata&f=true Pangeran Suria Winata], Regent Martapura saat itu. Jabatan regent di daerah ini akhirnya dihapuskan pada tahun 1884.
<noinclude>
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* https://www.youtube.com/watch?v=SMeaLsDOT6I
[[Kategori:Suku Banjar]]
[[Kategori:Kesultanan Banjar]]
|