Kadipatèn Mangkunagaran: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(210 revisi perantara oleh 55 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
| conventional_long_name
| native_name = {{jav|ꦑꦢꦶꦥꦠꦺꦤ꧀ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀}}<br>{{sub|''Kadipatèn Mangkunagaran''}}
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| event_post = Pengundangan Penetapan Pemerintah No. 16/SD tahun 1946 (Pembekuan DIS)
|
|
|
|
|
|
|
|
| image_map_caption = Wilayah Kadipaten Mangkunegaran sejak tahun [[1830]], yang ditampilkan dalam warna merah muda di sebelah tenggara.
|
| official_languages = [[bahasa Jawa|Jawa]]
|
|
|
|
|
| leader2 = [[Mangkunegara IV|Adipati Mangkunegara IV]]
|
| leader3 = [[Mangkunegara VII|Adipati Mangkunegara VII]]
|
| leader4 = [[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]]
|
(1946 status diturunkan)
| leader5 = [[Mangkunegara X|Adipati Mangkunegara X]]
| year_leader5 = 2022-Sekarang
| currency =
| footnotes =
| official_website = {{url|mangkunegaran.id}}
| today = [[Kota Surakarta]],<br>[[Kabupaten Karanganyar]],<br>[[Kabupaten Wonogiri]],<br>Sebagian [[Kabupaten Gunung Kidul]]
}}
{{Use dmy dates|date=May 2021}}
{{Infobox monarchy
|border=Duchy
|coatofarms=Royal cypher of Mangkunagaran.svg
|date=1757<ref name="sejarah singkat">{{cite web | url = https://puromangkunegaran.com/sejarah-singkat-puro-mangkunegaran/ | title = Sejarah Singkat Puro Mangkunegaran | accessdate = 11-12-2022 | publisher = [[Pura Mangkunagaran]] | date = Mei 2017 | lang = id}}</ref>
|first_monarch=[[Mangkunagara I|Adipati Mangkunegara I]]
|incumbent=[[Mangkunagara X|Adipati Mangkunegara X]]
|native_name=
|realm=[[Mangkunagaran]]
|residence=[[Pura Mangkunegaran|Pura Mangkunegaran Surakarta]]
|royal_title=[[Adipati]]
|other=
|heir_presumptive=
|incumbentsince=12 Maret 2022
|image=Mangkunegara X.jpg
|appointer=[[Hereditas]]
|coatofarmscaption=''Royal cypher''
}}
'''Kadipaten Mangkunegaran''' ({{lang-jv|ꦑꦢꦶꦥꦠꦺꦤ꧀ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀|Kadipatèn Mangkunagaran}}) atau disebut pula '''Praja Mangkunegaran''' adalah sebuah [[kadipaten|monarki kadipaten]] [[otonomi|otonom]] di [[Jawa|Pulau Jawa]] bagian tengah yang pernah menjadi [[negara vasal]] [[wilayah dependensi|dependen]] dari [[Hindia Belanda]],<ref name="mangkunegaran">Wasino (2014). ''Modernisasi di Jantung Budaya Jawa: Mangkunegaran 1896-1944''. Jakarta: Kompas Media Nusantara.</ref> negara ini berdiri sejak tahun [[1757]] sampai sekarang. Penguasanya merupakan bagian dari [[Wangsa Mataram]], yang dimulai dari [[Mangkunegara I|Mangkunagara I]] (Raden Mas Said). Meskipun secara pemerintahan memiliki status otonom yang sama dengan tiga [[monarki]] pecahan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] lainnya, penguasa Kadipaten Mangkunegaran tidak memiliki otoritas yang sejajar dengan [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Kasunanan Surakarta]] dan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]], khususnya secara [[adat]]. Para penguasa Kadipaten Mangkunegaran tidak berhak menyandang gelar [[Susuhunan]] (Sunan) ataupun [[Sultan]], melainkan bergelar [[Adipati]].<ref name="mangkunegaran" />
== Pendirian dan wilayah ==
Satuan politik ini dibentuk berdasarkan [[Perjanjian Salatiga]] atau Perjanjian Kalicacing yang ditandatangani pada tanggal [[17 Maret]] [[1757]] di [[Salatiga]] sebagai solusi atas perlawanan yang dilakukan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa terhadap
Berdasarkan Perjanjian Salatiga, Raden Mas Said diberi kedudukan sebagai Pangeran Miji (pangeran khusus)<ref name="mangkunegaran"/> serta mendapat hak untuk menguasai [[apanase|wilayah lungguh]] di sebelah utara, timur dan
== Kekuasaan politik ==
Secara tradisional, para penguasanya disebut [[Mangkunegara]]. Raden Mas Said merupakan '''Adipati Mangkunegara I'''. Penguasa Mangkunegaran berkedudukan di [[Pura Mangkunegaran]], yang terletak di Kota [[Surakarta]]. Penguasa Pura Mangkunegaran, berdasarkan perjanjian pembentukannya, berhak menyandang gelar Pangeran Adipati (secara formal disebut ''Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Senapati ing Ayudha Sudibyaningprang''), tetapi tidak berhak menyandang gelar Susuhunan ataupun Sultan. Praja Mangkunegaran merupakan sebuah Kadipaten, sehingga posisinya lebih rendah daripada Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.<ref name="mangkunegaran"/> Status yang berbeda ini tercermin dalam beberapa tradisi yang masih berlaku hingga sekarang, seperti jumlah penari bedhaya yang tujuh, bukan sembilan seperti pada [[Kesunanan Surakarta|Kasunanan Surakarta]]. Namun, berbeda dari Kadipaten pada masa-masa sebelumnya, Mangkunegaran memiliki otonomi yang sangat luas karena berhak memiliki tentara sendiri (dikenal sebagai [[Legiun Mangkunegaran]]) yang independen tanpa intervensi dari Kasunanan.<ref name="Pertumbuhan Kadipaten"/>
Setelah kemerdekaan [[Indonesia]], adipati yang bertakhta saat itu, [[Mangkunegara VIII]]
Para penguasa Praja Mangkunegaran tidak dimakamkan di [[Pemakaman Imogiri|Astana Imogiri]], melainkan di [[Astana Mangadeg]] dan [[Astana Girilayu]], yang terletak di lereng [[Gunung Lawu]]
Warna resmi bendera Mangkunagaran adalah
==
=== Birokrasi ===
[[
[[Berkas:Legiunmangkunegaran.jpg|
Kadipaten Mangkunegaran sebagai sebuah wilayah otonom di [[Hindia Belanda]] memiliki struktur birokrasi yang baik. Birokrasi Mangkunegaran mewarisi birokrasi pendahulunya, [[Kesultanan Mataram|Mataram Islam]]. Pada masa-masa awal berdiri, birokrasi ala Mataraman masih kuat dalam kehidupan Kadipaten Mangkunegaran. Namun corak birokrasi Mataraman akhirnya mengalami perubahan pada akhir abad XIX hingga pada awal abad XX. Birokrasi Kadipaten Mangkunegaran mengadaptasi birokrasi Barat yang bersifat legal-rasional.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wasino|first=|date=2012|title=Moderenisasi Pemerintahan Praja Mangkunagaran Surakarta|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/1842|journal=Paramita: Historical Studies Journal|language=|volume=22|issue=1|pages=31-33|doi=10.15294/paramita.v22i1.1842|issn=2407-5825}}</ref>
Dalam tatanan birokrasi Mangkunegaran, Pengageng Pura (Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara), merupakan jabatan tertinggi dan berkuasa penuh atas aparat-aparat yang ada di bawahnya. Awalnya pengangkatan Pengageng Pura atas kehendak Pemerintah Hindia Belanda dengan persetujuan Susuhunan di Surakarta. Namun pada akhir abad XIX dan awal abad XX, pengangkatan Pengageng Pura tidak harus mendapat persetujuan dari [[Pakubuwana|Susuhunan Surakarta]]. Dalam akta pengangkatan [[Mangkunegara VI|KGPAA. Mangkunegara VI]] dan [[Mangkunegara VII|KGPAA. Mangkunegara VII]] hanya dicantumkan bahwa penguasa diangkat oleh Belanda dan hanya tunduk kepada [[Wilhelmina dari Belanda|Ratu Belanda]] sehingga dalam pengambilan keputusan pemerintahan tidak boleh bertentangan dengan Pemerintah Hindia Belanda. Dalam hal ini, Pengageng Pura yang diangkat harus mendapat persetujuan dari Residen Surakarta.<ref name=":0" />
Di bawah Pengageng Pura adalah Pepatihdalem Kadipaten Mangkunegaran. Awalnya jabatan ini adalah jabatan yang bersifat pribadi. Namun dalam perkembangannya, jabatan ini menjadi bersifat resmi dalam mengurus pemerintahan sejak [[Mangkunegara II|KGPAA. Mangkunegara II]] dengan pangkat Bupati Patih serta memiliki sebutan Tumenggung. Perubahan status ini tidak dapat diketahui secara pasti, kemungkinan berkaitan dengan keyakinan KGPAA. Mangkunegara II bahwa dalam skala kecil Kadipaten Mangkunegaran tetaplah merupakan sebuah kerajaan sehingga diperlukan adanya jabatan Patih yang bersifat resmi.<ref name=":0" />
Aparat birokrasi di bawah Bupati Patih sejak berdirinya Kadipaten Mangkunegaran hingga abad XX telah mengalami beberapa kali perubahan. Mulai dari masa [[Mangkunegara I|KGPAA. Mangkunegara I]] hingga [[Mangkunegara III|KGPAA. Mangkunegara III]], di bawah Patih terdiri atas empat pejabat dengan nama Priyayi Punggawa. Mereka adalah dua orang Lurah dan dua orang Bekel. Masing-masing Priyayi Punggawa dibantu oleh 14 orang Jajar. Tugas dan kewajiban para Punggawa ini adalah menjalankan perintah yang berasal dari Kadipaten Mangkunegaran seperti menerima pajak tanah, menerima kayu bakar, dan lain-lain.<ref name=":0" />
=== Struktur pemerintahan ===
[[Berkas:Lokasi-Surakarta-Banjarsari.png|jmpl|250px|Lokasi kecamatan [[Banjarsari, Surakarta|Banjarsari]] di [[kota]] [[Surakarta]], yang merupakan wilayah ibu kota Kadipaten Mangkunegaran.]]
Pada awal pendiriannya, struktur pemerintahan masih sederhana, mengingat lahan yang dikuasai berstatus "tanah lungguh" ([[apanase]]) dari [[Kesunanan Surakarta|Kasunanan Surakarta]].{{sfn|Soedarmono|Warto|Susanto|Supariadi|2011|page=42}} Ada dua jabatan Pepatih Dalem, masing-masing bertanggung jawab untuk urusan istana dan pemerintahan wilayah. Selain itu, [[Mangkunagara I]] sebagai Adipati Anom membawahi sejumlah Tumenggung (komandan satuan prajurit).{{sfn|Soedarmono|Warto|Susanto|Supariadi|2011|page=129}}
Pada masa pemerintahan [[Mangkunegara II]], situasi politik berubah. Status kepemilikan tanah beralih dari tanah lungguh menjadi tanah [[negara vasal|vasal]] yang bersifat diwariskan turun-temurun.{{sfn|Soedarmono|Warto|Susanto|Supariadi|2011|page=131}} Hal ini memungkinkan otonomi yang lebih tinggi dalam pengelolaan wilayah. Perluasan wilayah juga terjadi sebanyak 1500 ''karya''. Perubahan ini membuat diubahnya struktur jabatan langsung di bawah Adipati Anom dari dua menjadi tiga, dengan sebutan masing-masing adalah Patih Jero (Menteri utama urusan domestik istana), Patih Jaba (Menteri Utama urusan wilayah), dan Kapiten Ajudan (Menteri urusan kemiliteran).
Semenjak pemerintah [[Mangkunegara III]], struktur pemerintahan menjadi tetap dan relatif lebih kompleks. Raja (Adipati Anom) semakin mandiri dalam hubungan dengan Kasunanan Surakarta. Wilayah praja dibagi menjadi tiga Kabupaten Anom (Karanganyar, Wonogiri, dan Malangjiwan) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Wedana Gunung.{{sfn|Soedarmono|Warto|Susanto|Supariadi|2011|page=133}} Ketiga Wedana Gunung tersebut merupakan bawahan dari seorang Pepatihdalem Kadipaten Mangkunegaran. Patih tersebut juga bertanggung jawab langsung kepada Adipati Anom. Kemudian di bawah setiap Kabupaten Anom juga terdapat sejumlah Kapanewon yang dipimpin seorang Panewu.
Penyatuan administrasi bulan [[Agustus]] [[1873]] membuat pemerintahan otonom Kadipaten Mangkunegaran harus terintegrasi dengan pemerintahan residensial dari pemerintah [[Hindia Belanda|Belanda]]. Wilayah Kadipaten Mangkunegaran dibagi menjadi empat Kabupaten Anom (Kota Mangkunegaran, Karanganyar, Wonogiri, dan Baturetno) yang masing-masing membawahi desa/kampung.{{sfn|Soedarmono|Warto|Susanto|Supariadi|2011|page=122}}
== Adipati ==
{{Utama|Mangkunegara}}
{{Tabel suksesi monarki
| name1 = '''[[Mangkunegara I|Adipati Mangkunegara I]]'''<br><small>Raden Mas Said</small>
| nickname1 =
| native1 =
| life1 = {{Birth date|1725|4|7|df=y}} – {{Death date and age|1795|12|8|1725|4|7|df=y}}
| reignstart1 = 28 Desember 1757
| reignend1 = 23 Desember 1795
| notes1 = Anak dari [[Putra Mahkota]] [[Pangeran Mangkunagara]] dan Cucu dari [[Amangkurat IV|Sunan Amangkurat IV]]
| image1 = Foto Simbolis KGPAA. Mangkunegara I (RM. Said).svg
| alt1 =
| name2 = '''[[Mangkunegara II|Adipati Mangkunegara II]]'''<br><small>Raden Mas Sulomo</small>
| nickname2 =
| native2 =
| life2 = {{Birth date|1768|1|5|df=y}} – {{Death date and age|1836|1|17|1768|1|5|df=y}}
| reignstart2 = 1795
| reignend2 = 1835
| notes2 = Cucu dari anak laki-laki [[Mangkunegara I|Adipati Mangkunegara I]]
| image2 = Portrait of Mangkunegara II.jpg
| alt2 =
| name3 = '''[[Mangkunegara III|Adipati Mangkunegara III]]'''<br><small>Raden Mas Sarengat</small>
| nickname3 =
| native3 =
| life3 =16 Januari 1803 - 27 Januari 1853 (umur 50)
| reignstart3 = 29 Januari 1835
| reignend3 = 27 Januari 1853
| notes3 = Cucu dari anak perempuan [[Mangkunegara II|Adipati Mangkunegara II]]
| image3 = Portrait of Mangkunegara III.jpg
| alt3 =
| name4 = '''[[Mangkunegara IV|Adipati Mangkunegara IV]]'''<br><small>Raden Mas Sudira</small>
| nickname4 =
| native4 =
| life4 =3 Maret 1811 - 1881 (±umur 70)
| reignstart4 = 1853
| reignend4 = 1881
| notes4 = Cucu dari anak perempuan [[Mangkunegara II|Adipati Mangkunegara II]] <ref>{{Cite web |url=http://www.mangkunegara4.org/ |title=Profil KGPAA Mangkunegara IV |access-date=2022-05-08 |archive-date=2013-10-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131023055816/http://www.mangkunegara4.org/ |dead-url=yes }}</ref>
| image4 = Portrait of Mangkunegara IV.jpg
| alt4 =
| name5 = '''[[Mangkunegara V|Adipati Mangkunegara V]]'''<br><small>Raden Mas Sunito</small>
| nickname5 =
| native5 =
| life5 =16 April 1855 - 2 Oktober 1896 (umur 41)
| reignstart5 = 1881
| reignend5 = 1896
| notes5 = Anak dari [[Mangkunegara IV|Adipati Mangkunegara IV]]
| image5 = Portrait of Mangkunegara V.jpg
| alt5 =
| name6 = '''[[Mangkunegara VI|Adipati Mangkunegara VI]]'''<br><small>Raden Mas Suyitno</small>
| nickname6 =
| native6 =
| life6 =1 Maret 1857 - 25 Juni 1928 (umur 71)
| reignstart6 = 21 November 1896
| reignend6 = 11 Januari 1916
| notes6 = Saudara dari [[Mangkunegara V|Adipati Mangkunegara V]]
| image6 = COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorst Mangkoe Negoro VI bestuurder van het gebied Mangkoe Negaram op vijfenveertigjarige leeftijd TMnr 10001300.jpg
| alt6 =
| name7 = '''[[Mangkunegara VII|Adipati Mangkunegara VII]]'''<br><small>Raden Mas Suryo Suparto</small>
| nickname7 =
| native7 =
| life7 = 12 November 1885 – 19 Juli 1944 (umur 58)
| reignstart7 = 1916
| reignend7 = 1944
| notes7 = Anak dari [[Mangkunegara V|Adipati Mangkunegara V]]
| image7 = COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorst Pangeran Adipati Ario Mangkoe Negoro VII TMnr 10001303.jpg
| alt7 =
| name8 = '''[[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]]'''<br><small>Raden Mas Hamijoyo Saroso Notosuparto</small>
| nickname8 =
| native8 =
| life8 = {{Birth date|1925|4|7|df=y}} – {{Death date and age|1987|8|2|1925|4|7|df=y}}
| reignstart8 = 1944
| reignend8 = 1987
| notes8 = Anak dari [[Mangkunegara VII|Adipati Mangkunegara VII]]
| image8 = Raden Mas Saroso Notosoeparto, de latere Mangkoe Nagoro VIII.jpg
| alt8 =
| name9 = '''[[Mangkunegara IX|Adipati Mangkunegara IX]]'''<br><small>Raden Mas Sujiwo Kusumo</small>
| nickname9 =
| native9 =
| life9 = 18 Agustus 1951 - 13 Agustus 2021 (umur 69)
| reignstart9 = 1988
| reignend9 = 13 Agustus 2021
| notes9 = Anak dari [[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]]
| image9 = Mangkunegara IX.jpg
| alt9 =
| name10 =
'''[[Mangkunegara X|Adipati Mangkunegara X]]'''<br><small>Gusti Pangeran Haryo Bhre Cakrahutomo Wira Sujiwo</small>
| reignstart10 = 12 Maret 2022
| reignend10 = Sekarang
| life10 = 29 Maret 1997 (umur 26)
| notes10 = Anak dari [[Mangkunegara IX|Adipati Mangkunegara IX]]
| image10 = Mangkunegara X.jpg
| alt10 = }}
== Lihat pula ==
* [[Sejarah Nusantara]]
* [[
* [[Daerah Istimewa Surakarta]]
* [[Kesunanan Surakarta|Kasunanan Surakarta]]
* [[Kesultanan Yogyakarta]]
* [[Kadipaten Paku Alaman|Kadipaten Pakualaman]]
== Referensi ==
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book|author1=Soedarmono|author2=Warto|author3=Susanto|author4=Supariadi|first5=W.W.|last5=Wardoyo|author6=I. Febriary S.|year=2011|title=Tata Pemerintahan Mangkunegaran|publisher=[[Balai Pustaka]] dan Yayasan Suryasumirat|location=Jakarta|ref=harv}}
{{s-start}}
{{s-box
|title=
|years=1757-1945
|before=[[
|after=[[
}}
{{s-end}}
Baris 93 ⟶ 229:
{{Topik Surakarta}}
{{DEFAULTSORT:Kadipaten Mangkunagaran}}
[[Kategori:Kadipaten Mangkunagaran| ]]
[[Kategori:Kota Surakarta]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Mangkunagaran]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1757]]
|