Pura Sakenan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Blog tidak dapat dijadikan referensi.
Eka343 (bicara | kontrib)
k link
 
(16 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox building
| building_namename = Pura Dalem Sakenan
| imagenative_name = =
| caption native_name_lang = Balinese
| start_datelogo =
| logo_size =
| logo_alt =
| logo_caption =
| image =
| image_size =
| image_alt = <!-- or | alt = -->
| image_caption =
| map_type =
| map_alt =
| map_caption =
| map_size =
| map_dot_label =
| relief =
| former_names =
| alternate_names =
| etymology =
| status =
| cancelled =
| topped_out =
| building_type = [[Pura]]
| architectural_style = [[Arsitektur Bali]]
| classification =
| location = {{flagicon|Indonesia}} [[Pulau Serangan]], [[Bali]], [[Indonesia]]
| address = [[PulauJl. Serangan|Pulau PenyuSerangan, Desa Serangan]], [[Denpasar]] Sel., [[KabupatenKota Badung]]Denpasar, [[Bali]]. 80229
| location_city =
| location_country =
| iso_region =
| coordinates = {{coord|-8.725129|115.229400|display=inline,title}}
| altitude =
| building_type current_tenants =
| architectural_stylenamesake =
| structural_system groundbreaking_date =
| start_date =
| stop_date =
| est_completion = 10th century
| topped_out_date =
| completion_date =
| opened_date =
| inauguration_date =
| relocated_date =
| renovation_date =
| closing_date =
| demolition_date = <!-- or | destruction_date = -->
| cost =
| ren_cost =
| location = {{flagicon|Indonesia}} [[Pulau Serangan]], [[Bali]]
| address = [[Pulau Serangan|Pulau Penyu, Desa Serangan]], [[Denpasar]], [[Kabupaten Badung]], [[Bali]].
| client =
| owner =
| current_tenants =
| landlord =
| coordinatesaffiliation =
| start_date =
| completion_date =
| inauguration_date =
| renovation_date = [[1982]]<ref name=balipos>Gungman, Budarsana, dan Gusmartin. Minggu, 25 Januari 2004. Bali Post. [http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/1/25/po1.html I Wayan Leder: Di Sekitar Pura Sakenan Banyak ''Wong Samar''].</ref>
| demolition_date =
| destruction_date =
| height =
| architectural =
| tip =
| antenna_spire =
| roof =
| top_floor =
| observatory =
| diameter =
| circumference =
| weight =
| other_dimensions =
| structural_system =
| material =
| size =
| floor_count =
| floor_area =
| main_contractorelevator_count =
| grounds_area =
| architect =
| architecture_firm =
| developer =
| engineer =
| structural_engineer =
| services_engineer =
Baris 36 ⟶ 80:
| other_designers =
| quantity_surveyor =
| main_contractor =
| awards =
| designations =
| known_for =
| ren_architect =
| ren_firm =
| ren_engineer =
| ren_str_engineer =
| ren_serv_engineer =
Baris 44 ⟶ 92:
| ren_oth_designers =
| ren_qty_surveyor =
| ren_contractor =
| ren_awards =
| rooms = <!-- or | unit_count = -->
| parking =
| url = <!-- {{URL|example.com}} -->
| embed =
| embedded =
| references =
| footnotes =
|latd= |latm= |lats= |latNS=
|longd=|longm=|longs=|longEW=
}}
'''Pura Sakenan''' adalah salah satu [[pura]] penting yang terletak di wilayah selatan [[Bali]], berada di atas pantai di [[barat laut]] [[Pulau Serangan]], yaitu sebuah pulau kecil yang berjarak sekitar 10 kilometer di selatan [[Denpasar]].<ref name=asiaweb>Bali Magazine. [http://www.bali-indonesia.com/denpasar/sakenan-temple.htm Sakenan Temple in Bali - Pura Sakenan, Denpasar Attractions]. {{en}}</ref> Pura ini masih memiliki hubungan dengan Buddha, yang melinggih [[Buddha Sakyamuni|Ida Bhatara Sakya Muni]].<ref name=balipos/> Sebagaimana dengan pura-pura lain, setiap pengunjung yang hendak masuk ke tempat suci Pura Sakenan wajib mengenakan [[sarung]] dan sabuk kain khas Bali serta bagi yang wanita tidak sedang dalam masa [[menstruasi]].<ref name=asiaweb/>
 
[[Pulau Serangan]] tempat Pura Sakenan berada hanya berukuran 2,9 kilometer dengan lebar 1 kilometer. Nama ''Serangan'' berasal dari kata ''sira'' dan ''angen'' atau "kangen/ sayang". Pura Sakenan dibangun dengan latar belakang wujud syukur orang yang merasa ''sira angen'' dengan keindahan alam pulau ini.
 
== Etimologi ==
Berdasarkan lontar DwijendraTattwa, nama Sakenan berasal dari kata ''sakya'' yang berarti "dapat langsung menyatukan pikiran".<ref name=babad/> "Sakya" tersebut, dalam sejarah Siwa Buddha di Bali, berasal dari kata Sakyamuni, yaitu nama asli dari [[Sidharta Gautama]]. Lontar tersebut menguraikan bahwa pada bagian tepi [[barat laut]] Serangan, [[Dang Hyang Nirartha|Danghyang Niratha]] tertegun melihat keindahan alam laut yang tenang dengan pantai yang asri. Oleh karena itu, ia membangun tempat pemujaan yang diberi nama "Pura Sakenan".<ref name=babad>Babad Bali. [http://www.babadbali.com/pura/plan/sakenan.htm Pura Sakenan, Tempat Memohon Keselamatan Umat Manusia di Dunia].</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Pura Sakenan op het eiland Serangan Bali TMnr 60049070.jpg|jmpl|250px|Pura Sakenan pada awal abad ke-20 sebelum reklamasi]]
Dalam lontar [[Usana Bali]], [[Mpu Kuturan]] atau [[Mpu Rajakretha]] membangun pura berdasar konsep yang dibawanya dari [[MajapahitKerajaan Kediri]] (Jawa Timur) untuk diterapkan di Bali seluruhnya.<ref name=babad/> Pura Sakenan ini dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-10 Masehi (sekitar 1005 M). Mpu Kuturan tiba di Bali pada tahun 1001 M sebelum runtuhnya Kerajaan [[Majapahit]], dalam rangka menata-ulang aspek sosial-religius masyarakat Bali.<ref name=asiaweb/> Prabhu Udayana dan Empu Kuturan merupakan penganut ajaran [[Buddha Sakyamuni|Buddha Mahayana Sakyamuni]].
 
Pada masa pemerintahan Sri Dalem Ktut Ngulasir dari kerajaan Gelgel, rakyat Serangan diperintahkan untuk membuat pemujaan Bhatara di tempat yang sebelumnya disucikan Empu Kuturan dan menamainya "Parahyangan Dalem Sakenan". Nama Sakenan berasal dari kata Sakyamuni, yaitu ajaran Buddha yang dianut oleh Empu Kuturan. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong (1411 saka atau 1489 masehi), ia bersama Dang Hyang Nirartha disebutkan membangun pelinggih Sekar Kancing Gelung di Pura Sakenan. Ketika [[Danghyang Nirartha]] mengadakan perjalanan keliling Bali untuk mengunjungi tempat-tempat suci, ia sampai di Pulau Serangan. Dalam ''Dwijendra Tattwa'' ditulis:
{{quote|"''... sesudah Danghyang Nirartha mensucikan diri di Bukit Payung, lalu beliaudia meneruskan perjalanan dengan menyusur pantai laut yang sangat indah dan mempesonakan menuju arah utara. Pantai yang dilalui cukup permai dengan pasirnya yang memutih memberikan keindahan alam yang mempesonakan, ditambah lagi dengan herembusnya angin dan lautan yang dapat menyegarkan jasmani beliaudia''."}}
Akhirnya, disana Danghyang Nirartha membangun pelinggih (bangunan suci) di Pura atau Kahyangan Sakenan.<ref name=babad/>
 
Menurut masyarakat setempat, Pura Sakenan awalnya hanya berbentuk sebuah batu bersinar yang ditemukan oleh [[Danghyang Astapaka]] ketika melakukan perjalanan ke Bali pada tahun 1530 M, akhirnya ia membuat pura. Selanjutnya [[Pedanda Sakti Wawu Rauh]] (Dang Hyang Nirartha) melihat pura itu dan ''menyempurnakannya'' dengan melakukan upacara. Pura tersebut kemudian dinamakan Pura Sakenan.<ref name=balipos/>
 
I Wayan Leder, salah satu tokoh Desa Serangan, mengatakan bahwa sekitar tahun 1982, sebelum dilakukan [[reklamasi daratan|reklamasi]] besar-besaran, masyarakat Serangan mengeluarkan tanah satu kepala keluarga satu jukung untuk melebarkan Pura Dalem Sakenan di sebelah barat. Di sebelah timur pura, saat air pasang, jalan menjadi terputus. Area tersebut kemudian direklamasi oleh masyarakat Serangan sehingga menjadi seperti sekarang. Proses pembebasan lahan dimulai semenjak tahun 1990 dan proses reklamasi akhirnya dimulai pada tahun 1996. Meskipun banyak diprotes, terutama dari kalangan nelayan perahu jukung yang menyewakan perahu untuk transportasi Bali-Serangan serta dari kalangan mahasiswa dan LSM, reklamasi tersebut kini memberikan manfaat besar bagi masyarakat Pulau Serangan, terutama di bidang pariwisata dan pendidikan, serta bagi peziarah yang tidak berani naik jukung atau terhambat karena harus mengantre jukung. Bahkan, nelayan jukung juga memperoleh pendapatan dari parkir kendaraan di Pura Sakenan.<ref name=balipos/>
Baris 69 ⟶ 123:
Pada tanggal 8 April 1999, Pura Sakenan diserahkan oleh Dispenda Badung kepada masyarakat Serangan. Masyarakat Serangan melaksanakan tanggung jawab tersebut sesuai konsep ''Tri Hita Karana'': masyarakat Desa Adat Serangan melakukan gotong-royong mengadakan kebersihan di sekitar pura, menjadi panitia penyambut kedatangan panitia dari kabupaten, serta memiliki 27 orang pemangku.<ref name=balipos/>
 
== Arsitektur ==
=== Bangunan ===
Pura Sakenan berkonsep ''swamandala'' (terdiri atas pelinggih-pelinggih dan bangunan-bangunan) yang terbagi menjadi dua ''pelebah'' yaitu "Pura Dalem Sakenan" dan "Pura Pesamuan/Penataran Agung Sakenan".<ref name=wisata>Wisata Dewata. [http://www.wisatadewata.com/article/wisata/pura-sakenan Pura Sakenan]{{Webarchive|url= https://web.archive.org/web/20140302084652/http://www.wisatadewata.com/article/wisata/pura-sakenan |date= 2014-03-02}}.</ref> Bangunan yang besar pernah direnovasi kecuali dinding antik yang mengelilingi halamannya, sementara yang lebih kecil masih mempertahankan corak lamanya. Bangunan yang lama dibangun dari [[batu kapur]] dan karang yang diperoleh dari karang pantai di sekitarnya.<ref name=asiaweb/>
 
=== Halaman ===
Jumlah halaman di Pura Sakenan adalah tiga buah (''trimandala'')\, yaitu "utama mandala", "madya mandala", dan "nista mandala". Masing-masing halaman dibatasi oleh tembok keliling lengkap dengan ''kori agung'' yang puncaknya dihiasi pahatan kepala kala, ''apit lawang'', dan ''bebetelan''.<ref name=wisata/>
 
Di dalam "utama mandala" terdapat sejumlah pelinggih seperti candi, bale tajuk, bale pesandekan, dan apit lawang. Pada halaman depan terdapat Candi Kurung (menghubungan "utama mandala" dengan "madya mandala") yang diapit oleh dua buah arca [[Ganesha]]. Di halaman ini juga terdapat pelinggih sebagai pemujaan '''Jro Dukuh Sakti'''; ''Meru Tumpang Tiga'' sebagai stana '''Batara Batur''', '''Intaran''', dan '''Ida Batara Muter'''; ''Gedong Jati'' sebagai stana '''Ida Ratu Ayu'''; serta ''Gedong (Tajuk)'' sebagai stana '''Batara Buitan''' dan '''Batara Muntur'''. Ada pula ''bale gede'' atau ''bale paruman'' yang berfungsi sebagai tempat pesamuan para pemangku, tempat penyucian pratima Ida Batara, serta tempat para sulinggih dan para raja pada saat ada upacara pujawali.<ref name=wisata/>
 
Madya mandala dikelilingi tembok penyengker lengkap dengan Candi Bentar di sebelah barat dan petetesan di utara serta timur. Nista mandala hanya berupa halaman kosong. Di halaman pura terdapat dua pohon besar yang diberi kain bercorak papan catur khas Bali yang dianggap sebagai ''rumah'' bagi para roh pelindung di halaman pura.<ref name=wisataasiaweb/><ref name=asiawebwisata/>
 
== Religi ==
Pura Dalem Sakenan termasuk ''Samudra Kertih'', tempat memuja (''stana'') '''Sang Hyang Sandhijaya''' (Tatmajuja) atau ''Ida Hyang Dewa Biswarna'' ([[Baruna]]) yang berdiri di tepi laut selatan Desa Serangan. Ia merupakan penjaga ''Segara Pakretih'' (ketenangan lautan/ samudera) untuk keselamatan dunia, menghilangkan segala jenis rintangan di dunia, dan segala jenis penyakit, serta menyucikan segala jenis ''kala'', ''bhuta'', dan manusia.<ref name=wisata/>
 
=== Pertanian dan pariwisata ===
Berdasarkan ''Purana Pura Sakenan'' yang disusun oleh Tim Dinas Kebudayaan Bali, pada zaman dulu Pura Sakenan merupakan tempat ''krama subak'' untuk memohon agar sawah-ladang tidak terkena penyakit serta hama tanaman, memohon berkah, serta kesejahteraan hidup. Purana ini juga menyebutkan bahwa '''Hyang Sakenan''' menjaga [[walang sangit]] dan '''Hyang Masceti''' menjaga [[tikus]] agar tidak merusak sawah dan ladang petani.<ref name=wisata/>
 
Kini mata pencaharian penduduk di sekitar wilayah Sakenan telah beralih ke sektor pariwisata, khususnya wisata bahari (''[[selancar]]''). Pura Sakenan menjadi tempat pemujaan untuk memohon kesejahteraan hidup serta keselamatan pada obyek–obyekobjek–objek wisata yang berada di [[Sanur]], [[Kuta, Badung|Kuta]], [[Nusa Dua]], serta [[Denpasar]].<ref name=wisata/>
 
=== Perayaan ulang tahun pura ===
''Pujawali'' (perayaan agung) dan piodalan (ulang tahun) Pura Sakenan jatuh setiap hari Sabtu Kliwon Kuningan menurut kalender [[wuku|Pawukon]] Bali yang panjangnya adalah 210 hari. Perayaan berlangsung selama tiga hari dengan puncaknya dipada hari Minggu. Perayaan ''piodalan'' bertepatan dengan perayaan [[Kuningan (hari raya)]], 10 hari setelah [[Galungan]]. Ratusan peziarah dari berbagai pura datang dengan berjalan kaki atau menggunakan perahu kayu menuju Pura Sakenan di [[Pulau Serangan]]. Biasanya perayaan tersebut juga diramaikan berbagai pentas seperti [[tari Barongan]] hingga [[tari Topeng]].<ref name=asiaweb/> Kuningan sendiri merupakan salah satu hari raya yang dikhususkan untuk memuja Dewa [[Wisnu]] yaitu dewa pembawa kesejahteraan di dunia. Bagi umat Hindu di Bali, Kuningan merupakan satu waktu dimana para leluhur kembali ke langit setelah beberapa saat berada di bumi.<ref name=wisata/>
 
Sebelum [[reklamasi daratan]] yang dilakukan pada tahun 1990an, para peziarah membawa benda pusaka kuno serta benda-benda suci lainnya dengan berjalan kaki melintasi [[hutan bakau]] menuju [[Pulau Serangan]]. Jika air laut sedang tinggi, mereka menggunakan perahu bercadik tradisional untuk melintas. Kini, daratan pulau mudah dicapai melalui jembatan sepanjang 110 meter.<ref name=asiaweb/>
 
Setelah tiba di [[Pulau Serangan]], para peziarah singgah di Pura Susunan Wadon, berlokasi sekitar setengah kilometer di sebelah timur Pura Sakenan. Selanjutnya ziarah berlanjut ke Pura Susunan Agung, barulah Pura Dalem Sakenan yang dekat dengan pantai paling barat dari Pulau Serangan.<ref name=asiaweb/> Dalam kajian sastranya, rangkaian ini bisa di telusuri dari kata Pura Susunan Wadon, Susunan Agung, dan Pura Dalem Sakenan. Terdapat suatu pengertian ''Purusa'', ''Pradhana'', dan ''Susunan Agung'' sebagai "Lingga", "Yoni", dan "tempat penyatuan antara Purusa dan Pradana" (penyatuan ''sang diri'' dengan ''maharoh'' sebagai asal mula setiap mahluk hidup). Pemahaman inilah yang ditemukan Mpu Kuturan sehingga melahirkan Pura Sununan Lanang dan Susunan Wadon. Juga terjadi hal yang sama pada saat kehadiran Dang Hyang Nirartha sehingga, sebagai penghormatan kepadanya, dibuatlah pelinggih Pura Dalem Sakenan yang merupakan penyatuan antara Siwa dan Budha.<ref name=babad/>
 
== Lihat pula ==
* [[Pura Besakih]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [http://blog.kutaraya.com/asal-usul-pulau-serangan-dan-pura-sakenan/ Asal Usul Pulau Serangan dan Pura Sakenan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140407232123/http://blog.kutaraya.com/asal-usul-pulau-serangan-dan-pura-sakenan/ |date=2014-04-07 }}
 
 
{{Kuil Hindu di Indonesia}}
 
[[Kategori:Pura di Bali|Sakenan]]