Oei Tiong Ham Concern: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aditreeslime (bicara | kontrib)
k link to phapros
Cun Cun (bicara | kontrib)
 
(23 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox company
'''Kian-Gwan Kongsi''' ([[bahasa Mandarin|Mandarin]] 建源公司, ''Jianyuan Gongsi'') adalah sebuah perusahaan di Hindia-Belanda (setelah 1945 [[Indonesia]]), yang dipimpin oleh orang [[Tionghoa-Indonesia]]. Perusahaan ini merupakan konglomerat multinasional terbesar di Asia-Tenggara pada zamannya.
===| Setelahname Kematian= Oei Tiong Ham ===Concern
| logo =
| logo_size =
| logo_caption =
| type = [[Perusahaan swasta]]
| industry = [[Perdagangan]]
| fate = Asetnya di Indonesia disita oleh pemerintah, sementara cabangnya di luar Indonesia tetap bertahan
| successor =
| key_people = {{hlist|[[Oei Tjie Sien]]|[[Oei Tiong Ham]]}}
| founded = {{Start date|1863}}
| defunct = {{end date|1964}}
| owner = Keluarga besar Oei Tiong Ham
| module =
}}
 
'''Oei Tiong Ham Concern''' atau biasa disingkat menjadi '''OTHC''', dulu adalah sebuah [[Konglomerat (perusahaan)|konglomerat]] [[Perusahaan multinasional|multinasional]] yang berkantor pusat di [[Hindia Belanda]] (setelah tahun 1945, [[Indonesia]]). OTHC merupakan konglomerat multinasional terbesar di Asia Tenggara pada zamannya.
 
== Sejarah ==
=== Pendirian oleh Oei Tjie Sien ===
{{Infobox Chinese
Kian-Gwan Kongsi didirikan pada tahun [[1863]] di Semarang, Jawa Tengah, Hindia-Belanda oleh [[Oei Tjie Sien]], seorang imigran dari [[Fujian]] dengan modal sebesar 3 juta [[gulden]].
|child = yes
| t = 建源公司
| s = 建源公司
| p = jiàn yuán gōngsī
| w = chien yüan kung ssu
| poj = kian-gwan kong-si
}}
OTHC memulai sejarahnya dari '''Kian Gwan''' ([[bahasa Mandarin|Mandarin]] 建源, ''Jianyuan'') yang didirikan pada tahun [[1863]] di [[Semarang]], [[Jawa Tengah]] oleh [[Oei Tjie Sien]], seorang imigran dari [[Fujian]], [[Tiongkok]] dengan modal sebesar 3 juta [[gulden]]. Kian Gwan terutama mengekspor hasil-hasil bumi seperti [[gula]] dan [[ikan]], serta mengimpor [[teh]] dan [[sutra]] dari Tiongkok. Mulai tahun 1890 hingga 1903, Kian Gwan mencatatkan keuntungan sebesar 18 juta gulden.
 
=== Ekspansi ===
Kian-Gwan Kongsi terutama mengekspor hasil-hasil bumi seperti gula dan ikan. Selian itu ia mengimpor teh dan sutra dari Tiongkok.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Suikerfabriek Krebet Malang TMnr 10011672.jpg|300px|jmpl|ka|Pabrik Gula Krebet di [[Malang]]]]
Di bawah pimpinankepemimpinan anak [[Oei TiongTjie Ham]]Sien, putrayakni [[Oei TjieTiong SienHam]], Kian- Gwan Kongsimelakukan berekspansiekspansi secara luasbesar-besaran dan berhasil menjadi konglomerat multinasional pertama di Asia- Tenggara. danKonglomerat jugatersebut kemudian dikenal sebagaidengan nama ''Oei Tiong Ham Concern'' (OTHC).
 
OTHC memiliki cabang di [[Bangkok]], [[Kalkuta]], [[Singapura]], [[Hong Kong]], [[Shanghai]], dan [[London]]. Aset OTHC meliputi sejumlah pabrik di [[Pulau Jawa]], sebuah [[bank]], dan sebuah [[pialang]] di London. Melalui Heap Eng Moh Steamship Co. yang berkantor pusat di [[Singapura]], OTHC juga memiliki sejumlah [[kapal dagang]]. Salah satu pegawai OTHC di Singapura adalah Lee Hoon Leong, kakek dari [[perdana menteri]] pertama Singapura, [[Lee Kuan Yew]]. Pabrik gula milik OTHC antara lain terletak di [[Krebet, Bululawang, Malang]] dan [[Patihan, Manguharjo, Madiun]].
Antara tahun 1890 dan 1903 perusahaan ini secara total menghasilkan keuntungan sebesar 18 juta gulden.
 
=== EkspansiPasca di bawahkematian Oei Tiong Ham ===
Oei Tiong Ham meninggal di Singapura pada tahun [[1924]]. Dalam wasiatnya, ia menetapkan sembilan anaknya sebagai ahli waris, salah satunya adalah [[Oei Tjong Hauw]], yang ditunjuk untuk memimpin Kian-gwanbisnis IndonesiaOTHC di selanjutnyaIndonesia. DibawahDi bawah kepemimpinan Tjong Hauw, OTHC terus berekspansi dengan membuka pabrik pengolahan karet di [[Sumatra]] dan cabang-cabang di luar negeri., Tjongseperti Hauwpabrik jugapenyulingan memimpinalkohol perusahaandi pada[[Shanghai]]. zamanSejumlah penjajahanaset JepangOTHC dan awal kemerdekaandi Indonesia, pada masa-masa ini banyak aset-aset seperti pabrik yangkemudian hancur akibat perang. Tjong Hauw lalu meninggal secara mendadak pada tahun [[1950]].<ref name="Oei Tjong Tjay" />
Di bawah pimpinan [[Oei Tiong Ham]], putra [[Oei Tjie Sien]], Kian-Gwan Kongsi berekspansi secara luas dan menjadi konglomerat multinasional pertama di Asia-Tenggara dan juga dikenal sebagai ''Oei Tiong Ham Concern'' (OTHC).
 
Setelah Tjong Hauw meninggal, kepemimpinanbisnis OTHC di Indonesia dipegangdipimpin oleh putra bungsu Oei Tiong Ham, yaituyakni Oei Tjong Tjay, serta putra Tjong Hauw, yakni Oei Ing Swie.<ref name="Oei Tjong Tjay">[http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-1.html Oei Tjong Tjay Interview] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140313234458/http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-1.html |date=2014-03-13 }}, Interview dengan Oei Tjong Tjay.</ref> Tjong Tjay yang saat itu masih berumur 27 tahun pada saat itupun agak sulitkesulitan beradaptasi dengan iklim bisnis di Indonesia, terutama karena ia besar di luar negeriIndonesia, dansehingga tidak begituterlalu fasihmahir berbahasa indonesiaIndonesia. Kondisi politik Indonesia yang tidak menentu pada saat itu juga membuat OTHC sulit untuk berekspansi;. banyakBanyak yang menganggap OTHC sebagai pro-Belanda, karena kedekatan merekadekat dengan pihak Belanda pada saat perang.<ref name="Oei Tjong Tjay" /> Di masa ini OTHC banyakkemudian mendirikan sejumlah [[perusahaan patungan]] dengan tokoh-tokoh lokal dan pemerintahPemerintah Indonesia, seperti [[Phapros]] yang didirikan tahun 1954. Tjong Tjay sendirilalu memilih untuk mendukung [[Partai Sosialis Indonesia]] dan [[PNI]], namun hal iniyang kelak menjadi bermasalahmasalah ketika tokoh-tokoh PSI ditangkap dan diasingkan ke luar negeriIndonesia.<ref name="Oei Tjong Tjay" />
Kian-gwan Kongsi memiliki cabang di [[Bangkok]], [[Kalkuta]], [[Singapura]], [[Hong Kong]], [[Shanghai]], dan [[London]]. Termasuk aset perusahaan ini adalah tanah dan pabrik-pabrik di pulau Jawa, sebuah bank, sebuah broker di London. Selain itu ada pula sebuah armada kapal (dagang) yang didaftarkan di Singapura. Salah satu pegawainya di Singapura adalah kakek dari Perdana Menteri Singapura pertama [[Lee Kuan Yew]].
 
===Nasionalisasi===
Pabrik-pabrik gula OTHC tersebar di [[Jawa Timur]], termasuk di [[Krebet]] dan Rejo Agung, [[Madiun]] yang merupakan terbesar pada zamannya.
Hubungan OTHC dan Pemerintah Indonesia kemudian memburuk, karena pemerintah ingin OTHC menarik dananya yang disimpan di [[De Javasche Bank]] cabang [[Amsterdam]], guna memperbaiki [[Pabrik Gula Krebet Baru]], tetapi OTHC menolaknya, karena nilai tukar gulden terhadap rupiah yang ditetapkan oleh pemerintah jauh lebih rendah daripada nilai tukar yang berlaku di pasar gelap. Selain itu, OTHC merasa bahwa pinjaman dari bank di Indonesia sudah cukup untuk memperbaiki pabrik gula tersebut. Tidak lama kemudian, sebuah pengadilan di Belanda menyita dana OTHC yang disimpan di De Javasche Bank cabang Amsterdam untuk melunasi utang OTHC kepada sejumlah kreditur asing.<ref name="part2">[http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-2.html Oei Tjong Tjay Interview part 2] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140309174435/http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-2.html |date=2014-03-09 }}, Interview Oei Tjong Tjay bag 2.</ref> Pada bulan Juli tahun 1961, Pengadilan Ekonomi Semarang akhirnya memutuskan untuk menyita seluruh aset OTHC di Indonesia. Pada tahun 1964, Pemerintah Indonesia pun membentuk [[Rajawali Nusantara Indonesia]] untuk mengelola aset hasil sitaan tersebut.<ref name="part2" /> Kejadian tersebut menyebabkan berakhirnya OTHC di Indonesia, namun cabang-cabang Kian Gwan di luar Indonesia tetap dapat bertahan di bawah kepemimpinan putra-putra Oei Tiong Ham. Salah satu cabangnya di luar Indonesia yang besar adalah Kian Gwan Thailand, yang dipimpin oleh Oei Tjong Bo (kakak kandung Oei Tjong Tjay), yang kini berbisnis di bidang properti dan distribusi alat elektronik.<ref name="Kian Gwan Website">{{cite web|title=Kian Gwan|url=http://eng.kiangwan.com/|website=Kian Gwan Website|accessdate=29 September 2017}}</ref>
 
=== Setelah Kematian Oei Tiong Ham ===
Oei Tiong Ham meninggal di Singapura pada tahun [[1924]], ia menetapkan sembilan anaknya sebagai ahli waris, salah satunya adalah Oei Tjong Hauw yang ditunjuk untuk memimpin Kian-gwan Indonesia selanjutnya. Dibawah Tjong Hauw, OTHC terus berekspansi dengan membuka pabrik karet di Sumatra dan cabang-cabang di luar negeri. Tjong Hauw juga memimpin perusahaan pada zaman penjajahan Jepang dan awal kemerdekaan Indonesia, pada masa-masa ini banyak aset-aset seperti pabrik yang hancur akibat perang. Tjong Hauw meninggal secara mendadak pada tahun [[1950]].<ref name="Oei Tjong Tjay" />
 
Setelah Tjong Hauw meninggal, kepemimpinan OTHC di Indonesia dipegang oleh putra bungsu Oei Tiong Ham yaitu Oei Tjong Tjay.<ref name="Oei Tjong Tjay">[http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-interview-oei-tjong-tjay-1.html Oei Tjong Tjay Interview], Interview dengan Oei Tjong Tjay.</ref> Tjong Tjay yang masih berumur 27 tahun pada saat itu agak sulit beradaptasi dengan iklim bisnis di Indonesia, terutama karena ia besar di luar negeri dan tidak begitu fasih berbahasa indonesia. Kondisi politik Indonesia yang tidak menentu pada saat itu juga membuat OTHC sulit untuk berekspansi; banyak yang menganggap OTHC sebagai pro-Belanda karena kedekatan mereka dengan pihak Belanda pada saat perang.<ref name="Oei Tjong Tjay" /> Di masa ini OTHC banyak mendirikan perusahaan patungan dengan tokoh-tokoh lokal dan pemerintah seperti [[Phapros]]. Tjong Tjay sendiri memilih untuk mendukung [[Partai Sosialis Indonesia]] dan [[PNI]], namun hal ini kelak menjadi bermasalah ketika tokoh-tokoh PSI ditangkap dan diasingkan ke luar negeri.<ref name="Oei Tjong Tjay" />
 
Sengketa dengan pemerintah Indonesia, yang diawali dengan perkara penuntutan terhadap [[Bank Indonesia]] di Amsterdam tentang pencairan dana OTHC yang macet di bank tersebut, mengakibatkan hubungan OTHC dan pemerintah semakin buruk.<ref name="Oei Tjong Tjay" /> Pada bulan Juli tahun 1961, pemerintah Indonesia melalui pengadilan ekonomi di Semarang memutuskan untuk menyita dan mengambil alih aset-aset OTHC di Indonesia dan pada tahun 1964 dibentuk [[BUMN]] [[Rajawali Nusantara Indonesia]] untuk mengelola aset-aset tersebut.<ref name="Oei Tjong Tjay" /> Kejadian ini menyebabkan berakhirnya OTHC secara ''de facto'', walaupun cabang-cabang Kian-Gwan di luar negeri tetap bisa bertahan di bawah putra-putra Oei Tiong Ham. Salah satu cabang luar negeri yang terbesar adalah Kian-Gwan Bangkok yang kelak memiliki usaha di bidang properti dan distributor alat-alat elektronik.
 
== Sumber ==
<references />
{{Tionghoa Indonesia}}
 
[[Kategori:Perusahaan yang didirikan tahun 1863]]
[[Kategori:Perusahaan yang dibubarkan tahun 1964]]
[[Kategori:Rajawali Nusantara Indonesia]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1863]]