Tanah Sepenggal Lintas, Bungo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Joko Albani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(14 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Bungo
|luas=- km²²
|penduduk=25.000 jiwa
|kelurahan= 1211 desa
|nama camat=-
|kepadatan=- jiwa/km²²
|provinsi=Jambi
|keterangan=Simpang Embacang Gedang, Jalan Nasional 5 (Asian Highway 151) - Tanah Sepenggal Lintas, Bungo, Jambi|foto=Simpang Embacang Gedang, Jalan Nasional 5 (Asian Highway 151) - Tanah Sepenggal Lintas, Bungo, JA (2 July 2020).jpg}}
}}
'''Tanah Sepenggal Lintas''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Bungo]], [[Jambi]], [[Indonesia]]. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Tanah Sepenggal pada Tahun 2005. Pusat pemerintahan kecamatan terletak di [[Embacang Gedang, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo|Embacang Gedang]]. Sekitar 80% penduduk daerah ini bekerja sabagai petani karetdan selebihnya berprofesi sebagai ASN, TNI, Polisi dan lain sebagainya. Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas dibelah oleh Jalan Lintas Sumatera yang menjadi dasar penamaan kecamatan ini.
 
== Geografi ==
== Legenda Pendiri Tanah Sepenggal dan Tanah Sepenggal Lintas ==
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas berbatasan dengan:
Saat Kesultanan Mataram berperang dengan Belanda, keluarga kerajaan terpecah menjadi dua. Keluarga yang pro Belanda dan menentang belanda. Sri Mangkubumi adalah kelompok yang menentang belanda. Oleh karena situasi yang tidak memungkinkan, maka Sri Mangkubumi mengadakan Musyawarah. Hasil musyawarah tersebut diputuskan mereka harus meninggalkan kerajaan Mataram menuju Sumatra. Bersama dengan pengikutnya yang setia maka Sri Mangkubumi menyiapkan perbekalan secukupnya. Dalam perjalanan tersebut rombongan terdiri dari lebih kurang 40 kepala keluarga. Tujuan perjalanan tersebut adalah Kesultanan Jambi.
 
* Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo
Kesultanan Jambi memang sudah lama menjalin kerjasama baik dengan kerajaan di Pulau Jawa. Hal ini diceritakan pula dalam '''Legenda Rangkayo Hitam'''. Dikisahkan pula bahwa Rangkayo Hitam sempat mempersunting salah satu putri kerajaan di Tanah Jawa.
* Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Tanah Sepenggal dan Kecamatan Tanah Tumbuh, Kabupaten Bungo.
* Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Batin III, Kabupaten Bungo
* Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Tanah Tumbuh, Kabupaten Bungo
 
Kecamatan ini memiliki topografi relatif rendah dengan bukit-bukit dengan ketinggian sekitar 70 meter diatas permukaan lautnya. Desa-desa terletak dipinggir sungai Batang Tebo sehingga sebagian wilayahnya adalah hasil sedimentasi sungai ini.
Kepala keluarga tersebut masuk kedalam Jung atau Penjalang, jenis kapal layar tradisional yang dipakai oleh kerajaan-kerajaan masa lampau. Rombongan tersebut singgah di Pelabuhan Sabak, dekat Pulau Berhala, Kesultanan Jambi, daerah Tanjung Jabung saat ini.
 
== Demografi ==
Setelah beristirahat, rombongan tersebut menemui Sultan Jambi di Pusat kerajaan yang telah berada di Kota Jambi. Konon Sultan Jambi mempunyai Istri dari Kesultanan Mataram. Di Jambi rombongan Mataram bertemu dengan Debalang raja Jambi yang bertugas menyambut kedatangan rombongan tersebut. Sultan/ Raja Jambi tidak percaya begitu saja terhadap rombongan tersebut terutama istri raja jambi yang juga keturunan Mataram. Untuk meyakinkan, maka Sri Mangkubumi mengeluarkan ''Gupil'' yang bertuliskan aksara jawa. Sri Mangkubumi hanya memiliki 2/3 bagian gupil karena selebihnya disimpan oleh istri Sultan Jambi yang konon bernama "Ayunan Tunggal". Setelah dicocokkan kedua gupil tersebut maka barulah rombongan tersebut dipercayai sebagai rombongan keluarga Kesultanan Mataram.Adanya bukti hubungan kekeluargaan tersebut menyebabkan rombongan mataram dilayani oleh kesultanan Jambi secara khusus, dengan senang hati. 
 
== Ekonomi ==
Tidak beberapa lama rombongan beristirahat di Pusat Kesultanan Jambi, akhirnya rombongan diberi kuasa untuk mengambil wilayah dari Muara Sungai Tembesi hingga ke barat daerah Kesultanan Jambi yang berbatasan dengan Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat. Rombongan tersebut diiringi oleh beberapa orang utusan Kesultanan Jambi sebagai penunjuk jalan. Perjalanan diputuskan lewat air dengan menyusuuri Sungai Batanghari dan diteruskan masuk ke Sungai Batangtebo terus menyusuri hingga ke hulu sungai. Perjalanan melelahkan tersebut memakan waktu yang cukup lama.
 
== Sejarah ==
Perjalanan panjang tersebut menghantarkan rombongan pada daerah seperti Teluk yang bentuknya berkelok seperti meringkuknya kucing yang sedang tidur. Diseberang teluk tersebut terlihat daratan yang disinari rembulan. Untuk mengingat tempat tersebut rombongan menamai daerah tersebut Pulau Sri Bulan dan Keluk Kucing Tidur
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas adalah sama dengan Kecamatan Tanah Sepenggal pada awalnya berasal dari satu wilayah yaitu Balai Panjang atau Desa Tanah Periuk pada hari ini. Sebelum kemerdekaan dua kecamatan ini dikenal dengan Marga Tanah Sepenggal yang dipimpin oleh seorang yang bergelar Pasirah. Kawasan ini mulai dibangun saat kedatangan rombongan Pangeran Sri Mangkubumi dari Mataram Jawa pada sekitar awal abad ke 16 M. Kedatangan Pangeran Sri Mangkubumi ke kawasan ini bersama dengan sekitar 40 keluarga. Pengeran Sri Mangkubumi melakukan perjalanan dari Pusat Kerajaan Jambi menyusuri Sungai Batanghari dan dilanjutkan menyusuri Sungai Batang Tebo hingga memilih menepi dan membangun pemukiman. Pangeran memerintahkan pengikutnya untuk membangun rumah besar (panjang) yang dikenal dengan istilah "Balai Panjang". Daerah kediamanan Pangeran Sri Mangkubumi dan rombongan ini dikenal dengan Balai Panjang.
 
Seiring waktu, penduduk di Kawasan Balai Panjang (Tanah Periuk) terus berkembang sehingga membutuhkan lahan pertanian dan tempat tinggal yang baru. Penduduk menyebar ke daerah sekitar Balai Panjang dan lama-kelamaan menjadi desa (dusun) baru. Istilah desa ini dalam bahasa lokal lebih dikenal dengan istilah dusun. Dari Balai Panjang terbentuk 7 dusun baru yang terbentuk sebelum Abad 19. Sehingga pada awal saat daerah Tanah Sepenggal masih dalam bentuk sistem kerajaan terdapat 8 Dusun Awal:
Rombongan tersebut menepi dan naik ke daratan. Disanalah mereka memutuskan untuk menetap dan mendirikan pemukiman. Mereka membuat rumah besar yang dikenal dengan sebutan Balai Panjang yang kemudian ditetapkan menjadi nama daerah tersebut Balai Panjang (Desa Tanah Periuk hari ini). Sri Mangkubumi sendiri memutuskan tidak melanjutkan perjalanan itu dan menetap di Balai Panjang.
 
* Dusun Tanah Periuk
Setelah menetap sekian lama di Balai Panjang, diantara anggota rombongan tersebut ada pula yang memutuskan tetap melanjutkan perjalanan ke hulu sungai, mencari wilayah baru untuk ditempati. Perjalanan tersebut diikuti oleh seseorang yang berpengaruh pula yang bernama Sri Tanwah. Sri Tanwah sendiri adalah adik perempuan dari Mangkubumi yang konon terkenal kecantikannya. Kecantikan tersebut hingga hari ini diyakini dimiliki oleh keturunan beliau yang masih bertahan di daerah Candi (Desa Candi dan Sekitarnya). 
* Dusun Candi
* Dusun Tanjung
* Dusun Rantau Embacang
* Dusun Lubuk Landai
* Dusun Empelu
* Dusun Sungai Mancur
* Dusun Teluk Pandak
 
Pada saat pemekaran kecamatan, daerah dibagian utara sungai Batang Tebo masuk ke dalam Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas sehingga desa-desa awal yang masuk kedalam kecamatan baru ini hanya berjumlah 4 dusun saja:
Rombongan Sri Tanwah tersebut bertemu daratan seperti tanjung yang oleh rombongan dinamai Tanjung. Sebagian anggota Rombongan tersebut memutuskan untuk naik ke daratan termasuk Sri Tanwah. Diatas daratan Tanjung tersebut terdapat bukit yang dinamakan Penggoda atau Pesiban Tanah di sebelah barat bukit tersebut terdapat bukit pula yang dinamakan Bukit Setunggang atau Bukit Sangka Puyuh. 
 
# Tanah Periuk
Tidak semua anggota rombongan ikut menetap pula bersama Sri Tanwah. Rombongan lainnya memutuskan meneruskan perjalan ke masuk ke anak sungai Batangtebo bagian kiri yang dikenal dengan nama Sungai Batang Uleh. Dalam perjalanan tersebut rombongan melihat adanya sepah sirih dan asap menandakan adanya aktivitas penduduk di hulu sungai. Perjalanan diputuskan menuju arah asap yang terlihat tadi. Semak belukar tidak menjadi penghalang bagi rombongan. Semua ditebas oleh anggota rombongan. Namun saat perjalanan sudah hampir sampai, ternyata pedang salah satu anggota rombongan patah. Akhirnya diputuskan untuk menepi dan berhenti.
# Lubuk Landai
# Rantau Embacang
# Sungai Mancur
 
Dusun-dusun ini mengalami perkembangan setelah Indonesia Merdeka atau pertengahan Abad ke 19 menjadi
Disaat rombongan sedang beristirahat, terlihat ada sesosok wajah manusia yang terbang melayang ke Arah Teluk Kecimbung (Desa Teluk Kecimbung sekarang). Karena penasaran, semua anggota rombongan mengejar sosok tersebut dan terlihat bahwa yang mereka lihat bukanlah manusia melainkan "Mahluk Halus/ Jin".
 
# Dusun Tanah Periuk di Abad berkembang lagi menjadi Dusun Tanah Bekali
Rasa capek dan lelah yang sangat menjadikan rombongan tidak sanggup lagi meneruskan perjalanan. Anggo Karti salah satu rombongan Mataram memilih menetap di daerah tersebut. Sedangkan beberapa orang anggota rombongan lebih memilih kembali pulang ke Balai Panjang. Anggo Karti dan rombongan yang memilih menetap tersebut menamakan daerah tersebut Rambah (Desa Rambah sekarang).
# Dusun Lubuk Landai berkembang dan menjadi dusun baru: 1) Dusun Pematang Panjang, 2) Dusun Tebing Tinggi, 3) Dusun Sungai Lilin 4) Pasar Lubuk Landai 5) Sungai Gambir.
# Dusun Rantau Embacang menjadi dusun 1) Paku Aji, 2) Rantau Makmur 3) Pasar Rantau Embacang.
# Dusun Sungai Mancur dimekarkan menjadi Dusun Sungai Tembang
 
== Pemerintahan ==
Setelah sekian lama, rombongan Sri Mangkubumi menetap di Balai Panjang, maka rombongan tersebut banyak yang membuka daerah-daerah baru yang kemudian menjadi Desa- Desa pada hari ini. Tersebut pula kisah tentang seorang yang bernama Berambai Lidah yang memutuskan untuk membangun pemukiman di daerah kebun kapas Sri Mangkubumi yang terletak di Desa Lubuk Landai hari ini. Orang-orang Tanah Periuk menamakan dia juga "Orang Tuo Tengka". Orang ini diyakini sebagai pendiri desa Lubuk Landai saat ini
Pemerintahan di Kecamatan Tanah Sepenggal dipimpin oleh camat. Untuk tingkatan Desa (Dusun) dipimpin oleh Rio yang memiliki gelarnya masing-masing:
 
# Rio Derpo, gelar untuk Rio Tanah Periuk
Lubuk Landai sendiri berasal dari Kata Lebak Landai. Lebak merupakan kawasan rawa yang genangan airnya dipengaruhi air hujan atau luapan sungai. Landai konon mengacu pada Landai (Sarung) Keris yang terjatuh di Lebak tersebut. Namun hal yang berbeda dituturkan oleh tetua lubuk landai yang meyakini bahwa leluhur mereka adalah Pakubuwono, Keponakan Sri Mangkubumi yang menyusul pamannya dalam rombongan kedua dari Mataram.
# Rio Suko Berajo, gelar untuk Rio Rantau Embacang
# Rio Suko Berajo, gelar untuk Rio Rantau Makmur
# Rio Suko Berajo, gelar untuk Rio Paku Aji
# Rio Mudo, gelar untuk Rio Lubuk Landai
# Rio Mudo Istano Rajo, gelar untuk Rio Sungai Lilin
# Rio Mudo Empang Besi, gelar untuk Rio Pematang Panjang
# Rio Sri Anum Jelmu Kembang, gelar untuk Rio Sungai Puri
# Rio Mudo Penrum Gajah, gelar untuk Rio Tebing Tinggi
# Rio Anggo Karti, gelar untuk Rio Sungai Mancur
# Rio Mudo Anggo Karti, gelar untuk Rio Sungai Tembang
# Rio Mudo Tuo Sekato, gelar untuk Rio Embacang Gedang
 
== Pendidikan ==
Dalam perkembangannya, rombongan maupun keturunan dari orang-orang yang berada di Balai Panjang berhasil mendirikan 7 Desa diluar Balai Panjang. Sehingga diawal kemerdekaan ada 8 Desa dan setiap desa tersebut mempunyai pemimpin dengan gelar masig-masing:
 
== Kebudayaan ==
1. Desa Balai Panjang/ Tanah Periuk
{{Tanah Sepenggal Lintas, Bungo}}
{{Kabupaten Bungo}}
 
{{Authority control}}
2. Desa Candi
 
3. Desa Rantau Embacang
 
4. Desa Empelu
 
5. Desa Teluk Pandak
 
6. Desa Tanjung
 
7. Desa Lubuk Landai
 
8. Desa Sungai Mancur
 
Hingga hari ini jumlah desa terus bertambah akibat pemekaran wilayah. Dimasa lampau orang-orang yang berada di Tujuh Desa menganggap jika ke Balai Panjang artinya "Pulang Kampung" karena mereka tahu bahwa semua leluhur mereka berasal dari Balai Panjang, titik awal Marga Tanah Sepenggal bermula. Keturunan yang berasal dari Balai Panjang tidak hanya sebatas Kecamatan Tanah Sepenggal hari ini saja namun diyakini hingga ke Lubuk Banteng, Kecamatan Bathin III.
 
Sejak tahun 2006, Tanah Sepenggal dimekarkan sehingga terbentuk kecamatan baru Tanah Sepenggal Lintas. Dua Wilayah kecamatan ini hanya terpisah oleh Sungai Batang Tebo. Bagian Selatan Sungai dinamakan Tanah Sepenggal, sedangkan bagian utara  yang dilewati oleh Jalan Lintas Sumatera disebut Tanah Sepenggal Lintas.
 
Desa yang berada di Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas hari ini :
 
1. [[Embacang Gedang, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo|Embacang Gedang]]
 
2. [[Lubuk Landai, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo|Lubuk Landai]]
 
3. [[Paku Aji, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo|Paku Aji]]
 
4. [[Pematang Panjang, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo|Pematang Panjang]]
 
5. [[Rantau Embacang, Tanah Sepenggal Lintas, Bungo|Rantau Embacang]]
 
6. Rantau Makmur
 
7. Sungai Lilin
 
8. Sungai Mancur
 
9. Sungai Puri
 
10.Sungai Tembang
 
11.Tanah Periuk
 
12.Tebing Tinggi
 
Desa yang berada di Kecamatan Tanah Sepenggal:
 
1.Candi
 
2.Empelu
 
3.Pasar Lubuk Landai
 
4.Pasar Rantau Embacang
 
5.Sungai Gambir
 
6.Tanah Bekali
 
7.Tanjung
 
8.Telentam
 
9.Teluk Pandak
 
Hingga hari ini tidak diketahui makam Sri Mangkubumi. Dipercaya bahwa mangkubumi pulang kembali ke Mataram. Di awal-awal kemerdekaan saat masih menganut SistemPasirah sebagai pemimpin Kecamatan / Marga Tanah Sepenggal,  masih tersisa benda-benda bersejarah berupa Gupil (Stempel), Piagam, Pedang, Sundang, Parang, Tombak, Baju Kerajaan, Ikat Pinggang. Namun hari ini barang-barang tersebut telah hilang, konon yang tersisa hanya ikat pinggan dan baju kerajaan yang hari  ini tidak semua orang yang bisa melihat.
 
== Gelar Adat Di Tanah Sepenggal Lintas ==
Sebelum UU No.5 Tahun 1979 desa-desa di Tanah Sepenggal dan Tanah Sepenggal Lintas dipimpin oleh seseorang bergelar Rio. Rio ini dibantu oleh:
 
1. Patih
 
2. Ngebi
 
3. Debalang Batin
 
4. Juru Tulis
 
Setelah berlakunya UU tersebut pada masa orde baru, maka Rio diganti oleh Kepala desa dan pembantunya dilebur menjadi perangkat desa seperti kepala Dusun, RT, RW, dll.
 
Adapun di Tanah Sepenggal, Setiap Rio mempunyai gelar sesuai asal daerahnya. Berikut gelar tersebut.
 
1. Rio Darno gelar untuk pemimpin Desa Balai Panjang/ Tanah Periuk
 
2. Rio Sri Tanwah gelar untuk pemimpin Desa Pegoda/ Candi
 
3. Rio Mudo gelar untuk pemimpin Desa Lubuk Landai
 
4. Rio Suko Berajo gelar untuk pemimpin Desa Rantau Babancang / Rantau Embacang
 
5. Rio Indo Jayo gelar untuk pemimpin Desa Empelu
 
6. Rio Muko-Muko gelar untuk pemimpin Desa Teluk Pandak
 
7. Rio Sanggam gelar untuk pemimpin Desa Tanjung
 
8. Rio Anggorkarti gelar untuk pemimpin Desa Sungai Mancur
 
== Referensi ==
Sumber: Muhammad, H.M, ''Hukum Adat Desa Tanah Periuk'', 2003
{{Tanah Sepenggal Lintas, Bungo}}
{{Kabupaten Bungo}}
 
{{kecamatan-stub}}