Epoché: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP75Jajang (bicara | kontrib)
Tambah tokoh
Tag: BP2014
Faredoka (bicara | kontrib)
add {{Pyrrhonisme}}
 
(36 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Pyrrhonisme}}'''Epoché''' adalah istilahsalah dalamsatu [[Fenomenologi Agama]] yang digunakan untuk mengatakanprinsip [[objektivitasnetral]] dalam [[analisis]] sebuahpenelitian [[fenomena]] keagamaan dengan cara menundamenangguhkan terlebih dahulu [[persepsi]] awal, penilaian [[normatif]] [[agama]] dan membiarkansudut [[fakta]]pandang yangpeneliti berbicarasebagai apapemeluk adanyaagama, guna memperoleh hasil penelitian yang [[objektif]].<ref name="Editor">Editor: Burhanuddin Daya, H. L. Beck. ''Ilmu perbandinganPerbandingan agamaAgama di Indonesia dan Belanda: KumpulKumpulan Makalah Seminar''. INISJakarta: JakartaINIS. 1992. Hlm 54.</ref> Secara [[Etimologietimologi]], epoché berasal dari bahasa [[Yunani]] ([[wikt:ἐποχή|ἐποχή]] dibaca ''epoché'') yang berarti [[waktu]]pembatalan, pengurungan (''bracketing''), dalam [[konteks]] ini diartikan sebagai ''suspension of judgement'' atau penangguhan keputusan dalam arti [[bahasaBahasa Indonesia]].<ref>{{en}}[http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus%3Atext%3A1999.04.0057%3Aentry%3De%29poxh%2F ἐποχή] in Liddell and Scott's ''Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon''.</ref>
{{InuseBP | BP75Jajang | 11 April | 1 April 2014}}
 
'''Epoché''' adalah istilah dalam [[Fenomenologi Agama]] yang digunakan untuk mengatakan [[objektivitas]] dalam [[analisis]] sebuah [[fenomena]] keagamaan dengan cara menunda penilaian [[normatif]] [[agama]] dan membiarkan [[fakta]] yang berbicara apa adanya.<ref name="Editor">Editor: Burhanuddin Daya, H. L. Beck. ''Ilmu perbandingan agama di Indonesia dan Belanda: Kumpul Makalah Seminar''. INIS: Jakarta. 1992. Hlm 54.</ref> Secara [[Etimologi]], epoché berasal dari bahasa [[Yunani]] ([[ἐποχή]] dibaca ''epoché'') yang berarti [[waktu]], dalam [[konteks]] ini diartikan sebagai ''suspension of judgement'' atau penangguhan keputusan dalam arti [[bahasa Indonesia]].<ref>http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus%3Atext%3A1999.04.0057%3Aentry%3De%29poxh%2F</ref>
== Sejarah ==
Meskipun berasal dari bahasa Yunani yang [[klasik]], namun istilah epoché mulai sering digunakan dalam Fenomenologi Agama pada abad ke-19 yang disebut dengan [[Abad Pencerahan]] sebagai salah satu [[respon]] terhadap [[subjektivitas]] umat beragama waktu itu.<ref name="Rusli">Rusli. Pendekatan ''Fenomenologi di dalam Studi AGAMA''. UIN Sunan Ampel: Surabaya. 2008. Hlm 3.</ref>
Epoché pada mulanya digunakan oleh aliran [[Pyrrhonisme]], yaitu aliran filsafat Yunani sekitar abad 272 SM yang dibangun oleh seorang [[filsuf]] yang bernama Pyrrhon untuk mengungkapkan keraguan dalam ilmu pengetahuan, maka ia pun dianggap sebagai pendiri [[skeptisisme]] kuno Yunani.<ref name="Enc">{{en}}Encyclopædia Britannica Online [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/485099/Pyrrhonism ''"Pyrrhonism."''] Diakses 3 April 2014.</ref> Ia juga dikenal sebagai pria bijak yang selalu berusaha menghindari perselisihan dalam ilmu pengetahuan tertentu dengan cara menangguhkan penilaian (praktik epoché) untuk diteliti terlebih dahulu.<ref name="Enc"/> Pyrrhonism sangat memengaruhi pemikiran para filsuf Eropa abad ke-17,<ref name="Enc"/> terbukti dengan adanya istilah ini dalam tulisan-tulisan [[Kant]] pada tahun 1765.<ref name="Rusli">Rusli. [http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/viewFile/29/27.pdf ''Pendekatan Fenomenologi di dalam Studi Agama''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140407074638/http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/viewFile/29/27.pdf |date=2014-04-07 }}. Surabaya: UIN Sunan Ampel. 2008. Hlm 3.</ref> Kemudian dipopulerkan oleh [[Edmund Husserl]] seorang filsuf [[Jerman]] dalam metode penelitian fenomena keagamaan sebagai respon terhadap penilaian-penilaian subjektif umat sekaligus kritik [[sistematis]] terhadap [[modernisme]].<ref name="Ito">Ito Prajna-Nugroho. [http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=1073 ''FENOMENOLOGI SEBAGAI SUATU SIKAP HIDUP: Selayang Pandang mengenai Fenomenologi Edmund Husserl dan Martin Heidegger''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140407080032/http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=1073 |date=2014-04-07 }}</ref>
Istilah epoché pertama kali digunakan oleh [[Edmund Husserl]], seorang [[filsuf]] [[Jerman]]. <ref name="Rusli"/> Namun menurut [[Kockelmas]], istilah epoché ini telah digunakan pada tahun 1765 dalam tulisan-tulisan [[Kant]]. <ref name="Rusli"/>
 
= Epoché dan Fenomenologi Agama =
 
Epoché digagaskan pertama kali dalam kajian [[fenomenologi agama]] oleh Husserl pada abad ke-19,<ref name="Edmund">{{en}} Edmund Husserl. [http://books.google.co.id/books?id=u70mkJA3ZfAC&printsec=frontcover&dq=Edmund+Husserl&hl=en&sa=X&ei=-lg9U8rwLIP1iQf99IDgBw&redir_esc=y#v=onepage&q=Epoche&f=false ''Phenomenology and the Foundations of the Sciences.''] Belanda: Martinus Nijhoff. 1980. Hlm 65. Diakses 3 April 2014.</ref> di antara karyanya adalah ''"Phenomenology and the Foundations of the Sciences"'',<ref name="Edmund"/> ''"Logische Untersuchungen (Logical Investigations)'' (1901, 1913) dan ''"Meditations Cartésiennes (Cartesian Meditations)"'' (1931).<ref name="Yuliana">Yuliana Rakhmawati. [http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/fix%203%20Pengalaman%20fenomenologi.pdf ''Membaca Pengalaman dan Kesadaran: Konstruksi dalam Perspektif Fenomenologi''.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140801224044/http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/fix%203%20Pengalaman%20fenomenologi.pdf |date=2014-08-01 }} Madura: Jurnal Universitas Trunijoyo. Hlm 3.</ref>
 
Menurut Husserl, fenomenologi merupakan sebuah studi tentang struktur kesadaran yang memungkinkan kesadaran-kesadaran tersebut menunjuk kepada objek-objek di luar dirinya.<ref name="Rusli"/> Namun, semua itu tetap membutuhkan refleksi dari peneliti mengenai fenomena tersebut dengan mengenyampingkan segalanya.<ref name="Rusli"/> Husserl menyebut tipe refleksi ini dengan "[[reduksi]] fenomenologis", ia mencoba menghapus konsep dan konstruk pandangan seseorang dalam penelitiannya.<ref name="Rusli"/>
 
Epoché menjadi ciri khas dalam fenomenologi Husserl, khususnya dalam kecermatannya memperlihatkan dua hal penting:<ref name="Ito"/>
* Kecermatan Melihat Masalah
Kecermatan dalam menunjukkan akar permasalahan mendasar yang ada pada zaman modern, yaitu kesalahpahaman dalam memahami sifat dasar dunia dan sifat dasar manusia.<ref name="Ito"/>
* Kecermatan Melihat Solusi
Kecermatannya dalam menunjukkan jalan keluar dari permasalahan modern tersebut, yaitu melalui sikap fenomenologis, khususnya epoché.<ref name="Ito"/>
 
Dalam karyanya, ''"Logische Untersuchungen"'' (Penyelidikan-penyelidikan Logika), dan ''"Philsophie als Strenge Wissenschaft"'', (Filsafat sebagai Ilmu yang Kuat), Husserl memperlihatkan bahwa filsafat modern terjebak ke dalam perbedaan kategori yang salah antara oubjek dan objek.<ref name="Ito"/> Menurutnya, seluruh gerak pemikiran modern sejak [[Descartes]], [[Hegel]], dan [[John Stuart Mill]] hanya merupakan gerak [[psikologis]] yang bersifat subjektif terhadap seluruh realitas, kemudian mendudukkan manusia sebagai pusat seluruh pengetahuan.<ref name="Ito"/> Pandangan Husserl ini menjadi dasar baginya untuk menyebut filsafat modern sebagai psikologisme.<ref name="Ito"/> Sedangkan psikologisme menjadikan manusia yang sadar itu sebagai awal dari segala sesuatu, dan kemudian seluruh realitas itu, akhirnya akan kembali kepada kesadaran manusia sendiri.<ref name="Ito"/> Inilah semangat [[optimisme]] modern yang pada awalnya bertujuan menegakkan kedudukan manusia sebagai manusia seutuhnya, tetapi terjebak ke dalam pemutlakkan atas manusia dan rasionya.<ref name="Ito"/>
 
== Karakteristik ==
Epoché memiliki sifat netral dalam penelitian keagamaan, terhindar dari penilaian yang dikonsepkan sebelumnya oleh seorang pemeluk agama yang meneliti fenomena keagamaan.<ref name="Mariasusai">Mariasusai Dhavamony. ''Fenomenologi Agama''. Yogyakarta: Kanisius. 1995. Hlm 34.</ref> Sehingga seorang fenomenolog dituntut untuk mendeskripsikan dan menjelaskan secara [[empiris]] suatu fenomena keagamaan, tanpa sudut pandang subjektif fenomenolog sebagai pemeluk agama.<ref name="Mariasusai"/> Epoché berada pada wilayah [[filsafat]] sekaligus [[teologi]],<ref name="Mariasusai"/> namun fakta bahwa manusia [[religius]] dapat memengaruhi tindakan-tindakan dan tingkah lakunya, sehingga ketika ungkapan keagamaan tersebut muncul maka akan memasuki wilayah yang faktual.<ref name="Mariasusai"/> Artinya seorang fenomenolog tetap perlu mempertanyakan hakikat sebenarnya sebuah fenomena keagamaan melalui [[prinsip]] epoché tanpa harus terlibat untuk merumuskan baik-buruknya religius atau moral suatu kasus.<ref name="Mariasusai"/>
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
{{Authority control}}
[[Kategori:Humaniora]]
 
[[Kategori:Humaniora|epoche]]
[[Kategori:Filsafat|epoche]]
[[Kategori:Teologi|epoche]]