'''Kyai Juru Martani''' (lahir: ? - wafat: [[Mataram]], [[1615]]) adalah tokoh cerdik yang merupakan salah satu perintis [[Kesultanan Mataram]], ia menjabat sebagai [[patih]] pertama dalam sejarah [[Kesultanan Mataram]], bergelar '''Kyai Adipati Mandaraka'''. ▼
[[Berkas:Ki_Juru_Mertani.jpeg|jmpl|ka|200px|Lukisan Ki Juru Mertani]]
'''Adipati Mandaraka''' sangat visioner dan dikenal sebagai Patih yang memerintahkan penghijauan seluruh wilayah [[KESULTANAN MATARAM,]]
▲'''Kyai Juru Martani''' (lahir: ? - wafat: [[Mataram]], [[1615]]) adalah tokoh cerdik yang menjabat sebagai [[patih]] pertama dalam sejarah [[Kesultanan Mataram]], bergelar '''Kyai Adipati Mandaraka'''.
== Silsilah Ki Juru Martani ==
[[Ki Juru Martani ]] adalah putra '''Ki Ageng Saba''' atau '''Ki Ageng Madepandan''', putra Sunan Kedul, putra [[Sunan Giri]] anggota [[Walisanga]] pendiri [[Giri Kedaton]]. Ibunya adalah putri dari [[Ki Ageng Sela]], yang masih keturunan [[Brawijaya]] raja terakhir [[Majapahit]] (versi ''babad''). ▼
Ada beberapa versi mengenai asal-usul Ki Juru Martani, diantaranya adalah :
* [http://kiagengmandaraka.blogspot.com/2011/06/saya-pengagum-beliau.html Versi 1]
▲[[Ki Juru Martani]] adalah putra '''Ki Ageng Saba''' atau '''Ki Ageng Madepandan''', putra Sunan Kedul, putra [[Sunan Giri]] anggota [[Walisanga]] pendiri [[Giri Kedaton]]. Ibunya adalah putri dari [[Ki Ageng Sela]], yang masih keturunan [[Brawijaya]] raja terakhir [[Majapahit]] (versi ''babad'').
Juru Martani memiliki adik perempuan bernama Nyai Sabinah yang menikah dengan [[Ki Ageng Pamanahan]], putra Ki Ageng Ngenis, putra [[Ki Ageng Sela]]. Dengan demikian, [[Ki Ageng Pemanahan]] adalah adik sepupu sekaligus ipar Juru Martani.
Juru Martani memiliki beberapa orang anak yang menjadi bangsawan pada zaman [[Kesultanan Mataram]], antara lain [[Pangeran Mandura]] dan [[Pangeran Juru Kiting]].
Pangeran Mandura berputra [[Pangeran Mandurareja]] dan [[Pangeran Upasanta]]. Mandurareja pernah mencoba berkhianat pada pemerintahan [[Sultan Agung]] tapitetapi batal. Ia kemudian ikut menyerang [[Batavia]] yahuntahun [[1628]] dan dihukum mati di sana bersama para panglima lainnya karena kekalahannya. Sementara itu Upasanta diangkat menjadi bupati [[Batang]]. Putrinya dinikahi [[Sultan Agung]] sebagai [[selir]], yang kemudian melahirkan [[Amangkurat I]].
* Sunan Giri berputra (salah satu) :
# Sunan Kedul / Sunan Giri II
## Ki Ageng Made Pandan / Ki Ageng Saba
### Ki Juru Martani
#### Pangeran Mandura
##### Pangeran Mandurareja
##### Pangeran Upasanta
###### Kanjeng Ratu Batang istri [[Sultan Agung]]
####### [[Amangkurat I]]
#### Pangeran Juru Kiting
### Nyai Sabinah istri [[Ki Ageng Pamanahan]]
<br />
* [http://kincho-ngerang.blogspot.com/ Versi 2]
Ki Ageng Wanasaba merupakan cucu dari Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit dan merupakan putra Raden Bondan Kejawan, Lembu Peten , putra Brawijaya V yang menikah dengan Nawangsih, dan Nawangsih sendiri putri dari Ki jaka Tarub yang menikah dengan Dewi Nawang wulan ( epos Jaka Tarub ), memiliki putra 3 : Ki Ageng Wanasaba, [[Ki Ageng Getas Pandawa]], dan Nyai Ageng Ngerang / Roro Kasihan.
Ki Ageng Wanasaba mempunyai Putra yaitu Pangeran Made Pandan, nama lain dari Ki Ageng Pandanaran. Pangeran Made Pandan mempunyai putra Ki Ageng Pakiringan yang mempunyai istri bernama Rara Janten. Dari pasangan ini mempunyai empat Putra yaitu Nyai Ageng Laweh, Nyai Ageng Manggar, Putri dan [[Ki juru Mertani]].
<br />
* [[Bhre Kertabhumi]] memiliki putra :
# [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] menikah dengan Dewi Nawangsih, berputra :
## Ki Ageng Wanasaba, berputra :
### Pangeran Made Pandan / Ki Ageng Pandanaran, berputra :
#### Ki Ageng Pakringan menikah dengan Rara Janten, berputra :
##### Nyai Ageng Laweh
##### Nyai Ageng Manggar
##### Putri
##### '''Ki Juru Martani'''
* [http://www.jatiningjati.com/2009/08/akan-banyak-orang-yang-tidak-percaya.html Versi 3]
Ki Ageng Wonosobo berputra Pangeran Made Pandan yang dibeberapa literatur yang saya baca merupakan nama lain dari Ki Ageng Pandanaran pendiri Kota Semarang pada era Demak Bintoro. Pangeran Made Pandan berputra Ki Ageng Saba. Ki Ageng Saba ini ada kemiripan dengan Ki Ageng Wonosobo namun tidak jelas apakah keberadaan Ki Ageng Saba ada kaitannya dengan Wonosobo tempo dulu.
Selanjutnya, Ki Ageng Sobo mempunyai seorang putri yang menikah dengan Ki Ageng Pemanahan yaitu Nyi Ageng Pemanahan yang merupakan Ibu dari Sutowijoyo atau lebih dikenal dengan Panembahan Senopati ing Alogo Syekh Sayyidina Pranoto Gomo (Panembahan Loring Pasar ? )pendiri Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede Yogyakarta. Dari Penembahan Senopati ini turunlah trah Ki Ageng Wonosobo menjadi raja-raja Mataram Islam sampai dengan era Kasunan, Ngayogyakrto Hadiningrat, dan Mangkunegaran sekarang ini.
* [[Bhre Kertabhumi]] memiliki putra :
# [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] menikah dengan Dewi Nawangsih, berputra :
## Ki Ageng Wanasaba, berputra :
### Pangeran Made Pandan / Ki Ageng Pandanaran, berputra :
#### Ki Ageng Saba
##### Nyai Ageng Pamanahan atau Nyai Sabinah
== Peran Awal Ki Juru Martani ==
[[Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Panjawi semula tidak berani mengikuti sayembara karena takut pada kesaktian [[Arya Penangsang]]. Setelah Ki Juru Martani berjanji menjadi pengatur strategi, maka keduanya pun berangkat mendaftar.
<br />
== Ki Juru Martani sebagai Perintis Kesultanan Mataram ==
Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.
Kerajaan Mataram Islam dirintis oleh tokoh-tokoh keturunan [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] putra [[Bhre Kertabhumi]]. Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah '''[[Ki Ageng Pamanahan]], [[Ki Juru Martani]]''' dan '''[[Ki Panjawi]]''' mereka bertiga dikenal dengan '''"Tiga Serangkai Mataram"''' atau istilah lainnya adalah '''"Three Musketeers from Mataram"'''. Disamping itu banyak perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti : [[Bondan Kejawan]], [[Ki Ageng Wonosobo]], [[Ki Ageng Getas Pandawa]], [[Nyai Ageng Ngerang]] dan [[Ki Ageng Ngerang]], [[Ki Ageng Made Pandan]], [[Ki Ageng Saba]], [[Ki Ageng Pakringan]], [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan tokoh lainnya dari keturunanan masing-masing. Mereka berperan sebagai leluhur Raja-raja Mataram yang mewarisi nama besar keluarga keturunan [[Brawijaya]] majapahit yang keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama '''Ki, Ki Gede, Ki Ageng' Nyai Gede, Nyai Ageng''' yang memiliki arti : ''tokoh besar keagamaan dan pemerintahan yang dihormati yang memiliki kelebihan, kemampuan dan sifat-sifat kepemimpinan masyarakat''.
Ada beberapa fakta yang menguatkan mereka dianggap sebagai perintis Kesultanan Mataram yaitu :
<br />
* '''Fakta 1''' : Tokoh-tokoh perintis tersebut adalah keturunan ke 1 sampai dengan ke 6 raja Majapahit terakhir '''[[Bhre Kertabhumi]] yang bergelar [[Brawijaya]] V''', yang sudah dapat dipastikan masih memiliki pengaruh baik dan kuat terhadap Kerajaan yang memerintah maupun terhadap masyarakat luas;
<br />
* '''Fakta 2''' : Tokoh-tokoh tersebut adalah keturunan Silang/Campuran dari Walisongo beserta leluhurnya yang terhubung langsung kepada Imam '''[[Husain bin Ali]]''' bin '''[[Abu Thalib]]''', yang sudah dapat dipastikan mendapatkan bimbingan ilmu keagamaan (Islam) berikut ilmu pemerintahan ala [[khilafah]] / kekhalifahan islam jajirah Arab. Hal ini terbukti dalam aktivitas keseharian mereka juga sering berdakwah dari daerah satu ke daerah lainnya dengan mendirikan banyak Masjid, Surau dan Pesantren;
<br />
* '''Fakta 3''' : Para perintis tersebut pada dasarnya adalah '''"Misi"''' yang dipersiapkan oleh para Seikh dan para Wali (Wali-7 dan Wali-9) termasuk '''para Al-Maghrobi''' yang bertujuan "mengislamkan Tanah Jawa" secara sistematis dan berkelanjutan dengan cara menyatu dengan garis keturunan kerajaan.
<br />
* '''Fakta 4''' : Suksesi [[Kesultanan Demak]] ke [[Kesultanan Pajang]] kemudian menjadi [[Kesultanan Mataram]] pada dasarnya adalah kesinambungan dari "Misi" sesuai Fakta 3, seperti juga yang terjadi dengan Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Sumedang Larang, Kerajaan Talaga Majalengka dan Kerajaan Sarosoan Banten, diluar adanya perebutan kekuasaan.
<br />
Dengan demikian dari keempat fafta di atas, jelas sudah bahwa terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa, sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul Bait" seperti para Seikh dan para Wali.
<br />
== Strategi untuk Membunuh Arya Penangsang ==
Strategi untuk mengalahkan adipati Jipang disusun rapi oleh Juru Martani. Mula-mula [[Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Panjawi mendaftar sayembara sambil membawa serta [[Sutawijaya]] (putra kandung [[Ki Ageng Pemanahan]]). [[Hadiwijaya]] merasa tidak tega karena [[Sutawijaya]] telah menjadi anak angkatnya. Maka, ia pun memberikan pasukan [[Pajang]] untuk mengawal [[Sutawijaya]].
Pasukan [[Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Panjawi yang terdiri atas gabungan orang [[Pajang]] dan Sela berangkat dan menunggu di sebelah barat Sungai Bengawan Sore. Juru Martani melarang mereka menyeberang karena sungai tersebut sudah dimantrai oleh [[Sunan Kudus]], guru [[Arya Penangsang]].
Juru Martani kemudian menangkap tukang kuda musuh yang sedang mencari rumput. Telinga orang itu dipotong dan ditempeli surat tantangan atas nama [[Hadiwijaya]].
== Kesaktian Ki Juru Martani ==
Juru Martani tidak hanya dikisahkan cerdik, tapitetapi juga memiliki kesaktian tinggi, meskipun tidak pernah diceritakan bertarung melawan musuh.
''[[Babad Tanah Jawi]]'' mengisahkan, [[Sutawijaya]] memiliki putra sulung bernama Raden Rangga yang suka memamerkan kesaktiannya. Suatu hari Raden Rangga disuruh pergi ke rumah Juru Martani untuk berguru. Pemuda itu pun berangkat dengan setengah hati karena merasa lebih kuat dari padadaripada Juru Martani.
Sesampainya di tujuan, Juru Martani sedang [[salat]]. Raden Rangga menunggu di teras [[mushala]] sambil iseng melubangi batu lantai menggunakan jari. Juru Martani muncul dari dalam dan mengatakan kalau batu mushala tersebut keras jadi jangan buat mainan. Seketika itu juga, Raden Rangga tidak mampu lagi melubangi batu mushala dengan jarinya.
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
[[Kategori:KesultananTokoh Mataram]]
<br />
{{start box}}
{{s-ach}}
{{succession box |
before=[[Ki Ageng Enis]]<br />[[Ki Ageng Saba]] |
title=[[Perintis Kesultanan Mataram]] |
years=1478-1587 |
after=[[Pangeran Mandura]]
}}
{{end box}}
|