Bahasa jurnalistik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP49Khoirur (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
k Bot: Mengganti kategori Jurnalisme dengan Kewartawanan
 
(20 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Bahasa jurnalistik''' adalah [[bahasa]] [[komunikasi]] massa yang berfungsi sebagai pemberi [[informasi]] kepada [[publik]], atau dapat diartikan sebagai [[bahasa]] [[komunikasi]] pengantar pemberitaan yang biasa digunakan [[media cetak]] dan [[elektronik]].<ref name="Bajur">Suhaemi dan Nasrullah. Ruli. 2009. ''Bahasa Jurnalistik''. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.</ref>
{{InuseBP|BP49Khoirur|27 Juni 2014|1 April 2014}}
 
Bahasa jurnalistik harus menggunakan [[bahasa baku]], atau dengan kata lain harus sesuai dengan [[Ejaan Yang Disempurnakan]] (EYD).<ref name="Bajur"/> Selain itu, bahasa jurnalistik juga harus mudah dipahami oleh pembacanya, karena pembaca tidak punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-kata yang sulit.<ref name="Bajur"/>
[[File:Bajur.jpg|thumb|Ilustrasi Bahasa Jurnalistik]]
 
[[Bahasa]] merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau [[publik]], jelas tidaknya [[informasi]] sangat ditentukan oleh benar tidaknya [[bahasa]] yang dipakai.<ref name="Tebba">Tebba. Sudirman. 2005. ''Jurnalistik Baru''. Jakarta: Kalam Indonesia.</ref> Untuk itu, dunia [[pers]] atau [[jurnalistik]] sebagai pemberi [[informasi]] kepada [[publik]] harus menggunakan [[bahasa]] yang baik dan benar agar khalayak atau [[publik]] dapat memahami maksud yang ingin disampikan.<ref name="Tebba"/>
 
'''Bahasa jurnalistik''' adalah [[bahasa]] [[komunikasi]] massa yang berfungsi sebagai pemberi [[informasi]] kepada [[publik]], atau dapat diartikan sebagai [[bahasa]] [[komunikasi]] pengantar pemberitaan yang biasa digunakan [[media cetak]] dan [[elektronik]].<ref name="Bajur">Suhaemi dan Nasrullah. Ruli. 2009. ''Bahasa Jurnalistik''. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.</ref> [[Rosihan Anwar]], [[tokoh pers]] terkemuka, menyatakan bahwa [[bahasa]] yang biasa digunakan oleh [[wartawan]] disebut [[bahasa]] [[pers]] atau bahasa jurnalistik.<ref name="Bajur"/> [[Bahasa]] [[pers]] ialah salah satu [[ragam bahasa]] yang memiliki sifat yang khas dalam praktiknya yaitu singkat, padat, lugas, sederhana, lancar, jelas, dan menarik.<ref name="Bajur"/> Penggunaan bahasa jurnalistik harus harus berdasarkan pada [[bahasa baku]], atau dengan kata lain harus sesuai dengan [[Ejaan Yang Disempurnakan]] (EYD).<ref name="Bajur"/> Selain itu, bahasa jurnalistik juga harus mudah dipahami oleh pembacanya, karena pembaca tidak punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-kata yang sulit.<ref name="Bajur"/>
 
Berbeda dengan [[bahasa percakapan]] atau ragam bahasa lainnya yang sering bersifat [[asosial]], [[akultural]], [[egois]], dan [[elitis]], bahasa jurnalistik justru sangat [[demokratis]] dan [[populis]], karena dalam bahasa jurnalistik tidak mengenal [[kasta]], tingkat, maupun [[pangkat]].<ref name="Bajur"/> Sebagai contoh, jika dalam [[bahasa percakapan]] menyebut “Bapak Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]]”, sedangkan dalam bahasa jurnalistik hanya ditulis “[[Susilo Bambang Yudhoyono]]”.<ref name="Bajur"/> Artinya, semua diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggikan derajat [[kelas sosialnya]].<ref name="Bajur"/> Sejauh ini bahasa jurnalistik mulai beragam digunakan untuk menulis [[berita]] [[ekonomi]], [[politik]] ataupun [[tajuk rencana]], disesuaikan dengan angle tulisan, sumber [[berita]], dan keterbatasan [[media massa]] (ruang dan waktu).<ref name="Bajur"/>
[[A.M Dewabrata]] menegaskan bahwa maksud pernyataan bahasa jurnalistik sebagai ragam [[Bahasa Indonesia]] bagi [[wartawan]] dalam menulis berita, merujuk kepada pengertian umum yang membedakan dengan ragam lainnya yang dapat dibedakan dalam bentuk [[kalimat]], [[klausa]], [[frasa]], [[diksi]] atau kata-kata.<ref name="Dewabrata"> Dewabrata. A.M. 2004. ''Kalimat Jurnalistik''. Jakarta: Kompas.</ref> Untuk itu, [[pers]] berkualitas senantiasa menjaga reputasi dan wibawanya di mata khalayak atau [[publik]], antara lain dengan senantiasa menghindari penggunaan [[diksi]] atau kata yang diasumsikan tidak sopan, vulgar, atau mengumbar selera rendah.<ref name="Sumadiria">Sumadiria. AS Haris. 2005. ''Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature''. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.</ref>
 
== Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik ==
 
Bahasa jurnalistik memiliki 1716 ciri utama yang berlaku untuk semua bentuk media massa.<ref name="Bajur"/> Yakni singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, [[demokratis]], [[populis]], [[logis]], [[gramatikal]], menghindari kata tutur, menghindari kata dan [[istilah asing]], pemilihan [[diksi]] atau kata yang tepat, [[kalimat aktif]], menghindari kata-kata [[teknis]], dan sesuai dengan kaidah etika atau [[Ejaan Yang Disempurnakan]] (EYD).<ref name="Bajur"/> Berikut perinciannya:<ref name="Bajur"/>
 
# Sederhana: selalu memilih kata atau [[kalimat]] yang mudah dimengerti oleh sebagian besar khalayak atau pembaca
1. Sederhana
# Singkat: langsung menuju kepada pokok masalah atau pembahasan. Bahasa jurnalistik dilarang bertele-tele, tidak berputar-putar, dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan.
 
# Padat: Bahasa Jurnalistik harus sarat [[informasi]], artinya setiap [[kalimat]] dan [[paragraf]] memuat banyak informasi penting dan menarik, serta layak untuk disajikan kepada pembaca
Sederhana berarti selalu memilih kata atau [[kalimat]] yang mudah dimengerti oleh sebagian besar khalayak atau pembaca
# Lugas: tegas, tidak [[ambigu]], sekaligus menghindari [[eufemisme]] atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampikan dalam sebuah berita
 
# Jelas: mudah dipahami atau ditangkap maksudnya, tidak baur, atau dengan kata lain jelas susunan kalimat sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-keterangan (SPOK)
 
# Jernih: tidak menyembunyikan sesuatu yang bersifat negatif seperti fitnah atau prasangka
2. Singkat
# Menarik: mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, atau membuat pembaca penasaran sehingga timbul rasa ingin terus membaca
 
# Demokratis: bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, [[kasta]], atau dapat diartikan penyamarataan [[status sosial]]. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun secara sama rata, baik itu [[presiden]], [[buruh]], [[petani]], bahkan [[pemulung]], semua diperlakukan sama dalam hal [[teknis]] penyajian [[informasi]]
Singkat berarti langsung menuju kepada pokok masalah atau pembahasan. Artinya, bahasa jurnalistik dilarang bertele-tele, tidak berputar-putar, dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan
# Populis:setiap diksi atau kata, istilah, atau kalimat apa pun bentuknya harus akrab di [[telinga]], di mata, dan di benak pikiran khalayak, pendengar, [[pemirsa]], atau pembaca
 
# Logis: apa pun yang ada dalam kata, istilah, [[kalimat]], atau [[paragraf]] dalam karya [[jurnalistik]] harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat ([[common sense]])
 
# Gramatikal: kata, istilah, atau [[kalimat]] apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku
3. Padat
# Menghindari kata tutur: menghindari bahasa sehari-hari secara informal, misalnya kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan di [[warung kopi]], [[terminal]], [[bus kota]], atau di [[pasar]]
 
# Menghidari kata dan istilah asing: tidak terlalu banyak menggunakan istilah asing. Selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan pembaca
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat [[informasi]], artinya setiap [[kalimat]] dan [[paragraf]] memuat banyak informasi penting dan menarik, serta layak untuk disajikan kepada pembaca
# Pilih kata (diksi) yang tepat:Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tapi juga tidak boleh keluar dari asa efektivitas, artinya pemilihan setiap kata yang digunakan untuk sebuah berita harus tepat
 
# Mengutamakan kalimat aktif: Kalimat aktif lebih disukai oleh pembaca ketimbang kalimat pasif, maka disarankan menggunakan kalimat aktif dalam bahasa jurnalistik
 
# Menghindari kata atau istilah teknis: sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut, Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia [[kedokteran]], Kalaupun tak terhindarkan, maka istilah teknis tersebut harus disertai dengan penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kurung
4. Lugas
# Tunduk kepada akidah etika: bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar, sumpah serapah, hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata porno dan berselera rendah lainnya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.
 
[[Lugas]] berarti tegas, tidak [[ambigu]], sekaligus menghindari [[eufemisme]] atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampikan dalam sebuah berita
 
 
5. Jelas
 
Jelas berarti mudah dipahami atau ditangkap maksudnya, tidak baur, atau dengan kata lain jelas susunan kalimat sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-keterangan (SPOK)
 
 
6. Jernih
 
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang bersifat negatif seperti fitnah atau prasangka
 
 
7. Menarik
 
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, atau membuat pembaca penasaran sehingga timbul rasa ingin terus membaca
 
 
8. Demokratis
 
[[Demokratis]] berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, [[kasta]], atau dapat diartikan penyamarataan [[status sosial]]. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun secara sama rata, baik itu [[presiden]], [[buruh]], [[petani]], bahkan [[pemulung]], semua diperlakukan sama dalam hal [[teknis]] penyajian [[informasi]]
 
 
9. Populis
 
Populis setiap diksi atau kata, istilah, atau kalimat apa pun bentuknya harus akrab di [[telinga]], di mata, dan di benak pikiran khalayak, pendengar, [[pemirsa]], atau pembaca
 
 
10. Logis
 
Logis berarti apa pun yang ada dalam kata, istilah, [[kalimat]], atau [[paragraf]] dalam karya [[jurnalistik]] harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat ([[common sense]])
 
 
11. Gramatikal
 
[[Gramatikal]] berarti kata, istilah, atau [[kalimat]] apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku
 
 
12. Menghindari kata tutur
 
Kata tutur adalah bahasa sehari-hari secara informal, misalnya kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan di [[warung kopi]], [[terminal]], [[bus kota]], atau di [[pasar]]
 
 
13 Menghidari kata dan istilah asing
 
Berita ditulis untuk dibaca dan didengar, untuk itu berita yang terlalu banyak menggunakan istilah asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan pembaca
 
 
14. Pilih kata (diksi) yang tepat
 
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektifitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tapi juga tidak boleh keluar dari asa efektifitas, artinya pemilihan setiap kata yang digunakan untuk sebuah berita harus tepat
 
 
15. Mengutamakan kalimat aktif
 
Kalimat aktif lebih disukai oleh pembaca ketimbang kalimat pasif, maka disarankan menggunakan kalimat aktif dalam bahasa jurnalistik
 
 
16. Menghindari kata atau istilah teknis
 
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut, Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia [[kedokteran]], Kalau pun tak terhindarkan, maka istilah teknis tersebut harus disertai dengan penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kurung
 
 
17. Tunduk kepada kaidah etika
 
Pada bahasa tersimpul etika, yang mencerminkan pikiran sekaligus menunjukan etika seseorang. Untuk itu, dalam menjalankan fungsi mendidik, [[pers]] wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku
 
== Contoh Kata dan Kalimat dalam Bahasa Jurnalistik ==
Baris 103 ⟶ 35:
Merujuk pada prinsip bahasa jurnalistik yaitu singkat, padat, lugas, sederhana, lancar, jelas, dan menarik, untuk itu dibuat ketentuan dalam bahasa jurnalistik, antara lain:<ref name="Tebba"/>
 
1. Penggunaan kata harus ekonomis, Contohnya:<ref name="Tebba"/>
 
- Melakukan pencurian = mencuri
 
- Melakukan pencurian = mencuri
 
- Mengajukan saran = menyarankan
 
- Melakukan pemerasan = memeras
 
 
2. Disarankan menggunakan kalimat aktif, contohnya:<ref name="Tebba"/>
Baris 119 ⟶ 49:
- Harga Bahan Bakar Minyak akan dinaikkan pemerintah (Kalimat Pasif)
 
Dengan bahasa jurnalistik diharapkan sebuah informasi dapat mudah dimengerti oleh mereka dengan ukuran intelektual yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya.<ref name="Rosihan"/> Walaupun demikian, pada intinya bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai norma-norma tata bahasa yangantarayang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pemilihan kata yang tepat.<ref name="Rosihan">Anwar.Rosihan. 1991. ''Bahasa Jurnalistik dan komposisi''. Jakarta: Pradnya Paramita.</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Authority control}}
[[Kategori:Jurnalisme]]
 
[[Kategori:Kewartawanan]]
[[Kategori:Bahasa| ]]
[[Kategori:PersMedia]]
[[Kategori:Media Massa]]
[[Kategori:Komunikasi]]
[[Kategori:Informasi]]