Abdullah Said: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(48 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Kotak info tokoh
| name = Ust Abdullah Said
Abdullah Said adalah pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan yang kemudian menjadi organisasi massa Islam nasional bernama [[Hidayatullah (organisasi)|Hidayatullah]]. Abdullah Said lahir di sebuah desa yang bernama Lamatti Rilau, salah satu desa di wilayah kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Bertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945, dengan nama lahir Muhsin Kahar.▼
| image = Ust H Abdullah Said.jpg
| birth_date = {{birth date|1945|08|17}}
| birth_place = Lamatti Rilau, Sinjai,
| death_date = {{death date and age|1998|03|04|1945|08|17}}
| death_place = di Jakarta
| resting_place = di Balikpapan
| nationality = {{INA}}
| known_for = Pendiri [[Hidayatullah]]
| successor = K.H. Abdurrahman Muhammad
| spouse = Syarifah Aida Chered (Khirid)
| children = {{unbulleted list|Saidah|Ulfiatussu'adah|Hizbullah|Nasrullah|Fathun Qorib|Maftuhah|Muntaziruzzaman|}}
| mother = Aisyah
| father = Anregurutta Abdul Kahar Syuaib
| awards = Anugerah Kalpataru dari Pemerintah tahun 1984 sebagai tokoh yang berjasa di bidang penghijauan dan pelestarian lingkungan hidup
}}
▲'''Abdullah Said''' ({{lahirmati|Lamatti Rilau, Sinjai|17|08|1945|Jakarta|04|03|1998}}) adalah pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan yang kemudian menjadi organisasi massa Islam nasional bernama [[Hidayatullah (organisasi)|Hidayatullah]].<ref>{{Citation|title=Biografi Ust Abdullah Said Pendiri Hidayatullah #1|url=https://www.youtube.com/watch?v=KIqFUKc5J84|accessdate=2021-10-08|language=id-ID}}</ref> Abdullah Said lahir di sebuah desa yang bernama Lamatti Rilau, salah satu desa di wilayah kecamatan Sinjai Utara, [[Kabupaten Sinjai]], [[Sulawesi Selatan]]. Bertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan Republik [[Indonesia]], yaitu pada hari Jum’at, 17 Agustus [[1945]], dengan nama lahir Muhsin Kahar.<ref>{{Cite book|last=Salbu|first=Mansur|date=2009|url=http://books.google.co.id/books/about/Mencetak_kader.html?id=38H7SAAACAAJ&redir_esc=y|title=Mencetak Kader|location=Surabaya|publisher=Suara Hidayatullah Publishing|isbn=9789791531818|pages=359|url-status=live}}</ref> Ayahnya yang bernama [[Anregurutta]] Abdul Kahar Syuaib atau lebih dikenal dengan [[Cella Ulu]] merupakan tokoh masyarakat dan guru agama di kampungnya.
Sejak masih dalam kandungan Abdullah Said sudah jadi perbincangan keluarga dan masyarakat di kampungnya, sebab usia kandungan ibunya sudah mencapai dua tahun namun belum lahir juga. Bahkan ada pandangan miring bahwa yang dikandung itu bukan manusia tetapi buaya atau entah apa. ▼
== Riwayat Hidup ==
Untuk pendidikan dasar, selain bimbingan langsung dari ayahnya, KH Abdul Kahar Syuaib, Muhsin kecil sangat tertolong oleh Sekolah Rakyat (SR) yang ada dikampungnya. Namun karena harus mengikuti ayahnya pindah ke Makassar, ia harus rela meninggalkan kampung halaman tercinta dan meninggalkan pendidikannya yang saat itu telah duduk di kelas III, antara tahun 1952-1954. ▼
▲Sejak masih dalam kandungan Abdullah Said sudah jadi perbincangan keluarga dan masyarakat di kampungnya, sebab usia kandungan ibunya sudah mencapai dua tahun namun belum lahir juga. Bahkan ada pandangan miring bahwa yang dikandung itu bukan manusia tetapi buaya atau entah apa.
▲Untuk pendidikan dasar, selain bimbingan langsung dari ayahnya,
Setelah di Makassar, Muhsin kecil diterima di kelas IV di Sekolah Dasar No. 30 di kota itu. Di Sekolah ini Muhsin kecil selalu menjadi bintang kelas karena menguasai seluruh mata pelajaran, termasuk pelajaran menggambar. Bahkan Muhsin kecil pernah mengangkat nama sekolahnya ketika menjadi yang terbaik dalam pertandingan menggambar antar sekolah dasar se-Kota Besar Makassar.▼
▲Setelah di Makassar, Muhsin kecil diterima di kelas IV di Sekolah Dasar No. 30 di kota itu. Di Sekolah ini Muhsin kecil selalu menjadi bintang kelas karena menguasai seluruh mata pelajaran, termasuk pelajaran menggambar. Bahkan Muhsin kecil pernah mengangkat nama sekolahnya ketika menjadi yang terbaik dalam pertandingan menggambar antar sekolah dasar se-Kota
Setelah lulus dengan nilai tertinggi, Muhsin Kahar melanjutkan pendidikannya ke sekolah agama, yakni Pendidikan Guru Agama Negeri 6 Tahun (PGAN 6 Tahun). Beliau memilih sekolah ini untuk melanjutkan pendidikannya karena disamping dapat mempelajari agama, juga merupakan sekolah yang sangat didambakan saat itu sebagai satu-satunya sekolah Pendidikan Guru Agama milik pemerintah yang ada di kawasan Indonesia Timur.▼
▲Setelah lulus dengan nilai tertinggi, Muhsin Kahar melanjutkan pendidikannya ke sekolah agama, yakni Pendidikan Guru Agama Negeri 6 Tahun (PGAN 6 Tahun), salah satu gurunya adalah KH.Djamaluddin Amien.
Lagi-lagi di PGAN 6 Tahun Muhsin kahar selalu menjadi bintang kelas, pandai berpidato dan berpengetahuan luas. Sejak masuk PGAN sampai kelas IV
Lulus sekolah lanjutan PGAN 6 Tahun dengan nilai tertinggi, Muhsin Kahar ditugskan untuk melanjutkan pendidikannya ke [[Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar|IAIN Alauddin]], Makassar. Namun hanya setahun
Kalau hanya untuk mendapatkan titel [[sarjana]], bukan itu yang diperlukan. Namun yang
=== Penghargaan Kalpataru ===
Di awal perintisan Pesantren Hidayatullah yang berada di atas lahan wakaf itu berdiri masjid, gedung sekolah, aula pertemuan, kantor, guest house, perumahan warga, juga dilengkapi sarana umum serta lingkungan hijau yang ditata sedemikian rupa sehingga tampak asri.
Tak heran bila pada tahun 1984, Presiden Soeharto menganugerahkan [[Kalpataru (penghargaan)|Kalpataru]] kepada Ust. Abdullah Said karena beliau dinilai mampu mengubah kawasan kritis di Gunung Tembak menjadi lingkungan pesantren yang hijau dan asri.<ref>{{Cite web|title=Profil Pendiri Hidayatullah KH Abdullah Said, Peraih Kalpataru Era Soeharto|url=http://www.nasional.news/2020/05/profil-pendiri-hidayatullah-kh-abdullah-peraih-anugerah-kalpataru-era-soeharto.html|language=id|access-date=2021-10-08|archive-date=2021-04-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20210418205908/https://www.nasional.news/2020/05/profil-pendiri-hidayatullah-kh-abdullah-peraih-anugerah-kalpataru-era-soeharto.html|dead-url=yes}}</ref> Di tengah lokasi pesantren terdapat danau buatan yang tidak pernah kering meski berada di musim kemarau.
Ada yang menarik dalam rangkaian penganugerahan Kalpataru itu. Ketika Menteri Negara KLH [[Emil Salim]] menyelenggarakan jamuan buka puasa guna menghormati para penerima anugerah Kalpataru, salah seorang dari penerima anugerah itu tampil memberikan sambutan.<ref name=":0" />
Dari suaranya yang berat dan tenang, orang faham laki laki ini adalah seorang orator yang pandai berpidato. Dia adalah Abdullah Said.
"Saya terharu pada malam hari ini," katanya pelan. "Ada seorang sahabat saya yang sudah 20 tahun kami berpisah... ternyata pada malam ini baru saya jumpai dia". Hadirin sesaat bertanya tanya siapa gerangan yang ia maksud.
"Itulah dia Bapak [[Tanri Abeng]]...," katanya seraya menunjuk Presiden Direktur Bir Bintang yang hadir pula malam itu.
Tapi bagaimana pula pemimpin pesantren ini bisa bersahabat dengan Presdir Bir Bintang?
"Kami pernah sama sama aktif di PII ketika di Ujung Pandang dulu," kata Said kepada majalah Panjimas seperti diulas dengan judul Sang Ustadz Pemenang Kalpataru pada majalah Panji Masyarakat, Edisi 21 Juni 1984.<ref name=":0">{{Cite news|last=Amrullah|first=Afif|date=21 Juni 1984|title=Sang Ustadz Pemenang Kalpataru|work=Panji Masyarakat|issue=435|page=42-43}}</ref>
Saat itu, di Pelajar Islam Indonesia (PII) Abdullah Said di bidang dakwah sementara Tanri Abeng menjadi bendahara. Namun ketika mulai merantau ke Kalimantan, Tanri Abeng pun ke Amerika untuk belajar.
Dan memang, setelah beberapa tahun nasih telah membawa hidup mereka masing masing. Seorang menjadi direktur pondok pesantren dan seorang lagi direktur Bir Bintang.
▲Lulus sekolah lanjutan PGAN 6 Tahun dengan nilai tertinggi, Muhsin Kahar ditugskan untuk melanjutkan pendidikannya ke IAIN Alauddin, Makassar. Namun hanya setahun beliau mengikuti kuliah lalu berhenti. Beliau telah membaca semua materi kuliah yang diberikan dosen. Hingga akhirnya beliau menarik kesimpulan bahwa kalau duduk beberapa tahun di bangku kuliah, cukup menyita banyak waktu dan energi, sementara hasilnya sangat tidak seimbang dengan yang telah dikorbankan.
Pada kesempatan penganugerahan tersebut, Abdullah Said juga sempat diterima oleh Wakil Presiden (Wapres) ke-4 Umar Wirahadikusumah di Istana Wapres.<ref name=":0" />
▲Kalau hanya untuk mendapatkan titel sarjana, bukan itu yang diperlukan. Namun yang beliau butuhkan adalah bagaimana bisa mengaplikasikan ilmunya secara menyeluruh kapanpun dan dimanapun beliau berada.
== Pemikiran ==
Pemikiran Abdullah Said<ref>{{Cite web|last=Suwarno|first=Ahmad|date=2013|title=Pemikiran Abdullah Said Tentang Sistem Pengkaderan Dan Dakwah Hidayatullah Serta Aplikasinya Di Pondok Pesantren Hidayatullah Semarang|url=http://eprints.ums.ac.id/27545/1/HALAMAN_DEPAN.pdf|website=Universitas Muhammadiyah Malang|access-date=6 Oktober 2021}}</ref> dapat ditelusuri dari karya tulis, ceramah, dan berbagai aktivitas
=== Bidang Da'wah ===
Bagi Abdullah Said da’wah adalah prioritas utama, tekad
=== Pengkaderan ===
Tingginya perhatian
Terkait dengan pembinaan kader ini, Abdullah Said menyatakan bahwa: kaderisasi adalah permasalahan serius yang dihadapi oleh hampir setiap organisasi. Sehingga sering dikatakan, “sekarang kita sedang mengalami krisis kader”.
Baris 34 ⟶ 75:
=== Sosok Da'i ===
Hal yang tak kalah penting dan selalu ditekankan oleh Abdullah said adalah bahwa letak keberhasilan ceramah atau da’wah bukan hanya ditentukan semata karena kemahiran beretorika. Perhatian pendengar dan audiens sangat ditentukan oleh perilaku dan akhlak da’i. orang memperhatikan budi pekerti dan tingkah laku sehari-hari.
Hal lain yang selalu ditekankan oleh Abdullah Said kepada para da’i Hidayatullah adalah agar tidak meninggalkan shalat lail demi suksesnya da’wah. Menurut
=== Metode Da’wah ===
Mengenai manhaj dan metode da’wah ini Abdullah Said mengatakan bahwa: “Karena ketidak jelasan manhaj, kadang-kadang da’wah Islam tidak lebih
Dengan menapak tilas perjalanan Rasulullah, Abdullah Said berusaha keras memetik hikmah dari kondisi yang dialami Nabi Muhammad SAW sebelum menerima wahyu hingga turunnya 5 surat pertama sebagai bahan pembinaan. Menurut pendapatnya, Allah SWT yang merekayasa kondisi Nabi Muhammad demikian itu tentu punya target. Setelah melalui pengkajian yang intens Abdullah Said akhirnya merumuskan suatu metode pembinaan berdasarkan tertib turunnya lima surat pertama, yang kemudian dikenal dengan Manhaj Sistematika Nuzulul Wahyu. Yang selanjutnya metode ini dijadikan sebagai manhaj da’wah Hidayatullah. Abdullah said sangat mengusung dan menekankan nilai-nilai al qur'an dan Assunnah dalam setiap aktifitas dakwahnya
=== Pendidikan ===
Secara akademik Abdullah Said bukanlah siapa-siapa. Dia bukan guru besar juga bukan penulis kritis terhadap sistem yang ada. Namun bagi seorang ilmuwan sejati, kiprah
Abdullah Said bukanlah seorang kritikus tapi problem solver. Dia tidak ingin hidupnya tersita untuk mengkonsep pemikiran kritis sementara dalam alam realita tidak terwujud satu karya apapun.
Pendidikan yang sempat ada dimasa
=== Ekonomi ===
Dalam bidang ekonomi, obsesi Ustadz Abdullah Said adalah membangkitkan perekonomian golongan ekonomi lemah, dengan mencarikan dan memberikan pinjaman kepada para pedagang kaki lima dan santri-santri yang mempunyai kecendrungan untuk berdagang. Demikian pula pada sektor angkutan umum,
Disamping itu
Dalam sebuah kesempatan kuliah malam jum’at, 25 maret 1990
=== Politik ===
Kendati Hidayatullah tidak berorientasi kepada politik, tetapi Ustadz Adullah Said tidak mau ketinggalan mengikuti perkembangan politik. Namun dalam pandangan
__INDEKS__
__PRANALABAGIANBARU__
[[Kategori:Alumni Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar]]
[[Kategori:Alumni Universitas Islam Negeri Alauddin]]
[[Kategori:Tokoh dari Balikpapan]]
[[Kategori:Tokoh dari Sinjai]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
=== Mendirikan Hidayatullah ===
Ustadz Abdullah Said mendirikan Hidayatullah pada dekade 1980 an.
== Wafat ==
▲Beliau menginginkan para pemuda masuk barisan partai oposisi karena jika ditangkap masih bisa bertahan hidup dipenjara, sedangkan kaum tua disuruh masuk golkar agar mendapat jaminan. Beliau menginginkan Hidayatullah menguasai kursi pada tiga partai saat itu (Golkar, PPP, dan PDI), sehingga keputusan yang dikeluarkan didominasi oleh Hidayatullah. Abdullah Said meninggal dunia di Jakarta pada 4 Maret 1998 setelah beberapa waktu menjalani pengobatan atas penyakit yang dideritanya.
Beliau wafat Pada Tanggal 4 Maret 1998 Dan Dimakamkan Di Balikpapan Tersebut.
Referensi:▼
<references />
{{Navbox Anregurutta}}
[[Kategori:Tokoh PII]]
|