D. Djajakusuma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Xqbot (bicara | kontrib)
k Bot: Memperbaiki pengalihan ganda ke Djadoeg Djajakoesoema
Tag: Perubahan target pengalihan
 
(97 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[Djadoeg Djajakoesoema]]
{{Infobox person
| name = Djadoeg Djajakusuma
| native_name =
| native_name_lang =
| image = Djajakusuma Parfini brochure-restoration.JPG
| image_size =
| alt =
| caption = Djajakusuma, 1950-an
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date|1918|08|01|df=y}}
| birth_place = [[Temanggung]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|df=yes|1987|10|28|1918|08|01}}
| death_place = [[Jakarta]], Indonesia
| death_cause = [[Stroke]]
| resting_place = [[TPU Karet Bivak]]
| residence =
| nationality = Indonesia
| ethnicity =
| education =
|alma_mater= {{plainlist|
*[[University of Washington]]
*[[USC School of Cinematic Arts]]
}}
| other_names =
| alma_mater =
| occupation = Sutradara, produser, kritikus budaya
| years_active = 1952–87
| style =
| spouse =
| religion =
| awards =
}}
'''Djadoeg Djajakusuma''' ({{lahirmati|[[Temanggung]], [[Jawa Tengah]]|1|8|1918|[[Jakarta]]|28|10|1987}}) adalah [[pemeran]] dan [[sutradara]] [[film]] [[Indonesia]] yang pernah bermain dalam film "[[Perempuan Dalam Pasungan]]" pada tahun [[1980]]. Film yang disutradarainya banyak dibintangi oleh para [[aktris]] terkenal diera itu seperti [[Rd Ismail]], [[Bambang Hermanto]], [[Titi Savitri]], dan [[Sulastri]].
 
==Biografi==
 
===Kehidupan awal===
Djajakusuma lahir pada 1 Agustus 1918 di Parakan, [[Kabupaten Temanggung|Temanggung]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]],<ref>{{harvnb|Setiawan 2009, National Film Month}}; {{harvnb|Ardan 1987, Djaduk Djajakusuma}}</ref> dari seorang ayah ''[[priyayi]]'', Raden Mas Aryo Djojokoesomo, dan istrinya Kasimah. Djajakusuma adalah anak kelima dari enam bersaudara
 
Ia menyelesaikan pendidikannya di [[Semarang]], Jawa Tengah,{{sfn|JCG, Djaduk Djajakusuma}} lulus dari program [[ilmu pengetahuan alam]] di sekolah menengah keatas disana pada 1941.{{sfn|Hoerip|1995|p=4}}
 
Setelah itu, pada awal 1943 &ndash; setahun setelah Hindia Belanda [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|diduduki]] oleh [[Kekaisaran Jepang]] &ndash; Djajakusuma pindah ke pusat politik koloni tersebut, [[Jakarta]], untuk mencari pekerjaan.{{sfn|Hoerip|1995|p=8}}
 
Ketika bekerja, ia menerjemahkan beberapa karya buatan pembuat drama Swedia [[August Strindberg]] dan pembuat drama Norwegia [[Henrik Ibsen]],{{efn|Neither Norway nor Sweden was at war with Japan at the time, meaning such translations were considered acceptable by Djajakusuma's superiors {{harv|Hoerip|1995|p=9}}.}}{{sfn|Biran|2009|p=331}} serta sejarah Jepang dan beberapa permainan panggung ''[[kabuki]]''.{{sfn|Hoerip|1995|p=8}}
 
===Revolusi Nasional Indonesia===
Presiden [[Sukarno]] memproklamasikan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]] pada 17 Agustus 1945, setelah [[Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki|pengeboman Hiroshima dan Nagasaki]].
 
[[File:Usmar Ismail Sewindu Perfini p11.jpg|left|thumb|[[Usmar Ismail]]]]
Setelah [[Revolusi Nasional Indonesia]] berakhir dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada 1949, Djajakusuma melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang jurnalis ''Patriot'' (yang kemudian berganti nama menjadi ''Tentara'') dan majalah ''Kebudajaan Nusantara'';{{sfn|JCG, Djaduk Djajakusuma}}
 
===Karir dengan Perfini===
Saat mempersiapkan film kedua-nya, ''[[Enam Djam di Jogja]]'', Ismail disuruh Djajakusuma ke Jakarta. Pada film tersebut, Djajakusuma membantu Ismail mengadaptasi [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] sebagai latarnya.
 
[[File:D. Djajakusuma boarding ship Perfini booklet p22.JPG|thumb|Djajakusuma membuat sebuah kapal untuk menuju ke [[Sumatra]] saat pemfilman ''Arni'', {{circa}} 1955]]
Pada 1954, Djajakusuma menyutradarai dua film komedi yakni ''Putri dari Medan'' dan ''Mertua Sinting''.
 
Djajakusuma belajar sinematografi di Amerika Serikat, pertama di [[Universitas Washington]] di [[Seattle]], kemudian di [[Sekolah Seni Sinematik USC|Sekolah Seni Sinematik]] [[Universitas California Selatan]], dari 1956 sampai 1957.{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}}
 
===Karir selanjutnya===
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| header =
| width = 300
 
| image1 =Wayang Wong Bharata Pandawa.jpg
| alt1 = Sebuah penampilan ''wayang orang''
 
| image2 = Lenong at Batavia Festival 2012.jpg
| alt2 = Sebuah penampilan ''lenong''
| footer = Djajakusuma mempromosikan modernisasi [[wayang wong|wayang orang]] (atas) dan revitalisasi [[lenong]].
}}
Setelah akhir masanya dengan Perfini, Djajakusuma kembali aktif dalam kesenian tradisional.
 
Djajakusuma membantu mempromosikan jenis-jenis kesenian seperti [[lenong]] dari [[suku Betawi]] dan [[ludruk]] dari [[suku Jawa]] selama beberapa tahun.<ref>{{harvnb|Kompas 1987, Budayawan D. Djajakusuma}}; {{harvnb|Kadarjono|1970|p=25}}</ref>
 
Pada 1971, ia menyutradarai film terakhir-nya yakni ''Api di Bukit Menoreh'' dan ''[[Malin Kundang (film)|Malin Kundang (Anak Durhaka)]]''. Film yang pertama, diluncurkan oleh Penas Film Studio dan berdasarkan pada sebuah novel karya Singgih Hadi Mintardja, menceritakan parap prajurit dari [[Kerajaan Pajang]] dalam pertempuran mereka melawan para prajurit dari kerajaan Jipang.{{sfn|Hoerip|1995|pp=49–50}} Film yang kedua adalah sebuah adaptasi dari [[Malin Kundang|legenda Melayu]] dengan nama yang sama.{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}} Dibintangi oleh [[Rano Karno]] dan Putu Wijaya sebagai karakter utama
 
===Tahun-tahun terakhir dan kematian===
Pada 1977, Djajakusuma bertugas menjadi juri [[Festival Film Indonesia]] (FFI).{{efn|Djajakusuma subsequently served on the jury several times {{harv|Panembahan 1987, Barangkali, 40 pCt Manusia}}.}}
 
Pada awal 1987, Djajakusuma didiagnosa telah mengidap [[serangan jantung]] oleh dokternya, yang membuat Djajakusuma mulai melakukan diet dan berhenti merokok.{{sfn|Suara Karya 1987, D.Djajakusuma}}
 
Djajakusuma pingsan pada 28&nbsp;Oktober 1987 saat memberikan pidato pada upacara peringatan [[Sumpah Pemuda]] di IKJ. Setelah dibawa ke Rumah Sakit Umum Cikini, ia dinyatakan meninggal pada pukul 10:05 waktu setempat (UTC+7). Ia dikuburkan di [[TPU Karet Bivak]] pada sore hari, setelah upacara pemakaman di IKJ yang dipimpin oleh penulis [[Sutan Takdir Alisjahbana]] dan disembahyangkan di Masjid Amir Hamzah di Halaman Ismail Marzuki yang dipimpin oleh penyair Taufiq Ismail.<ref>{{harvnb|Kompas 1987, Budayawan D. Djajakusuma}}; {{harvnb|Suara Karya 1987, D.Djajakusuma}}</ref>
 
==Gaya==
[[File:Lahirnja Gatotkatja Nasional 26 September 1960 p3.jpg|thumb|left|Set film karya Djajakusuma pada 1960 yang berjudul ''Lahirnja Gatotkatja''; film tersebut merupakan salah satu dari dua film yang ia sutradarai yang sangat dipengaruhi oleh cerita-cerita [[wayang]].]]
 
Djajakusuma sering memasukkan kesenian tradisional ke dalam film-filmnya,{{sfn|Setiawan 2009, National Film Month}} dan dua diantaranya (''Lahirnja Gatotkatja'' dan ''Bimo Kroda'') berdasarkan pada cerita wayang tradisional dan menggunakan kostum dan alur yang terinspirasi dari wayang.<ref>{{harvnb|Suara Karya 1987, D.Djajakusuma}}; {{harvnb|Berita Buana 1975, Djaduk Djajakusuma Mengenal Wayang}}</ref> Fokus pada aspek kebudayaan tradisional ini ditinggalkan secara umum setelah 1965, dengan digantikan oleh film-film mengenai kehidupan perkotaan.{{sfn|Sen|Hill|2000|p=156}}
 
Sosiolog Indonesia [[Umar Kayam]], yang bertugas pada Dewan Kesenian Jakarta bersama Djajakusuma, memandangnya sebagai seorang sutradara yang sangat disiplin.
 
==Pencapaian==
[[File:Djajakusuma Djaja 1970 p25.jpg|thumb|Djajakusuma berjabat tangan dengan Menteri Pendidikan Mashuri Saleh setelah film-filmnya meraih penghargaan]]
Film karya Djajakusuma yang berjudul ''Harimau Tjampa'' meraih Penghargaan Permainan Latar Terbaik di Festival Film Asia 1954.{{sfn|Kompas 1987, Budayawan D. Djajakusuma}} Kemudian, filmnya yang berjudul ''Bimo Kroda'' dipuji oleh Departemen Informasi Indonesia karena mempromosikan kebudayaan tradisional.{{sfn|Biran|1979|p=123}}
 
Pada Festival Film Infonesia 1987, ia diberikan penghargaan khusus untuk kontribusinya pada industri film,{{sfn|Panembahan 1987, Barangkali, 40 pCt Manusia}} dan pada November 2003, secara anumerta, ia diberikan Penghargaan Budaya Parama Dharma oleh Presiden [[Megawati Sukarnoputri]] untuk kontribusinya pada pengembangan kebudayaan Indonesia.{{efn|Other awardees included the comedian [[Bing Slamet]] and the actress [[Fifi Young]] {{harv|Unidjaja 2003, Megawati awards}}.}}{{sfn|Unidjaja 2003, Megawati awards}}
 
Tanggapan yang didapatkan terbilang positif. Sutradara pemenang penghargaan [[Teguh Karya]] menyatakan bahwa karya-karya buatan Djajakusuma, Usmar Ismail, dan Asrul Sani sebagai "legendaris" dan memiliki pengaruh yang sangat besar.{{sfn|National Library of Indonesia, Pandangan Tokoh: Teguh Karya}}
 
== Filmografi ==
* ''[[Embun (film)|Embun]]'' (1951)
* ''[[Terimalah Laguku]]'' (1952)
* ''[[Harimau Tjampa]]'' (1953)
* ''[[Mertua Sinting]]'' (1954)
* ''[[Putri dari Medan]]'' (1954)
* ''[[Arni]]'' (1955)
* ''[[Tjambuk Api]]'' (1958)
* ''[[Pak Prawiro]]'' (1958)
* ''[[Lahirnya Gatotkatja]]'' (1960)
* ''[[Mak Tjomblang]]'' (1960)
* ''[[Masa Topan dan Badai]]'' (1963)
* ''[[Rima Bergema]]'' (1964)
* ''[[Bimo Kroda]]'' (1967)
* ''[[Api di Bukit Menoreh]]'' (1971)
* ''[[Malin Kundang (film)|Malin Kundang]]'' (1971)
* ''[[Perempuan Dalam Pasungan]]'' (1980)
 
==Catatan penjelas==
{{notelist}}
 
==Referensi==
{{reflist|colwidth=25em}}
 
== Pranala luar ==
* [http://jibis.pnri.go.id/sinema/direktori-insan-perfilman/thn/2007/bln/04/tgl/04/id/375 Profil di Pusat Dokumentasi Seni Bidang Film]
* [http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/djadoegdjajakusuma.html Profil di TamanIsmailMarzuki.com]
{{D. Djajakusuma}}
{{indo-bio-stub}}
{{DEFAULTSORT:Djajakusuma, D.}}
 
[[Kategori:Aktor Indonesia]]
[[Kategori:Sutradara Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Temanggung]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
 
{{Link FA|en}}