Buddhisme di Thailand: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
translated from En WP and https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Theravada#Thailand |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(18 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Buddhisme|sejarah}}
[[Berkas:The Three Chedis, Wat Phra Kaew.jpg|jmpl|[[Wat Phra Kaew]], salah satu [[Wat (tempat ibadah)|Kuil]] suci di [[Bangkok]], [[Thailand]]]]
'''Agama Buddha di Thailand''' sebagian besar dari ajaran [[Theravada]]. Hampir 95% penduduk [[Thailand]] adalah Buddha dari ajaran Theravada, meskipun Buddhisme di negara ini telah menjadi terintegrasi dengan kepercayaan rakyat.<ref>'Lamphun's Little-Known Animal Shrines' in: Forbes, Andrew, and Henley, David, ''Ancient Chiang Mai'' Volume 1. Chiang Mai, Cognoscenti Books, 2012.</ref> Ciri khas utama agama Buddha di [[Thailand]] adalah tradisi [[penahbisan]] sementara setiap pria [[Thai]] untuk menjadi seorang bhikkhu dan eratnya keterkaitan agama Buddha dengan budaya dan bangsa [[Thai]].
== Sejarah ==
[[Berkas:Thailandia, bodhisattva maitreya da prakon chai, viii sec.JPG|jmpl|lurus|Penggambaran arca [[Maitreya]] [[Bodhisattva]] dari tradisi Buddhisme pra-Angkor [[Chenla]] yang ditemukan di [[Provinsi Buriram]], Thailand<ref>{{Cite journal|last=Bunker|first=Emma C.|date=1971|title=Pre-Angkor Period Bronzes from Pra Kon Chai|journal=Archives of Asian Art|volume=25|pages=67–76|issn=0066-6637|jstor=20111032}}</ref> yang berasal dari abad kedelapan Masehi]]
=== Masa awal ===
Sebagian besar ahli sejarah berpendapat bahwa [[agama Buddha]] sudah masuk ke wilayah [[Thailand]] sejak zaman maharaja [[Asoka]] penguasa [[Kekaisaran Maurya|Kemaharajaan Maurya]] dan milenium pertama Masehi.<ref>"Some Aspects of Asian History and Culture" by Upendra Thakur p.157</ref> Selama abad ke-5 hingga abad ke-13 Masehi, kerajaan-kerajaan di [[Asia Tenggara]] mendapatkan banyak pengaruh dari kebudayaan [[India]] dan mengikuti ajaran [[agama Buddha|Buddha]] [[Mahayana]]. Biksu [[Yijing (rahib)|I Tsing]] dari Cina dalam catatan perjalanannya menyebutkan bahwa semua sekte utama [[agama Buddha|Buddhisme]] berkembang dengan sangat pesat di wilayah [[Asia Tenggara]].<ref name="Sujato, Bhikkhu 2006. p. 72">{{citation|last=Sujato|first=Bhante|authorlink=Bhante Sujato|title=Sects & Sectarianism: The Origins of Buddhist Schools |publisher=Santipada|year=2012|isbn=9781921842085|page=72}}</ref> Pada masa ini, [[Sriwijaya|Kemaharajaan Sriwijaya]] dan [[Kerajaan Khmer|Kekaisaran Khmer]] bersaing untuk memberikan pengaruh mereka di wilayah [[Asia Tenggara]] serta menyebarkan kesenian mereka yang menampilkan keterkaitan yang erat antara [[Mahayana|Buddhisme Mahayana]] dengan kebudayaan kedua kemaharajaan tersebut.
Setelah [[Kehancuran agama Buddha di India|menurunnya pengaruh agama Buddha di India]], para bhikkhu Buddha dari Srilanka yang beraliran [[Theravada]] mulai menyebarkan ajaran [[Theravada|Buddha Theravada]] kepada masyarakat [[suku Mon]] dan [[negara kota Pyu]] dan selama dua abad berikutnya ajaran [[Theravada|Buddha Theravada]] tersebar ke seluruh wilayah [[Thailand]], [[Laos]], dan [[Kamboja]] menggantikan ajaran-ajaran Buddhisme sebelumnya.<ref>{{cite book|last1=Gombrich|first1=Richard F.|title=Theravāda Buddhism : a social history from ancient Benares to modern Colombo|date=2006|publisher=Routledge|location=London|isbn=978-0-415-36509-3|page=3|edition=2nd}}</ref>
=== Abad ke-13 hingga ke-19 Masehi ===
Detail sejarah [[agama Buddha]] di Thailand pada abad ke-13 hingga abad ke-19 agak kurang jelas. Hal itu disebabkan oleh penghancuran manuskrip sejarah yang dilakukan oleh para tentara [[Burma]] pada saat [[Perang Burma–Siam (1765–1767)|peperangan]] antara kerajaan [[Burma]] dengan [[kerajaan Ayutthaya]]. Sejarawan dan ahli antropologi Stanley Jeyaraja Tambiah mengatakan bahwa terdapat suatu pola umum mengenai perkembangan [[agama Buddha]] pada zaman ini terutama perihal hubungan pemerintahan dengan [[sangha]]. Seperti kerajaan Buddha lainnya di [[Asia Tenggara]], raja dipandang sebagai pelindung dan pembela agama (sasana) dan [[sangha]] dan [[sangha]] dipandang sebagai khazanah dan lambang kekuasaan raja.<ref name="hb">Tuchrello, William P. "The Society and Its Environment" (Religion: Historical Background section). ''[http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/thtoc.html Thailand: A Country Study.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071114081926/http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/thtoc.html |date=2007-11-14 }}'' Federal Research Division, Library of Congress; Barbara Leitch LePoer, ed. This article incorporates text from this source, which is in the public domain.[http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/about.html] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120710004153/lcweb2.loc.gov/frd/cs/about.html |date=2012-07-10 }}</ref>
=== Era modern ===
[[Berkas:Monk chants paritta to Siamese women.gif|jmpl|Seorang bhikkhu membacakan [[paritta]] kepada beberapa perempuan Siam pada tahun 1900.]]
Dengan berkuasanya Raja Mongkut pada tahun 1851, yang sudah menjadi [[Bhiksu|bhikkhu]] selama dua puluh tujuh tahun, sangha, seperti kerajaan, menjadi makin lebih terpusat dan hierarkis, dan hubungannya dengan negara menjadi lebih terlembaga. Mongkut adalah seorang cendekiawan kitab suci agama Buddha Pali terkemuka. Selain itu, pada waktu itu imigrasi sejumlah bhikkhu dari Burma memperkenalkan karakteristik disiplin sangha Mon yang lebih ketat. Dipengaruhi oleh bangsa Mon dan dipandu oleh pemahaman mereka sendiri terhadap [[Tipitaka]], Mongkut memulai gerakan reformasi yang kemudian menjadi dasar bagi ordo bhikkhu Dhammayuttika.
Pada awal tahun 1900-an, Ajahn Sao Kantasilo Mahathera dari Thailand dan muridnya, Mun Bhuridatta memimpin gerakan penghutanan-kembali Tradisi Hutan Thailand. Pada abad ke-20 praktisi terkemuka memasukkan Ajahn Thate, Ajahn Maha Bua dan [[Ajahn Chah]].<ref>Tiyavanich, K. (1997), ''Forest Recollections: Wandering Monks in Twentieth-Century Thailand'', University of Hawaii Press</ref> Gerakan ini kemudian menyebar secara global karena murid-murid Ajahn Mun termasuk Ajahn Thate, Ajahn Maha Bua dan Ajahn Chah dan beberapa murid Barat, di antaranya yang paling senior adalah Luang Por Ajahn Sumedho.
== Pengaruh ==
Terdapat tiga hal utama yang mempengaruhi perkembangan [[agama Buddha]] di [[Thailand]]. Pengaruh yang paling terlihat adalah ajaran [[Theravada|Buddha Theravada]]. Hal tersebut dapat diketahui dengan penggunaan [[bahasa Pali]] sebagai bahasa keagamaan di [[Thailand]], meskipun tidak banyak dimengerti oleh masyarakat [[Thailand]] pada umumnya. Kitab-kitab suci dituliskan dalam [[bahasa Pali]] dan beraksarakan [[aksara Thai]] ataupun [[aksara Khmer]].
Hal lain yang mempengaruhi [[agama Buddha]] di Thailand adalah pengaruh [[agama Hindu|Hinduisme]] dari [[Kamboja]], terutama pada masa [[kerajaan Sukhothai]]. [[Agama Hindu]] mempunyai pengaruh yang sangat kuat terutama pada masa awal pembentukan institusi kerajaan Thailand. Selain itu, terdapat beberapa praktik [[agama Hindu]] yang masih dijalankan oleh sebagian besar masyarakat Thailand, yaitu pemujaan kepada [[dewa Brahma]] dan pengangkatan raja yang dipandu oleh para pandita [[Hindu]].
Pengaruh lain terhadap [[agama Buddha]] di Thailand adalah kepercayaan asli masyarakat Thailand. Hal itu terjadi pada para bhikkhu di wilayah pedesaan yang memberikan larangan tertentu kepada masyarakat yang tidak berdasar kepada [[Vinaya]], tetapi berdasarkan larangan dari kepercayaan lokal. Selain itu, [[astrologi]], pembuatan dan pemeliharaan [[jimat]] dan [[mantra]]-mantra, serta [[numerologi]] mempunyai peran yang signifikan dama [[agama Buddha]] di [[Thailand]], meskipun hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tercela oleh [[Siddharta Gautama|sang Buddha]]. (lihat [[Digha Nikaya]] 2, ff)
== Rujukan ==▼
<references />
[[Kategori:Buddhisme di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Theravada]]
▲==Rujukan==
{{Buddha-stub}}
▲[[Kategori:Agama Buddha di Thailand]]
|