Hadas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(24 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Hadas ({{lang-ar|حدث|hadats}})''' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan tidak suci
▲'''Hadas''' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan tidak suci pada pada diri seorang [[muslim]] yang menyebabkan ia tidak boleh [[sholat]], [[tawaf]] dan lain sebagainya.<ref name="A">{{cite book|last =Nasional| first =Departemen Pendidikan|title =Kamus Besar Bahasa Indonesia| publisher = Balai Pustaka| location =Jakarta|page=380 |year=2005}}</ref> Senada dengan pengertian pada [[KBBI]], pada Ensiklopedia Indeonesia juga dijelaskan hadas merupakan [[ketidaksucian]] yang dipandang tidak [[suci]] oleh sarat dan menghalangi sarat sahnya suatu [[ibadah]].<ref name="buku">{{cite book|title= Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7|publisher=Ichtiar Baru|author= Van Hoeve|location= Jakarta|coauthor=Hassan Shadily|page=1197}}</ref> Hadas menurut cara mensucikan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu hadas besar dan kecil.<ref name="buku"></ref> Hadas besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi sedangkan hadas kecil adalah hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudlu atau [[tayamum]] saja.<ref name="buku"></ref> Tayamun dapat dipilih untuk bersuci dengan catatan apabila sedang berhalangan memakai air.<ref name="buku"></ref> Contoh hadas besar adalah [[haid]], [[junub]], [[nifas]] dan keluar [[mani]].<ref name="A"></ref> Mandi untuk membersihkan diri dari hadas dinamakan [[mandi wajib]] atau [[mandi besar]].<ref name="B">{{cite web |url=http://agama.galihpamungkas.com/hadas-dan-cara-mensucikannya/| title=Hadas dan Cara Mensucikan|accessdate=2Mei 2014 |publisher=Galih Pamungkas Agama}}</ref> Mandi wajib atau mandi besar dilakukan dengan cara meratakan seluruh air ke semua bagian tubuh.<ref name="B"></ref> Contoh hadas kecil adalah buang air kecil, besar, atau keluar udara dari [[dubur]].<ref name="buku"></ref>
==
=== Keluar kencing, tinja dan air mani ===
Menurut [[ijmak]], air kencing dan kotoran yang keluar dari kemaluan dan anus hukumnya membatalkan wudu. Sesuatu yang lain selain keduanya apabila keluar dari kemaluan dan dubur juga membatalkan wudu. Hanya Mazhab Maliki yang berpendapat bahwa keluarnya sesuatu selain air kencing dan kotoran dari kemaluan dan dubur tidak membatalkan wudu. Mazhab Hanafi, Mazhab Hambali dan Mazhab Maliki berpendapat bahwa air mani yang keluar telah membatalkan wudu. Sedangkan Mazhab Syafi'i berpendapat keluarnya air mani tidak membatalkan wudu, tetapi mewajibkan wandi wajib. Sedangkan Mazhab Hanafi berpendapat bahwa air kecing, kotoran dan air mani membatalkan wudu.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=20}}
=== Menyentuh kemaluan sendiri ===
Para imam mazhab menyepakati bahwa wudu tidak batal ketika seseorang menyentuh [[Alat kelamin|kemaluan]]<nowiki/>nya sendiri bukan dengan tangan. Namun, mereka berbeda pendapat tentang pembatalan wudu akibat menyentuh kemaluan dengan tangan. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hukumnya membatalkan wudu dengan menggunakan sisi tangan bagian manapun. Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa wudu batal jika menyentuh kemaluan tanpa penghalang menggunakan tangan bagian dalam. Pembatalan wudu ini berlaku pada kondisi adanya syahwat maupun tidak. Wudu tidak batal jika bagian tangan yang menyentuh adalah punggung tangan. Mazhab Hambali berpendapat bahwa menyentuh tangan dengan kemaluan telah membatalkan wudu dengan menggunakan bagian tangan yang manapun. Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat bahwa pembatalan wudu hanya terjadi ketika memiliki syahwat saat tangan menyentuh kemaluan.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=20}}
=== Menyentuh kemaluan orang lain ===
Mazhab Hambali dan Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa menyentuh kemaluan orang lain tidak membatalkan wudu. Hal ini berlaku kepada orang yang menyentuh dan orang yang disentuh. Pemberlakuan ini untuk anak-anak maupun [[dewasa]] yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Mazhab Maliki berpendapat bahwa wudu tidak batal ketika kemaluan disentuh oleh anak kecil. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa menyentuh kemaluan orang lain tidak membatalkan wudu siapapun yang disentuh.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=20-21}}
Sementara itu, Mazhab Hanafi, Mazhab Hambali dan Mazhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang disentuh kemaluannya tidak batal wudunya. Hanya Mazhab Maliki yang berpendapat bahwa wudu orang yang disentuh kemaluannya menjadi batal.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=21}}
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
[[Kategori:Agama]]▼
[[Kategori:Islam]]▼
* {{Cite book|last=Ad-Dimasyqi|first=Muhammad bin 'Abdurrahman|date=2017|title=Fiqih Empat Mazhab|location=Bandung|publisher=Hasyimi|isbn=978-602-97157-3-6|ref={{sfnref|ad-Dimasyqi|2017}}|url-status=live}}
{{Agama-stub}}▼
{{Bersuci}}
{{Authority control}}
▲[[Kategori:Istilah Islam]]
|