Rabi'ah al-Adawiyyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP48Fadhillah (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 8034212 oleh BP48Fadhillah (bicara)
Tag: BP2014
Kakei Yukata (bicara | kontrib)
 
(51 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox_Philosopher
{{Infobox saint
| region = [[Sufi]]
| name = Rabi'ah al Adawiyah {{transl|fa|Rabi'ah Al-Adawiyah}}<br />({{lang-ar|رابعة العدوية القيسية}})}}
| imageera = Rabia[[Umayyah|Khalifah Dinasti al-Adawiyya.jpgUmayyah]]
| imagesizecolor = 250px#B0C4DE
| altimage = Rabia = al-Adawiyya.jpg
| titles image_size = Mistik dan Suci200px
| name = Rabi'ah Al-Adawiyah (رابعة العدوية القيسية)<br> Rabi'ah Basri
| birth_date = 713-717
| fullname = Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah
| birth_place = [[Basrah]], [[Irak]]
| death_datebirth_date = 801= 713-717
| death_placebirth_place = [[BasrahBashrah]], [[Irak]]
| venerated_indeath_date = [[Islam]]801
| death_place = Bashrah, Irak
| beatified_date =
| school_tradition = [[Sunni|Islam Sunni]], [[Mazhab Syafi'i|Shafi'i]]
| beatified_place =
| main_interests = [[Sastra Islam]], [[Sufisme]], [[Mistisisme]]
| beatified_by =
| notable_ideas = [[Sufisme]], Zahid, [[Asketik]]
| canonized_date =
| canonized_placemajor_works =
| influences = [[Al-Qur'an]], [[Muhammad]]
| canonized_by =
| influenced = [[Al-Ghazali]], [[Ibnu Arabi]], [[Jalaluddin Rumi]]
| major_shrine =
| feast_day =
| attributes =
| patronage =
| issues =
| suppressed_date =
| suppressed_by =
| influences =
| influenced =
| tradition = Zuhud
| major_works =
}}
 
'''Rabiah Al-Adawiyah''' ({{lang-ar|رابعة العدوية القيسية}}) dikenal juga dengan nama '''Rabi'ah Basri''' adalah seorang [[sufi]] wanita yang dikenal karena kesucian dan kecintaannya terhadap Allah.<ref name="a">{{id}} {{cite journal
'''Rabiah Al-Adawiyah''' dikenal juga dengan nama '''Rabi'ah Basri''' adalah seorang [[sufi]] wanita yang dikenal karena kesucian dan dan kecintaannya terhadap Allah. Rabi'ah merupakan klien (bahasa [[Arab]]: ''Mawlat'') dari klan Al-Atik suku Qays bin 'Adi, dimana ia terkenal dengan sebutan al-Qaysyah. Ia dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irak. Ia wafat di kota Basrah sekitar tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Nama lengkap Rabi'ah adalah '''Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah'''. Rabiah merupakan seorang sufi wanita beraliran [[Sunni]] pada masa dinasti [[Umayyah]] yang menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesucian yang sangat takut dan taat kepada Allah.(5) Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai '''The Mother of the Grand Master''' atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya.[2] Rabiah al-adawiyah menjadi suri teladan para ahli sufi lain seperti [[Ibn al-Faridh]] dan [[Dhun Nun Al-misri]]. Ke[[zuhud]]an Rabi'ah juga dikenal hingga ke [[Eropa]]. Hal ini membuat banyak cendikiawan Eropa meneliti pemikiran Rabi'ah dan menulis riwayat hidupnya, seperti [[Margareth Smith]], [[Masignon]], dan [[Nicholoson]].(4
| author = Shadily, Hasan
)
| year =
| month =
| title = Ensiklopedia Indonesia
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url =
| format =
| publisher = Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
| accessdate =
}}
</ref><ref name="b">{{id}} {{cite journal
| author = Glasse, Cyril
| year = 1989
| month =
| title = Ensiklopedia Islam
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id = 979-421-604-6
| url =
| format =
| publisher = Jakarta: Raja Grafindo Persada
| accessdate =
}}
</ref>
<ref name="c">{{id}} {{cite journal
| author = Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah
| year = 1992
| month =
| title = Ensiklopedia Islam Indonesia
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url =
| format =
| publisher = Jakarta: Djambatan IKAPI
| accessdate =
}}
</ref> Rabi'ah merupakan klien (bahasa [[Arab]]: ''Mawlat'') dari klan Al-Atik suku Qays bin 'Adi, di mana ia terkenal dengan sebutan al-Qaysiyah.<ref name="f">{{id}} {{cite journal
| author = Abu Abdurrahman as-Sulami
| year = 2004
| month =
| title = Sufi-Sufi Wanita
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url =
| format =
| publisher = Bandung: Pustaka Hidayah
| accessdate =
}}
</ref><ref name="e">{{en}} {{cite journal
| author = Margaret Smith
| year = 1928
| month =
| title = Rabia The Mystic & Her Fellow Saints in Islam
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url =
| format =
| publisher = London: Cambridge University Press
| accessdate =
}}
</ref> Ia dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.<ref name=a /><ref name=b /><ref name=c /><ref name=f /><ref name=e /><ref name="d">{{id}} {{cite journal
| author = Muhammad Atiyah Khamis
| year = 1994
| month = Aprl
| title = Penyair Wanita Sufi: Rabiah Al-Adawiyah
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url =
| format =
| publisher = Jakarta: Pustaka Firdaus
| accessdate =
}}
</ref><ref name="g">{{id}} {{cite journal
| author = Hamka, Buya
| year = 1953
| month =
| title = Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad
| journal =
| volume = 2
| issue =
| pages = 69
| doi =
| id =
| url =
| format =
| publisher = Jakarta: Penerbit Pustaka Islam
| accessdate =
}}</ref> Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irakdan meninggal sekitar tahun 801 Masehi / 185 Hijriah.<ref name=f /><ref name=e /> Nama lengkapnya adalah '''Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah'''.<ref name=c /> Rabiah merupakan sufi wanita beraliran [[Sunni]] pada masa dinasti [[Umayyah]] yang menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah, yang mengabdikan dirinya untuk penelitian hukum kesucian yang sangat takut dan taat kepada Tuhan.<ref name=c /><ref name=f /><ref name=e /> Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai "The Mother of the Grand Master" atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya.<ref name=b /> Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun al-Misri.<ref name=a /> Kezuhudan Rabi'ah juga dikenal hingga ke [[Eropa]].<ref name=d /> Hal ini membuat banyak cendekiawan Eropa meneliti pemikiran Rabi'ah dan menulis riwayat hidupnya, seperti Margareth Smith, Masignon, dan Nicholoson.<ref name=b /><ref name=d />
 
== Biografi ==
=== Kelahiran ===
[[Berkas: Basrah.JPG|thumbjmpl|leftkiri| 200px250px| Kota [[Basrah adalah kota kelahiran Rabi'ah Al=Adawiyah]].]]
RabiahRabi'ah dilahirkan di kota [[Basrah]], [[Irak]], sekitar abad ke delapan tahun 713 - 717 masehiMasehi.<ref name=d /><ref name=i /> Ia dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara, sehingga ia dinamakan Rabiah yang berarti anak keempat.<ref Ayahnyaname=d bernama/><ref Ismail,name="i">{{en}} ketika{{cite malam menjelang kelahiran Rabiah, keadaan ekonomi keluarga Ismail sangatlah buruk sehingga ia tidak memiliki uang dan penerangan untuk menemani istrinya yang akan melahirkan. Beberapa hari setelah kelahiran Rabi'ah, Ismail bermimpi bertemu dengan nabi [[Muhammad]], dalam mimpinya beliau berkata untuk Ismail agar jangan bersedih karena anaknya, Rabi'ah, akan menjadi seorang wanita yang mulia, sehingga banyak orang akan mengharapkan syafaatnya.journal
| author = Poem Hunter
| year =
| month =
| title = Biography of Rabia al Basri
| journal =
| volume =
| issue =
| pages =
| doi =
| id =
| url = http://www.poemhunter.com/rabia-al-basri/
| format =
| publisher =
| accessdate = 26 Juni 2014
}}</ref> Ayahnya bernama Ismail, ketika malam menjelang kelahiran Rabi'ah, keadaan ekonomi keluarga Ismail sangatlah buruk sehingga ia tidak memiliki uang dan penerangan untuk menemani istrinya yang akan melahirkan.<ref name=d /> Beberapa hari setelah kelahiran Rabi'ah, Ismail bermimpi bertemu dengan nabi [[Muhammad]], dalam mimpinya dia berkata pada Ismail agar jangan bersedih karena anaknya, Rabi'ah, akan menjadi seorang wanita yang mulia, sehingga banyak orang akan mengharapkan syafaatnya.<ref name=d />
=== Menjadi yatim piatu ===
Sejak kecil Rabi'ah sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan sangattaat salihberagama.<ref name=d /> Beberapa tahun kemudian, ayahnya, Ismail, meninggal dunia kemudian disusul oleh ibunya, sehingga Rabi'ah dan ketiga saudara perempuannya menjadi anak [[yatim piatu]].<ref name=d /> Ayah dan Ibunya hanya meninggalkan harta berupa sebuah perahu yang kemudian digunakan Rabi'ah untuk mencari nafkah.<ref name=d /> Rabi'ah bekerja sebagai penarik perahu yang menyebrangkan orang dari tepi [[sungaiSungai Dajlah]] ke tepi sungai yang lain.<ref name=d /> Sementara ketiga saudara perempuannya bekerja dirumah menenun kain atau memintal benang.<ref name=d />
 
=== Menjadi Hambahamba Sahayasahaya ===
Ketika kota [[Basrah]] dilanda berbagai bencana alam dan kekeringan akibat kemarau panjang, Rabi'ah dan ketiga saudara perempuannya memutuskan untuk berkelana ke berbagai daerah untuk bertahan hidup.<ref name=d /> Dalam pengembaraanya, Rabi'ah terpisah dengan ketiga saudara perempuannya sehingga ia hidup seorang diri.<ref name=d /> Pada saat itulah Rabi'ah diculik oleh sekelompok penyamun kemudian dijual sebagai [[Budak|hamba sahaya]] seharga enam [[dirham]] kepada seorang pedagang.<ref name=e /><ref name=d /> Pedagang yang membeli Rabi'ah sebagai hamba sahaya memperlakukannya dengan kejam, sehingga Rabi'ah harus selalu bekerja keras sepanjang hari.<ref Namunname=e hal/><ref ituname=d tidak menjadikan Rabi'ah berputus asa, ia semakin mengokohkan imannya./> Dalam suatu malam, Rabi'ah bermunajat kepada [[Allah]] jika ia dapat bebas dari perbudakan maka ia tak akan berhenti sedikit pun beribadah.<ref kepadaname=e Allah./><ref name=d /> Ketika Rabi'ah sedang berdoa dan melakukan salat malam, pedagang yang menjadi majikannya itu dikejutkan oleh sebuah lentera yang bergantung di atas kepala Rabi'ah tanpa ada sehelai tali pun.(45)<ref name=e /><ref name=d /> Cahaya bagaikan lentera yang menyinari seluruh rumah itu merupakan cahaya [[sakinah]] (diambil dari bahasa [[HebrewIbrani]] yaitu ''"Shekina"'' yang berarti cahaya rahmat Tuhan) dari seorang muslimah suci.(5)<ref name=e />
 
Melihat peristiwa tidak biasa yang terjadi pada Rabi'ah, pedagang itu menjadi ketakutan dan keesokan harinya membebaskan Rabi'ah. Sebelum Rabi'ah pergi, Pedagang itu menawarkan Rabi'ah untuk tinggal di [[Basrah]] dan ia akan menanggung segala keperluan dan kebutuhan Rabi'ah, namun karena kezuhudannya, Rabi'ah menolak dan sesuai janjinya jika ia bebas, maka Rabi'ah akan mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah.(4)
Melihat peristiwa tidak biasa yang terjadi pada Rabi'ah, pedagang itu menjadi ketakutan dan keesokan harinya membebaskan Rabi'ah.<ref name=e /><ref name=d /> Sebelum Rabi'ah pergi, Pedagang itu menawarkan Rabi'ah untuk tinggal di [[Basrah]] dan ia akan menanggung segala keperluan dan kebutuhan Rabi'ah, namun karena kezuhudannya, Rabi'ah menolak dan sesuai janjinya jika ia bebas, maka Rabi'ah akan mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah.<ref name=d />
 
=== Kehidupan sebagai sufi dan pilihan untuk tidak menikah ===
Setelah bebas sebagai hamba sahaya, Rabi'ah pergi mengembara di [[padang pasir]].<ref name=e /> Setelah beberapa saat tinggal di padang pasir, ia menemukan tempatempat tinggal.<ref name=e /> Di tempat itulah ia menghabiskan seluruh waktunya beribadah kepada [[Allah]].<ref name=e /> Rabiah juga memiliki majelis yang dikunjungi banyak murid.<ref name=c /> Majelisnya itu juga sering dikunjungi oleh [[zahid]]-zahid lain untuk bertukar pikiran.<ref Diantaraname=c /> Di antara mereka yang pernah mengunjungi majelis Rabi'ah adalah, [[Malik bin Dinar]] (wafat 748 / 130 H), [[Sufyan as-Sauri]] (wafat 778 / 161H), dan [[Syaqiq al-Balkhi]] (wafat 810/194H).(3)<ref name=c /> Rabi'ah hanya tidur sedikit disiang hari dan menghabiskan sepanjang malam untuk bermunajat sehingga ia dikenal sebagai [[pujangga]] dengan [[syair]]-syair cintanya yang indah kepada Allah.<ref name=d /> Rabi'ah telah terkenal karena kecerdasan dan ketaatannya ke pelosok negeri sehingga ia menerima banyak lamaran untuk menikah.(5)<ref Diantaraname=e /><ref name=d /> Di antara mereka yang melamarnya adalah [[Abdul Wahid bin Zayd]]Zaid, seorang teolog dan ulama., Juga [[Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi]], seorang amir dari dinasti [[Abbasiyah]] yang sangat kaya(45)., Jugajuga seorang [[Gubernur]] yang meminta rakyat Basrah untuk mencarikannya seorang istri dan penduduk Basrah bersepakat bahwa Rabi'ah adalah orang yang tepat untuk gubernur tersebut.<ref name=e /><ref name=d /> Riwayat lain juga menyebutkan bahwa [[Hasan Alal-Bashri]], seorang [[sufi]] besar dan sahabat Rabi'ah, juga meminangnya, namun hal itu masih diragukan kebenarannya mengingat Hasan al-Bashri meninggal 70 tahun sebelum kematian Rabi'ah.<ref Namunname=d /> Rabi'ah menolak seluruh lamaran itu dan memilih untuk tidak menikah.<ref name=e /><ref name=d /> Meskipun tidak menikah, Rabi'ah sadar bahwa pernikahan termasuk sunah agama, sebab, tidak ada kependetaan (bahasa [[Arab]]: ''Rahbaniyah'') dalam syariat islam.(5)<ref name=d /> Rabi'ah ia memilih untuk tidak menikah karena ia takut tidak bisa bertindak adil terhadap suami dan anak-anaknya kelak karena hati dan perhatiannya sudah tercurahkan kepada Allah.<ref name=e /><ref name=d /> Tidak ada satupun di dunia ini yang dicintai Rabi'ah kecuali Allah.<ref name=e /><ref name=d /> Sehingga atas dasar itulah, Rabi'ah memuntuskan untuk tidak menikah hingga akhir hidupnya.<ref name=e /><ref name=d />
 
=== Akhir hidup ===
Sekembalinya Rabi'ah dari [[Mekah]] untuk melaksanakan ibadah [[haji]], kesehatan Rabi'ah mulai menurun.<ref name=d /> Ia tinggal bersama sahabatnya, Abdah binti Abi Shawwal, yang telah menemaninya dengan baik hingga akhir hidupnya.<ref name=d /> Rabi'ah tak pernah mau menyusahkan ornagorang lain(3),<ref name=c /> sehingga ia meminta kepada Abdah untuk membungkus jenazahnya nanti dengan kain kafan yang telah ia sediakan sejak lama.<ref name=d /> Menjelang kematiannya, banyak orang-orang saleh ingin mendampinginya, namun Rabi'ah menolak.<ref name=c /><ref name=e /><ref name=d /> Rabiah diperkirakan meninggal dalam usia 83 tahun pada tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Iadan dimakamkan di [[Bashrah]], [[Irak]].<ref name=a /><ref name=b /><ref name=c /><ref name=f /><ref name=e /><ref name=d /><ref name=g />
== Ajaran ==
[[Berkas:Ibn Arabi.jpg|jmpl|kiri|200px|Ibnu Arabi adalah ulama tasawuf besar setelah masa Rabi'ah]]
Dalam masa penderitaan perbudakan, Rabi'ah mengembangkan aliran sufi yang berlandaskan seluruh amal ibadahnya atas dasar cinta kepada Ilahi tanpa pamrih atas pahala, [[surga]] atau penyelamatan dari azab neraka. Rabi'ah terkenal dengan metode cinta kepada Allah (Bahasa [[Arab]]: ''Al-mahabbah'', artinya cinta tanpa pamrih).(1) dan uns (kedekatan dengan Tuhan).(2) Perkataan mistik rabiah menggambarkan kesalehan dirinya, dan banyak diantara mereka yang menjadi kiasan atau kata-kata hikmah yang tersebar luas di wilyah-wilayah negara Islam. (2) Rabi'ah al-Adawiyah terknal zahid (tak tertarik pada harta dan kesenangan duniawi) dan tak pernah mau meminta pertolongan pada ornag lain. Ketika ia ditanya orang mengapa ia bersikap demikian, Rabi'ah menjawab: ''Saya malu meminta sesuatu pada Dia yang memilikinya, apalagi pada orang-orang yang bukan menjadi pemilik sesuatu itu. Sesungguhnya Allah lah yang memberi rezeki kepadaku dan kepada mereka yang kaya. Apakah Dia yang memeberi rezeki kepada orang yang kaya, tidak memberi rezeki kepada orang-orang miskin? Sekiranya dia menghendaki begitu, maka kita harus menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya dan haruslah kita menerimanya dengan hati rida (senang).'''
Ketika menjadi [[hamba sahaya]], Rabi'ah mengembangkan aliran [[sufi]] yang berlandaskan seluruh amal ibadahnya atas dasar cinta kepada Ilahi tanpa pamrih atas pahala, [[surga]] atau penyelamatan dari azab neraka.<ref name=a /> Rabi'ah terkenal dengan metode cinta kepada Allah (Bahasa [[Arab]]: ''Al-mahabbah'', artinya cinta tanpa pamrih)<ref name=a /> dan uns (kedekatan dengan Tuhan).<ref name=b /> Perkataan mistik Rabi'ah menggambarkan kesalehan dirinya, dan banyak di antara mereka yang menjadi kiasan atau kata-kata hikmah yang tersebar luas di wilyah-wilayah negara [[Islam]].<ref name=b /> Rabi'ah al-Adawiyah terkenal zahid (tak tertarik pada harta dan kesenangan duniawi) dan tak pernah mau meminta pertolongan pada ornag lain.<ref name=c /> Ketika ia ditanya orang mengapa ia bersikap demikian, Rabi'ah menjawab:<br>
<br>
Berbeda dari para [[zahid]] atau [[sufi]] yang mendahuluinya atau yang sezaman dengannya, Rabi'ah dalam menjalankan [[tasawuf]] itu bukanlah karena dikuasai oleh perasaan takut kepada Allah atau takut kepada nerakanya. Hatinya penuh oleh perasaan cinta kepada Allah sebagai kekasihnya. Bagaimana gelora cintanya kepada Tuhan tergambar dalam sejumlah ungkapan-ungkapan syair.
{{Cquote|Saya malu meminta sesuatu pada Dia yang memilikinya, apalagi pada orang-orang yang bukan menjadi pemilik sesuatu itu.<ref name=c /> Sesungguhnya Allah lah yang memberi rezeki kepadaku dan kepada mereka yang kaya.<ref name=c /> Apakah Dia yang memeberi rezeki kepada orang yang kaya, tidak memberi rezeki kepada orang-orang miskin? Sekiranya dia menghendaki begitu, maka kita harus menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya dan haruslah kita menerimanya dengan hati rida (senang).<ref name=c />}}
<br>
Berbeda dari para zahid atau [[sufi]] yang mendahului dan sezaman dengannya, Rabi'ah dalam menjalankan [[tasawuf]] itu bukanlah karena dikuasai oleh perasaan takut kepada Allah atau takut kepada nerakanya.<ref name=c /> Hatinya penuh oleh perasaan cinta kepada Allah sebagai kekasihnya.<ref name=c />
 
Para cendikiawan[[ulama]] [[tasawuf]] memandang Rabi'ah sebagai tonggak penting perkembangan [[tasawuf]] dari fase dominasi emosi takut kepada Allah menuju fase dominasi atau mengembangkan emosi cinta yang maksimal kepada-Nya.<ref (3)name=c />
Tingkat kehidupan [[zuhud]] yang tadinya direntangkan oleh [[Hasan Basri]]al-Bashri sebagai ketakutan dan pengharapan kepada Allah, telah dinaikkan maknanya oleh Rabiah Al-AdawiyahRabi'ah sebagai zuhud karena cinta kepada Allah.<ref name=g /> Rabi'ah telah membuka jalan ma'rifat [[Tuhan|Illahi]] sehingga ia menjadi teladan bagi para cendikiawan muslim, seperti Sufyan ath-Thawri, Rabah bin Amr al-Qaysi, dan [[Malik bin Dinar]].<ref name=d />
Rabi'ah telah membuka jalan [[ma'rifat]] Illahi sehingga ia menjadi teladan bagi para cendikiawan muslim, seperti [[Sofyan ath-Thawri]], [[Rabah bin Amr al-Qaysi]], dan [[Malik bin Dinar]].
 
== Pengaruh Rabi'ah terhadap perkembangan sufisme ==
Ajaran-ajaran Rabi'ah tentang tasawuf dan sumbangannya terhadap perkembangan [[sufisme]] dapat dikatakan sangat besar.<ref name=e /> Sebagai seorang guru dan penuntun kehidupan sufistik, Rabi'ah banyak dijadikan panutan oleh para sufi dan secara praktis penulis-penulis besar sufi selalu membicarakan ajarannya dan mengutip syair-syairnya sebagai seorang ahli tertinggi.<ref name=e /> Di antaramereka adalah Abu Thalib al-Makki, As-Suhrawandi, dan teolog muslim, [[Al-Ghazali]] yang mengacu pada ajaran-ajaran Rabi'ah sebagai doktrin-doktrin dalam sufisme.<ref name=e />
[[Abu Thalib al-Makki]], [[As-suhrawandi]], dan teolog muslim, [[Al-Ghazali]] juga mengacu pada ajaran-ajaran Rabi'ah sebagai doktrin-doktrin dalam sufisme.(5).
 
== Sya'irSyair-sya'ir Rabi'ahsyair ==
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak [[tasawuf]] Rabi’ah.<ref name=g /> [[Syair]]-syair kecintaannya kepada Allah kemudian banyak keluar dari ucapan sufi-sufi besar seperti Fariduddin Al-Athar, Ibnu Fardih, [[Al-Hallaj]], [[Ibnu Arabi]], [[Jalaluddin Rumi]] telah dimulai lebih dahulu oleh Rabi’ah.<ref name=g /> Setengah dari syairnya adalah:
[[berkas: Molana.jpg|thumb|right|150px| Jalaluddin Rumi merupakan sufi yang banyak terinspirasi dari Rabi'ah]]
{{Cquote|''Aku cinta padamu dua macam cinta''
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak tasawuf Rabi’ah. Syair-syair kecintaannya kepada Allah kemudian banyak keluar dari ucapan sufi-sufi besar seperti Fariduddin Al-Athar, Ibnul Fardih, Al-Halladj, Ibnu Arabi, Jalaludin Rumi telah dimulai lebih dahulu oleh Rabi’ah. Setengah dari syairnya adalah:
''Cinta rindu''<br>
:''Aku cinta padamu dua macam cinta:''
''dan cinta karena engkau berhak menerima cintaku''<br>
:''Cinta rindu''
:''danAdapun cinta, karena engkau berhak menerima cintakuEngkau''<br>
''Hanya Engkau yang aku kenang''<br>
:''Adapun cinta, karena Engkau''
:''Hanya EngkauTiada yang aku kenanglain''<br>
''Adapun cinta karena Engkau berhak menerimanya''<br>
:''Tiada yang lain''
''Agar Engkau buka kan aku hijab''<br>
:''Adapun cinta karena Engkau berhak menerimanya''
''Supaya aku dapat melihat Engkau''<br>
:''Agar Engkau buka kan aku hijab ''
''Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku''<br>
:''Supaya aku dapat melihat Engkau.''
:''Pujian atas kedua perkara itu bukanlahadalah bagikubagi Mu sendiri''<ref name=g />}}
:''Pujian atas kedua perkara itu adalah bagi Mu sendiri.''
 
Alghazali[[Al-Ghazali]] memberikan pendapatnya tentang [[syair]] Rabi’ah itu.<ref name=g /> Menurut Al ghazali, yang dimaksud dengan cinta kerinduan adalah cinta akan Allah karena nikmat-Nya diatas dirinya karena Allah telah menganugerahinya hidup sehingga ia dapat menyebut nama-Nya.<ref name=g /> Dan cinta kedua, yaitu cinta karena Allah berhak menerimanya, ialah cinta karena menyaksikan keindahan Allah dan kebesarannya yang kian hari kian terbuka baginya.<ref name=g /> Maka itulah cinta yang setingi-tingginya.<ref name=g />
Dalam syair yang lain, Rabi’ah berkata:<ref name=g />
 
:{{Cquote|''Ku jadikan Engkau teman bercakap dalam hidupku''<br>
:''Tubuh kasarku biar bercakap dengan yang duduk''<br>
:''Jisimkuisimku biar bercengkrama dengan tolanku''<br>
:''Isi hatiku hanyalah teteap engkau sendiri.''<br><ref name=g />}}
 
Tujuan Rabi’ah yaitu kepada Tuhan karena Tuhan, bukan kepada Tuhan karena mengharap.<ref name=g /> Sehingga ia menuliskan lagi syair seperti ini:<ref name=g />
:{{Cquote|''Ya Illahi! Jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka,''<br>
:''maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.''<br>
:''Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya!''<br>
:''Tetapi jika aku beribadah kepada Engkau hanya karena semata-mata karena kecintaanku kepada-Mu,''<br>
:''maka janganlah, Ya Illahi, Engkau haramkan aku melihat keindahanmu yang azali.''<ref name=a /></ref name=g />}}
{{Persondata
|name= Basri, Rabia
|alternative names=
|short description= Muslim saint and Sufi mystic.
|date of birth= june?
|place of birth= [[Basra]],
|date of death= 801
|place of death= [[Mount of Olives]]
}}
 
== Referensi ==
{{reflist|3}}
 
== Bacaan lebih lanjut ==
* Smith, Margareth. 1928. ''Rabia The Mystic & Her Fellow Saints in Islam''. London: Cambridge University Press.
* Hamka, Buya. 1953. ''Tasawuf dari Abad ke Abad''. Halaman: 69-73. Jakarta: Pustaka Islam.
* Khamis, Muhammad Atiyah. 1994. ''Rabi'ah al Adawiyah''. Jakarta: Pustaka Firdaus.
 
== Pranala luar ==
* [https://www.goodreads.com/book/show/1480761.Mahabbah_Cinta_Rabiah_Al_Adawiyah Mahabbah Cinta Rabiah Al Adawiyah]
* [https://surau.co/biografi-rabiah-al-adawiyah-717-m/ Biografi Rabi’ah Al-Adawiyah 717 M]
 
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Basri, Rabia}}
[[Kategori: Sufi]] [[Kategori: Tokoh Islam]] [[Kategori: Tasawuf]]
[[Kategori:Sufi]]
[[Kategori:Tokoh Islam]]
[[Kategori:Tasawuf]]
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Ulama sufi]]
[[Kategori:Penyair Irak]]