HIV/AIDS di Afrika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fahritjan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
VIGENio (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(23 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:AIDS di Afrika-Uganda.jpg|thumbjmpl|Seorang guru sedang memberikan pelajaran tentang [[AIDS]] di depan kelas di [[Uganda]] .]]
'''HIV/AIDS di Afrika''' adalah [[epidemik]] virus [[HIV]]/[[AIDS]] yang meluas di negara-negara yang berada di [[benua Afrika]] yang penyebarannya bervariasi satu sama lainnya.
 
Walaupun penyebaran penyakit ini tidak hanya di Afrika, namuntetapi nyatanya Afrika adalah daerah yang paling terpengaruh dari penyebaran virus ini. Benua Afrika didiami oleh 10% dari jumlah populasi dunia namun disaatpada saat yang sama 60% dari jumlah populasinya mengidap AIDS.
 
{| style="font-size:90%"
|-
|
 
{| cellpadding="2" cellspacing="2" style="border: 1px #aaa solid"
|- bgcolor=#B5E1FF
Baris 20 ⟶ 19:
|}
|- align="center"
| <small>Perbandingan HIV antar wilayah (Sumber: [http://www.unaids.org/en/geographical+area/by+region/sub-saharan+africa.asp UNAIDS] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080516173422/http://www.unaids.org/en/geographical+area/by+region/sub-saharan+africa.asp |date=2008-05-16 }})</small>{{br}}
<small>
|}
 
== Tinjauan Umum ==
[[Berkas:Grafik AIDS.PNG|thumbjmpl|650px|left| kiri]]
Banyak yang menanggap bahwa [[prevalensi penyakit]] HIV stabil di kebanyakan tempat di [[Afrika Sub-Sahara]], tetapi banyak laporan yang menyatakan bahwa jumlah pengidap HIV masih meningkat di negara-negara Afrika bagian selatan (walaupun ada beberapa wilayah negara yang jumlahnya stabil). [[Uganda]] memiliki kecepatan tanggap tingkat nasional yang paling berhasil, mengurangi prevalensi HIV dari 11% hingga sekitar 6% saat ini. Walau ada juga laporan yang menyatakan bahwa prevalensi HIV di Uganda sedang meningkat kembali; tetapi pada awalnya, Uganda memang telah berhasil mengurangi prevalensi HIV pada tingkat nasional sejak awal 1990an (untuk statistik pendukung, lihat halaman web UNAIDS). Akan tetapi, beberapa agensi mengingatkan agar masyarakat jangan melihat tingkat infeksi yang mulai stabil sebagai awal dari berakhirnya [[pandemik]] di Afrika.
 
Hal ini sering disebabkan karena meningkatnya tingkat kematian akibat AIDS, yang dapat menyembunyikan jumlah infeksi baru.
 
Walau prevalensi HIV menurun, seperti yang terjadi di Uganda, tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah infeksi baru tetap tinggi. Statistik prevalensi nasional dapat menyamarkan tingginya tingkat infeksi di tempat-tempat tertentu atau di antara kelompok-kelompok dengan risiko tinggi. Selain itu, beberapa negara memiliki angka [[migrasi]] yang tinggi karena kondisi dalam negeri yang buruk (misalnya: Zimbabwe).
 
Hal ini menyebabkan nilai prevalensi menjadi tidak akurat (contohnya: di beberapa wilayah di Botswana, penduduk yang diuji tidak ditanya dari negara mana mereka berasal. Oleh karena itu, penduduk asing secara salah diikutsertakan pula dalam statistik nasional).
Baris 38 ⟶ 37:
Selanjutnya, masih banyak yang membantah bahwa HIV menyebabkan AIDS, terutama di beberapa negara Afrika bagian selatan. [[Thabo Mbeki]] dan [[Robert Mugabe]] mengemukakan sebuah teori bahwa AIDS sesungguhnya berakar pada kemiskinan dan bukan karena infeksi HIV (Walau hal ini tidak sepenuhnya salah, argumen yang digunakan dirasa sangat kontroversial, karena mereka mengesampingkan pertalian medis antara HIV dan AIDS). Selain itu, masih banyak mitos seputar penggunaan kondom. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa kondom digunakan untuk menghambat pertumbuhan penduduk Afrika; mitos lainnya adalah bahwa memakan ayam itu sangat berbahaya karena besar kemungkinan ayam tersebut pernah memakan kondom bervirus; atau bahwa kondom mengekang tradisi kekuasaan pria di dalam komunitasnya.
 
[[Berkas:Grafik Harapan Hidup AIDS Afrika 2648.PNG|rightka|650px|thumbjmpl|Perubahan angka harapan hidup di beberapa negara di Afrika.
{{legend-line|red solid 2px|Botswana}}{{legend-line|darkgreen solid 2px|Zimbabwe}}{{legend-line|blue solid 2px|Kenya}}{{legend-line|black solid 2px|Afrika Selatan}}{{legend-line|grey solid 2px|Uganda}}]]
Di 35 negara Afrika dengan prevalensi tertinggi, rata-rata [[angka harapan hidup]] adalah 48.3 tahun—6.5 tahun di bawah angka harapan hidup normal (tanpa adanya infeksi/penyakit HIV/AIDS). Bagi negara-negara dengan jangkauan prevalensi di atas 13%, angka harapan hidup adalah 47.7 tahun—11.0 tahun di bawah angka harapan hidup yang diperkirakan dapat dicapai tanpa HIV/AIDS.
Baris 44 ⟶ 43:
[[UNAIDS]] telah memperkirakan kemungkinan yang dapat terjadi di wilayah ini hingga tahun 2025.Perkiraan ini mencakup kemungkinan tercapainya fase stabil (plateau) dan kemudian penurunan angka kematian sekitar tahun 2012; atau kemungkinan terjadinya peningkatan besar-besaran pada angka kematian dengan perkiraan terjadinya 90 juta kasus infeksi.
 
Sepanjang sejarah, pengeluaran untuk kesehatan dari negara-negara Afrika dapat dikatakan sangat minim. Hal ini mewariskan sistem pelayanan kesehatan yang sangat buruk. Keadaan ini diperburuk oleh alokasi prioritas pengeluaran yang kurang baik oleh [[rezim militer]] di benua itu, terutama setelah kemerdekaan dari kolonialisme. [[Sistem kesehatan]] yang diwariskan oleh penguasa kolonial lebih mengutamakan pengobatan penyakit, dan bukan pada pencegahan penyakit. Program pencegahan yang baik adalah dasar yang penting untuk menjalankan program penanggulangan. Tetai, untuk melakukan perubahan sesuai tuntutan ini, sangatlah sulit.
 
Tanpa gizi, pelayanan kesehatan, dan obat-obatan (misalnya obat [[anti-retroviral]]) seperti yang tersedia di negara-negara maju, banyak orang di Afrika yang akhirnya mengidap AIDS. Mereka tidak dapat bekerja dan membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Banyak yang meramalkan bahwa keadaan ini akan menyebabkan keruntuhan ekonomi dan rusaknya sistem masyarakat di wilayah ini. Di negara-negara yang paling parah, banyak anak-anak yang menjadi yatim piatu, yang kemudian dirawat oleh sanak saudara atau terpaksa tinggal di panti asuhan atau bahkan menggelandang. [[UNAIDS]], [[WHO]] dan [[UNDP]] mencatat semakin berkurangnya angka harapan hidup dan penurunan [[GNPproduk nasional bruto]] (PNB, GNP) di berbagai negara di Afrika yang memiliki prevalensi HIV sebesar 10% atau lebih.
 
Banyak pemerintah di negara-negara Afrika Sub-Sahara yang selama bertahun-tahun membantah adanya masalah ini. Dan walaupun mereka sekarang ini lebih bersedia untuk mencari pemecahan masalah ini, ada beberapa hal yang menghambat pengurangan penyebaran penyakit ini. Beberapa di antara mereka menyatakan bahwa masalah ini berakar pada kurangnya dana. Pada kenyataannya ada banyak sekali bantuan yang disalurkan kepada negara-negara berkembang dengan tingkat HIV/AIDS yang tinggi. Sesungguhnya akar dari masalah ini adalah: sistem desentralisasi yang baru, kurangnya infrastruktur (terutama klinik atau balai kesehatan), korupsi di segala tingkat (baik itu di dalam organisasi pemberi bantuan maupun dalam pemerintahan), pertanggungjawaban yang berorientasi pada donor asing dan bukan kepada kelompok masyarakat yang terkait, serta penempatan sumber daya yang tidak terkoordinasi dengan baik. Tentunya, setiap negara memiliki masalah yang berbeda satu dengan lainnya, terutama sehubungan dengan pendistribusian sumber daya, tetapi masalah-masalah yang disebutkan di atas terjadi hampir di semua daerah.
Baris 56 ⟶ 55:
Perlu diingat bahwa "tingkat prevalensi nasional' adalah sebuah gambaran epidemik yang tertunda, karena menyajikan data mengenai infeksi HIV dari beberapa tahun yang sudah lampau. Dengan kata lain, perhitungan prevalensi mengikutsertakan semua orang di suatu negara yang mengidap HIV/AIDS. Sebaliknya, perhitungan per "insiden" mencatat jumlah infeksi baru dan biasanya perhitungan dilakukan per satu tahun periode. Sayangnya, tidak ada cara yang baik dan tepercaya untuk menguji frekuensi insiden infeksi HIV di Afrika Sub-Sahara. Perkiraan terbaik didapat dari angka prevalensi pada wanita yang sedang mengandung yang mengunjungi [[klinik antenatal]]. Metode penilaian seperti ini dikenal dengan sebutan [[serosurvei]].
 
Banyak yang meragukan pelaporan kasus HIV oleh unit-unit kesehatan, karena unit tersebut jarang beroperasi di komunitas daerah terpencil dan sering tidak memperhitungkan penduduk yang memutuskan untuk meinggal di rumah atau yang mencari [[pengobatan alternatif]]. Survei-survei baru seperti survei populasi nasional atau survei rumah tangga semakin sering digunakan untuk mengisi kekurangan serosurvei. Survei ini mengukur dan mengumpulkan data dari kedua jenis kelamin, dari wanita yang tidak sedang megandung, serta mampu memperoleh data dari daerah-daerah yang terpencil. Gabungan survei-survei ini mampu memberikan penyesuaian pada catatan tingkat prevalensi nasional yang sudah ada, yang dimiliki oleh beberapa negara di Afrika dan di benua lainnya.
 
Serosurvei dan survei nasional tentu memiliki beberapa kekurangan. Banyak penduduk yang mungkin tidak berpartisipasi dalam survei rumah tangga karena mereka takut mengetahui apakah mereka memang benar-benar positif mengidap HIV, atau karena mereka sedang tidak berada di rumah (tetapi tidak termasuk pekerja yang sering berpindah / nomaden, yang termasuk dalam kategori penduduk berisiko tinggi). Ekstrapolasi data juga memerlukan beberapa kriteria pengandaian, yang mungkin tidak sesuai untuk digunakan di seluruh wilayah atau untuk menghitung epidemik pada tingkat penetrasi yang berlainan.
Baris 65 ⟶ 64:
{{cquote|Secara teknis prawatan dapat diberikan di mana saja di dunia ini. Bahkan, kekurangan infrastruktur bukan suatu alasan—Saya tidak tahu satu tempat pun di mana infrastruktur kesehatan yang kelebihan beban, sehingga tidak mampu memberikan perawatan yang baik dijadikan sebagai alasan utama tidak adanya perawatan itu. Ketahuilah bahwa [kurangnya] pengetahuan bukanlah halangan, tetapi ketidak adaannya kemauan politiklah [yang menjadikan] halangan itu.}} <small>Peter Piot, Direktur Eksekutif UNAIDS</small>
 
Obat [[anti-retroviral]] (ARV) yang baru dapat memperlambat atau bahkan membalikkan perkembangan infeksi HIV, menunda serangan AIDS selama dua puluh tahun atau lebih. TetapiNamun, karena biaya yang harus dikeluarkan relatif tinggi, maka hanya 7% dari 6 juta orang di negara berkembang yang memerlukan perawatan menggunakan ARV yang mampu menggunakannya. Tetapi akses untuk mendapatkan terapi ARV meningkat lebih dari delapan kali lipat sejak akhir tahun 2003, dan kini terhitung 810,000 pasien yang mendapatkan perawatan.
 
Kemudahan untuk mendapatkan obat-obatan yang sesuai semakin dilihat sebagai komponen penting dalam setiap strategi penanggulangan HIV/AIDS yang baik. ARV memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah sekaligus mengobati. Dipercaya bahwa semakin banyak orang yang bersedia untuk menjalani tes, apabila ada harapan bagi mereka untuk mendapatkan perawatan yang baik. Hal ini juga dapat mendorong mereka untuk berperilaku positif dengan berusaha untuk menghindari penularan virus kepada orang lain. Memperlambat serangan AIDS memungkinkan penduduk untuk terus hidup secara normal, sehingga dapat mendukung kehidupan sosial dan ekonomi di negara mereka.
Baris 73 ⟶ 72:
Dalam komunitas negara-negara Barat, terapi ARV masih sangat mahal, memakan biaya antara $10,000 hingga $15,000 per orang per tahun. Biaya ini termasuk biaya yang dibayarkan kepada pemegang [[paten]], yang memungkinkan perusahaan peneliti obat-obatan untuk mengembalikan modal yang digunakan untuk penelitian, sehingga mereka dapat mengembangkan obat-obat baru yang lebih baik. Akan tetapi, beberapa organisasai internasional seperti [[VSO]], [[Oxfam]] dan [[Medecins Sans Frontieres]] sering mempertanyakan apakah uang yang didapat oleh perusahaan ini sebanding dengan uang yang sebenarnya dikeluarkan untuk penelitian.
 
Sebagai perbandingan, di beberapa negara di Afrika, terapi ARV tersedia dengan biaya di bawah $140 per orang per tahun. Obat-obatan yang ada didapat dari [[India]], [[Afrika Selatan]], [[BrazilBrasil]], [[Thailand]], dan [[Cina]], negara-negara yang memproduksi [[obat generik]], duplikat dari obat-obat yang telah dipatenkan tersebut. Karena tidak perlu membayar bea kepada para pemegang hak paten, obat-obatan tersebut dapat kemudian diberikan kepada pasien yang membutuhkan dengan harga dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat di negara-negara berkembang. Pengurangan biaya ini diperoleh dari gabungan antara penggunaan obat generik dan diberikannya "potongan harga", yaitu sumbangan suka rela dari perusahaan produsen obat. Kini para pemegang paten sudah mulai menurunkan harga jual obat-obatan mereka untuk menghadapi kompetisi dari industri obat generik.
 
Selain biaya obat-obatan, biaya terapi HIV juga mencakup perlunya mengadakan pemeriksaan berkala atau [[AIDS#perawatan|pengujian]] angka [[viral load]] (jumlah virus HIV dalam setiap mililiter darah) dan hitungan sel [[CD4]] untuk mengawasi dan mencegah pembentukan kekebalan pada virus. Pengujian semacam ini tentunya membuthkan peralatan laboratorium yang mahal dan logistik yang memadai. Di Afrika, biaya per pasien untuk pengadaan laboratorium seperti ini jauh lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk membeli ARV. Total biaya yang biasanya harus dikeluarkan untuk terapi sesuai dengan ketentuan standar negara-negara Barat adalah sekitar $800. <ref>Perkiraan biaya Program DREAM (Drug Resources Enhancement against Aids and Malnutrition) ini adalah per orang per tahun. Sumber: IPS News. "[http://ipsnews.org/africa/interna.asp?idnews=22928 A Church Group Makes Strides in Supplying ARVs] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060210231907/http://ipsnews.org/africa/interna.asp?idnews=22928 |date=2006-02-10 }}"</ref>
 
Oleh karena itu, terapi ARV masih tergolong mahal untuk sebagian besar penduduk Afrika; dan bagi mereka yang hidup di bawah [[garis kemiskinan]], dengan pendapatan sekitar $2 per hari, terapi ini tidak terjangkau, sehingga mereka harus bergantung ada pelayanan kesehatan gratis.
 
Inisiatif [[3 by 5]] yang dicanangkan oleh [[WHO]] dimaksudkan untuk memberikan terapi ARV kepada 3 juta orang hingga pada akhir tahun 2005. Organisasi kemanusiaan internasional melakukan berbagai usaha pendekatan untuk mendorong pengembangan produksi obat generik di negara-negara berkembang -- secepatnyaberkembang—secepatnya untuk jangka pendek dan secara perlahan tetapi berkelanjutan untuk jangka panjang -- denganpanjang—dengan menggunakan dana dari inisiatif 3-by-5 ini.
 
Inisiatif AIDS dari [[Amerika Serikat]], [[PEPFAR]] ,<ref>[{{Cite web |url=http://www.pepfar.gov/about/ |title=US State Dept: About PEPFAR] |access-date=2007-10-10 |archive-date=2023-08-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230802052210/https://www.pepfar.gov/about/ |dead-url=no }}</ref>, memusatkan dua per tiga dari keseluruhan sumber dayanya untuk AIDS di Afrika. Mulai dari tahun 2004, pengeluarannya untuk proyek di seluruh dunia naik dari $2.3 juta menjadi $3.3 juta pada tahun 2006. Tingkat pemberian bantuan sebesar $4 juta sedang dipermohonkan untuk tahun 2007. <ref>[{{Cite web |url=http://www.state.gov/s/gac/rl/fs/2006/67325.htm |title=PEPFAR: Making a Difference: Funding (June 2006)] |access-date=2006-06-07 |archive-date=2006-06-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20060607181027/http://www.state.gov/s/gac/rl/fs/2006/67325.htm |dead-url=no }}</ref>
 
Proyek [[DREAM]], yang dimotori oleh [[Community of Sant'Egidio]] telah terbukti menjadi salah satu cara pemberian akses perawatan gratis menggunakan obat [[generik]] [[HAART]] bagi kalangan tidak mampu dalam jumlah banyak: Sejauh ini, 5,000 orang telah menerima perawatan, terutama di Mozambique; tetapi program ini juga sedang disosialisasikan di berbagai negara: Malawi, Guinea, Tanzania dan lain-lain. Walaupun gratis, program ini mempunyai tujuan untuk memberikan perawatan yang terbaik, memberikan pilihan obat yang lengkap ([[HAART]]) dan tes darah secara berkala sesuai dengan standar Eropa.saat ini beberapa warga dunia membuat gerakan peduli aids yakni seperti indonesia membuat komunitas aids peduli odha yang salah satu relawannya yg mengabdi yaitu [[Muhammad Abdul Hadi]]. Program ini juga dihubungkan dengan program perbaikan gizi serta memberikan penyuluhan dan bimbingan pemeliharaan kebersihan lingkungan (sanitasi). Penyuluhan dan pembimbingan ini dilakukan oleh para relawan (dan juga mereka yang mengidap HIV yang hendak membantu). Program ini berhasil mendorong pasien-pasien baru untuk mengikuti dan datang pada hari-hari yang ditentukan. Angka keikutsertaan program ini sangat tinggi (94%).
 
== Analisis Regional ==
Baris 92 ⟶ 91:
|-
|
 
{| cellpadding="2" cellspacing="2"
|- bgcolor=#B5E1FF
Baris 113 ⟶ 111:
 
|- align="center"
| <small>HIV di Afrika Tengah/Timur (Sumber: [http://www.unaids.org/en/geographical+area/by+region/sub-saharan+africa.asp UNAIDS] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080516173422/http://www.unaids.org/en/geographical+area/by+region/sub-saharan+africa.asp |date=2008-05-16 }})</small>{{br}}
<small>*Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2005 oleh [[Central Statistical Agency (Ethiopia)|Agensi Statistik Pusat Ethiopia]] menunjukkan bahwa prevalensi pada populasi dewasa (usia 15-49) adalah 1.4% dan prevalensi pada populasi wanita adalah 1.9% dan di antara populasi pria adalah 0.9%.<ref>{{cite web
|url=http://www.childinfo.org/mics/mics3/docs/dissemination/DHS_Ethiopia_%20HIV_factsheet.pdf
|title=HIV/AIDS Data from the 2005 Ethiopia Demographic and Health Survey
|publisher=United Nations Childrens Fund (UNICEF)
|accessdate=2006-06-21}}</ref>
|archive-date=2008-02-27
|archive-url=https://web.archive.org/web/20080227223241/http://www.childinfo.org/mics/mics3/docs/dissemination/DHS_Ethiopia_%20HIV_factsheet.pdf
|dead-url=no
}}</ref>
|}
 
Baris 130 ⟶ 132:
Untuk keperluan diskusi, wilayah Afrika barat akan mencakup negara-negara pantai seperti [[Mauritania]], [[Senegal]], [[Gambia]], [[Tanjung Verde]], [[Guinea Bissau]], [[Guinea]], [[Sierra Leone]], [[Liberia]], [[Pantai Gading]], [[Ghana]], [[Togo]], [[Benin]], [[Nigeria]], dan negara terkurung daratan (tidak memiliki pantai), seperti [[Mali]], [[Burkina Faso]], dan [[Niger]].
 
Daerah ini memiliki angka infeksi [[HIV-1]] dan [[HIV-2]] yang tergolong tinggi. Epidemik HIV di Afrika Barat mulai dicatat pada tahun 1985 dengan dilaporkannya kasus-kasus HIV di Pantai Gading, Benin dan Mali. Pada tahun 1986, dilaporkan kasus-kasus HIV di Burkina Faso, Ghana, Kamerun, Senegal, dan Liberia; Sierra Leone, Togo dan Niger pada tahun 1987; Mauritania pada tahun 1988, Gambia, Guinea-Bisaau dan Guinea pada tahun 1989; dan akhirnya Tanjung Verde pada tahun 1990.
 
Angka prevalensi terendah di Afrika Barat terdapat di Chad, Niger, Mali dan Mauritania; sedangkan negara-negara yang memiliki angka prevalensi tertinggi di Afrika Barat adalah: Brukina Faso, Pantai Gading, dan Nigeria. Nigeria dicatat sebagai negara dengan angka prevalensi tertinggi kedua setelah [[Afrika Selatan]]. Akan tetapi angka infeksi (yaitu jumlah pasien dibandingkan dengan jumlah populasi secara keseluruhan) jauh lebih rendah daripada Afrika Selatan yaitu sekitar 7% (dibandingkan dengan angka prevalensi Afrika Selatan yang hampir mendekati angka 30%).
Baris 137 ⟶ 139:
 
=== Afrika Bagian Selatan ===
Pada pertengahan tahun 1980an, HIV dan AIDS hampir tidak ada di daerah ini. Kini daerah ini adalah salah satu daerah yang paling parah angka infeksinya. Tidak ada tanda-tanda penurunan angka infeksi di wilayah ini. Ada sebelas negara di wilayah ini: [[Angola]], [[Namibia]], [[Zambia]], [[Zimbabwe]], [[Botswana]], [[Malawi]], [[Mozambik]], [[Afrika Selatan]], [[Lesotho]] dan [[SwazilandEswatini]], serta kepulauan [[Madagaskar]]. Dalam laporan yang dibuat pada bulan Desember 2005, UNAIDS melaporkan bahwa ada penurunan angka infeksi di Zimbabwe. Akan tetapi banyak pemerhati independen menyatakan bahwa angka yang diberikan oleh Robert Mugabe tidak dapat dipercaya, terutama karena angka infeksi di negara-negara lain di Afrika bagian selatan terus meningkat (terkecuali sedikit penurunan di Botswana). Hampir 30% dari seluruh populasi orang dengan HIV di seluruh dunia tinggal di wilayah ini, padahal di wilayah ini hanya bermukim 2% dari seluruh penduduk dunia.
 
Hampir semua negara di wilayah ini memiliki tingkat prevalensi setidaknya 10%. Pengecualian dari nilai ini adalah Angola dengan nilai prevalensi kurang dari 5%. Hal ini tidak disebabkan oleh berhasilnya program penanggulangan, tetapi karena perang saudara yang berkelanjutan.
 
Kebanyakan infeksi HIV di wilayah ini adalah jenis [[HIV-1]], jenis yang paling banyak ditemukan di dunia, yangi paling sering ditemukan di wilayah-wilayah dunia dengan populasi penduduk dengan HIV. Pengecualian adalah Afrika bagian barat, di mana infeksi [[HIV-2]] lebih sering ditemukan.
 
Di wilayah Afrika bagian selatan, kasus pertama HIV dilaporkan dari Zimbabwe pada tahun 1985.
Baris 147 ⟶ 149:
== Pengaruh dari Epidemik AIDS ==
 
Epidemik HIV/AIDS di Afrika memengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan politik di benua itu.
 
Pengaruh AIDS terhadap perekonomian adalah: melambatnya pertumbuhan ekonomi, tidak seimbangnya jumlah pengeluaran penduduk, semakin besarnya aliran dana bantuan internasional, dan perubahan struktur demografis populasi negara tersebut. Perubahan pada angka harapan hidup jangka panjang dapat mengubah cara pengambilan keputusan bidang ekonomi, menurunkan jumlah simpanan/tabungan dan angka investasi. Akan tetapi, banyak dari pengamatan ini yang sifatnya teoritisteoretis, dan bukan karena pengamatan empiris di lapangan. Para ahli ekonomi di Afrika Selatan telah mengembangkan model untuk menguji pengaruh AIDS terhadap tatanan sosial. Nicoli Nattrass dalam "The Moral Economy of AIDS in South Afrika" memperkirakan bahwa pemerintah Afrika Selatan sebenarnya sangat mungkin untuk memberikan akses untuk mendapatkan obat anti-retroviral tanpa harus terlalu membebani anggaran nasional. AIDS juga telah bersimpangan dengan kekeringan, pengangguran dan masih banyak masalah lainnya sehingga menimbulkan apa yang dikatakan oleh Alan Whiteside dan Alex de Waal sebagai "paceklik baru", karena rumah tangga miskin dengan AIDS tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan dipada saat adanya krisis makanan.
 
Pengaruh AIDS terhadap kehidupan sosial yang paling mencolok adalah meningkatnya jumlah anak yatim piatu di benua itu. Ada sekitar 12 juta anak di Afrika Sub-Sahara yang menjadi yatim piatu karena AIDS. Seringkali, anak-anak ini diasuh dengan sangat baik oleh kerabat mereka. Akan tetapi kemampuan kerabat untuk mengasuh anak-anak ini semakin lama semakin berat, dan sudah mulai melemah. [[UNICEF]] dan beberapa agensi internasional lainnya menatakan bahwa krisis yatim piatu di Afrika adalah sebuah prioritas kemanusiaan. Para praktisi dan ahli kebajikan tetap berusaha untuk tidak mengelompokkan anak-anak yatim piatu ini dari anak-anak lain yang membutuhkan atau terancam. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemberian stigma kepada kelompok anak yatim piatu karena AIDS. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan sosial dan program yang baik dan efektif untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada seluruh yatim piatu dan anak-anak yang terancam.
 
Hingga kini, tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh AIDS terhadap keadaan politik suatu negara. Banyak pihak yang khawatir bahwa tingkat HIV yang tinggi di antara para prajurit dan politikus dapat mengakibatkan "pengosongan" dan, akhirnya, rusaknya struktur politis suatu negara. Hal ini dapat mendorong pecahnya sebuah konflik di negara tersebut. Laurie Garrett dari Council on Foreign Affairs adalah sosok pengamat yang paling sering dikaitkan dengan pandangan ini. Akan tetapi, epidemik ini juga terjadi bersamaan dengan dikukuhkannya demokrasi di berbagai negara di Afrika, dan bahwa pemerintahan dan angkatan bersenjata di benua ini belajar untuk semakin dapat mengatasi epidemik ini.
 
== Catatan kaki ==
Baris 159 ⟶ 161:
 
== Daftar pustaka ==
* [http://www.unaids.org/wad2004/report.html UNAIDS Epidemic Update December 2004] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070930225826/http://www.unaids.org/wad2004/report.html |date=2007-09-30 }}
* [http://www.unaids.org/bangkok2004/report.html UNAIDS 2004 Report on the global AIDS epidemic] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101202062805/http://www.unaids.org/bangkok2004/report.html |date=2010-12-02 }}
* [http://www.peopleandplanet.org/stopaids/report.php Treating AIDS Now, Romilly Greenhill] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060223052710/http://www.peopleandplanet.org/stopaids/report.php |date=2006-02-23 }}, [[People & Planet]], March 2004
* ''Encyclopedia of AIDS: A Social, Political, Cultural, and Scientific Record of the HIV Epidemic'', Raymond A. Smith (ed), Penguin Books. ISBN 0-14-051486-4.
* Tony Barnett and Alan Whiteside, "AIDS in the 21st Century: Disease and Globalization," Palgrave Macmillan, 2003, ISBN 1-4039-0006-X
Baris 170 ⟶ 172:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://pondok-cerita.blogspot.com/2010/01/virus-hiv-aids-bencana-menjadi-berkah.html Virus Hiv Aids : Bencana menjadi berkah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305090117/http://pondok-cerita.blogspot.com/2010/01/virus-hiv-aids-bencana-menjadi-berkah.html |date=2016-03-05 }}
* [http://www.saveafricanow.org/ SaveAfricaNow.org] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230723152705/https://saveafricanow.org/ |date=2023-07-23 }}
* [http://www.unaids.org/ The United Nations UNAIDS Programme - www.unaids.org] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130526040247/http://www.unaids.org/ |date=2013-05-26 }}
* [http://www.unaids.org/en/Regions_Countries/Regions/SubSaharanAfrica.asp UNAIDS Sub-Saharan Africa page] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081123103054/http://www.unaids.org/en/Regions_Countries/Regions/SubSaharanAfrica.asp |date=2008-11-23 }}
* [http://www.aidsportal.org/overlay_details.aspx?nex=19 AIDSPortal Sub-Saharan Africa page with latest policy, research, guidelines and case studies] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071101014028/http://www.aidsportal.org/overlay_details.aspx?nex=19 |date=2007-11-01 }}
* [http://www.aidsandafrica.com/ www.AidsAndAfrica.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071012222944/http://www.aidsandafrica.com/ |date=2007-10-12 }}
* [http://aids-children.org/ Aids Africa Support Projects] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180125134309/http://www.aids-children.org/ |date=2018-01-25 }}
* [http://www.santegidio.org/en/amicimondo/aids/index.htm Website of the DREAM program] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071016092518/http://santegidio.org/en/amicimondo/aids/index.htm |date=2007-10-16 }}
* [http://www.eldis.org/hivaids/regions/africa.htm HIV and AIDS in sub-Saharan Africa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060925132615/http://www.eldis.org/hivaids/regions/africa.htm |date=2006-09-25 }} New research and other resources from the HIV and AIDS Resource Guide
* [http://www.asapafrica.org/handei.htm ASAP Africa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070928104925/http://www.asapafrica.org/handei.htm |date=2007-09-28 }} Innovative program to spread HIV/AIDS awareness in rural Zimbabwe
* [http://www.soschildrensvillages.org.uk/aids-africa/ Aids Africa relief programmes from SOS Children's Villages] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071015220848/http://www.soschildrensvillages.org.uk/aids-africa/ |date=2007-10-15 }}
* [http://www.nacptz.org/ National AIDS Control Programme (NACP), Tanzania] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180314190338/http://nacptz.org/ |date=2018-03-14 }}
* [http://www.doctorswithoutborders.org/news/hiv-aids/index.cfm/ Médecins Sans Frontières / Doctors Without Borders] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080830052759/http://www.doctorswithoutborders.org/news/hiv-aids/index.cfm |date=2008-08-30 }} MSF HIV/AIDS programs
* Wawancara dengan [[Emily Oster]]: [http://research.uchicago.edu/highlights/item.php?id=211 Preventing HIV in Africa: Understanding Sexual Behavior Change] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100610004435/http://research.uchicago.edu/highlights/item.php?id=211 |date=2010-06-10 }}
 
[[Kategori:HIV/AIDS di Afrika| ]]
[[Kategori:AIDSBencana kesehatan di Afrika]]
[[Kategori:Pembangunan di Afrika]]