[[FileBerkas:Gunongan Putroë Phang.JPG|thumbjmpl|300px|Gunongan]]
[[File:Kandang Taman Ghairah.JPG|thumb|Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya)]]Komplek Taman Ghairah<br>
'''Taman Sari Gunongan ([[Abjad Jawi|Aksara Jawoë]] : تامن ساري ڬونوڠن)''' atau '''"Taman Putroe Phang"''' adalah taman Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh [[Sultan Iskandar Muda]] (1607-1636) untuk permaisurinya Putroe Phang yang berasal dari Kerajaan [[Pahang]]. Nama asli taman ini adalah ''Taman Ghairah'' sebagaimana disebutkan di dalam kitab ''Bustanus Salatin''. Taman ini dibangun karena sultan sangat mencintai Putri Pahang dan agar sang permaisuri tidak kesepian bila di tinggal sultan menjalankan pemerintahan. Pembangunan taman dikisahkan merupakan permintaan dari Putroe Phang, putri raja yang dibawa ke Aceh oleh Sultan Iskandar Muda setelah kerajaan Pahang ditaklukan.
<br>
<nowiki> </nowiki>Taman Ghairah adalah salah satu situs peninggalan kejayaan Kesultanan
Di dalam taman ini terdapat Pinto Khop yaitu gerbang kecil berbentuk kubah yang merupakan pintu yang menghubungkan taman dengan istana. Pinto Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari [[Gunongan]], di sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Di sana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri keramas dan mandi bunga.
Aceh Darussalam yang terletak di Kecamatan Baiturrahman, Jalan Teuku
Umar, Kota Banda Aceh.<br>
== Galeri ==
<br>
<gallery>
<nowiki> Taman
Berkas:Kandang Taman Ghairah.JPG|Kandang Taman Ghairah
Ghairah merupakan taman Kesultanan Aceh Darussalam yang menjadi tempat
Berkas:Pinto Khop 2.JPG|Pinto Khop
bagi Sultan Aceh dan permaisuri bercengkrama, di dalam Taman Ghairah
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tempeltje te Koetaradja Noord-Sumatra. TMnr 60008386.jpg|Taman Ghairah pada tahun (1922-1926)
terdapat beberapa bangunan Kesultanan Aceh Darussalam yang berdiri
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gebouwen behorende tot de kraton van Koetaradja TMnr 60008387.jpg
megah, yaitu Pinto Khop (Pintu Biram Indra Bangsa), Gunongan, Kandang
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Gunongan in de tuin van de Kraton te Koetaradja met binnen de muren de door het Nederlandse leger gebouwde kruitmagazijn TMnr 60012182.jpg
Baginda (Balai Kembang Cahaya) serta Leusong (Singgasana Sultan).
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De gunongan en het kruitmagazijn Koetaradja TMnr 60039181.jpg
Diantara beberapa bangunan itu yang paling terkenal adalah Gunongan.</nowiki><br>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De gunongan in Koetaradja TMnr 10018064.jpg
<br>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De gunongan in Koetaradja TMnr 60023671.jpg
<nowiki> </nowiki>Gunongan menjadi simbol cinta dan keagungan yang berdiri megah di pusat Komplek Taman Ghairah.<br>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Boom de gunongan en het graf van sultan Iskander Thani in Koetaradja TMnr 60039167.jpg
<br>
</gallery>
<nowiki> </nowiki>Gunongan merupakan sebuah bangunan bernilai seni tinggi menyerupai
bukit (Gunung) yang di bangun oleh Sultan Iskandar Muda yang memerintah
Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun (1607-1636) untuk permaisurinya
yang bernama Putri Khamalia yang berasal dari Kesultanan Pahang Malaysia
<nowiki> </nowiki>guna mengobati rasa rindu sang Putri terhadap kampung halamannya yang
berbukit-bukit.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>-SEJARAH-<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Pada abad ke-16 dibawah
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh Darussalam mencapai
puncak kejayaannya, Kesultanan Aceh Darussalam menjadi salah satu dari
lima Kerajaan Islam terbesar di dunia dan pada saat itu pula Kesultanan
Aceh Darussalam berhasil menakhlukan Kesultanan Pahang Malaysia dengan
membawa 20.000 armada darat dan laut dari Aceh Darussalam untuk
melakukan penyerangan terhadap Kesultanan Pahang.<br>
<br>
<nowiki> Setelah
Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menakhlukan Kesultanan Pahang,
Disana Sultan Iskandar Muda bertemu dengan seorang putri Kesultanan
Pahang yang bernama Putri Khamalia.</nowiki><br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Sebagaimana tradisi perang
pada zaman itu, Setiap kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan
harta rampasan perang, upeti dan pajak tahunan. Di samping itu juga
harus menyerahkan putri kerajaan untuk dinikahi sebagai tanda takluk.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Khamalia yang manis tutur katanya dan cantik rupawan parasnya. <br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Karena rasa cintanya itulah akhirnya Sultan Iskandar Muda memutuskan
untuk menikahi Putri Khamalia dan memboyongnya ke Aceh Darussalam.<br>
Bersamaan dengan itu, Keluarga Kesultanan Pahang bersama sekitar 10.000
penduduknya ikut berimigrasi ke Aceh Darussalam untuk memperkuat pasukan
<nowiki> </nowiki>Kesultanan Aceh Darussalam. <br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Pada masa itu Kesultanan Aceh
Darussalam berada pada puncak keemasannya. Dimana Aceh Darussalam
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam
menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang
teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu
pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Maka
tak heran jika pada masa itu Aceh Darussalam adalah sebuah negara
berbentuk Kerajaan Islam yang menjadi kiblat bagi Kerajaan-Kerajaan
lainnya di Asia Tenggara.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Di balik kesuksesan seorang laki-laki
<nowiki> </nowiki>selalu ada seorang perempuan di balik layar. Bagi Sultan Iskandar Muda,
<nowiki> </nowiki>perempuan di balik layar itu adalah Putri Khamalia.<br>
<br>
<nowiki> Karena
Putri Khamalia berasal dari Pahang Malaysia, maka rakyat Aceh lebih
mengenalnya dengan sebutan Putroe Phang (Putri Pahang).</nowiki><br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Konon, Saat berada di Aceh Darussalam, Putri Khamalia merasa sangat rindu pada kampung halamannya di Pahang Malaysia.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Melihat kesedihan permaisurinya itu Sultan Iskandar Muda berkata<nowiki> </nowiki>:<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>"Wahai Putri, Aku adalah seorang Sultan, Aku akan mengabulkan apapun yang engkau inginkan"<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Mendengar ucapan suaminya, Putri Khamalia merasa sangat bahagia dan
meminta dibangun sebuah bangunan megah nan indah yang menyerupai
bukit-bukit di Pahang sebagai tempat untuk bermain dan mandi kembang
bersama para dayang-dayang Kesultanan Aceh Darussalam.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Dalam Bahasa Aceh bangunan indah dan megah yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda itu disebut Gunongan yang artinya Gunung.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Gunongan merupakan bagian dari suatu kompleks yang lebih luas, yaitu
Taman Ghairah, yang merupakan bagian dari taman Istana Kesultanan Aceh
Darussalam.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Proses pembangunan Gunongan menggunakan para
pekerja dari Turki. Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter,
menggambarkan sebuah bunga putih yang sedang mekar yang melambangkan
ketulusan cinta. Dindingnya berukir salur-salur bunga dengan untaian
cinta yang bertambat dalam jiwa dan dibangun dalam tiga tingkat.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota
<nowiki> </nowiki>sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan
adalah oktagonal (bersegi delapan).<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Pintu masuknya bernama
Pinto Tangkop, Bentuknya seperti jangkar kapal yang menandakan bahwa
Sultan Aceh memiliki prajurit laut yang kuat.<br>
<nowiki> Pinto Tangkop
berukuran rendah dan harus menunduk apabila kita ingin masuk ke dalam,
Menunduk merupakan pengungkapan rasa hormat dan harus selalu merendah
sebagai manusia.</nowiki><br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Tepat dibagian puncak Gunongan terdapat menara
<nowiki> </nowiki>yang menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata
melambangkan kejayaan. Disetiap puncak gelombang Gunongan di tingkat dua
<nowiki> </nowiki>dan tiga terdapat kuncup bunga melati. Namun dalam buku The Richly of
Aceh menyebutkan bahwa bunga pada puncak menara Gunongan adalah bunga
matahari yang melambangkan seorang putri raja.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Tepat dibagian
kiri Gunongan terdapat Leusong yang merupakan tempat bagi Putri Khamalia
<nowiki> </nowiki>untuk mandi kembang bersama para dayang-dayang Kesultanan Aceh
Darussalam melalui aliran Sungai Krueng Daroy yang begitu jernih,
panjangnya Sungai Krueng Daroy hampir mengelilingi pintu belakang Istana
<nowiki> </nowiki>Darud Donya yang bernama Pinto Khop (Pintu Biram Indra Bangsa), Pinto
Khop memiliki puncak yang meruncing-runcing dengan ukiran motif bunga
ditengah, menunjukan sebuah keindahan serta keagungan.<br>
<br>
Dibelakang Gunongan terdapat Kandang Baginda (Balai Kembang Cahaya) yang
<nowiki> </nowiki>merupakan sebuah bangunan berbentuk persegi dengan ukiran-ukiran manis
yang dulunya digunakan sebagai tempat jamuan makan keluarga dan para
tamu Kesultanan Aceh Darussalam. tingginya hampir sekitar 4 meter.
Puncak dihiasi 12 kuncup bunga yang terbuat dari batu putih, pada pintu
masuknya terdapat simbol Bungong Jeumpa. Kini, Kandang Baginda digunakan
<nowiki> </nowiki>sebagai makam Sultan Iskandar Thani bersama permaisurinya Sultanah Sri
Ratu Tajul Alam Safiatuddin Syah Johan Berdaulat yang merupakan putri
dari Sultan Iskandar Muda.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Kabarnya pada saat Belanda menduduki
<nowiki> </nowiki>Kesultanan Aceh Darussalam, Komplek Taman Ghairah ini dijadikan sebagai
<nowiki> </nowiki>tempat berpesta dan bersenang-senang para tentara Kerajaan Belanda
sedangkan bangunan lainnya termasuk Istana Darud Donya habis
dimusnahkan.<br>
<br>
<nowiki> </nowiki>Setiap bulan juli sudah menjadi tradisi Kesultanan
<nowiki> </nowiki>Aceh Darussalam untuk mengecat kembali semua bangunan yang berada di
dalam Komplek Taman Ghairah agar tetap terawat dan terlihat indah.
Dengan Luas 2 Ha lebih, Komplek Taman Ghairah ini dijaga oleh tiga orang
<nowiki> </nowiki>penjaga dengan pembagian jadwal jaga. Komplek Taman Ghairah setiap harinya dibuka untuk umum mulai pukul 07:00 WIB hingga pukul 18:00 WIB.
[[Berkas:Pinto Khop 2.JPG|jmpl|Pinto Khop|230x230px]]
{{Commonscat|Gunongan}}
{{budaya-stub}}
{{Situs Warisan Dunia di Indonesia}}
[[Kategori:Bangunan dan struktur di Aceh]]
|