Ma'soem: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Tokoh dari Tasikmalaya menggunakan HotCat |
|||
(33 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Person
|name
|birth_name = Dajoen
|birth_date
|
|
|
|occupation
[[Haji (gelar)|Haji]] '''Ma'soem''' (
== Kelahiran dan masa-masa awal
Haji Ma'soem terlahir dengan nama Dajoen di Desa Cibuyut di kaki gunung di Tasikmalaya pada hari Jumat sekitar tahun 1923. Ia merupakan putra keempat dari lima bersaudara, anak pasangan H. Soelaeman dan Kasih. Ia bersekolah di [[Sekolah Rakyat]] kemudian melanjutkan ke Vervogschool di Kecamatan [[Ciawi, Tasikmalaya]]. Setiap hari, Dajoen harus berjalan kaki sejauh 16 kilometer untuk mencapai sekolahnya. Sepulang dari sekolah, ia melanjutkan belajar di Pesantren Gereba.<ref name=satu/>
Sejak kecil, Dajoen sudah belajar hidup mandiri. Ia memelihara beberapa ekor bebek untuk diambil telurnya. Uang penjualan telur digunakan untuk membiayai sekolah.<ref name=satu/> Seamat dari Vervolgschool, Dajoen meninggalkan desa kelahirannya untuk berdagang di Cipacing dan sewaktu-waktu bekerja sebagai buruh tani. Ia tinggal bersama kakaknya, Kyai Nasihin. Pada zaman [[penjajahan Jepang|pendudukan Jepang]], Dajoen pulang kampung dan belajar di Pesantren Karangsambung yang dipimpin K.H. Masduki. Dajoen amat disayang K.H. Masduki sehingga diberi nama Ma’soem, yang artinya "terpelihara dari sifat buruk". Pada tahun [[1944]], K.H Masduki menikahkan Ma’soem dengan Aisyah, putrinya.<ref name=satu/>
== Menjadi pengusaha ==▼
Pada awal kemerdekaan, Ma’soem berdagang kerbau. Ia membeli dua hingga tiga ekor kerbau dari seputar Ciawi kemudian ia jual di Bandung dengan berjalan kaki. Memasuki tahun 1950, suasana desa [[Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil|tidak aman]]. Keluarga Ma’soem hampir menjadi korban sehingga ia memutuskan mengembara ke Kota Cipacing dan membuka lembaran hidup baru. Di Cipacing, Ma'soem berdagang kerajinan yang ia bawa ke [[Bandung]] bahkan [[Jakarta]]. Pada saat itu kehidupan keluarga Ma'soem masih sangat sederhana.<ref>{{cite
Ma’soem selanjutnya memutuskan untuk berhenti berdagang kerajinan karena hasilnya tidak mencukupi kebutuhan. Ia menyewa sepetak warung di depan Pasar Dangdeur, Rancaekek, untuk berdagang minyak tanah sebanyak satu blek (20 liter) per hari. Usahanya menjadi maju karena Ma'soem mengedepankan sikap jujur dan ramah kepada pembeli. Akhirnya Ma’soem berhasil menjadi agen minyak tanah. Semula ia menggunakan alat angkut pedati, akhirnya ia membeli truk bekas. Ma'soem juga merintis usaha pompa bensin di Rancaekek, kemudian merambah armada angkutan dan pabrik tenun.<ref>{{cite web |url=https://pandeglang.inews.id/read/169254/kisah-al-masoem-berawal-jual-minyak-tanah-hingga-jadi-pengusaha-sukses-spbu-yang-dermawan |title=Kisah Al-Ma’soem, Berawal Jual Minyak Tanah hingga Jadi Pengusaha Sukses SPBU yang Dermawan |author=Triamanda, Viola |date=13 September 2022 |publisher=iNews |access-date=21 September 2024 |archive-url= |archive-date=}}</ref> Karena usahanya yang maju, pada tahun 1955, Ma’soem dan istri pergi berhaji ke [[Mekkah|Tanah Suci]] dan memperoleh makna dari berserah diri dan tawakal kepada Allah.<ref name=satu/>
▲==Menjadi pengusaha==
▲Pada awal kemerdekaan, Ma’soem berdagang kerbau. Ia membeli dua hingga tiga ekor kerbau dari seputar Ciawi kemudian ia jual di Bandung dengan berjalan kaki. Memasuki tahun 1950, suasana desa [[Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil|tidak aman]]. Keluarga Ma’soem hampir menjadi korban sehingga ia memutuskan mengembara ke Kota Cipacing dan membuka lembaran hidup baru. Di Cipacing, Ma'soem berdagang kerajinan yang ia bawa ke [[Bandung]] bahkan [[Jakarta]]. Pada saat itu kehidupan keluarga Ma'soem masih sangat sederhana.<ref name=satu/>
Ma’soem tidak membeda-bedakan orang. Pintu rumahnya selalu terbuka untuk menerima kehadiran siapa saja. Jika ada undangan, ia akan menyempatkan datang. Ma’soem dan Aisyah selalu berbagi tugas dengan jelas. Istri itu ibarat pabeasan, demikian dikatakannya. Keberhasilannya sebagai pengusaha banyak ditunjang jasa istrinya. Menurut pendiriannya, mencari rejeki halal itu mudah dan masih banyak.<ref>{{cite web |url=https://jabar.tribunnews.com/2023/05/29/wabup-sumedang-sampaikan-terima-kasih-untuk-h-masoem-dan-keluarga-dedikasi-pada-pendidikan |title=Wabup Sumedang Sampaikan Terima Kasih untuk H Ma'soem dan Keluarga, Dedikasi Pada Pendidikan |author=Andriana, Kiki |date=29 Mei 2023 |publisher=Tribun News |access-date=21 September 2024 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230530135401/https://jabar.tribunnews.com/2023/05/29/wabup-sumedang-sampaikan-terima-kasih-untuk-h-masoem-dan-keluarga-dedikasi-pada-pendidikan |archive-date=2023-05-30 |dead-url=no }}</ref> Hal itu sudah dibuktikannya sendiri dengan syarat mau bekerja keras serta jujur.<ref name=satu/>▼
Melihat usaha yang terus berkembang dan peluang semakin terbuka, pada tahun 1968, Nanang, putra sulung Ma'soem yang berkuliah di Fakultas Ekonomi [[
▲Ma’soem tidak membeda-bedakan orang. Pintu rumahnya selalu terbuka untuk menerima kehadiran siapa saja. Jika ada undangan, ia akan menyempatkan datang. Ma’soem dan Aisyah selalu berbagi tugas dengan jelas. Istri itu ibarat pabeasan, demikian dikatakannya. Keberhasilannya sebagai pengusaha banyak ditunjang jasa istrinya. Menurut pendiriannya, mencari rejeki halal itu mudah dan masih banyak. Hal itu sudah dibuktikannya sendiri dengan syarat mau bekerja keras serta jujur.<ref name=satu/>
▲Melihat usaha yang terus berkembang dan peluang semakin terbuka, pada tahun 1968, Nanang, putra sulung Ma'soem yang berkuliah di Fakultas Ekonomi [[UNPAD]], menyarankan agar membentuk sebuah [[PT]]. Menurut pandangannya, usaha sang ayah yang mulai besar tidak cukup kalau dikelola secara seadanya. Meskipun awalnya Ma’soem menolak, pada tahun 1973 secara de jure PT Ma’soem berdiri. Ma’soem selalu memelihara agar jarak majikan-karyawan atau atasan-bawahan tidak mencolok. Namun ia bisa keras dan tegas, bahkan marah jika menemukan karyawan tidak jujur dan melanggar aturan.<ref name=satu/>
▲==Ma'soem dan pendidikan==
Ma’soem memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih bidang studi, yang terpenting anak-anak harus sekolah, kalau bisa setinggi mungkin, dan tidak melupakan ajaran Islam. Ma’soem juga ingin berbagi keberhasilan dengan orang lain serta memberikan manfaat panjang. Akhirnya didirikanlah [[Yayasan Pendidikan Al Ma'soem]] yang bertujuan mendidik anak bangsa dengan motto: "''Cageur-bageur-pinter''".<ref name=satu/>
Ma’soem tergerak beramal di bidang sosial-ekonomi-syariah, membangun
== Akhir hayat ==
Pada tanggal 30 Desember 2001, bertepatan dengan 14 Syawal 1422 H., ba’da magrib, sehabis wiridan dan sholat sunat, Ma’soem bersalaman dengan jamaah
== Dalam budaya populer ==
Riwayat hidup Haji Ma'soem dijadikan sebuah lagu dengan judul ''Balada Haji Ma'soem'' yang dinyanyikan oleh Citra Puspa.<ref>[https://web.archive.org/web/20140728082325/http://www.asongz.com/mp3/balada-haji-ma-soem.html Balada Haji Ma'soem]. Diakses 1 Januari 2013.</ref><ref>[https://web.archive.org/web/20140324082007/http://plasamusic.mobi/music/1/balada-haji-ma-soem-citra-puspa.html Balada Haji Ma Soem Citra Puspa]. Diakses 1 Januari 2013</ref>
==
* [[Daftar pengusaha Indonesia]]▼
==
{{reflist|2}}▼
▲*[[Daftar pengusaha Indonesia]]
==
▲{{reflist}}
* [http://apotekmasoem.wordpress.com/about/ Apotek Al Ma'soem] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220928213845/https://apotekmasoem.wordpress.com/about/ |date=2022-09-28 }}
* [http://www.informasi-bandung.com/2013/11/haji-masoem-potret-pengusaha-sukes-dari.html Haji Ma'soem: Potret Pengusaha Sukes dari Tanah Sunda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140324092955/http://www.informasi-bandung.com/2013/11/haji-masoem-potret-pengusaha-sukes-dari.html |date=2014-03-24 }}▼
{{lifetime|1923|2001|Ma'soem}}
▲*[http://www.informasi-bandung.com/2013/11/haji-masoem-potret-pengusaha-sukes-dari.html Haji Ma'soem: Potret Pengusaha Sukes dari Tanah Sunda]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Pengusaha Sunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Tasikmalaya]]
|