Ramalan Jayabaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun) |
k Mengembalikan suntingan oleh 175.158.37.251 (bicara) ke revisi terakhir oleh Tarusbawa Tag: Pengembalian |
||
(103 revisi perantara oleh 67 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[File:Serat Jayabaya.pdf|thumb|''Serat Jayabaya'' edisi 1932]]
'''
{{cquote|Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.}}
Meskipun demikian, kenyataannya dua [[pujangga]] yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabaya, yakni
== Asal usul ==
Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai
Kitab ''Jangka Jayabaya'' pertama dan dipandang asli, adalah dari buah karya
Disamping itu
Ketika keraton Kartasura akan dipindahkan ke desa Sala, sang Pujangga diminta pandapatnya oleh Sri Paku Buwana II. Ia kemudian diserahi tugas dan kewajiban sebagai peneliti untuk menyelidiki keadaan tanah di desa Sala, yang terpilih untuk mendirikan keraton yang akan didirikan tahun 1669 Jawa (1744 M).
Baris 19:
== Analisis ==
Jangka Jayabaya yang
Kitab Asrar itu memuat lkhtisar (ringkasan) riwayat negara Jawa, yaitu gambaran gilir bergantinya negara sejak zaman purbakala hingga jatuhnya Majapahit lalu diganti dengan Ratu Hakikat ialah sebuah kerajaan Islam pertama di Jawa yang disebut sebagai ”Giri Kedaton". Giri Kedaton ini
Sejak Sunan Giri ke-3 ini praktis kekuasaannya berakhir karena penaklukkan yang dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram; Sejak Raden Patah naik tahta (1481) Sunan Ratu dari Giri Kedatan ini lalu turun tahta kerajaan, diganti oleh Ratu seluruh jajatah, ialah Sultan di Demak, Raden Patah. Jadi keraton di Giri ini kira-kira berdiri antara 1478-1481 M atau lebih lama lagi, yakni sejak Sunan Giri pertama mendirikannya atau mungkin sudah sejak Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M (882 H). Setelah kesultanan Demak jatuh pada masa Sultan Trenggono, lalu tahta kerajaan jatuh ke tangan raja yang mendapat julukan sebagai "Ratu Bobodo") ialah Sultan Pajang. Disebut demikian karena pengaruh kalangan Ki Ageng yang berorientasi setengah Budha/Hindu dan setengah Islam di bawah pengaruh kebatinan Siti Jenar, yang juga hendak
Setelah Kerajaan ini jatuh pula, lalu
Wasiat Sultan Agung itu mengandung kalimat ramalan, bahwa kelak sesudah
Oleh Pujangga, Kitab Asrar digubah dan dibentuk lagi dengan pendirian dan cara yang lain, yakni dengan jalan mengambil pokok/permulaan cerita Raja Jayabaya dari Kediri. Nama mana diketahui dari Kakawin Bharatayudha, yang dikarang oleh Mpu Sedah pada tahun 1079 Saka = 1157 M atas titah Sri Jayabaya di Daha/ Kediri. Setelah mendapat pathokan/data baru, raja Jayabaya yang memang dikenal masyarakat sebagai pandai meramal, sang pujangga (Pangeran Wijil) lalu menulis kembali, dengan gubahan "Jangka Jayabaya" dengan ini yang dipadukan antara sumber Serat Bharatayudha dengan kitab Asrar serta gambaran pertumbuhan negara-negara dikarangnya sebelumnya dalam bentuk babad.
Baris 35:
Cita-cita yang pujangga yang dilukiskan sebagai zaman keemasan itu, jelas bersumber semangat dari gambaran batin Sultan Agung. Jika kita teliti secara kronologi, sekarang ternyata menunjukan gambaran sebuah negara besar yang berdaulat penuh yang kini benama "Republik Indonesia". Kedua sumber yang diperpadukan itu ternyata senantiasa mengilhami para pujangga yang hidup diabad-abad kemudian, terutama pujangga terkenal R.Ng., cucu buyut pujangga Yasadipura I pengganti Pangeran Wijil I.
Jangka Jayabaya dari Kitab Asrar ini sungguh diperhatikan benar-benar oleh para pujangga di Surakarta dalam abad 18/19 M dan sudah terang Merupakan sumber perpustakaan dan kebudayaan Jawa baru. Hal ini ternyata dengan munculnya karangan-karangan baru, Kitab Asrar/Musarar dan Jayabaya yang hanya bersifat ramalan belaka. Sehingga setelah itu tumbuh bermacam-macam versi teristimewa karangan baru Serat Jayabaya yang bersifat hakikat bercampur jangka atau ramalan, akan tetapi dengan ujaran yang dihubungkan dengan lingkungan historisnya satu sama lain sehingga merupakan tambahan riwayat buat negeri ini.
Semua itu telah berasal dari satu sumber benih, yakni Kitab Asrar karya Sunan Giri ke-3 dan Jangka Jayabaya gubahan dari kitab Asrar tadi, plus serat Mahabarata karangan Mpu Sedah & Panuluh. Dengan demikian, Jangka Jayabaya ini ditulis kembali dengan gubahan oleh Pangeran Wijil I pada tahun 1675 Jawa ([[1749]] M) bersama dengan gubahannya yang berbentuk puisi, yakni '''Kitab Musarar'''. Dengan begitu menjadi jelaslah apa yang kita baca sekarang ini.
== Kitab Musasar Jayabaya ==
=== Asmarandana ===
# Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.
#
# Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negara-nya.
# Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang Prabu akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum bernama, Sultan Maolana.
# Lengkapnya bernama Ngali Samsujen. Kedatangannya disambut sebaik-baiknya. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain bangsa pantas dihormati.
# Setelah duduk Sultan Ngali Samsujen berkata: “Sang Prabu Jayabaya, perkenankan saya memberi petuah padamu
# Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan diganti oleh orang lain”. Sang Prabu mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Karena
# Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab Musarar sudah diketahui semua.
# Kelak akan diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di
# Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke P. Jawa membawa ecis tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.
# Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.
# Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu setelah datang lalu naik ke gunung.
# Di sana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya seorang raja yang berincoknito termasuk titisan Batara Wisnu
# Karenanya Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.
# Bila Islam seperti Nabi. Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung sudah lama. Bertemu dengan ki Ajar di gunung Padang. Yang bertapa brata sehingga apa yang dikehendaki terjadi.
# Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang endang yang membawa sesaji. Berwarna-warni isinya. Tujuh warna-warni dan lengkap delapan dengarn endangnya.
# Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan kembang mojar satu bungkus.
# Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah
# Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan raja putra kecewa melihat perbuatan ayahnya.
# Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian merekapun pulang. Datang di kedaton Sang Prabu berbicara dengan putranya.
# Heh anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda.
=== Sinom ===
# Dia itu sudah diwejang (diberitahu) oleh guru mengenai kitab Musarar. Sama seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja di P. Jawa. Toh saya sudah diberitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi.
# Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada zaman lagi bukan perbuatan saya. Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin berobah lagi. Diberi lambang zaman Catur semune segara asat.
Baris 69:
# Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada zaman lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengan saudara-saudara ditempat yang rahasia.
# Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui oleh anak cucu bahwa akan ada zaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.
# Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara [[Pajajaran]]. Negara tersebut tanpa keadilan dan tata negara, Setelah seratus tahun kemudian musnah.
# Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi diberi pajak emas. Sebab saya mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti zaman di Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijaya.
# Demikian nama raja bergelar Sang Rajapati Dewanata. Alamnya disebut Anderpati, lamanya sepuluh windu (80 tahun). Hasil negara berupa picis (uang). Ternyata waktu itu dari hidangan ki Ajar.
# Hidangannya Jadah satu takir. Lambangnya waktu itu Sima galak semune curiga ketul. Kemudian berganti zaman lagi. Di Gelagahwangi dengan
# Enam puluh lima tahun kemudian musnah. Yang bertahta Ratu Adil serta wali dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang. Temyata saya diberi hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.
# Negara tersebut diberi lambang: Kekesahan durung kongsi kaselak kampuhe bedah. Kemudian berganti zaman Kalajangga.
# Negara ini diberi lambang: cangkrama putung watange. Orang di desa terkena pajak pakaian dan uang. Sebab ki Ajar dahulu memberi hidangan sebatang pohon kajar. Kemudian berganti zaman di Mataram. Kalasakti Prabu Anyakrakusuma.
# Dicintai pasukannya. Kuat angkatan perangnya dan kaya, disegani seluruh bangsa Jawa. Bahkan juga sebagai gantinya Ajar dan wali serta pandita, bersatu dalam diri Sang Prabu yang adil.
# Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab waktu itu saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya diberi gelar: Sura Kalpa semune lintang sinipat.
# Kemudian berganti lagi dengan lambang: Kembang sempol Semune modin tanpa sreban. Raja yang keempat yang penghabisan diberi lambang Kalpa sru kanaka putung. Seratus tahun kemudian musnah sebab melawan sekutu. Kemudian ada nakhoda yang datang berdagang.
# Berdagang di tanah Jawa kemudian mendapat sejengkal tanah. Lama kelamaan ikut perang dan selalu menang, sehingga terpandang di pulau Jawa.
# Raja berpasukan campur aduk. Disegani setanah Jawa. Yang memulai menjadi raja dengan gelar Layon keli semune satriya brangti. Kemudian berganti raja yang bergelar: semune kenya musoni. Tidak lama kemudian berganti.
# Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi(Raja yang penuh inisiatif dalam segala hal, namun memiliki kelemahan suka wanita) kemudian berganti gajah meta semune tengu lelaki (Raja yang disegani/ditakuti, namun nista.) Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan.
# Waktu itu pajaknya rakyat adalah Uang anggris dan uwang. Sebab saya diberi hidangan darah sepitrah. Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat, pemerintah rusak. Rakyat celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat ditolak.
# Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri sendiri-sendiri. Kemudian berganti zaman Kutila. Rajanya Kara Murka(Raja-raja yang saling balas dendam.). Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram(Dua kekuatan pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan).
# Nakhoda(Orang asing)ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya. Sarjana (Orang arif dan bijak) tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu
# Tidak berkesempatan menghias diri(Raja yang tidak sempat mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan ), sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.
# Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat kenyang. Hasilnya berkurang. orang jahat makin menjadi-jadi Orang besar hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan negara.
Baris 94:
# Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali. Orangnya tampan senyumnya manis sekali.
== Isi
# Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran ---> Kelak jika sudah ada
# Tanah Jawa kalungan wesi --->
# Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --->
# Kali ilang kedhunge --->
# Pasar ilang kumandhang --->
# Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak ---> Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
# Bumi saya suwe saya mengkeret --->
# Sekilan bumi dipajeki ---> Sejengkal
# Jaran doyan mangan sambel ---> Kuda suka makan
# Wong wadon nganggo pakeyan lanang ---> Orang
# Wong lanang koyo wong wadon ---> Laki laki seperti perempuan
# Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman ---> Itu pertanda orang akan mengalami # Akeh janji ora ditetepi ---> Banyak janji tidak ditepati.
#
# Manungsa padha seneng nyalah ---> Orang-orang saling lempar kesalahan.
# Ora ngendahake hukum Hyang Widhi ---> Tak peduli akan hukum
# Barang jahat diangkat-angkat ---> Yang jahat dijunjung-junjung.
# Barang suci dibenci ---> Yang
# Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit ---> Banyak orang hanya mementingkan
# Lali kamanungsan ---> Lupa jati kemanusiaan.
# Lali kabecikan ---> Lupa hikmah kebaikan.
# Lali sanak uga lali kadang ---> Lupa sanak lupa saudara.
# Akeh bapa lali anak ---> Banyak ayah lupa anak.
# Akeh anak wani nglawan ibu ---> Banyak anak berani melawan ibu.
# Nantang bapa ---> Menantang ayah.
# Sedulur padha cidra ---> Saudara dan saudara
# Akeh pangkat sing jahat lan ganjil ---> Banyak pejabat jahat dan ganjil
# Akeh kelakuan sing ganjil ---> Banyak ulah-tabiat ganjil
#
# Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin ---> Banyak orang kerja jujur justru merasa malu.
# Luwih utama ngapusi ---> Lebih mengutamakan menipu.
# Wegah nyambut gawe ---> Malas untuk bekerja.
# Kepingin urip mewah ---> Inginnya hidup mewah.
# Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka ---> Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
# Wong bener thenger-thenger ---> Orang (yang) benar termangu-mangu.
# Wong salah bungah ---> Orang (yang) salah gembira ria.
# Wong apik ditampik-tampik ---> Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
# Wong jahat munggah pangkat ---> Orang (yang) jahat naik pangkat.
# Wong
# Wong
# Wong wadon ilang kawirangane ---> perempuan hilang malu.
# Wong
# Akeh wong lanang ora duwe bojo ---> Banyak laki-laki tak mau beristri.
# Akeh wong wadon ora setya marang bojone ---> Banyak perempuan ingkar pada suami.
# Akeh ibu padha ngedol anake ---> Banyak ibu menjual anak.
# Akeh wong wadon ngedol awake ---> Banyak perempuan menjual diri.
# Akeh wong
# Wong wadon nunggang jaran ---> Perempuan menunggang kuda.
# Wong lanang linggih plangki ---> Laki-laki naik tandu.
# Randha seuang loro ---> Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
# Prawan seaga lima ---> Lima perawan lima picis.
# Dhudha pincang laku sembilan uang ---> Duda pincang laku sembilan uang.
# Akeh wong ngedol ngelmu ---> Banyak orang berdagang ilmu.
# Akeh wong ngaku-aku ---> Banyak orang mengaku diri.
# Njabane putih njerone dhadhu ---> Di luar putih di dalam jingga.
# Ngakune suci, nanging sucine palsu ---> Mengaku suci, tapi palsu belaka.
# Akeh
# Akeh
# Akeh prawan tuwa---> Banyak perawan tua.
# Akeh randha nglairake anak---> Banyak janda melahirkan bayi.
# Akeh
# Agama akeh sing nantang---> Agama banyak ditentang.
# Prikamanungsan saya ilang---> Perikemanusiaan semakin hilang.
# Omah suci dibenci---> Rumah suci dijauhi.
# Omah ala saya dipuja---> Rumah maksiat makin dipuja.
# Wong wadon lacur ing ngendi-endi---> Perempuan lacur dimana-mana.
# Akeh laknat---> Banyak kutukan.
# Akeh pengkianat---> Banyak pengkhianat.
# Anak mangan bapak---> Anak makan bapak.
# Sedulur mangan sedulur---> Saudara makan saudara.
# Kanca dadi mungsuh---> Kawan menjadi lawan.
# Guru disatru---> Guru dimusuhi.
#
# Kana-kene saya angkara murka ---> Angkara murka semakin menjadi-jadi.
# Sing weruh kebubuhan---> Barangsiapa tahu terkena beban.
# Sing ora weruh ketutuh---> Sedang yang tak tahu disalahkan.
# Besuk yen ana peperangan---> Kelak jika terjadi perang.
# Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---> Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
# Akeh wong becik saya sengsara---> Banyak orang baik makin sengsara.
#
# Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul---> Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
# Wong salah dianggep bener---> Orang salah dipandang benar.
# Pengkhianat nikmat---> Pengkhianat nikmat.
#
# Wong jahat munggah pangkat---> Orang jahat naik pangkat.
# Wong
# Wong mulya dikunjara---> Orang yang mulia dipenjara.
# Sing curang garang---> Yang curang berkuasa.
# Sing jujur kojur---> Yang jujur sengsara.
# Pedagang akeh sing keplarang---> Pedagang banyak yang tenggelam.
# Wong
#
# Akeh anak haram---Banyak anak haram.
# Wong wadon nglamar wong lanang---> Perempuan melamar laki-laki.
# Wong lanang ngasorake drajate dhewe---> Laki-laki memperhina derajat sendiri.
# Akeh barang-barang mlebu luang---> Banyak barang terbuang-buang.
# Akeh wong kaliren lan wuda---> Banyak orang lapar dan telanjang.
# Wong tuku ngglenik sing dodol---> Pembeli membujuk penjual.
# Sing dodol akal okol---> Si penjual bermain siasat.
# Wong golek pangan kaya gabah diinteri---> Mencari rizki ibarat
# Sing kebat kliwat---> Yang tangkas lepas.
# Sing telah sambat---> Yang terlanjur menggerutu.
# Sing gedhe kesasar---> Yang besar tersasar.
# Sing cilik kepleset---> Yang kecil terpeleset.
# Sing anggak ketunggak---> Yang congkak terbentur.
# Sing wedi mati---> Yang takut mati.
# Sing nekat mbrekat---> Yang nekat mendapat berkat.
# Sing jerih ketindhih---> Yang hati kecil tertindih
# Sing ngawur makmur---> Yang ngawur makmur
# Sing ngati-ati ngrintih---> Yang berhati-hati merintih.
# Sing ngedan keduman---> Yang main gila menerima bagian.
# Sing waras nggagas---> Yang sehat pikiran berpikir.
# Wong tani ditaleni---> Orang (yang) bertani diikat.
# Wong dora ura-ura---> Orang (yang) bohong berdendang.
# Ratu ora netepi janji, musna panguwasane--> -Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
# Bupati dadi rakyat---> Pegawai tinggi menjadi rakyat.
# Wong cilik dadi priyayi---> Rakyat kecil jadi priyayi.
# Sing mendele dadi gedhe---> Yang curang jadi besar.
# Sing jujur kojur---> Yang jujur celaka.
# Akeh omah ing ndhuwur jaran---> Banyak rumah di punggung kuda.
# Wong mangan wong---> Orang makan sesamanya.
# Anak lali bapak---> Anak lupa
# Wong tuwa lali tuwane---> Orang tua lupa ketuaan mereka.
# Pedagang adol barang saya laris---> Jualan pedagang semakin laris.
# Bandhane saya ludhes---> Namun harta mereka makin habis.
# Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---> Banyak orang mati lapar di samping makanan.
# Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---> Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
# Sing edan bisa dandan---> Yang gila bisa bersolek.
# Sing bengkong bisa nggalang gedhong---> Si bengkok membangun mahligai.
# Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---> Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
# Ana peperangan ing njero---> Terjadi perang di dalam.
# Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---> Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
# Durjana saya ngambra-ambra---> Kejahatan makin merajalela.
# Penjahat saya tambah---> Penjahat makin banyak.
# Wong apik saya sengsara---> Yang baik makin sengsara.
# Akeh wong mati jalaran saka peperangan---> Banyak orang mati karena perang.
# Kebingungan lan kobongan---> Karena bingung dan kebakaran.
# Wong bener saya thenger-thenger---> Si benar makin tertegun.
# Wong salah saya bungah-bungah---> Si salah makin sorak sorai.
# Akeh bandha musna ora karuan lungane---> Banyak harta hilang entah ke mana
# Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---> Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
# Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---> Banyak barang haram, banyak anak haram.
# Bejane sing lali, bejane sing eling---> Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
# Nanging sauntung-untunge sing lali---> Tapi betapapun beruntung si lupa.
# Isih untung sing waspada---> Masih lebih beruntung si waspada.
# Angkara murka saya ndadi---> Angkara murka semakin menjadi.
# Kana-kene saya bingung---> Di sana-sini makin bingung.
# Pedagang akeh alangane---> Pedagang banyak rintangan.
# Akeh buruh nantang juragan---> Banyak buruh melawan majikan.
# Juragan dadi umpan---> Majikan menjadi umpan.
# Sing suwarane seru oleh pengaruh---> Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
# Wong pinter diingar-ingar---> Si pandai direcoki.
# Wong ala diuja---> Si jahat dimanjakan.
# Wong ngerti mangan ati---> Orang yang mengerti makan hati.
# Bandha dadi memala---> Hartabenda menjadi penyakit
# Pangkat dadi pemikat---> Pangkat menjadi pemukau.
# Sing sawenang-wenang rumangsa menang ---> Yang sewenang-wenang merasa menang
# Sing ngalah rumangsa kabeh salah---> Yang mengalah merasa serba salah.
# Ana Bupati saka wong sing asor imane---> Ada raja berasal orang beriman rendah.
# Patihe kepala judhi---> Maha menterinya benggol judi.
# Wong sing atine suci dibenci---> Yang berhati suci dibenci.
# Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---> Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
# Pemerasan saya ndadra---> Pemerasan merajalela.
# Maling lungguh wetenge mblenduk --->
# Pitik angrem saduwure pikulan---
# Maling wani nantang sing duwe omah---> Pencuri menantang si empunya rumah.
# Begal pada ndhugal---> Penyamun semakin kurang ajar.
# Rampok padha keplok-keplok---
# Wong momong mitenah sing diemong---> Si pengasuh memfitnah yang diasuh
# Wong jaga nyolong sing dijaga---> Si penjaga mencuri yang dijaga.
# Wong njamin njaluk dijamin---> Si penjamin minta dijamin.
# Akeh wong mendem donga---> Banyak orang
# Kana-kene rebutan unggul---> Di mana-mana berebut menang.
# Angkara murka ngombro-ombro---> Angkara murka menjadi-jadi.
# Agama ditantang---> Agama ditantang.
# Akeh wong angkara murka---> Banyak orang angkara murka.
# Nggedhekake duraka---> Membesar-besarkan durhaka.
# Ukum agama dilanggar---> Hukum agama dilanggar.
# Prikamanungsan di-iles-iles---> Perikemanusiaan diinjak-injak.
# Kasusilan ditinggal---> Tata susila diabaikan.
# Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---> Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
# Wong cilik akeh sing kepencil---> Rakyat kecil banyak tersingkir.
# Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---> Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
# Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---> Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
# Lan duwe prajurit---> Dan punya prajurit.
# Negarane ambane saprawolon---> Lebar negeri seperdelapan dunia.
# Tukang mangan suap saya ndadra---> Pemakan suap semakin merajalela.
# Wong jahat ditampa---> Orang jahat diterima.
# Wong suci dibenci---> Orang suci dibenci.
# Timah dianggep perak---
# Emas diarani tembaga---
# Dandang dikandakake kuntul---
# Wong dosa sentosa---> Orang berdosa sentosa.
# Wong cilik disalahake---> Rakyat jelata dipersalahkan.
# Wong nganggur kesungkur---> Si penganggur tersungkur.
# Wong sregep krungkep---> Si tekun terjerembab.
# Wong nyengit kesengit---> Orang busuk hati dibenci.
# Buruh mangluh---
# Wong sugih krasa wedi---> Orang kaya ketakutan.
# Wong wedi dadi priyayi---> Orang takut jadi priyayi.
# Senenge wong jahat---> Berbahagialah si jahat.
# Susahe wong cilik---> Bersusahlah rakyat kecil.
# Akeh wong dakwa dinakwa---> Banyak orang saling tuduh.
# Tindake manungsa saya kuciwa---> Ulah manusia semakin tercela.
# Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---> Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
# Wong Jawa kari separo---> Orang Jawa tinggal setengah.
# Landa-Cina kari sejodho --->
# Akeh wong ijir, akeh wong cethil---> Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
# Sing eman ora keduman---> Si hemat tidak mendapat bagian.
# Sing keduman ora eman---> Yang mendapat bagian tidak berhemat.
# Akeh wong mbambung---> Banyak orang berulah dungu.
# Akeh wong limbung---> Banyak orang limbung.
# Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---> Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.
== Bait Terakhir Ramalan Jayabaya ==
140.
Baris 385 ⟶ 382:
lali sanak lali kadang\
akeh bapa lali anak\
akeh anak
sedulur padha cidra\
keluarga padha curiga\
Baris 403 ⟶ 400:
isih bayi padha mbayi\
sing pria padha ngasorake drajate dhewe\
''Bait 152 sampai dengan 156 hilang''
Baris 421 ⟶ 417:
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding\
eling mulih padha manjing\
akeh wong injir, akeh
sing eman ora keduman\
sing keduman ora eman\
Baris 461 ⟶ 457:
akeh swara aneh tanpa rupa\
bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis\
tan
sing madhegani putrane Bethara Indra\
agegaman trisula wedha\
Baris 479 ⟶ 475:
hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti\
mumpuni sakabehing laku\
ngerahake jin setan\
kumara prewangan, para lelembut ke bawah
kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda\
landhepe triniji suci\
Baris 489 ⟶ 485:
165.
pendhak Sura nguntapa kumara\
kang wus katon
kadhepake ngarsaning sang kuasa\
isih timur kaceluk wong tuwa\
Baris 566 ⟶ 562:
ing zaman kalabendu Jawa\
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa\
cures ludhes saka braja
aja-aja kleru pandhita samusana\
larinen pandhita asenjata trisula wedha\
Baris 590 ⟶ 586:
== Referensi ==
{{reflist|1}}
*[[Jayabaya]]
*[[Kerajaan Kadiri]]
*[[Kerajaan Panjalu]]
== Pranala luar ==
Baris 595 ⟶ 594:
[[Kategori:Budaya]]
[[Kategori:Ramalan]]
|