Darah sebagai makanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Ayu Saraswati31 (bicara | kontrib)
memperbaiki ejaan
 
(13 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox food
| name = Darah
| image = Pig's blood cakes.jpg
| caption = [[Kue darah babi]]
| alternate_name =
| country = Berbagai negara
| region =
| national_cuisine =
| creator =
| year =
| mintime =
| maxtime =
| type =
| course =
| served =
| main_ingredient = [[Darah]] [[hewan]]
| minor_ingredient =
| variations =
| serving_size =
| calories =
| calories_ref =
| protein =
| fat =
| carbohydrate =
| glycemic_index =
| similar_dish =
| other =
}}
[[Berkas:Boudin3.jpg|jmpl|ka|[[Sosis darah]]]]
[[Berkas:Czernina.zupa.jpg|jmpl|ka|[[Czernina]], sajian sup darah asal [[Polandia]]]]
[[Berkas:Bami_haeng.jpg|jmpl|ka|Sajian mi asal Thailand dengan pelengkap daging bebek dan darah bebek yang telah dikentalkan]]
Sejumlah [[budaya]] mengkonsumsi '''darah sebagai makanan''', yang sering dikombinasikan dengan [[daging]].
 
Dalam beberapa budaya, darah adalah [[Makanan dan minuman tabu#Darah|makanan tabu]].
 
== Metode penyajian ==
==Konsumsi darah pada keagamaan==
[[Berkas:Blodplättar.jpg|jmpl|Blodplättar, pancake dari Swedia]]
Darah yang dijadikan makanan berasal dari berbagai jenis hewan, umumnya mamalia besar yang diternakkan seperti [[sapi]], [[babi]], [[domba]], dan sebagainya. Di Asia, darah unggas juga umum dikonsumsi (misal [[Tiết canh]] asal Vietnam). Darah dapat disajikan sebagai makanan dengan dijadikan [[sosis]], [[puding hitam|puding]], [[panekuk]], [[sup darah|sup]], hingga dikonsumsi mentah.<ref>Davidson, Alan. ''The Oxford Companion to Food''. 2nd ed. UK: Oxford University Press, 2006., p. 81-82.</ref> Di [[Tibet]], darah [[yak]] yang dikentalkan merupakan makanan tradisional warga setempat.<ref>Ma Jian, ''Stick Out Your Tongue'' Chatto and Windus London, 2006.</ref> Masyarakat [[Inuit]] mengkonsumsi darah [[anjing laut]] secara langsung dengan meminumnya karena diyakini mengembalikan kekuatan para pemburu dan dipercaya mampu menyehatkan badan.<ref name="Searles">Searles, Edmund. "Food and the Making of Modern Inuit Identities." Food & Foodways: History & Culture of Human Nourishment 10 (2002): 55–78.</ref><ref name="Borré">Borré, Kristen. "Seal Blood, Inuit Blood, and Diet: A Biocultural Model of Physiology and Cultural Identity." Medical Anthropology Quarterly 5 (1991): 48–62.</ref> Masyarakat [[Maasai]] juga mengkonsumsi darah sapi secara langsung di perayaan tertentu.<ref>{{cite book|title=Maasai|url=https://archive.org/details/maasai0000craa|last=Craats|first=Rennay|year=2005|publisher=Weigl Publishers|page=[https://archive.org/details/maasai0000craa/page/25 25]|isbn=978-1-59036-255-6 }}</ref>
 
Darah yang akan dijadikan makanan dimasak terlebih dahulu hingga mengental lalu ditambahkan bahan pengisi hingga menjadi padat. Bahan pengisi dapat berupa [[tepung jagung]], [[suet]], [[daging]], dan [[serealia]].
 
== Konsumsi darah pada keagamaan ==
[[Gereja Katolik]], beserta dengan [[Ortodoks Timur]], [[Ortodoks Oriental]], [[Lutheran]], dan beberapa gereja [[Anglikan]], mempercayai bahwa dalam [[sakramen]] [[Ekaristi]], para partisipan mengkonsumsi [[darah Kristus|darah]] dan [[tubuh Kristus|tubuh]] [[Yesus Kristus]] secara literal.
 
== Penganggapan budaya ==
Beberapa budaya menganggap darah [[makanan dan minuman tabu|tabu untuk dijadikan makanan]]. Dalam [[agama Abrahamik]], kebudayaan [[Yahudi]] dan [[Muslim]] melarang konsumsi darah.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bacaan tambahan ==
* [[Alan Eaton Davidson|Alan Davidson]]: ''The Oxford Companion to Food.'' 2. Auflage. Oxford University Press, Oxford u.a. 2006, ISBN 0-19-280681-5, Artikel: ''Blood''.
 
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Hidangan darah]]
[[Kategori:Jeroan]]