Peristiwa 17 Oktober: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Memperbaiki
Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(29 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
{{Tambah rujukan|date=Oktober 2024}}
{{Infobox civil conflict
| title = Peristiwa 17 Oktober 1952
| subtitle =
| image = Sukarno Suara Rakyat 20 Oct 1952 p1.jpg
| caption = Presiden [[Soekarno]] (tengah, mengenakan pakaian putih) berbicara kepada pengunjuk rasa di depan [[Istana Merdeka]] selama peristiwa tersebut
| date = 17 Oktober 1952
| place = [[Jakarta]], Indonesia
| causes =
* Penentangan terhadap skema sentralisasi dan [[demobilisasi]] [[Kabinet Wilopo]] di lingkungan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|angkatan darat Indonesia]]
| goals =
* [[Pembubaran parlemen|Pembubaran]] [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]]
* Penyelenggaraan [[Pemilihan umum di Indonesia|pemilihan umum]]
| methods =
| status =
| result =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Peristiwa 17 Oktober 1952''' adalah peristiwa memilukan di mana [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD]] (saat itu dijabat [[A.H. Nasution]]) dan tujuh panglima daerah meminta [[Dewan Perwakilan Rakyat Sementara]] ('''DPRS''') dibubarkan. Bahkan [[Kemal Idris]], salah satu dari tujuh panglima, pernah mengarahkan moncong meriam ke Istana. dengan Dalihnyadalih melindungi Presiden [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dari demonstrasi mahasiswa.<ref name="wawancara"/>
 
== Latar belakang ==
PemicunyaPemicu dari Peristiwa 17 Oktober ini adalah pemilu yang tertunda-tunda yang dianggap hanyalahsebagai taktik DPRS (yang didukung Bung KarnoSoekarno) untuk mempertahankan keadaan yang makin parah. Konflik interninternal [[militer]] dan partai-partai menajam, [[korupsi]] meluas, dan keadaan keamanan memburuk. Pada [[13 Juli]] [[1952]], Kolonel [[Bambang Soepeno|Bambang Supeno]], orang dekat Bung KarnoSoekarno yang sering keluar-masuk Istana, mengirim surat ke [[Perdana Menteri]] [[Wilopo]], Presiden, dan DPRS, menyatakan tak mempercayai lagi memercayai pimpinan Angkatan Perang, khususnya [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]] (yang saat itu dipimpin [[Abdul Haris Nasution|Nasution]]). Bambang Supeno-lah yang melobi Bung KarnoSoekarno sampai akhirnya [[Bambang Soegeng|Bambang Sugeng]] akhirnya menggantimenggantikan Nasution sebagai [[KSAD]]. dan Nasution dipecat. Tujuh perwira daerah ada yang ditahan dan digeser kedudukannya.<ref name="wawancara">[{{Cite web |url=http://www.tempointeraktif.com/ang/min/01/32/proklamasi1.htm |title=Wawancara Jenderal (Purn) AH Nasution: "'''''Kalau Tak Ada Keadilan Sosial, Siapa Pun Bisa Membuat Aksi'''''". Opini Proklamasi, 2 Oktober 1996] |access-date=2008-05-06 |archive-date=2005-01-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20050111060038/http://www.tempointeraktif.com/ang/min/01/32/proklamasi1.htm |dead-url=yes }}</ref>
 
== Kronologi peristiwa ==
Peristiwa ini bersumber pada kericuhan yang terjadi di lingkungan Angkatan Darat (AD). Kolonel Bambang Supeno tidak menyetujui kebijakan Kolonel A.H. Nasution selaku KSAD. Ia mengajukan surat kepada Menteri Pertahanan dan Presiden dengan tembusan kepada Parlemen berisi hal tersebut dan meminta agar Kolonel A.H. Nasution diganti. [[Manai Sophiaan]] selaku anggota Parlemen dari [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] mengajukan mosi agar pemerintah membentuk panitia khusus untuk mempelajari masalah tersebut dan mengajukan usul pemecahannya. Hal demikian dirasakan oleh pimpinan AD sebagai usaha campur tangan Parlemen dan kaum politisi dalam lingkungan internal AD.<ref name="pusjarah">{{Cite web|title=Kalender Peristiwa Sejarah TNI tahun 1945-sekarang|url=http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1973&page=6|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304213936/http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1973&page=6|archive-date=2016-03-04|dead-url=yes|access-date=2008-05-06}}</ref> Pimpinan AD mendesak kepada Presiden agar membubarkan Parlemen. Desakan tersebut juga dilakukan oleh rakyat dengan mengadakan demonstrasi ke gedung Parlemen (waktu itu masih di Lapangan Banteng Timur) dan [[Istana Merdeka]] pada tanggal 17 Oktober 1952.
Pada tanggal [[17 Oktober]] [[1952]] terjadi demonstrasi di [[Jakarta]]. Semula massa mendatangi gedung parlemen, kemudian mereka menuju Istana Presiden untuk mengajukan tuntutan pembubaran parlemen dan menggantinya dengan parlemen baru serta tuntutan segera dilaksanakan pemilihan umum. Penyebab utama dari peristiwa ini adalah terlalu jauhnya campur tangan kaum politisi terhadap masalah intern Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).<ref name="pusjarah">[http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1973&page=6 Kalender Peristiwa Sejarah TNI tahun 1945-sekarang]</ref>
 
Demonstrasi ini direncanakan Markas Besar Angkatan Darat atas inisiatif Letnan Kolonel [[Sutoko]] dan Letnan Kolonel [[S. Parman]]. Pelaksanaannya diorganisasi oleh Kolonel dr. [[Mustopo]] Kepala Kedokteran Gigi Angkatan Darat dan Perwira Penghubung Presiden, dan [[Kemal Idris|Letnan Kolonel Kemal Idris]], Komandan Garnisun Jakarta. Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar IbukotaIbu kota dengan menggunakan kendaraan truk militer. Pada waktu itu, Pasukan Tank muncul di Lapangan Merdeka, dan beberapa pucuk meriam diarahkan ke [[Istana Presiden. PeristiwaIndonesia|Istana [[17 OktoberPresiden]] [[1952]] ini diupayakan diselesaikan melalui pertemuan Rapat Collegial (Raco) tanggal [[25 Februari]] [[1955]] yang melahirkan kesepakatan Piagam Keutuhan Angkatan Darat yang ditandatangani oleh 29 perwira senior Angkatan Darat.<ref name="pusjarah"/>
 
Peristiwa ini bersumber pada kericuhan yang terjadi di lingkungan Angkatan Darat. Kolonel Bambang Supeno tidak menyetujui kebijaksanaan Kolonel A.H. Nasution selaku KSAD. Ia mengajukan surat kepada Menteri Pertahanan dan Presiden dengan tembusan kepada Parlemen berisi soal tersebut dan meminta agar Kolonel A.H. Nasution diganti. [[Manai Sophian]] selaku anggota Parlemen mengajukan mosi agar pemerintah membentuk panitia khusus untuk memepelajari masalah tersebut dan mengajukan usul pemecahannya. Hal demikian dirasakan oleh pimpinan AD sebagai usaha campur tangan Parlemen dalam lingkungan AD. Pimpinan AD mendesak kepada Presiden agar membubarkan Parlemen. Desakan tersebut juga dilakukan oleh rakyat dengan mengadakan demonstrasi ke gedung Parlemen (waktu itu masih di Lapangan Banteng Timur) dan Istana Merdeka. Presiden menolak tuntutan pembubaran Parlemen dengan alasan ia tidak mau menjadi diktator, tetapidan akansetuju berusahauntuk mempercepat pemilu.<ref>{{Cite web|title=Peristiwa 17 Oktober 1952 - Ensiklopedia|url=https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Peristiwa_17_Oktober_1952|website=esi.kemdikbud.go.id|access-date=2024-10-17}}</ref> Kolonel A.H. Nasution mengajukan permohonan mengundurkan diri dan diikuti oleh Mayjen [[T.B. Simatupang]]. Jabatan KSAD digantikan Kolonel Bambang Sugeng.{{fact}}
 
Peristiwa 17 Oktober 1952 ini diupayakan diselesaikan melalui pertemuan Rapat Collegial (Raco) tanggal [[25 Februari]] [[1955]] yang melahirkan kesepakatan Piagam Keutuhan Angkatan Darat yang ditandatangani oleh 29 perwira senior Angkatan Darat.<ref name="pusjarah" />
 
== Referensi ==
Baris 18 ⟶ 37:
== Pranala luar ==
* {{id}}[http://mingguanindonesia.wordpress.com/2007/10/18/17-okt-1952-meriam-nodong-istana/ 17 Oktober 1952 - MERIAM NODONG ISTANA... Bagaimana REAKSI PRESIDEN SUKARNO?]
* {{id}}[http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/04/02/0034.html Wawancara dengan Dan Lev Tentang Militer Tahun 50-an] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060918034812/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/04/02/0034.html |date=2006-09-18 }}
* {{id}}[http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?show=script&cmd=loadnews&newsid=300 Rosihan Anwar. '''Peristiwa 17 Oktober 1952'''. Suara Pembaruan, 16 Oktober 2004] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305003003/http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?show=script&cmd=loadnews&newsid=300 |date=2016-03-05 }}
* {{id}}[http://www.korantempo.com/news/2001/10/16/Opini/173.html Asvi Warman Adam. '''Meninjau Kembali Peristiwa 17 Oktober 1952'''. Koran Tempo] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220627090221/http://www.korantempo.com/news/2001/10/16/Opini/173.html |date=2022-06-27 }}
* {{id}}[http://www.sinarharapan.co.id/berita/0211/30/opi01.html Alwin Nurdin. '''''Peristiwa Cikini, Titik Balik Sejarah Nasional'''''. Sinar Harapan, 30 November 2002] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080502054437/http://www.sinarharapan.co.id/berita/0211/30/opi01.html |date=2008-05-02 }}
* {{id}}[http://www.indomedia.com/BPost/012000/31/opini/opini2.htm Andy Jauhari. '''''Haul Ke 50 Pangsar Sudirman Teguhkan Komitmen Politik TNI'''''. 4 Februari 1999] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20051109151027/http://www.indomedia.com/bpost/012000/31/opini/opini2.htm |date=2005-11-09 }}
{{tni-stub}}
 
[[Kategori:Tentara Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah militer Indonesia]]
[[Kategori:Tentara Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Peristiwa 1952]]
[[Kategori:Sejarah Jakarta]]
 
{{Soekarno}}
{{tni-stub}}