Sampit (kota): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit |
|||
(126 revisi perantara oleh 42 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Refimprove}}{{Rapikan}}
{{Ibukota kabupaten
|peta ={{Location map+|Kalimantan Tengah|width=260|float=center|label=[[Kalimantan Tengah]]|caption=|places={{Location map~|Kalimantan Tengah|mark=Red pog.svg|marksize=8|label=Sampit|position=bottom|label_width=100|label_size=100|lat_deg=-2.53710|lon_deg=112.96004}}}}
|foto = Sampit Peace Monument.jpg
|
|koordinat ={{coord|-2.53710|112.96004|display=title,inline}}
|pushpin_map = Indonesia Kalimantan▼
|
|provinsi =Kalimantan Tengah
|
|nama dati2 =Kotawaringin Timur
|kecamatan =Mentawa Baru Ketapang & Baamang
|kode pos =74312
|
|penduduk =178474<ref>{{Cite web|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024}}</ref>
|subdivision_name2 = [[Kabupaten Kotawaringin Timur]]▼
|penduduktahun =[[2024]]
|pendudukref =
|
|
|
}}
[[Berkas:Mentaya 090829-0146.JPG|
[[Berkas:Jl MT Haryono Sampit.jpg|
'''Sampit''' (disingkat: '''SPT'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>) adalah [[ibu kota]] [[Kabupaten Kotawaringin Timur]] di [[Kalimantan Tengah]], [[Indonesia]].
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sampit terletak di daerah Kotawaringin dengan tiga wilayah adminsitratif dalam bentuk [[kawedanan]] yang meliputi Sampit Barat, Sampit Timur, dan Sampit Utara . Hal ini merujuk pada keputusan Gubernur Kalimantan pada tanggal 3 Agustus 1950 dengan Surat Keputusan Nomor 154/OPB/92/04 yang menyatakan bahwa Daerah Kotawaringin (''Onder Afdelling'' Kotawaringin) disatukan dengan tiga kawedanan (Sampit Barat, Sampit Timur dan Sampit Utara) ke dalam wilayah Pemerintah daerah Otonom Kotawaringin dengan ibukotanya di Sampit.<ref>{{Cite web|url=https://kotimkab.go.id/pemerintahan/profil-daerah/sejarah-kotim.html|title=Sejarah Kotim|website=kotimkab.go.id|access-date=2019-12-22|archive-date=2019-07-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190706130107/https://kotimkab.go.id/pemerintahan/profil-daerah/sejarah-kotim.html|dead-url=yes}}</ref>
Sebagai upaya untuk dapat mengatur daerahnya masing-masing, masyarakat provinsi Kalimantan meminta agar [[pemerintah Indonesia]] membentuk daerah-daerah otonom Kabupaten yang setingkat dengan Kabupaten. Kemudian, pemerintah menetapkan Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan (Resmi) Daerah Otonom Kabupaten/Daerah Istimewa Tingkat Kabupaten Dan Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Kalimantan. Berdasarkan dasar hukum tersebut, terbentuklah kabupaten Kotawaringin yang meliputi kawedanan Sampit Barat, kawedanan Sampit Timur, kawedanan Sampit Utara dan Swapraja Kotawaringin.<ref>Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan (Resmi) Daerah Otonom Kabupaten/Daerah Istimewa Tingkat Kabupaten Dan Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Kalimantan. </ref>
Seiring dengan perkembangan wilayah dan perlunya menambah keserasian dalam menjalankan pemerintahan daerah, maka dibutuhkan penambahan jumlah Daerah tingkat II di Kalimantan, dengan jalan membagi beberapa Daerah tingkat II lama menjadi beberapa Daerah tingkat II baru dan membentuk Kotapraja baru. Dalam mendukung pembentukan daerah baru maka pemerintah menetapkan Undang-Undang Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat No. 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran-Negara Tahun 1953 No. 9), Sebagai Undang-Undang. Dengan demikian, kabupaten Kotawaringin terbagi menjadi dua, dimana Pemerintah Daerah Tingkat II Kotawaringin Timur berkedudukan di Sampit dan Kotawaringin Barat yang merupakan Swapraja Kotawaringin berkedudukan di Pangkalan Bun.<ref>Undang-Undang Darurat No. 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran-Negara Tahun 1953 No. 9), Sebagai Undang-Undang</ref>
Dilihat dari sejarahnya, Sampit merupakan salah satu permukiman tertua di Kabupaten Kotawaringin Timur, nama kota ini sudah disebut di dalam [[Kakawin Nagarakretagama]] yang ditulis tahun [[1365]] maupun di dalam [[Hikayat Banjar]] yang bagian terakhirnya ditulis pada tahun [[1663]].<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref>
Pada tahun [[2001]], di kota ini terjadi [[konflik Sampit|kerusuhan etnis]] antara [[suku Madura]] dengan [[suku Dayak|Dayak]]. Dalam kerusuhan tersebut, lebih dari 400 orang tewas dan 40.000 orang harus mengungsi.
Baris 49 ⟶ 37:
Dilihat dari peta regional Kalimantan Tengah, kota Sampit sebelumnya terletak di tengah-tengah dan ini menyebabkan posisinya sangat strategis. Misalnya, warga dari Buntok mau ke Pulau Jawa, maka akan lebih dekat jika melewati Kota Sampit daripada harus ke Kota Banjarmasin. Begitu pun kalau dari Palangkaraya, Kuala Pembuang, maupun Kasongan. Jadi, posisi strategis tersebut akan meningkatkan keunggulan komparatif pelabuhan laut Sampit yang dimiliki daerah ini, terutama akan menarik perekonomian dari kabupaten yang ada di sekitar wilayah Kotawaringin Timur.
Pada tanggal 1 Mei 1859 [[pemerintah Hindia Belanda]] membuka pelabuhan di Sampit.<ref name="Susanto Zuhdi">
| first= Susanto | | | | title= Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa | publisher= Kepustakaan Populer Gramedia | year= | isbn= 9789799023698 }} ISBN [http://books.google.co.id/books?id=7xtSsqTA0QEC&lpg=PR4&pg=PR4#v=onepage&q&f=false 979-9023-69-6]</ref> == Batang danum
Kota Sampit terletak di tepi [[Sungai Sampit]] (atau [[Sungai Mentaya]]). Dalam Bahasa Dayak Ot Danum, Sungai Mentaya itu disebut batang danum kupang bulan (Masdipura; 2003). Sungai Mentaya ini merupakan sungai utama yang dapat dilayari perahu bermotor, walaupun hanya 67 persen yang dapat dilayari. Hal ini disebabkan karena morfologi sungai yang sulit, endapan dan alur sungai yang tidak terpelihara, endapan gosong, serta bekas-bekas potongan kayu.
==
Hingga kini, yang masih menjadi pertanyaan banyak orang adalah asal kata Sampit itu sendiri. ▼
Versi Pertama menyatakan bahwa orang pertama yang membuka daerah kawasan Sampit pertama kali adalah orang yang bernama Sampit yang berasal dari Bati-Bati, Kalimantan Selatan sekitar awal tahun 1700-an. Sebagai bukti sejarah, makam “Datu” Sampit sendiri dapat ditemui di sekitar [[Basirih, Banjarmasin Barat, Banjarmasin|Basirih]]. “Datu” Sampit mempunyai dua orang anak yaitu Alm. “Datu” Djungkir dan “Datu” Usup Lamak. Makam keramat “Datu” Djungkir dapat ditemui di daerah pinggir sungai mentaya di [[Baamang Tengah, Baamang, Kotawaringin Timur|Baamang Tengah]], Sampit dengan nisan bertuliskan Djungkir bin Sampit. Sedangkan makam “Datu” Usup Lamak berada di [[Basirih, Banjarmasin Barat, Banjarmasin|Basirih]].▼
▲Versi
Menurut sumber lainnya, kata Sampit berasal dari bahasa Tionghoa yang berarti “31” (sam=3, it=1). Disebut 31, karena pada masa itu yang datang ke daerah ini adalah rombongan 31 orang Tionghoa yang kemudian melakukan kontak dagang serta membuka usaha perkebunan (Masdipura; 2003). Hasil usaha-usaha perdagangan perkebunan ketika itu adalah rotan, karet, dan gambir. Salah satu areal perkebunan karet yang cukup besar saat itu yakni areal di belakang Golden dan Kodim saat ini.
=== Traktat Bumi Kencana 13 Agustus 1787 ===
== Belanda vs Inggris (1795-1802) ==▼
[[Berkas:Kraton-van-de-sultan-te-Ban.jpg|jmpl|300px|[[Litografi]] kompleks [[keraton Banjar]] Bumi Kencana (kemudian tahun 1806 berganti nama keraton Bumi Selamat) di Martapura yang dibangun pada tahun [[1766]].]]
Perjanjian Traktat Bumi Kencana per tanggal [[13 Agustus]] [[1787]], Raja Banjar [[Sultan Batu]] menyerahkan Sampit beserta daerah takluknya kepada VOC-Belanda.<ref name="Bandjermasin (Sultanate)">{{cite book
| pages= 158
| url= http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20393402-Surat-surat%20perdjandjian%20antara%20kesultanan%20%20bandjarmasin%20dengan%20pemerintah2%20V.O.C.,%20bataafse%20republik,%20Inggris%20dan%20hindia~1.pdf
| title= Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860
| author= Hindia-Belanda
| publisher= Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat
| year= 1965
}}</ref>
Pada 1795-1802 terjadi peperangan sengit antara Belanda melawan Inggris. Hal ini mengakibatkan terjadi pemindahan pemukiman warga Sampit ke pedalaman, tepatnya ke Kota Besi. Pemindahan itu tak terlepas dari adanya gangguan para bajak laut terhadap desa-desa di muara Sungai Mentaya. Pada 1836, eskader Belanda akhirnya dapat menghancurkan gerombolan bajak laut pimpinan Koewardt yang berkekuatan 25 perahu di sekitar Teluk Kumai dan Tanjung Puting. Tokoh bajak laut Koewardt akhirnya tewas dan dikuburkan di sekitar Ujung Pandaran. Hingga kini, Kuburannya itu dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
===
Setelah merasa aman, pada 1836, penduduk
=== Kerajaan Sungai Sampit ===
Versi lain, menurut legenda rakyat setempat yang masih hidup kini, bahwa Sampit pada masa itu berbentuk sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Sampit dan diperintah oleh Raja Bungsu. Sang baginda memiliki dua putra masing-masing Lumuh Sampit (laki-laki) dan Lumuh Langgana (perempuan). Diceritakan, kerajaan Sungai Sampit akhirnya musnah akibat perebutan kekuasaan antara saudara kandung tersebut.
=== Lokasi kerajaan ===
Lokasi kerajaan Sungai Sampit ini diperkirakan sekitar perusahaan PT Indo Belambit sekarang (Desa Bagendang Hilir). Beberapa tahun lampau, tiang bendera kapal bekas kerajaan yang terbuat dari kayu ulin besar masih ada dan terkubur lumpur di bawah dermaga PT Indo Belambit tersebut. Bukti-bukti lain yang menguatkan dugaan ini,bahwa di lokasi tersebut pernah pula ditemukan pecahan keramik takala dilakukan penggalian alur parit. Bukti ini kian menguatkan dugaan bahwa di lokasi ini pernah ada Kerajaan Sungai Sampit yang pada masa itu sudah mengadakan kontak dagang dengan bangsa-bangsa luar seperti dari Tiongkok, India bahkan Portugis.
=== Puteri Junjung Buih ===
Baris 78 ⟶ 90:
=== Negarakertagama (1365) ===
Kota Sampit juga pernah disebut-sebut di dalam buku kuno Negarakertagama. Pada masa itu disebutkan, terutama pada masa keemasan Kerajaan majapahit, yang diperintah oleh Raja Hayam Wuruk dengan mahapatihnya yang tersohor yaitu [[Gajah Mada]].Di salah satu bagian buku yang ditulis oleh [[Mpu Prapanca]] pada 1365 itu disebutkan, bahwa pernah dilakukan ekspedisi perjalanan [[Nusantara]] di mana salah satu tempat yang mereka singgahi adalah Sampit dan Kuala Pembuang.
Baris 89 ⟶ 101:
</gallery>
==
{{reflist}}
▲=== Online ===
== Pranala luar ==
{{commonscat|Sampit}}
* [http://www.kotimkab.go.id/ Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur]
[[Kategori:Ibu kota kabupaten di Kalimantan Tengah]]
|